BAB
II
Pemakai Jalan
Pemakai jalan dalam hal ini siapa pun yang memakai fasilitas jalan,
yaitu pengemudi kendaraan bermotor dan tidak bermotor dan pejalan kaki.
Namun tidak termasuk para pengguna trotoar untuk berjualan ataupun
pengemudi becak, angkot maupun mobil lainnya yang sedang mengetem,
dalam hal ini disebut sebagai hambatan samping.
Mengetahui perilaku pemakai jalan khususnya pengemudi kendaraan
bermotor merupakan hal yang penting bagi para ahli teknik lalu lintas karena
berpengaruh kepada karakteristik lalu lintas.
Untuk keperluan perencanaan, perancangan dan pengaturan fasilitas
lalu lintas diperlukan data pemakai jalan, meliputi :
a.
Jumlah
b.
Umur
c.
Jenis kelamin
d.
Dst.
2.2.
Karakteristik Pengemudi
Karakteristik pengguna jalan bervariasi dari satu orang ke orang lain, baik
karakteristik mentalnya maupun karakteristik phisik pengguna jalan. Dalam
merancang lalu lintas perlu dipahami karaktaristik pengguna agar bisa
menggunakan
semua
variabel
karakteristik
pengguna
jalan
dalam
2-1
Kecerdasan
Indonesia,
inteligensi
adalah
kemampuan
berurusan
dengan
mengestimasi
proses
intelektual
kesanggupan
mental
untuk
semakin
baik
menganalisis
keadaan
untuk
mengambil
langkah
Motivasi
2-2
2.2.1.3.
Belajar
jalan
senantiasa
harus
meningkatkan
keahliaannya
dan
Emosi
2.2.2.Karakteristik Fisik
Karakteristik phisik yang paling penting dari seorang pengemudi adalah
kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek tetap berupa jalan dan
perlengkapan diatasnya yang mencakup bidang penglihatannya dan buta
warna.
2.2.2.1.
Bidang Penglihatan
2-3
3. Pandangan
sekeliling
90
kekiri
kanan
pusat
pandangan,
adanya
Gambar 2.1
Bidang Penglihatan
2-4
Gambar 2.2
2.2.2.2.
Titik Buta
Titik buta dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita yang tidak bisa
kelihatan pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa alasan
seperti jangkauan pandangan yang terbatas cermin, terhalang oleh muatan
yang dibawa. Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan kanan
pengemudi seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Untuk kendaraan
box, truk dan truk peti kemas, pandangan melalui cermin tengah tidak ada
jadi mereka tergantung kepada cermin pintu. Kendaraan yang tinggi seperti
bus, truk tidak bisa melihat di sekitar mereka yang rendah.
Gambar 2.3
Titik Buta
Pada Gambar 2.3 di atas kendaraan biru bisa melihat kendaraan hijau tetapi
tidak bisa melihat kendaraan merah (di titik buta) melalui cermin yang ada di
kendaraan
2-5
Truk dengan kereta gandengan dan truk dengan kereta tempelan juga
mempunyai kelemahan dalam melihat kaca sepion terutama pada saat
membelok, yang mengaikibatkan dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di
belakangnya, selain itu kendaraan lain juga bisa berjalan terlalu dekat di
belakang truk trailer untuk berlindung dari terpaan angin, dan hal ini sangat
berbahaya sebab kendaraan yang di belakang tidak mengetahui kalau tibatiba truk trailer yang di depan mengerem kendaraannya. Sangatlah penting
agar pengemudi trailer mengetahui anda berada di belakang.
Gambar 2.1
2-6
2.2.3.Observasi pengemudi
Selain penglihatan pengemudi juga melakukan beberapa obeservasi yang
mesti dilakukan saat mengemudikan kendaraan yaitu:
1. Observasi penglihatan
2. Observasi perasaan
3. Observasi pendengaran
4. Observasi yang tidak penting
-
observasi penciuman
observasi rabaan
2.2.4.Keputusan pengemudi
Pada setiap rangsangan yang diterima, pengemudi harus memutuskan sikap
apa yang harus ia lakukan terhadap rangsangan tersebut. Keputusan ini
sangat erat kaitannya dengan keselamatan selama di perjalanan.
Faktor yang mempengaruhi keputusan pengemudi antara lain :
1. Observasi
2. Tujuan
3. Pertimbangan
4. Waktu
2.2.5.Faktor yang mempengaruhi perilaku pengemudi
2.2.5.1.
1. Fisiologis
Contoh :
-
ketajaman penglihatan
2-7
ketajaman pendengaran
2. Psikologis
Seperti :
-
pertimbangan yang dungu ( dull ) hal ini timbul bila melewati rute
jalan yang belum dikenal
yang
akan
menghasilkan
satu
keputusan
untuk
bertindak
-
2.2.5.2.
2.2.6.Waktu Reaksi
Waktu yang diperlukan antara melihat suatu kejadian, mengolah informasi
tersebut diotak untuk kemudian mengambil reaksi disebut sebagai waktu
Rekayasa Lalu Lintas
2-8
reaksi, atau didalam berbagai referensi disebut sebagai PIEV time sebagai
singkatan dari Perception, Intelection, Emotion dan Volition atau Perception
Reaction time.
untuk
menghadapi
pertimbangan-pertimbangan
keadaan/ancaman
yang
sering-sering
dengan
berbagai
dipengaruhi
oleh
emosional pengemudi.
Contoh PIEV :
Pengemudi sedang mendekati suatu simpang yang bersinyal. Pengemudi
pertama
kali
melihat
lampu
lalu
lintas
warna
merah
menyala
orang-orang
tertentu
seperti
pembalap
yang
harus
mengambil
2-9
yang lebih tua, minum obat, kelelahan, gangguan phisik pada penderita
cacat, cuaca.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang berbagai perangkat lalu
lintas seperti pada survai arus jenuh pada persimpangan, dalam perhitungan
waktu hijau/merah
bertambahnya umur
kelelahan
= 1,469 V.t ( ft )
= 0,278 V.t ( m )
Dimana:
V = kecepatan kendaraan ( mph atau kph )
t = waktu reaksi (menurut AASHTO t = 2,5 detik)
Jarak pengereman (dr) yaitu jarak yang diperlukan untuk melakukan
pengereman dihitung dengan persamaan berikut ini:
dr
= v / { 30 ( f g ) }
( ft )
= v / { 225 ( f g ) }
(m)
keterangan :
v = kecepatan kendaraan ( mph atau kph )
f = koefisien gesek normal antara ban
g = besarnya landai jalan
( - ) turun
( + ) naik
Rekayasa Lalu Lintas
2-10
Jarak henti ( ds ) yaitu total penjumlahan jarak reaksi dan jarak rem yaitu:
ds
2.3.
= dp + dr
(m)
Karakteristik Kendaraan
2.4.1.
Satuan Kendaraan
kemampuan
angkat,
kemampuan
berjalan
maupun
dari
segi
kekuatan
dan
kemampuan
berjalan
suatu
kendaraan
yang
REKOMENDASI AASHTO
2-11
Lebar ( in )
Tinggi ( in )
Panjang ( in ) :
10,2
13,5
Truk tunggal
40
55
Kombinasi lain
Muatan gander ( lb ) :
65
Sumbu tunggal
20.000
Sumbu tandem
34.000
Berat bruto max ( lb )
86.500
Sumber : Rekomendasi AASHTO, terbit tahun 1974 ( dalam Teknik Jalan
Raya, ed IV, Clarkson H. Oglesby )
Keterangan :
1 yard = 3 ft = 36 inch = 9,144 . 10-1 m
1 lb = 4,535924 . 10-1 kg
1 ft = 0,3048 m
Hampir di setiap jalan raya dilewati oleh mobil penumpang maupun truk
sehingga standar desain harus ditetapkan agar memenuhi kebutuhan
keduanya. Untuk memudahkan dalam kesamaan satuan, jenis kendaraan
kendaraan
tersebut
diequivalensikan
dengan
nilainya
terhadap
mobil
penumpang dan diberi satuan EMP (equivalent mobil penumpang) atau SMP (
satuan mobil penumpang ). Yang khas dari mobil penumpang adalah yang
berhubungan dengan tinggi mata pengemudi serta perilaku pada kecepatan
yang relative tinggi sehingga memerlukan criteria tersendiri. Sesuai dengan
perkembangan jaman, maka perubahan perubahan memaksa kita untuk
mengubah standar desainnya pula. Perancang mobil penumpang semakin
cenderung membuat mobil yang lebih kecil, lebih ringan dan lebih rendah
karena harga dan biaya bahan bakar yang tinggi serta perkembangan
lingkungan dalam pemakaian bahan bakar. Perubahan lainnya akan tetap
terjadi pada tahun tahun mendatang. Dilain pihak ukuran, berat dan
karakteristik lain yang ditetapkan untuk kendaraan angkutan barang sangat
berkaitan dengan standar lebar lajur, ruang bebas vertical dan beban pada
perkerasan dan jembatan. Untuk menekan biaya operasi pengangkutan
barang, pihak industri pengangkutan cenderung membuat truk truk yang
Rekayasa Lalu Lintas
2-12
lebih lebar, lebih panjang dan lebih berat sehingga daya angkutnya lebih
besar.
Tabel 2.2 Nilai konversi satuan mobil penumpang pada simpang
Nilai emp untuk tiap
Jenis Kendaraan
pendekat
Mobil Penumpang
1,0
Kendaraan Roda 3
0,8
Sepeda Motor
0,2
Truk ringan
1,5
Truk sedang
1,3
Truk besar
2,5
Mikrobis
1,8
Bis besar
2,2
Rolling Resistance
( km/jam )
2-13
96,5
12,247
+ 10 % tiap penambahan kec.sebesar
> 96,5
Tabel
2.4
16 km/jam
Rolling
Resistance
kecepatan
rendah
pada
berbagai
perkerasan
Uniform
Badly broken
Dry, well-packed
Loose
speed
patched asphalt
gravel
sand
( km/jam )
32,1
( kg/mnt )
13,15
( kg/mnt )
14.06
( kg/mnt )
15,876
48,3
15,42
15,876
18,14
64,4
18,14
22,68
25,85
80,5
23,13
28,12
34,47
= 0,0011 A . V ( kg )
Keterangan :
Ra
= tahanan udara ( kg )
= 10 . W. g
Keterangan :
Rg
= tahanan tanjakan ( kg )
= kemiringan ( % )
2-14
349,3
349,3
174,65
174,65
174,65
Speed
Resistance
( km/jam )
80,5
96,5
48,3
64,4
80,5
( kg )
18
36
18
54
108
= 28,0 . W . a
Keterangan :
f.
Ri
= tahanan kelembaman ( kg )
= percepatan ( kg/j/detik )
= 0,0036 . R . V
Keterangan :
P
Tabel 2.6 Berat kosong dan nilai daya kuda normal beberapa
kendaraan
Jenis kendaraan
Nominal
HP
Engine speed
given HP
Intermediate type
( kg )
1814
195
( rpm )
4800
PC
Pick up truck
2041
125
3800
2-15
4535
142
3800
9070
175
3200
trailer, tractor
g. Rasio Berat dan Daya Kuda
Rasio
berat
dan
daya
kuda
suatu
kendaraan
berguna
untuk
= 0,139 a . t
keterangan :
da
= percepatan ( kph/sec )
Vehicle
Rekayasa Lalu Lintas
Typical weight
( lb )
From 40
From 60
2-16
Large car
4.800
10.0
4.0
2.5
Inter car
4.000
8.0
4.0
2.0
Compact
3.000
8.0
3.0
1.1
Smalll car
2.100
6.0
1.2
0.7
Pick up
5.000
8.0
1.8
1.5
SU truck
12.000
2.0
0.6
0.6
Combination vehicle
45.000
2.0
0.4
i.
Speed change
Acceleration
Deceleration
( kph )
0 24
0 48
48 64
64 80
80 97
97 - 113
( kphps )
5,3
5,3
5,3
4,2
3,2
2,1
( kphps )
8,5
7,3
5,3
5,3
5,3
5,3
Kecepatan
Perlambatan
( km/jam )
80
( km/jam/detik )
22 32
2-17
penumpang
truk
30
15 - 30
angka
perlambatan
maksimum
digunakan
untuk
Jarak
henti
pengereman
minimum
terjadi
bila
angka
v2 u2
255 (t g )
db
= jarak pengereman ( m )
= gradient ( % )
jalan
( + ) naik
( - ) turun
2-18