Anda di halaman 1dari 4

NOISE INDUCED HEARING LOSS

Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss / NIHL) adalah tuli
akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya
diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian
sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara umum bising adalah bunyi
yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan
kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf
koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang
menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi
tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian.

Pengertian dan Batasan


a.Bising
Ada beberapa ilmuwan yg mendefinisikan bising antara lain :
Dennis : bising adalah suara yg timbul dr getaran2 yg tidak teratur dan periodik.
Wall : bising ad suara yang mengganggu
Dari beberapa definisi tsb dapat disimpulkan bahwa bising mengandung makna subyektif,
tergantung pd orang yg mendengarnya. Jika suatu suara tdk diinginkan, maka bagaimanapun
merdunya suara tsb maka akan dianggap bising oleh orang yang tdk menyukainya (Allan, 1984).
Allan menyatakan bahwa bising adalah sound in the wrong place and in the wrong time.
b.Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB)
NAB faktor fisik.Nilai ambang batas kebisingan di Indonesia diatur dengan dengan Kepmen
No 51/KEPMEN/1999
NAB kebisingan adalah intensitas dimana ≤ 85 dB jika pekerja terpajan secara terus menerus
selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu, maka sebagian besar tenaga kerja tsb tidak akan
mengalami gangguan pendengaran.
c.Nilai Ambang Dengar (NAD)
NAD adalah intensitas terendah yg masih dapat didengar oleh telinga. Normalnya NAD ≤ 25
dBA (beberapa literature menyebutkan 20 dBA). Dikatakan mengalami kenaikan NAD jika
orang baru mendengar suara lebih tinggi dari batasan
Tuli dibagi atas 3 jenis:

1. Tuli/Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di


telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya
masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar
atau adanya serumen di liang telinga.
2. Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan
saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
3. Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis
gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah
juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.

Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa dengan audiometric Disamping
dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi dapat juga dilakukan
dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan pada
pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.

• Epidemiologi

Bising lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara.
Sedikitnya 7 juta orang ( 35 % dari total populasi industri di Amerika dan Eropa ) terpajan bising
85 dB atau lebih. Ketulian yang terjadi dalam industri menempati urutan pertama dalam daftar
penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa.

Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan bising dengan intensitas lebih dari 85 dB. Barrs
melaporkan pada 246 orang tenaga kerja yang memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi
asuransi, ditemukan 85 % menderita tuli saraf, dan dari jumlah tersebut 37 % didapatkan
gambaran takik pada frekuensi 4000 Hz dan 6000 Hz.

Di Polandia diperkirakan 600.000 dari 5 juta pekerja industri mempunyai risiko terpajan bising ,
dengan perkiraan 25 % dari jumlah yang terpajan terjadi gangguan pendengaran akibat bising.
Dari seluruh penyakit akibat kerja dapat diidentifikasi penderita tuli akibat bising lebih dari 36
kasus baru dari 100.000 pekerja setiap tahun.

Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas buang yang buruk
seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko gangguan pendengaran pengemudi
kendaraan tersebut menjadi lebih tinggi

Pemeriksaan Penunjang

Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan
dengar).

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah :

• Tuli Konduktif
• Tuli Saraf (Sensorineural)

Serta derajat ketulian.

Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer diperlukan


untuk mengukur ketajaman pendengaran: • digunakan untuk mengukur ambang pendengaran •
mengindikasikan kehilangan pendengaran • pembacaan dapat dilakukan secara manual atau
otomatis • mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda •
menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu
rentang frekuensi) • pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang
yang heningpun hasilnya memuaskan • berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika
kebisingan merupakan masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat menggunakan
fasilitas di rumah sakit setemapat

Penatalaksanaan

1)Penggunaan Alat Pelindung Diri yang sesuai dan menurut standar.


2)Hilangkan paparan suara dengan intensitas bising yang berlebihan pada pekerja.

3)Penggantian Shift Kerja ke tempat yang aman untuk pendengaran pekerja.

Anda mungkin juga menyukai