Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FISIOLOGI

Pendengaran dan Keseimbangan Badan

Kelompok A.10
Fitriani

102013018

Wilko William

102013019

Hermita Octoviagnes Buarlele

102013148

Vanesha Cicilia Kwentang

102013229

Yogi Aditya

102013240

Marsha Islia El Japa

102013273

Fendy

102013345

Risma Prameswari Hermawan

102013434

Uzairie Bin Anwar

102013490

Andriani Kairuniza

102013442

Dwi Afriani

102013549

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731

pg. 1

Sikap dan Keseimbangan Badan


Alat dan Bahan
1. Kursi putar barany
2. Tongkat atau statif yang panjang
Tujuan :
1. Memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila
bergejolak atau goyang akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu.
2. Memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia
kala.
3. Melihat adanya nistagmus.
Cara Kerja :
I.

Pengaruh

Kedudukan

Kepala

dan

Mata

yang

Normal

Terhadap

Keseimbangan Badan
1. Suruhlah OP berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan
kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perahatikan jalannya dan tanyakan apakah
ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (I) dengan mata tertutup.
3. Ulangi percobaan di atas (I dan II) dengan :
a. kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
II.

Percobaan Dengan Kursi Barany


A.

1.

Nistagmus
Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang erat

kursi.
2.

Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukan kepalanya 30 ke depan.

3.

Putarlah kursi ke kanan 10x dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

4.

Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.

5.

Bukalah sapu tangan (buka mata) dan suruhlah OP melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus.
B.

1.

Tes Penyimpangan Penunjukkan


Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dan tutup matanya denagn sapu tangan.

pg. 2

2.

Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi barany dambil mengulurkan tangan kirinya ke
arah OP.

3.

Suruhlah OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat emnyentuh jari


tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.

4.

Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat


menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.
Tindakan no. 1-4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut :

5.

Suruhlah OP dengan kedua tangannya memegang erat kursi, menundukkan kepala 30


ke depan.

6.

Putarlah kursi ke kanan 10x dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

7.

Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan tiba-tiba, suruhlah OP menegakkan


kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukka seperti di atas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh OP, bila terjadi
penyimpangan, tetapkan arah penyimpangan. Teruskan tes tersebut sampai OP tidak
salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
C.

1.

Tes Jatuh
Suruhlah OP duduk tegak di kursi barany dengan kedua tangannya memegang erat

kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukan kepala dan badannya
sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dari posisi normal.
2.

Putarlah kursi ke kanan dalam waktu 10 detik tanpa sentakan.

3.

Segera setelah pemutaran, hentikan tiba-tiba, suruhlah OP menegakkan kembali


kepala dan badannya.

4.

Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada OP kemana rasanya ia akan
jatuh.

5.

Ulangi tes jatuh ini tiap kali pada OP lain dengan :


a. memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90 terhadap
posisi normal.
b. menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60.
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada
canalis semisirkularis yang terangsang.
D.

1.

Kesan (Selesai)
Suruhlah OP di kursi barany dan tutuplah dengan sapu tangan.

pg. 3

2.

Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah


dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur pula sampai berhenti.

3.

Tanyakan pada OP arah perasaan berputar :


a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah.
b. Sewaktu kecepatan putar menetap.
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi.
d. Segera setelah kursi dihentikan.
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan OP.

III.

Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horizontalis

1.

Suruhlah OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30, berputar sambil
berpegangan pada tongkat, menurut arah jarum jam sebanyak 10x, dalam 30 detik.

2.

Suruhlah OP berhenti, kemudia membuka mata dan berjalan lurus ke muka.

3.

Perhatikan apa yang terjadi.


4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah
jarum jam.
Hasil Pengamatan :

I. Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan Badan
o

Saat OP berjalan lurus dengan membuka mata, OP dapat melakukannya dengan baik
tanpa ada kesulitan. Ketika berjalan lurus dengan kepala tegak dengan mata tertutup,
OP berjalan miring ke arah kiri.

Saat OP berjalan lurus dengan kepala dimiringkan ke kiri dan mata terbuka, OP
dapat berjalan lurus dengan baik. Tetapi, saat OP berjalan dengan kepala
dimiringkan ke kiri dan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kanan.

Saat OP berjalan lurus dengan kepala dimiringkan ke kanan dan mata terbuka, OP
dapat berjalan lurus dengan baik. Tetapi, saat OP berjalan dengan kepala
dimiringkan ke kanan dan mata tertutup, OP berjalan miring ke arah kanan.

II. Percobaan Dengan Kursi Barany


A. Nistagmus
Pada percobaan, ketika pemutaran dihentikan, OP mengalami nistagmus ke arah kanan
dan kiri (bolak-balik) dengan komponen cepat.
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan

pg. 4

Saat pemutaran dihentikan, OP dapat menyentuh tangan pemeriksa. OP dapat menyentuh


tangan pemeriksa dengan tepat pada pertama kali menyentuh tanpa terjadi
penyimpangan.
C. Tes Jatuh
o Saat pemutaraan kursi dihentikan, dengan membungkukan kepala dan badannya
sehingga posisi kepala membentuk sudut 120 dari posisi normal, OP terjatuh ke
arah kanan, tetapi OP merasakan seperti ingin jatuh ke kiri.
o Saat pemutaran kursi dihentikan dengan memiringkan kepala ke arah bahu kanan
sehingga kepala miring 90 terhadap posisi normal, OP terjatuh ke arah kanan atas,
tetapi OP merasakan seperti ingin jatuh ke kiri bawah.
o Saat pemutaran kursi dihentikan dengan memiringkan kepala ke belakang sehingga
membuat sudut 60, OP terjatuh ke arah kiri, dan OP merasakan seperti ingin jatuh
ke kiri.
D. Kesan (Sensasi)
Pemutaran kursi awalnya dilakukan searah jarum jam.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar masih bertambah ialah OP merasakan berputar ke
kiri.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar menetap ialah OP merasakan tetap berputar ke
kiri.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar dikurangi ialah OP merasakan tetap berputar ke
kiri.
o Perasaan OP segera setelah kursi dihentikan ialah OP merasakan masih berputar ke
kiri.
Pemutaran kursi awalnya dilakukan berlawanan arah jarum jam.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar masih bertambah ialah OP merasakan berputar
ke kanan.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar menetap ialah OP merasakan tetap berputar ke
kanan.
o Perasaan OP ketika kecepatan putar dikurangi ialah OP merasakan tetap berputar ke
kiri
o Perasaan OP segera setelah kursi dihentikan ialah OP merasakan masih berputar ke
kiri.

pg. 5

III.

Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horizontalis


Saat OP berputar menurut arah jarum jam lalu membuka mata dan berjalan lurus,

yang terjadi ialah OP berjalan miring ke kanan.


Saat OP berputar berlawanan arah jarum jam lalu membuka mata dan berjalan lurus,

yang terjadi ialah OP berjalan miring ke kiri.


Tabel untuk percobaan dengan kursi barany
Posisi Kepala

30 ke depan

Jenis & Arah

Arah

Gerakan

Nistagmus

Penyimpangan

Kompensasi

(komponen cepat)

Penunjukkan

(arah jatuh)

Nistagmus ke arah Tidak


kanan

60 ke
belakang
120 ke depan
miring 90 ke

dan

terjadi -

Sensasi

kiri penyimpangan

(bolak-balik)
-

Ke kiri

Ke kanan
Ke kiri
Ke kanan atas Ke
kiri

bahu kanan

Ke kiri

(arah

bawah

belakang)
Pembahasan
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal
(otot,sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik,
sensorik,basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi
internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di
dukung

oleh

sistem

muskuloskleletal

dan

bidang

tumpu.

Kemampuan

untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk
beraktivitas secara efektif dan efisien

pg. 6

Sehingga adanya gangguan yang mempengaruhi vestibular pathway, serebelum atau sensory
pathway pada medula spinalis atau nervus perifer, akan menimbulkan gangguan pada
keseimbangan. Gangguan keseimbangan dapat menimbulkan satu atau keduanya dari dua
tanda kardinal: vertigo suatu ilusi tubuh atau pergerakan lingkungan, atau dan ataxia
inkoordinasi tungkai atau langkah.
Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis: superior, posterior dan horizontal yang membentuk
sudut 90 satu sama lain. Masing-masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara
0,8 1,0 mm dan membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum
terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu
membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum. Observasi berdiri dan melangkah
sangat membantu dalam membedakan antara serebelar, vestibular dan ataksia sensorius.
Seangkan komponen-komponen penting dalam mengontrol keseimbangan pada tubuh
manusia ada tiga, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris),
central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai
kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan.
Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan
saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual
dan gerak yang sebenarnya. Telinga dalam (sistem vestibuler): organ keseimbangan pada
telinga dalam yang disebut sistem verstibuler. Termasuk diantaranya 3 kanalis semisirkularis
yang bereaksi terhadap rotasi kepala. Dekat dengan kanalis semisirkularis adalah utrikulus
dan sakulus yang mendeteksi gravitasi dan gerak maju mundur.Masukan (input)
proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulitdi telapak kaki juga merupakan hal
penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamis.
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.
Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon
yang telah terprogram di pusat,yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot,
alignment sikap, serta stamina. Tubuh dapat membentuk banyak postur (posisi atau sikap
tubuh) yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat
berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut
pg. 7

dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan
menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan
(center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor
posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Nistagmus adalah suatu gejala yang timbul akibat keseimbangan dalam telinga terganggu
sehingga menyebabkan pandangan menjadi berkunang-kunang (pandangan kabur) dan kepala
menjadi pusing.
Pengaruh Kedudukan Kepala dan Mata yang Normal Terhadap Keseimbangan Badan
Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius
(proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus
biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.
Percobaan Dengan Kursi Barany
OP pada percobaan nistagmus ini di putar dengan kursi barany selama 10x dengan mata
terpejam dan kepala menunduk 30o. Setelah percobaan dilakukan, OP melihat dunia berputar
ke kanan dan merasa seperti di putar ke arah kiri. Dapat diamati bahwa terjadi nistagmus
pada bola mata OP, bola mata OP bergerak cepat ke arah kiri dan bergerak lambat ke arah
kanan. Hal tersebut terjadi karena refleks gerakan mata dan akibat gangguan fungsi jaras
yang melewati flokulonodular serebelum dari kanalis semisirkularis
Pada OP terjadi nistagmus dan OP masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan. Saat
mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi
perputaranyang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari tangan
pemeriksadengan tepat.
Pada percobaan tes jatuh saat membungkukan kepala dan badannya sehingga posisi kepala
membentuk sudut 120 dari posisi normal, OP diputar ke kanan. Begitu berhenti lalu OP
ditegakkan, endolimfe yang berada pada kanalis semisirkularis posterior akan berputar ke
arah kanan dengan poisisi yang sudah berada pada posisi semula. Saat itu, OP akan merasa
dunia jatuh ke kiri, maka ia akan menahan dirinya ke arah ke kanan.
Pada percobaan tes jatuh dengan kepala miring 90o ke bahu kanan, OP diputar ke arah kanan.
Kanalis semisirkularis yang berperan dalam percobaan kali ini adalah kanalis bagian superior.
Setelah diputar selama 10x, endolimfe pada kanalis semisirkularis superior yang asalnya
berputar ke arah kanan akan berputar ke arah belakang, maka OP akan merasakan dunia jatuh
ke depan sehingga ia akan menahan dirinya ke belakang. Sedangkan pada percobaan dengan
pg. 8

kepala dimiringkan ke belakang sehingga membuat sudut 60, OP terjatuh ke arah kiri karena
endolimfe yang berada pada kanalis semisirkularis posterior akan berputar ke arah kanan
dengan poisisi yang sudah berada pada posisi semula.
Pada percobaan sensasi, ketika tubuh diputar searah jarum jam, maka endolimfe yang berada
pada kanalis semisirkularis posterior akan berputar ke arah kiri. Sehingga OP akan merasa
jatuh ke arah yang berlawanan. Begitupula jika badan diputar berlawanan arah jaerum jam.
Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horizontalis
Gerakan endolimfe pada kanalis bergerak berlawanan dengan gerakan badan ketika badan
berputar. Saat OP berputar searah jarum jam, maka endolimfe akan bergerak ke arah kanan
dan akan terasa sensasi jatuh ke arah kiri. Sehingga pada saat OP mencoba berjalan, OP akan
berjalan miring ke arah kanan, begitupula sebaliknya dengan percobaan OP diputar
berlawanan arah jarum jam, maka OP akan berjalan miring ke kiri.
Kesimpulan
Aparatus vestibularis memiliki peran penting bagi keseimbangan dengan mendeteksi posisi,
gerakan kepala, dan gerakan mata. Nistagmus yang terjadi adalah hilangnya keseimbangan
akibat gangguan fungsi jaras yang melewati flokulonodular serebelum dari kanalis
semisirkularis. Kanalis semisirkularis memiliki peran untuk mendeteksi akselerasi atau
deselerasi kepala rotasional atau angular. Gerakan endolimfe pada kanalis bergerak
berlawanan dengan gerakan badan ketika badan berputar. Sedangkan maksud dari tindakan
penundukan kepala OP 30o ke depan pada percobaan adalah agar kanalis semisirkularis
anterior berada pada posisi horizontal.
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana vestibular
merupakan komponen yang paling berpengaruh pada keseimbangan. Kompensasi ketika
terjadi pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan
dengan kuat ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah
terjadinya kecenderungan adanya deviasi ke arah sisi dimana OP memiringkan kepalanya.

pg. 9

Pemeriksaan Pendengaran
Alat :
1.

Penala dengan berbagai frekuensi

2.

Kapas untuk menyumbat telinga

Tujuan :
1.

Untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu
telinga.

2.

Untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga.

3.

Untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan orang percobaan.

Cara Kerja :
Percobaan Rinne
1.

Getarkanlah penala (frekuensi 256/ yang lain) dengan cara memukulkan salah satu
ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya ke benda keras.

2.

Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga OP.

3.

Tanyakanlah kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga


yang diperiksa, bila demikian OP harus segera memberi tanda bila degungan bunyi itu
menghilang.

4.

Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus OP dan
kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang
sedang di periksa itu.

5.

Catatlah hasil pemeriksaan :

Positif : Bila OP masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.


Negatif : Bila OP tidak lagi mendengar dengungan dengan hantaran aerotimpanal.
Perobaan Weber
1.

Getarkanlah penala dengan seperti A.1.

2.

Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP di garis median.

3.

Tanyakan OP apakah ia mendengar bunyi penala sama kuat di kedua telinganya


ataukah terjadi lateralisasi.

4.

apa yang dimaksud dengan lateralisasi?

5.

Bila OP tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi buatan,


tutuplah salah satu telinga dengan kapas dan ulangiah pemeriksaannya.

pg. 10

Percobaan Schwabach
1.

Getarkanlah penala (frekuensi 256/ yang lain) dengan cara memukulkan salah satu
ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya ke benda keras.

2.

Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga OP.

3.

Suruhlah OP mengacungkan tangannya saat degungan hilang.

4.

Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala processus mastoideusnya
sendiri. Pada oemeriksaan ini telinga pemeriksa dianggap normal. Bila degungan
penala setelah dinyatakan OP berhenti ternyata masih dapat didengar oleh si pemeriksa
maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach Pendek.

5.

Apabila degunga penala setlah dinyatakan OP berhenti juga tidak dapat didengar oleh
pemeriksa, maka hasilnya mungin Shwabach Panjang atau Schwabach Normal. Untuk
memastikan hal ini maka :
a. Penala digetarkan , ujung tangkai penala mula-mula diekankan ke processus
mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai penala
segera ditekankan ke processus mastoideus OP.
b. Bila degungan masih dapat didengar OP maka hasilnya Schwabach Memanjang.
c. Bila degungan tidak dapat didengar lagi juga oleh OP, maka hasilnya Schwabach
Normal.

Hasil Pengamatan
Percobaan Rinne
Hasil pengamatan pada OP ialah positif karena OP masih mendengar dengungan secara
hantaran aerotimpanal.
Percobaan Weber
-

OP mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di telinganya.

Saat OP dilakukan lateralisasi buatan, OP hanya dapat mendengar di salah satu


telinganya. Ketika kapas menutup telinga kanan, OP merasakan degungannya tersumbat
di telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri.

Percobaan Schwabach
Hasil pemeriksaan pada OP ialah Schwabach Normal karena setelah degungan dinyatakan
berhenti oleh OP, juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa. Begitupun ketika pemeriksa
menyatakan dengungan berhenti, OP juga tidak dapat mendengar dengungan.
Pembahasan
pg. 11

Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga yang berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan bunyi
ke liang telinga, liang telinga yang berfungsi mengarahkan bunyi ketelinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalamnya terdiri dari tulang, panjangnya kira-kira 2 3 cm. Pada sepertiga bagian
luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat
(kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam tidak dijumpai kelenjar serumen.
TelingaTengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani yang berfungsi
mengubah bunyi menjadi getaran; batas depan tuba eustachius; batas bawah vena jugularis
(bulbus jugularis); batas belakang aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis; batas atas
tegmen timpani (meningen/otak) dan batas dalam berturut-turutdari atas ke bawah kanalis
semisi rkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang
pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes yang berfungsi
menghantar getaran ke telinga dalam. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrana timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Sedangkan tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimf skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semi
sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perilimf, sedangkan skala media berisi endolimf. Ion dan garam yang terdapat di perilimf
berbeda dengan endolimf. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membran basalis melekat sel
pg. 12

rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk
organ corti.
Fisiologi Telinga (Proses Mendengar). Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar dan
disalurkan ke lubang telinga, dan menuju gendang telinga. Gendang Telinga bergetar untuk
merespons gelombang suara yang menghantamnya. Getaran ini mengakibatkan tiga tulang di
telinga tengah bergerak. Secara mekanis getaran dari gendang telinga ini akan disalurkan,
menuju cairan yang berada di rumah siput (koklea). Getaran yang sampai di koklea ini akan
menghasilkan gelombang, sehingga rambut sel yang ada di koklea akan bergerak. Gerakan ini
mengubah energy mekanik tersebut menjadi energi elektrik ke saraf pendengaran (auditory
nerve) dan menuju ke pusat pendengaran di otak. Pusat ini akan menerjemahkan energi
tersebut menjadi suara yang dapat dikenal oleh otak.
Gangguan Pendengaran
Seseorang dapat saja mengalami gangguan pendengaran, misalnya karena sering mendengar
bunyi yang keras atau adanya infeksi telinga luar atau dalam. Gangguan (kehilangan)
pendengaran, atau ketulian dapat bersifat sementara atau menetap. Ketulian diklasifikasikan
menjadi dua jenis:
1. Tuli konduktif, terjadi apabila gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan
melalui telinga luar dan tengah untuk mengetarkan cairan di telinga dalam. Pada
kasus ini penderita dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran.
2. Tuli sensorineural, terjadi apabila gelombang suara disalurkan ke telinga dalam, tetapi
gelombang tersebut tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang diterjemahkan oleh
otak sebagai sensasi suara.
3. Tuli campuran: campuran antara gangguan pendengaran konduktif dan saraf.
Untuk pencegahan dari gangguan pendengaran, seseorang dapat diperiksa pendengarannya.
Dalam hal ini kami mencoba untuk melakukan tiga pemeriksaan pendengaran dengan penala,
yaitu pemeriksaan cara Rinne, cara Weber, dan cara Schwabach.

Kesimpulan
Tes Rinne bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga
yang diperiksa. Apabila tes Rinne menunjukan hasil yang positif, maka orang yang diperiksa
didiagnosa tidak memiliki gangguan pendengaran atau normal. Sedangkan apabila tes Rinne
menunjukan hasil negatif, dapat dikatakan orang yang diperiksa memiliki gangguan

pg. 13

pendengaran. Pada tes Weber jika menunjukkan adanya lateralisasi maka orang yang
diperiksa didiagnosa memiliki gangguan pada indera pendengarannya. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui keseimbangan pendengaran orang yang diperiksa melalui hantaran tulang.
Dan pada pemeriksaan dengan menggunakan tes Schwabach menunjukkan hasil Scwabach
normal maka orang yang diperiksa memiliki pendengaran yang normal. Sedangkan jika hasil
tes menunjukkan Schwabach memanjang atau memendek maka orang yang diperiksa
didiagnosa memiliki kelainan pada pendengarannya.

Daftar Pustaka
1.

Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2012

2.

AC Guyton, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2012.

pg. 14

Anda mungkin juga menyukai