Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN


PSORIASIS

NAMA PEMBIMBING :
dr. Didi , Sp.KK

DISUSUN OLEH
Ratu Nur Annisa Shafira Al Fitri
1102010233

KEPANITRAAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD SUBANG


PERIODE 3 AGUSTUS 5 SEPTEMBER 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulisan referat ini selesai tepat pada waktunya.
Referat dengan judul Diagnosis dan Penatalaksanaan Psoriasis ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran YARSI di Rumah
Sakit Umum Daerah Subang periode 3 Agustus 2015 5 September 2015.
Pada kesempatan ini, ijinkan penulis untuk berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :

dr. Didi, Sp.KK, selaku ketua SMF kepaniteraan klinik ilmu Kulit dan Kelamin Rumah

Sakit Umum Daerah Subang yang juga sebagai pembimbing dalam penulisan referat ini.
dr. Andi, Sp.KK, selaku pembimbing kepaniteraan klinik ilmu Kulit dan Kelamin Rumah

Sakit Umum Daerah Subang.


semua pihak yang membantu penulisan referat ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga referat ini
menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga referat ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala
kekurangan dalam penyusunan referat ini, atas kritik dan sarannya, penulis mengucapkan
terimakasih.
Subang, Agustus 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Psoriasis mungkin adalah salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan pada manusia
dan merupakan penyakit yang juga menimbulkan banyak tanda tanya dalam diagnosisnya.
Beberapa peneliti percaya bahwa psoriasis sudah ada sejak dahulu dan dikenal dengan sebutan
Tzaraat dalam Alkitab. Pada jaman dahalu psoriasis dimasukkan dalam kategori salah satu
variasi dari lepra. Pada abad ke-18, ahli dermatologi Inggris, Robert Willan dan Thomas
Bateman membedakan psoriasis dengan penyakit kulit lainnya. Dikatakan bahwa pada lepra
kelainan pada kulit berupa efloresensi yang regular, macula yang sirkular sementara pada
psoriasis selalu dalam entuk yang irregular. Dengan segala kebingungan yang ada, maka pada
tahun 1841, kondisi kelainan kulit tersebut dinamakan psoriasis oleh ahli dermatolgis dari Vienis,
Jerman bernama Ferdinand Von Hebra. Namanya diambl dari bahasa Yunani psora yang berarti
gatal. 1
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. 2
Psoriasis merupakan penyakit hiperproliferatif dan inflamasi kronis pada kulit dengan
manifestasi klinis serupa pada tiap etnik. Penyakit ini berhubungan dengan penyakit
hiperproliferatif kulit derajat ringan sampai dengan berat dan peradangan sendi. Onset penyakit
dan derajat penyakit dipengaruhi oleh usia dan genetik, dan dicetuskan oleh berbagai faktor
internal dan eksternal, seperti cedera fisik pada kulit, pengobatan sistemik, infeksi, dan stres
emosional. Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian

tetapi

menyebabkan

gangguan

kosmetik,

terlebih-lebih

mengingat

bahwa

perjalanannya menahun dan residif.1 Insidens psoriasis tersebar di seluruh dunia, namun
prevalensinya bervariasi pada etnik dan dareah geografisnya. Terapi psoriasis memiliki variasi
minimal pada tiap etnik. 3

BAB II
ISI
2.1 DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. 2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Kasus psoriasis makin sering ditemukan. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik terutama karena perjalanan penyakit ini
bersifat menahun dan residif. Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk
kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2% sedangkan di
Jepang 0.6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika jarang dilaporkan demikian pula
pada suku Indian di Amerika. 2 Psoriasis dapat terkena pada pria maupun wanita. Insidens pria
sedikit lebih tinggi daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua golongan usia tetapi
umumnya pada orang dewasa dengan usia antara 15 25 tahun.1
Onset usia pada psoriasis tipe dini dengan puncak usia 22,5 tahun (pada anak, usia onset
rata-rata 8 tahun). Untuk tipe lambat, muncul pada usia 55 tahun. Onset dini memprediksikan
derajat penyakit dan penyakit yang menahun, dan biasanya disertai riwayat psoriasis pada
keluarga. Tidak terdapat perbedaan insidens antara pria dan wanita.3 Psoriasis mempengaruhi 1,5
2% populasi dari negara barat. Di Amerika Serikat, terdapat 3 sampai 5 juta orang menderita
psoriasis. Kebanyakan dari mereka menderita psoriasis lokal, tetapi sekitar 300.000 orang
menderita psoriasis generalisata.4
2.3 ETIOPATOGENESIS
Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik tambahan berdasarkan perubahan
histopatologi yang ditemukan pada plak psoriatik dan data laboratorium yang menjelaskan siklus
sel dan waktu transit sel pada epidermis. Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik,
4

dan terdapat maturasi inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat
dari sel germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan waktu untuk transit sel
melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi kutaneus ditandai dengan
peningkatan jumlah mediator inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear, leukosit, dan makrofag,
terakumulasi di antara dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada
struktur dermis baik stadium insial maupun stadium lanjut penyakit.3

Gambar 1. Patogenesis kelainan kulit pada psoriasis

Terdapat beberapa factor yang berperan sebagai etiologi psoriasis, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Genetik
Sekitar 1/3 orang yang terkena psoriasis melaporkan riwayat penyakit keluarga
yang juga menderita psoriasis. Pada kembar monozigot resiko menderita psoriasis adalah
sebesar 70% bila salah seorang menderita psoriasis. 1 Bila orangtua tidak menderita
psoriasis maka risiko mendapat psoriasis sebesar 12%, sedangkan bila salah satu orang
tua menderita psoriasis maka risiko terkena psoriasis meningkat menjadi 34-39%.
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe yaitu:
Psoriasis tipe I dengan awitan dini dan bersifat familial
Psoriasis tipe II dengan awitan lambat dan bersufat nonfamilial
Hal lain yang menyokong adanya factor genetic adalag bahwa psoriasi berkaitan dengan
HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57 dan Cw6. Psoriasis

tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkaitan
dengan HLA-B27.

2. Faktor Imunologik
Defek genetic pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari ketiga jenis
sel yaitu limfosit T, sel penyaji antigen (dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis
membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesis psoriasis matang umumnya penuh dengan
sebukakan limfosit T di dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit
sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru pada umumnya lebih
didominasis oleh sel linfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan dalam imunopatogenesis psoriasis.
Terjadinya proliferasi epidermis dimulai dengan adanya pergerakan antigen baik endogen
maupun eksogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over
time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih
90% dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. Berbaga factor pencetus
pada psoriasis yang disebutkan dalam kepustakaan diantaranya adalah stress psikis, infeksi fokal,
trauma (Fenomenan Kobner), endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan merokok. Stress
psikis merupakan factor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai hunungan yang erat dengan
salah satu jenis psoriasis yaitu psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis
vulgaris tidak jelas. Pernah dilaporkan kesembuhan psoriasis gutata setelah dilakukan
tonsilektomi. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin umumnya
berpengaruh pada perjalan penyakit. Puncak insidens psoriasis terutama pada masa pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa postpartum
umumnya memburuk. Gangguan metabolisme seperti dialysis dan hipokalsemia dilaporkan
menjadi salah satu factor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residif ialah beta
adrenergic blocking agents, litium, anti malaria dan penghentian mendadak steroid sistemik. 2
Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini, yaitu:
1. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.
6

2. Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan bahwa
68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya
lebih berat dan hebat.
3. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,
dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.
4. Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.
5. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.
6. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim
panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat. 5
3. Faktor endokrin
puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan
umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk. Gangguan
metabolisme contohnya hipokalsemia dan dialisis telah dilaporkan sebagai faktor
pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan residitif adalah beta-adrenergic
blocking agents, lithium, antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid.

2.4 GEJALA KLINIS


Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma.
Sebagian pasien mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan scalp dengan
wajah, ektremitas terutama bagian ekstensor di bagian siku dan lutut serta daerah lumbo sacral.

Gambar 2. Letak Predileksi Psoriasis

Kelainan kulit terdiri dari bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama
diatasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada masa penyembuhan seringkali eritema
di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna
7

putih seperti mika serta transparan. Besar kelainan bervariasi, bisa lentikular, nummular, plakat
dan dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar berbentuk lentikular disebut
psoriasis gutata, biasanya pada anak-anak, dewasa muda dan terjadi setelah infeksi oleh
Streptococcus.2
Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah merah, papul dan
berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas. Lokasi plak pada umumnya terdapat
pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan intergluteal. Pada pasien psoriasis dengan kulit gelap,
distribusi hampir sama, namun papul dan plak berwarna keunguan dengan sisik abu-abu. Pada
telapak tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan menebal pada
waktu yang bersamaan. 3

Gambar 3. Pasien Psoriasis dengan kulit cerah, lesi primer adalah plak merah dengan sisik putih perak

Gambar 4. Pasien dengan kulit gelap, plak dan papul berwarna keunguan dan sisik berwarna abu-abu (kiri).
Gambar 5. Pasien afrika dengan plak keunguan yang tebal, dan sisik abu-abu pada dorsal jari (kanan)

Gambar 6. Plak kronis psoriasis, papul merah salmon dengan batas tegas (kiri)
Gambar 7. Plak kronis psoriasis yang menyebar, berwarna merah salmon berbatas tegas (kanan)

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Kedua
fenomena yaitu tetesan lilin dan Auspitz dianggap khas, sedangkan Kobner dianggap tidak khas,
hanya kira-kira 47% dari yang positif dan didapat pula pada penyakit lain., misalnya Liken
Planus dan Veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh perubahan indeks bias.
Cara menggoresnya bisa dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau
darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya adalah dengan
cara skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan ujung gelas alas. Setelah skuama habis maka
pengerokan harus dilakukan dengan pelan-pelan karena jika terlalu dalam tidak tampak
perdarahan yang berupa bintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit
penderita psoriasis misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan kelainan kulit yang sama
dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yakni sebanyak kira-kira 50% yang
agak khas yaitu yang disebut dengan pitting nail atau nail pit yang berupa lekukan-lekukan
miliar. Kelainan yang tidak khas yaitu kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena
terdapat lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis subungual) dan onikolisis. Disamping
menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menimbulkan kelainan pada
sendi (arthritis psoriatik). Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi
interfalangs distal dan terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar kemudian
terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan.2

Gambar 8. Psoriasis pada sendi

10

Gambar 9. Psoriasis pada kuku

2.5 BENTUK KLINIS


1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis vulgaris.
Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat
predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ekstremitas terutama
bagian ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.

Gambar 10. Psoriasis vulgaris

11

Gambar 11. Psoriasis Vulgaris,lesi primer berbatas tegas, papul merah salmon batas tegas

2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis
influenza atau morbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.

Gambar 12. Psoriasis Gutata

3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)


Psoriasis ini mempunyai tempat predileksi di daerah fleksor sesuai dengan namanya.

Gambar 13. Psoriasis Inversa daerah ketiak (kiri)


Gambar 14. Psoriasis Inversa daerah siku (kanan)

4. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan pada psoriasis itu dalam bentuk
kering, tetapi pada jenis ini kelaianannya bersifat eksudatif seperti pada dermatitis akut.
12

5. Psoriasis Seboroik
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.
6. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa
yaitu:
a. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)
Psoriasis pustulosa palmoplantar bersifat kronik dan residif, mengenai
telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompokkelompok pustule kecil steril dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai
rasa gatal.

Gambar 15. Psoriasis Pustulosa Palmoplantar (Barber)

b. Psoriasis Pustulosa Generalisata Akut (Von Zumbusch)


Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat ditimbulkan
oleh berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang tersering karena penghentian
kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya, serta
antibiotik betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium iodide, morfin,
sulfapiridin, sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain
obat ialah hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi
bakterial dan virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau
telah mendapat psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah
menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertia gejala
13

umum berupa demam,malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada
makin eritematosa. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan
eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul
miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi
membentuk lake of pus berukuran beberapa cm.1 Pustul besar spongioform terjadi
akibat migrasi neutrofil ke atas stratum malphigi, di mana neutrofil ini beragregasi
di antara keratinosit yang menipis dan berdegenerasi.3 Kelainan-kelainan
semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritroderma. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.

Gambar 16. Psoriasis Von Zumbusch, pustule multipel pada kulit yang eritematosa.(kiri)
Gambar 17.Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) (kanan)

7. Eritroderma psoriatic
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oelh pengobatan topical yang terlalu kuat
atau karena penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis
tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Adakalanya lesi
psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
2,6

14

Gambar 18. Psoriasis eritroderma

2.6 HISTOPATOLOGI
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain
itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.2
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan keratinisasi
sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini
masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum korneum dapat ditemukan kantongkantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses
Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh
sebukan sel radang limfosit dan monosit.5
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan diagnosis psoriasis. Jika
tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dalam
dermatosis eritroskuamosa. Dalam mendianosis psoriasis perlu diperhatikan menganai cirri khas
psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner. Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya terdapat
di pinggir sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan yang
sangat gatal pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya
jamur.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis.
Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka yang juga
menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis positif. Dernatitis
15

seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan kekuning-kuningan dan
tempat predileksinya pada tempat yang seboroik.2
Psoriasis gutata akut didiagnosis banding dengan erupsi obat makulopapular, sifilis
sekunder dan pityriasis rosea. Plak dengan sisik kecil didiagnosis banding dengan dermatitis
seboroik, likenplanus kronis simpleks, tinea korporis, dan mikosis fungoides. Psoriasis dengan
plak luas didiagnosis banding dengan tinea korporis dan mikosis fungoides. Psoriasis pada
daerah skalp didiagnosis banding dengan tinea kapitis dan dermatitis seboroik. Psoriasis inverse
didiagnosis banding dengan tinea, kandidiasis, intertrigo, penyakit Paget ekstramamme. Psoriasis
pada kuku didiagnosis banding dengan onikomikosis.4
2.8 PENGOBATAN
Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara sistemik,
pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan dengan cara
Goeckman.
1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen
prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan lalu
diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan
menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata. 2
b. Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat
sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan replikasi dan fungsi
sel T dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis. 7
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis
dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan
obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar, ginjal, system
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum,
colitis ulserosa dan psikosis). Pada awalnya metotrexate diberikan dengan dosis
inisial 5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala
sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka
16

MTX diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval 12 jam selama 1 minggu
dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis dinaikkan 2,5 - 5
mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5 mg akan tampak ada perbaikan.
Cara lain adalah dengan pemberian MTX i.m dosis tunggal sebesr 7,5 25 mg.
Tetapi dengan cara ini lebih banyak menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi
toksik. Jika penyakit telah terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti
ke pengobatan secara topical.
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap, fungsi
ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian MTX
dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis
mencapai dosis total 1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan
biopsy hepar bila dosis total mencapai 1 gram.
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia,
saluran cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea,
nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat dapat terjadi
enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan
timbulnya leucopenia, trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar
dapat terjadi fibrosis dan sirosis.
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada beberapa
pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan levodopa
menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa menyembuhkan
sekitar 40% pasien dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg 3 x 250 mg.
Efek samping levodopa adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan
psikis dan gangguan pada jantung.
d. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis
pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah
anemia hemolitik, methemoglobinuria dan agranulositosis.
e. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi
17

sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada
bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat
dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari. Efek sampingnya berupa kulit menipis dan
kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut,
cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan
fungsi hepar, hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi
sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan
metabolit aktif etretinat yang utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa
dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 2
f. Siklosporin
Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya

menghambat

kalsineurin. Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan memgang


peranan kunci dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc
(Nuclear Factor of Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi, NFATc ini
mengalami translokasi ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen yang
bertanggung jawab dalam sintesis sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga
mengurangi produksi IL-2 dengan cara meningkatkan ekspresi TGF- yang
merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi
TGF- diduga memegang peranan penting pada efek imunosupresan siklosporin. 7
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya
setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Terapi biologic
Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok
langkah molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh
obatnya adalah alefaseb, efalizumab dan TNF--antagonist.
2. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang
berasal dari:
Fosil, misalnya iktiol.
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
18

Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens


Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang
cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih
efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi
juga besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang
berasal dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari
kayu dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil.
Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari
batu bara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau
kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis
detergens tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 5%, dimulai
dengan konsentrasi

rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.

Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5 %. Sebagai vehikulum
harus digunakan salap karena salap mempunyai daya penetrasi terbaik.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum
bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim,
di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna
dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik
efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie
atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi
kuat atau sangat kuat bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan
potensinya dan frekuensinya dikurangi.
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep,
atau krim. Lama pemakaian hanya jam sehari sekali untuk mencegah
iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan
19

akan memperberat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial,


diantaranya sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen,
metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata,
pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan
salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum
disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit,
kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari
dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah
pengurangan 75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik
dicapai pada 73,3% kasus terutama tipe plak.
e. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim
50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik
daripada salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 20% berupa
iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
f. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat
petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam
bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan
dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan
dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar
dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan
bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat
meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai
efek antipsoriasis.
3. PUVA
20

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang
sinergik. Mula-mula 10 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan
penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan
mencapai 93% setelah pengobatan 3 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi
pemeliharaan seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga
dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik
mengatakan pada pemakaan yang lama kemungkinan akan terjadi kanker kulit.
4. Pengobatan Cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal
dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter
dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter yang bersifat fotosensitif.
Lama pengobatan 4 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa
UVB lebih efektif daripada UVA. 2
2.9 PROGNOSIS
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena perjalanan
penyakitnya bersifat kronis dan residif. 2 Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini
berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah
beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. Pada psoriasis
tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan eksaserbasi yang
tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi psoriasis tipe ini.
Pasien denan psoriasis pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan
harus dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps
dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.4

KESIMPULAN

21

Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan. Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan psoriasis adalah faktor herediter,
faktor psikis, infeksi fokal, penyakit metabolik, gangguan pencernaan, dan faktor cuaca.
Psoriasis dapat digolongkan berdasarkan bentuk kliniknya menjadi psoriasis vulgaris,
psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis eksudativa, psoriasis seboroik, psoriasis pustulosa,
dan eritroderma psoriatik. Pada pemeriksaan dapat ditemukan disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Kobner. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan bidang dermatopatologi, serologi dan
kultur. Pemberian terapi dapat berupa topikal, oral, maupun fototerapi. Meskipun psoriasis tidak
menyebabkan kematian, namun bersifat kronis dan residif.

DAFTAR PUSTAKA

22

1. Psoriasis. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/health/What-is-Psoriasis.aspx.


Agustus 2015.
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2011.h.189-95.
3. Geng A., McBean J., Zeikus P.S., et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P., Taylor S.C., Editors.
Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.
4. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatricks color atlas
and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc Graw Hill;2009.h.5371.
5. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta:Hipokrates. 2000.
h.116 - 9.
6. Psoriasis.

Diunduh

dari:

Yayasan

Psoriasis

Indonesia

dalam

http://www.psoriasis.or.id/psoriasis_pustular.php. 2005.
7. Goldenstein B., Goldenstein A. Psoriasis. Dalam Goldenstein B.,Goldenstein A.,
Melfiawaty., Pendit B.U., Editors. Dermatologi Praktis.Jakarta:Hipokrates;2001.h.187.

23

Anda mungkin juga menyukai