Anda di halaman 1dari 28

PENGEMBANGAN DAN

ANALISIS PRODUK HALAL

Kelompok 3
Bella Fara RD 066112090
Indra Riyanto 066112094
Rizky Karobi 066112095
M. Fakhruddin H 066112097
Handri Napuri 066112108
Windiawati 066112111
Riani Krismayantie 066112118
Henhen Herlina 066112123
Denti Agustina Sri Lestari 066113019
Nurul Farida 066113058
Yuli Agista 066113048

Apa Itu Sertifi


kat H alal
Yang dimaksud sertifikat Halal adalah suatu

fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia


yang menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai dengan syariat Islam
Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk

mendapatkan izin pencantuman LABEL HALAL


pada kemasan produk dari instansi pemerintah
yang berwenang.

Jam inan H alaldariProdusen


Untuk memperoleh sertifikat Halal, LPPOM

MUI memberikan ketentuan bagi


perusahaan sebagai berikut :
1. sebelum produsen mengajukan sertifikasi
halal, produsen terlebih dahulu menyiapkan
Sistem Jaminan Halal, merujuk pada buku
panduan penyusunan Sistem Jaminan Halal
yang dikeluarkan oleh LP POM MUI

Lanjutan
2. Berkewajiban mengangkat secara resmi

seorang atau tim Auditor Halal Internal


(AHI) yang bertanggung jawab dalam
menjamin pelaksanaan produksi halal.
3. Berkewajiban menandatangani kesediaan

untuk diinspeksi secara mendadak tanpa


pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM
MUI.
4. Membuat laporan berkala setiap 6 bulan

tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal.

Persyaratan Sertifikasi
HALAL
Bagi
Perusahaan
yang
ingin
mendaftarkan
Sertifikasi
Halal
ke
LPPOM MUI , baik industri pengolahan
(pangan, obat, kosmetika), Rumah
Potong Hewan (RPH), restoran/katering,
maupun industri jasa (distributor,
warehouse, transporter, retailer) harus
memenuhi Persyaratan Sertifikasi Halal
yang
tertuang
dalamBuku
HAS
23000 (Kebijakan, Prosedur, dan
Kriteria).

Berikut Cuplikan dari Buku HAS 23000 :


1.KRITERIA SJH
Penjelasan mengenai kriteria SJH dapat dilihat pada
dokumenHAS
23000:1Persyaratan
Sertifikasi
Halal: Kriteria Sistem Jaminan Halal.
Perusahaan bebas untuk memilih metode dan
pendekatan yang diperlukan dalam menerapkan
SJH, asalkan dapat memenuhi 11 kriteria SJH
sebagai berikut :
1.1Kebijakan Halal
Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan
Halal dan mensosialisasikan kebijakan halal kepada
seluruh pemangku kepentingan (stake holder)
perusahaan.

1.2Tim Manajemen Halal


Manajemen Puncak harus menetapkan Tim
Manajemen Halal yang mencakup semua bagian
yang terlibat dalam aktivitas kritis dan memiliki
tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas.
1.3Pelatihan dan Edukasi
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
pelaksanaan
pelatihan.Pelatihan
harus
dilaksanakan minimal setahun sekali atau lebih
sering jika diperlukan dan harus mencakup kriteria
kelulusan untuk menjamin kompetensi personel.

1.4Bahan
Bahan tidak boleh berasal dari : Babi dan
turunannya, Khamr (minuman beralkohol),
Turunan khamr yang diperoleh hanya dengan
pemisahan secara fisik, Darah, Bangkai, dan
Bagian dari tubuh manusia.

1.5Produk
Merek/nama produk tidak boleh menggunakan
nama yang mengarah pada sesuatu yang
diharamkan. Produkretaildengan sama yang
beredar di Indonesia harus didaftarkan
seluruhnya untuk sertifikasi.

1.6Fasilitas Produksi
Lini produksi dan peralatan pembantu tidak boleh
digunakan secara bergantian untuk menghasilkan
produk halal dan produk yang mengandung babi atau
turunannya.
1.7Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
mengenai pelaksanaan aktivitas kritis (seleksi bahan
baru, pembelian bahan, pemeriksaan bahan datang,
produksi, dll), disesuaikan dengan proses bisnis
perusahaan yang menjamin semua bahan, produk, dan
fasilitas produksi yang digunakan memenuhi kriteria.

1.8Kemampuan Telusur (Traceability)


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk
menjamin
kemampuan
telusur
produk
yang
disertifikasi berasal dari bahan yang disetujui dan
dibuat di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria
fasilitas produksi.
1.9Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi
Kriteria
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk
menangani produk yang terlanjur dibuat dari bahan
dan pada fasilitas yang tidak memenuhi kriteria.

1.10Audit Internal
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis
audit internal pelaksanaan SJH yang dilakukan
secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali.
Hasil audit internal disampaikan ke pihak yang
bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang
diaudit dan pihak ke LPPOM MUI dalam bentuk
laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.
1.11Kaji Ulang Manajemen
Manajemen Puncak harus melakukan kajian
terhadap efektifitas pelaksanaan SJH satu kali
dalam satu tahun atau lebih sering jika
diperlukan.Hasil evaluasi harus disampaikan kepada
pihak yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas.

Prosedur Sertifikasi Halal


Produsen
yang
menginginkan
sertifikat halal mendaftarkan ke
sekretariat LPPOM MUI dengan
ketentuan sebagai berikut:
Berdasarkan penggolongan kategori
usaha
1.Bagi Industri Pengolahan
2.Bagi Restoran dan Katering
3.Bagi Rumah Potong Hewan

Bagi Industri Pengolahan


Produsen

harus mendaftarkan seluruh


produk yang diproduksi di lokasi yang sama
dan/atau yang memiliki merek/brand yang
sama.
Produsen harus mendaftarkan seluruh
lokasi produksi termasuk maklon dan pabrik
pengemasan.
Ketentuan untuk tempat maklon harus
dilakukan di perusahaan yang sudah
mempunyai produk bersertifikat halal atau
yang bersedia disertifikasi halal.

Bagi Restoran dan


Katering
Restoran

dan katering harus mendaftarkan


seluruh menu yang dijual termasuk produk-produk
titipan, kue ulang tahun serta menu musiman.
Restoran dan katering harus mendaftarkan
seluruh gerai, dapur serta gudang.

Bagi Rumah Potong Hewan


Produsen

harus mendaftarkan seluruh tempat


penyembelihan yang berada dalam satu perusahaan
yang sama.

Beberapa hal yang harus dilakukan


perusahaan pemohon:
Mengisi Borang yang telah disediakan
Pengembalian borang yang telah diisi

beserta dokumen pendukungnya ke


sekretariat LP POM MUI.
LPPOM MUI akan memberitahukan
perusahaan mengenai jadwal audit.
Hasilpemeriksaan/audit dan hasil
laboratorium (bila diperlukan) dievaluasi
dalam Rapat Auditor LPPOM MUI

Lanjutan
Laporan hasil audit disampaikan oleh

Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang Komisi


Fatwa Mui pada waktu yang telah
ditentukan.
Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak
laporan hasil audit jika dianggap belum
memenuhi semua persyaratan.
Sertifikat Halal dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia setelah ditetapkan status
kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.

Lanjutan
Sertifikat Halal berlaku selama 2

(dua) tahun sejak tanggal penetapan


fatwa.
Pengajuan perpanjangan sertifikat
halal dilakukan tiga bulan sebelum
masa berlaku Sertifikat Halal
berakhir.

KEBIJAK
AN DAN

PROSE
DUR
SERTIF
IKASI
HALAL

Pemeriksaan (audit) produk halal


mencakup:
Manajemen produsen dalam menjamin

kehalalan produk (Sistem Jaminan Halal).


Pemeriksaan dokumen-dokumen
spesifikasi yang menjelaskan asal-usul
bahan, komposisi dan proses
pembuatannya dan/atau sertifikat halal
pendukungnya, dokumen pengadaan dan
penyimpanan bahan, formula produksi
serta dokumen pelaksanaan produksi
halal secara keseluruhan.

Lanjutan
Observasi lapangan yang mencakup

proses produksi secara keseluruhan


mulai dari penerimaan bahan, produksi,
pengemasan dan penggudangan serta
penyajian untuk restoran/catering/outlet.
Keabsahan dokumen dan kesesuaian
secara fisik untuk setiap bahan harus
terpenuhi.
Pengambilan contoh dilakukan untuk
bahan yang dinilai perlu.

Sistem Pengawasan Sertifikat Halal:


Perusahaan wajib mengimplementasikan

Sistem Jaminan Halal sepanjang


berlakunya Sertifikat Halal
Perusahaan berkewajiban menyerahkan
laporan audit internal setiap 6 (enam)
bulan sekali setelah terbitnya Sertifikat
Halal.
Perubahan bahan, proses produksi dan
lainnya perusahaan wajib melaporkan
dan mendapat izin dari LPPOM MUI.

Masa berlaku sertifikat halal sebagai berikut:


1.Sertifikat halal hanya berlaku selama

dua tahun. Untuk daging ekspor, surat


keterangan halal diberikan untuk setiap
pengapalan.
2.Tiga bulan sebelum berakhir masa
berlakunya sertifikat, LP POM Majelis
Ulama Indonesia akan mengirim surat
pemberitahuan kepada produsen yang
bersangkutan.

3.Dua bulan sebelum berakhir masa

berlakunya sertifikat, produsen harus


mendaftarkan produknya kembali utuk
sertifikat halal yang baru.
4.Produsen yang tidak memperbaharui
sertifikat halalnya, tidak diizinkan lagi
menggunakan sertifikat halal tersebut.
Kemudian sertifikat halal itu dihapus
dari daftar yang terdapat dalam
majalah resmi LP POM Majelis Ulama
Indonesia.

5. Jika

sertifikat halal hilang, pemegang


harus melaporkannya ke LP POM Majelis
Ulama Indonesia.
6. Sertifikat halal yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia adalah milik MUI,.
Oleh karena itu, jika sesuatu hal diminta
kemabali oleh MUI maka pemegang
sertifikat halal wajib menyerahkannya.
7. Keputusan Mejelis Ulama Indonesia yang
didasarkan atas fatwa MUI tidak dapat
diganggu gugat.

Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal:


Produsen harus mendaftar kembali dan mengisi

borang yang disediakan.


Pengisian borang disesuaikan dengan perkembangan
terakhir produk.
Produsen berkewajiban melengkapi kembali daftar
bahan baku, matrik produk versus bahan serta
spesifikasi, sertifikat halal dan bagan alir proses
terbaru.
Prosedur pemeriksaan dilakukan seperti pada
pendaftaran produk baru.
Perusahaan harus sudah mempunyai manual Sistem
Jaminan Halal sesuai dengan ketentuan prosedur
sertifikasi halal di atas.

TERIMA KASIH
PLEASE GIVE US
APPLAUSE :D

Anda mungkin juga menyukai