PENDAHULUAN
reflek memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari
dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan keruh akan pada bola mata dan
kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi
penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk
mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan
kebutaan.
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : Trauma
tumpul, Trauma tembus bola mata, Trauma kimia, Trauma radiasi. Trauma
kimia pada mata dapat dibedakan dalam trauma asam dan trauma basa atau
alkali. Pada tinjauan kepustakaan ini hanya dibahas trauma kimia okuli yang
meliputi truma asam dan trauma basa atau alkali.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari trauma kimia pada mata ?
2) Apa penyebab dari trauma kimia pada mata ?
3) Bagaimana gejala-gejala yang ditimbulkan pada mata terkena zat
kimia asam basa?
4) Bagaimana penatalaksanaan trauma kimia pada mata ?
5) Bagaimana P3K pada korban dengan trauma kimia pada mata ?
6) Bagaimana derajat yang mengalami kerusakan akibat terkena asam
basa?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Mengetahui pengertian dari trauma kimia pada mata
2) Mengetahui penyebab dari trauma kimia pada mata
3) Mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari trauma kimia pada mata
4) Mengetahui penatalaksanaan trauma kimia pada mata
5) Mengetahui P3K pada korban dengan trauma kimia pada mata
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
kedaruratan
oftalmologi,
karena
dapat
menyebabkan
kehilangan penglihatan.
Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata
baik diakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat
dengan pH > 7) yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata
tersebut. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume,
konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia.
Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda.
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi
dalam laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia,
pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia di abad
modern. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan
segera.Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang
segera harus dilakukan.
B. KLASIFIKASI
1. Trauma asam
1) Definisi:
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia
mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat
kimia asam dengan pH<7. Beberapa zat asam yang sering
mengenai mata adalah asam sulfat, asam asetat, hidroflorida,
dan asam klorida. Jika mata terkena zat kimia bersifat asam
maka akan terlihat iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya
tidak berat. Asam akan menyebabkan koagulasi protein plasma.
Dengan adanya koagulasi protein ini menimbulkan keuntungan
bagi mata, yaitu sebagai barrier yang cenderung membatasi
penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan
basa yang mampu menembus jaringan mata dan akan terus
menimbulkan kerusakan lebih jauh. Selain keuntungan,
lebih
ringan
daripada
trauma
yang
glikolitik
dan
bergabung
dengan
kalsium
dan
sel.
Akibat
safonifikasi
membran
sel
akan
bulbi.
Tekanan intra ocular akan meninggi.
Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar
Kornea keruh dalam beberapa menit.
Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan
fibroblast
P3K
Memperbaiki penglihatan
Mencegah terjadinya infeksi
Mempertahankan struktur dan anatomi mata
Mencegah sekuele jangka panjang.
Pada trauma akibat asam dilakukan irigasi jaringan yang terkenakena secepat mungkin setelah terpajan cairan kimia, dilakukan selama
mungkin untuk meyakinkan cairan yang mengakibatkan trauma benarbenar bersih dari mata. Irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan
garam fisiologis atau air selama 15-30 menit. Trauma asam pada dasarnya
akan kembali normal, namun jika perlu dapat diberikan anastesi topikal,
larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa
pada mata adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik
selama mungkin. Irigasi dilakukan sampai pH menjadi normal, paling
sedikit 2000 ml selama 30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan
lebih baik. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan
pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata 7,3. Bila
penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat
bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan. Pemberian antibiotika
dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan
sinekia posterior. Pemberian Anti glaukoma (beta blocker dan diamox)
untuk mencegah terjadinya glaucoma sekunder. Pemberian Steroid secara
berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan. Steroid diberikan
untuk menekan proses peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan
jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat
diberikan pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1%
setiap 2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak
mencegah terbentuknya fibrin dan membrane siklitik. Kolagenase inhibitor
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat
asam dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma
basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma
asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan
lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran
dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina.
Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein
permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam
tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma
mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia
merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa
dan pemeriksaan yang lengkap. Penatalaksanaan yang terpenting pada
trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera samapai pH mata kembali
normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,
multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif
dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma
dapat dicegah. Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan
pelindung yang tepat.