Anda di halaman 1dari 22

Tinjauan pustaka

Mekanisme Demam dan Peningkatan


Suhu Tubuh
_________________________
Christian Hasiholan Tmanern
_________________________
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi.
Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37
derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi.
Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih,
membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi. Suhu
tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh
normal adalah 37 derajat C. Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat
meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan,
suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang
dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu
tubuh satu derajat atau lebih.

Christian Hasiholan, NIM: 102011237, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana, Jalan
Arjuna Utara, roketzone@yahoo.com.

Tujuan dari pembuatan tinjauan pustaka ini ialah untuk mengedukasi khalayak mengenai
pentingnya edukasi demam dan penanganannya pada masyarakat dewasa ini. Pengenalan lebih jauh
lebih dalam kaitan yang akan dibahas baik Pengaturan Suhu Tubuh (Sumber Panas dan Heat
Loss), BMR (Basal Metabolic Rate), Patogenesis Demam dan Metabolisme Karbohidrat serta
Metabolisme Lidip yang berlangsung di dalam tubuh secara fisiologis.

Pengaturan Suhu Tubuh (Sumber Panas dan Heat Loss)


Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh mereka tetapi
mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu mempertahankan suhu
tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari
makanan.1 Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu
mempercepat reaksi-reaksi kimiasel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi
tersebut.1 Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara
homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisme sel
berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan. Bahkan
peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi protein
ireversibel. Sebagian besar orang mengalami kejang ketika suhu tubuh internal mencapai sekitar
106F (4lC); 110F (43,3C), yang dianggap sebagai batas atas yang memungkinkan kehidupan.
Suhu inti internal secara homeostasis dipertahankan pada 100F (37,8C).1 Suhu tubuh yang
diukur di mulut (per oral) secara tradisional sebesar 98,6F (37C) dianggap normal. Namun, suatu
studi baru-baru ini menunjukkan bahwa suhu tubuh bervariasi di antara individu dan bervariasi
sepanjang hari, berkisar dari 96,0F (35,5C) pada pagi hari hingga 99,9F (37,7C) pada malam
hari, dengan rerata keseluruhan 98,2F (36,7C). Selain itu, tidak ada satu suhu tubuh karena suhu
bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulasi,tubuh dapat dianggap sebagai suatu
inti sentral yang dikelilingi oleh selubung luar. Suhu di dalam inti sentral, yang terdiri dari organ
abdomen dan thoraks, susunan saraf pusat, dan otot rangka, umumnya relatif konstan. Suhu inti
internal ini berada di bawah regulasi ketat untuk dipertahankan secara homeostatik. Jaringan inti
berfungsi paling baik pada suhu relatif konstan sekitar 100F (37,8C). Kulit dan jaringan subkutis
membentuk selubung luar. Berbeda dari suhu inti yang tinggi konstan, suhu di selubungini umumnya
lebih dingin dan dapat cukup bervariasi. Sebagaicontoh, suhu kulit dapat berfluktuasi antara 68 dan

104F (20 dan 40C) tanpa mengalami kerusakan. Padakenyataannya, seperti anda akan lihat, suhu
kulit secara sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan suhu
inti yang konstan.
Tempat untuk memantau suhu tubuh. Terdapat beberapa tempat yang mudah diakses untuk
memantau suhu tubuh. Suhu mulut dan ketiak (aksila) setara, sedangkan suhu rektum rata-rata lebih
tinggi 1 derajat F (0,56C). Yang sekarang juga telah tersedia adalah alat pemantau suhu yang
memindai panas yang dikeluarkan olehgendang telinga dan mengubah suhu ini menjadi ekivalen oral.
Namun, tidak ada dari pengukuran-pengukuran ini yang merupakan indikasi mutlak suhu inti
internal, yang sedikit lebih tinggi daripada 100F daripada tempat yangdiukur.
Variasi normal suhu inti. Meskipun suhu inti dijaga relatif konstan namun beberapa faktor
menyebabkannya sedikit bervariasi:
1. Suhu inti sebagian besar orang normalnya bervariasi sekitar 1,8F (1C) pada siang hari, dengan
suhu terendah pada pagi hari sebelum bangun (jam 6 sampai 7 pagi) dan tertinggi pada sore hari (jam
5 sampai 7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama/biologis inheren, atau"jam biologis".
2. Wanita juga mengalami irafna bulanan pada suhu intinya yang berkaitan dengan siklus haid. Suhu
inti rerata0,9F (0,5C) lebih tinggi selama paruh terakhir siklus sejak saat ovulasi sampai haid.
Peningkatan ringan suhu yang menetap selama periode ini semula diperkirakan disebabkan oleh
peningkatan sekresi progesteron, salah satu hormon ovarium, tetapi tampaknya sekarang tidak
demikian. Penyebab sebenarnya masih belum diketahui.
3. Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan mencolok produksi panas oleh otot.
Selama olah raga berat, suhu inti dapat meningkat hingga 104F (40C). Pada keadaan istirahat, suhu
ini dianggap demam, tetapi normal selama olahraga berat.
4. Karena mekanisme pengendali suhu tidak 100% efektif maka suhu inti dapat sedikit bervariasi jika
tubuh terpajan ke suhu ekstrim. Sebagai contoh, suhu inti dapat turun beberapa derajat pada cuaca
dingin atau meningkat sekitar satu derajat pada cuaca panas. Karena itu, suhu inti dapat bervariasi
dari sekitar 96 sampai 104F tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat. Suhu yang
relatif konstan ini dimungkinkan oleh adanya mekanisme termoregulasi multipel yang
dikoordinasikan oleh hipotalamus.
Asupan panas harus diseimbangkan dengan pengeluaran panas agar suhu inti stabil.
Suhu inti adalah cerminan dari kandungan panas total tubuh. Asupan panas ke tubuh harus
3

diseimbangkan dengan pengeluaran panas agar kandung panas total konstan sehingga suhu inti juga
konstan. Asupan panas berasal dari panas yang diperoleh dari lingkungan luar dan produksi panas
internal, dengan yang terakhir merupakan sumber terpenting panas tubuh. Ingatlah bahwa sebagian
besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai panas. Panas ini penting untuk
mempertahankan suhu inti. Pada kenyataannya, panas yang dihasilkan biasanya lebih besar daripada
yang dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh pada kisaran normal sehingga kelebihan panas
harus dikeluarkan dari tubuh. Pengeluaran panas .terjadi melalui terpajanannya permukaan tubuh ke
lingkungan eksternal. Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran panas sering terganggu oleh (1)
perubahan produksi panas internal untuk tujuan yang tidak berkaitan dengan regulasi suhu tubuh,
terutama oleh olahraga, yang sangat meningkatkan produksi panas, dan (2) perubahan suhu
lingkungan eksternal yang mempengaruhi derajat penambahan atau pengurangan panas yang terjadi
antara tubuh dan lingkungan sekitar. Harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian kompensatorik pada
mekanisme pembentukan dan pengeluaran panas agar suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran
yang sempit meskipun produksi panas metabolik dan suhu lingkungan mengalami perubahan. Jika
suhu inti mulai turun maka produksi panas ditingkatkan dan kehilangan panas diminimalkan
sehingga suhu dapat dipertahankan normal. Sebaliknya, jika suhu mulai meningkat melebihi normal
maka diperlukan koreksi dengan meningkatkan pengeluaran panas sementara produksi panas
dikurangi. Kini kita akan menguraikan cara-cara untuk menyesuaikan penambahan dan pengeluaran
panas agar suhu tubuh tetap.
Pertukaran panas terjadi melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Semua
penambahan atau kehilangan panas antara tubuh dan lingkungan eksternal harus berlangsung antara
permukaan tubuh dan lingkungannya. Hukum-hukum fisika yang sama yang mengatur pemindahan
panas antara benda-benda mati juga mengontrol perpindahan panas antara permukaan tubuh dan
lingkungan. Suhu suatu benda dapat dianggap sebagai ukuran konsentrasi panas di dalam benda
tersebut. Karena itu, panas selalu mengalir mengikuti penurunan gradient konsentrasinya; yaitu,
menuruni gradien termal/suhu dari bagian yang lebih hangat ke yang lebih dingin {termo artiya
"panas"). Tubuh menggunakan empat mekanisme untuk memindahkan panas: radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi. Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan suatu benda hangat
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, atau gelombang panas, yang merambat dalam ruang.
Ketika suatu energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap maka energi gerakan gelombang akan
4

diubah menjadi panas di dalam benda. Tubuh manusia memancarkan (sumber yang kehilangan
panas) dan menyerap (sumber yang memperoleh panas) energi radiasi. Apakah tubuh kehilangan atau
memperoleh panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara permukaan kulit dan
permukaan benda lain di lingkungan. Karena pemindahan netto panas melalui radiasi selalu dari
benda yang lebih hangat ke yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih
hangat daripada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar. Sebaliknya,
tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke bendabenda di lingkungan yang permukaannya lebih
dingin daripada permukaan kulit, misalnya dinding bangunan, furnitur, atau pohon. Secara rerata,
manusia kehilangan hampir separuh energi panas mereka melalui radiasi. Konduksi (hantaran)
adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu
sama lain, dengan panas mengalir menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda
yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke molekul. Semua molekul terus-menerus
bergetar, dengan molekul yang lebih hangat bergerak lebih cepat daripada yang dingin. Ketika
molekul-molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yang
lebih hangat dan bergerak lebih cepat memicu molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat
sehingga molekul yang lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul yang
semula lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat dan menjadi lebih
dingin. Karena itu, asalkan waktunya cukup maka suhu dua benda yang saling bersentuhan akhirnya
akan sama. Laju pemindahan panas melalui konduksi bergantung pada perbedaan suhu antara bendabenda yang bersentuhan dan daya hantar panas bahan-bahan yang terlibat (yaitu, seberapa mudah
panas dihantarkan oleh molekul bahan). Panas dapat bertambah atau berkurang melalui konduksi
ketika kulit berkontak dengan suatu penghantar (konduktor) yang baik. Ketika anda memegang bola
es, misalnya, tangan anda menjadi dingin karena panas mengalir melalui konduksi dari tangan ke
bola es. Sebaliknya, ketika anda menempelkan bantal pemanas ke bagian tubuh anda, maka bagian
tubuh tersebut menghangat sewaktu panas dipindahkan dari bantalan ke tubuh anda. Demikian juga,
anda kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi ke lapisan udara yang berkontak langsung
dengan tubuh anda. Arah pemindahan panas masing-masing bergantung pada apakah udara lebih
dingin atau lebih panas daripada kulit anda. Namun, hanya sebagian kecil dari pertukaran panas total
antara kulit dan lingkungan berlangsung melalui konduksi saja karena udara bukan penghantar panas
yang baik. (Karena itu, air kolam renang bersuhu 80F (26,7 C) terasa lebih dingin daripada udara
dengan suhu yang sama; panas dihantarkan lebih cepat dari permukaan tubuh ke air, yang merupakan
5

konduktor yang baik daripada ke udara, yang merupakan konduktor buruk). Konveksi merujuk
kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau HJD). Sewaktu tubuh kehilangan panas
melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit
menjadi lebih hangat. Karena udara hangat lebih ringan (kurang padat) daripada udara dingin, maka
udara yang telah dihangatkan tersebut naik sementara udara yang lebih dingin berpindah ke dekat
kulit menggantikan udara yang telah hangat tersebut. Proses ini kemudian berulang. Pergerakan udara
ini, yang dikenal sebagai arus konveksi, membantu membawa panas menjauhi tubuh. Jika tidak
terjadi arus konveksi maka tidak lagi terjadi pembebasan panas setelah suhu lapisan udara yang tepat
berada di sekitar tubuh menyamai suhu kulit. Proses kombinasi pengeluaran panas dari tubuh dengan
konduksikonveksi diperkuat oleh pergerakan udara di atas permukaan tubuh, baik oleh gerakan
udara eksternal, seperti yang ditimbulkan oleh angin atau kipas, atau oleh gerakan tubuh menerobos
udara, misalnya sewaktu naik sepeda. Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah
dihangatkan oleh hantaran dan menggantinya dengan udara yang lebih dingin secara lebih cepat
maka jumlah panas yang dapat dikeluarkan dari tubuh dalam jangka waktu tertentu juga lebih
banyak. Karena itu, angin membuat kita lebih dingin pada cuaca panas, dan hari-hari berangin pada
musim salju akan terasa lebih dingin daripada hari-hari tenang dengan suhu dingin yang sama.
Karena itu, para peramal cuara mengembangkan konsep wind chill factor. Evaporasi (penguapan)
adalah metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh. Ketika udara menguap dari
permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap
dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih dingin. Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan
anda merasa lebih dingin ketika baju renang anda basah daripada ketika kering. Pengeluaran panas
secara evaporatif terjadi terus-menerus dari lapisan dalam saluran napas dan dari permukaan kulit.
Panas secara terus-menerus keluar melalui uap H2O di udara ekspirasi akibat pelembaban udara
sewaktu udara melewati sistem pernapasan. Demikian juga, karena kulit bukan lapisan yang sama
sekali kedap air maka molekul molekul H2O secara terus-menerus berdifusi menembus kulit dan
menguap. Evaporasi dari kulit yang terus-menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar
keringat. Proses pengeluaran panas pasif melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol
fisiologik dan berlangsung terus bahkan pada cuaca yang sangat dingin, saat masalahnya adalah
bagaimana mempertahankan panas tubuh. Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporative
aktif di bawah kontrol saraf simpatis. Laju pengeluaran panas evaporatif dapat diubah-ubah dengan
mengubah banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostatik penting untuk mengeluarkan kelebihan
6

panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataannya, ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat
adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan panas, karena pada keadaan ini tubuh memperoleh
panas melalui radiasi dan konduksi. Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan ke
permukaan kulit oleh kelenjar keringat yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar keringat dapat
menghasilkan hingga empat liter keringat per jam. Keringat harus diuapkan dari kulit agar terjadi
pengeluaran panas. Jika keringat hanya menetes dari permukaan kulit atau dihapus maka tidak terjadi
pengeluaran panas. Faktor terpenting yang menentukan tingkat penguapan keringat adalah
kelembaban relatif udara sekitar (persentase uap H 2 0 yang sebenarnya ada di udara dibandingkan
dengan jumlah terbanyak yang dapat ditampung udara pada suhu tersebut; sebagai contoh,
kelembaban relatif 70% berarti bahwa udara mengandung 70% dari uap H2O yang mampu
ditampuHgnya). Ketika kelembaban relative tinggi, maka udaraJbampir jenuh oleh H20 sehingga
kemampuan udara menerima tambahan kelembaban dari kulit menjadi terbatas. Karena itu, pada hari
yang panas dan lembab tidak banyak panas yang dapat dikeluarkan dari tubuh. Kelenjar keringat
terus mengeluarkan cairannya, tetapi keringat hanya menempel di kulit atau menetes dan tidak
menguap dan menimbulkan efek mendinginkan. Sebagai ukuran untuk rasa tidak nyaman yang
berkaitan dengan kombinasi panas dan kelembaban yang tinggi, para ahli meteorologi
mengembangkan indeks suhu-kelembaban.
Hipotalamus berfungsi sebagai termostat tubuh. Termostat rumah memantau suhu dalam
suatu ruangan dan memicu mekanisme pemanas (tungku) atau mekanisme pendingin sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan suhu ruangan pada tingkat yang telah ditentukan. Demikian juga,
hipotalamus, sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di
berbagai bagian tubuh dan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam
mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap
penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Hipotalamus jauh lebih peka daripada termostat rumah
anda. Hipotalamus dapat berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01C. Derajat
responsivitas hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara tepat sehingga
panas yang dihasilkan atau dikeluarkan cukup untuk mempertahankan suhu tetap normal. Untuk
menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan mekanisme pembentuk dan penghemat panas,
hipotalamus harus diberi informasi secara terus-menerus tentang suhu inti dan suhu kulit oleh
reseptor peka suhu khusus yang disebut termoreseptor. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral,
yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ
7

abdomen. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi
tentang perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Di hipotalamus diketahui terdapat dua pusat
regulasi suhu. Regio posterior diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang
memerantarai produksi dan penghematan panas. Regio anterior, yang diaktifkan oleh panas, memicu
refleks-refleks yang memerantarai pengeluaran panas. Marilah kita telaah cara-cara yang digunakan
oleh hipotalamus untuk melaksanakan fungsi termoregulasinya. Menggigil adalah cara involunter
utama untuk meningkatkan produksi panas. Tubuh dapat memperoleh panas dari produksi panas
internal yang dihasilkan oleh aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal jika yang terakhir ini
lebih hangat daripada suhu tubuh. Karena suhu tubuh biasanya lebih tinggi daripada suhu lingkungan,
maka produksi panas metabolik merupakan sumber utama panas tubuh. Dalam keadaan istirahat,
sebagian besar panas tubuh dihasilkan oleh organ-organ thoraks dan abdomen sebagai hasil dari
aktivitas metabolik yang terus berlangsung untuk mempertahankan kehidupan. D i atas tingkat basal
ini, laju produksi panas metabolik dapat meningkat bervariasi terutama karena perubahan pada
aktivitas otot rangka atau, pada derajat yang lebih rendah, karena kerja hormon tertentu. Jadi,
perubahan pada aktivitas otot rangka merupakan jalur produksi panas utama yang dikontrol untuk
pengaturan suhu.
Penyesuaian produksi panas oleh otot rangka. Sebagai respons terhadap penurunan suhu inti yang
disebabkan oleh pajanan terhadap dingin, hipotalamus meningkatkan aktivitas otot rangka untuk
menghasilkan lebih banyak panas. Dengan bekerja melalui jalur-jalur desendens yang berakhir di
neuron motorik yang mengontrol otot rangka, hipotalamus mula-mula meningkatkan tonus otot
rangka. (Tonus otot adalah tingkat tegangan konstan di dalam otot). Dalam waktu singkat dimulailah
menggigil. Menggigil adalah kontraksi ritmik otot rangka yang berlangsung cepat 10 sampai 20 kali
per detik.1 Mekanisme ini sangat efektif untuk meningkatkan produksi panas; semua energi yang
dibebaskan selama tremor otot ini diubah menjadi panas karena tidak terjadi kerja eksternal. Dalam
hitungan detik sampai menit, produksi panas internal dapat meningkat dua sampai lima kali lipat
akibat menggigil. Perubahan refleks pada aktivitas otot rangka ini sering diperkuat oleh tindakantindakan sengaja untuk menghasilkan panas misalnya melompat-lompat atau bertepuk tangan.
Respons perilaku ini tampaknya menggunakan respons saraf yang sama dengan respons fisiologik
involunter. Hipotalamus dan sistem limbik berperan besar dalam mengontrol perilaku bermotivasi.
Dalam situasi yang berlawanan-peningkatan suhu inti akibat pajanan ke panasdigunakan dua
mekanisme untuk mengurangi aktivitas otot rangka penghasil panas: Tonus otot secara refleks
8

diturunkan, dan gerakan volunter dikurangi. Ketika udara menjadi sangat hangat, orang sering
mengeluh "terlalu panas bahkan untuk bergerak". Respons ini tidak terlalu efektif untuk menurunkan
produksi panas sewaktu pajanan ke panas dibandingkan dengan respons otot yang meningkatkan
produksi panas sewaktu pajanan ke dingin karena dua alasan. Pertama, karena tonus otot normalnya
pada dasarnya sudah cukup rendah maka kapasitas untuk menguranginya lebih lanjut menjadi
terbatas. Kedua, peningkatan suhu tubuh cenderung meningkatkan laju produksi panas metabolik
karena suhu memiliki efek langsung pada laju reaksi kimia. Besar pengeluaran panas dapat
disesuaikan dengan mengubah-ubah aliran darah ke kulit. Mekanisme pengeluaran panas juga
dapat dikontrol, terutama oleh hipotalamus. Saat kita panas, kita ingin meningkatkan pengeluaran
panas ke lingkungan; saat kita dingin, kita ingin mengurangi pengeluaran panas. Jumlah panas yang
dikeluarkan ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi sebagian besar ditentukan oleh
gradien suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian inti sentral tubuh adalah mesin penghasil
panas di mana suhu harus dipertahankan pada sekitar 100F. Bagian inti ini dikelilingi oleh selubung
insulator tempat terjadinya pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan eksternal. Untuk
mempertahankan suhu inti, kapasitas insulatif dan suhu selubung ini dapat disesuaikan untuk
mengubah-ubah gradien suhu antara kulit dan lingkungan eksternal sehingga derajat pengeluaran
panas dapat diatur. Kapasitas insulatif selubung tersebut dapat diubahubah dengan mengontrol
jumlah darah yang mengalir ke kulit. Aliran darah kulit memiliki dua fungsi. Pertama, memberikan
pasokan nutrisi ke kulit. Kedua, sewaktu darah dipompa dari jantung ke kulit, darah yang telah
mengalami pemanasan di bagian inti tubuh membawa panas ini ke kulit. Sebagian besar aliran darah
ke kulit berfungsi untuk mengatur suhu tubuh; pada suhu kamar normal, darah yang mengalir ke kulit
20 sampai 30 kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kulit. 1
Dalam proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat bervariasi, dari 400 ml/mnt hingga 2500
ml/mnt. Semakin banyak darah yang mencapai kulit dari bagian inti tubuh yang hangat, semakin
dekat suhu kulit dengan suhu inti tubuh. Pembuluh darah kulit menghilangkan efektivitas kulit
sebagai insulator dengan membawa panas ke permukaan, tempat panas tersebut dapat keluar dari
tubuh melalui radiasi dan konduksi-konveksi. Karena itu, vasodilatasi pembuluh kulit (khususnya
arteriol), yang meningkatkan aliran darah hangat ke kulit, meningkatkan pengeluaran panas.
Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh kulit, yang mengurangi aliran darah, menurunkan pengeluaran
panas dengan menahan darah hangat tetap berada di bagian inti, tempat darah tersebut terinsulasi dari
lingkungan eksternal.1 Respons ini menahan panas yang seharusnya keluar. Kulit yang dingin dan
9

relatif kurang darah adalah insulasi yang sangat baik antara bagian inti tubuh dan lingkungan.
Namun, kulit bukan insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokonstriksi maksimal. Meskipun
aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap dapat dihantarkan melalui konduksi dari organorgan dalam ke permukaan kulit dan akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal. Respons
vasomotor kulit ini dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui sistem saraf simpatis. Peningkatan
aktivitas simpatis ke pembuluh kulit menyebabkan vasokonstriksi sebagai respons terhadap pajanan
dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh kulit sebagai
respons terhadap pajanan panas.1 Ingatlah bahwa pusat kontrol kardiovasukular di medulla juga
memiliki kontrol atas arteriol kulit (serta arteriol di seluruh tubuh) melalui penyesuaian aktivitas
simpatis ke pembuluh-pembuluh ini dengan tujuan mengatur tekanan darah. Kontrol hipotalamus atas
arteriol kulit untuk mengatur suhu mengalahkan kontrol pembuluh darah yang sama oleh pusat
kontrol kardiovaskular. Karena itu, respons vasomotor kulit yang mencolok untuk tujuan
termoregulasi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah. Sebagai contoh, tekanan darah dapat
turun pada pajanan ke lingkungan yang sangat panas, karena respons vasodilator kulit yang
ditimbulkan oleh pusat termoregulasi hipotalamus mengalahkan respons vasokonstriktor kulit yang
ditimbulkan

oleh

pusat

kontrol

kardiovaskular

medula.

Hipotalamus

secara

simultan

mengoordinasikan mekanisme produksi panas dan pengeluaran panas. Marilah kita satukan
penyesuaian-penyesuaian dalam produksi dan pengeluaran panas sebagai respons terhadap pajanan
ke lingkungan dingin atau panas. Sewaktu demam, termostat hipotalamus "disetel" pada suhu
yang lebih tinggi.1 Kata demam merujuk kepada peningkatan\ suhu tubuh akibat infeksi atau
peradangan. Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang, selain efek-efeknya
dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan tidak
mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 102F (38,9C), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam
terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme respons dingin untuk
meningkatkan suhu menjadi 102F. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi
panas segera meningkat, dan mendorong vasokonstriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran
panas.1 Kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi
pada permulaan demam. Karena merasa dingin maka yang bersangkutan memakai selimut sebagai
10

mekanisme volunter untuk membantu meningkatkan suhu tubuh dengan menahan panas tubuh.
Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respons terhadap panas dan
dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadinya demam sebagai respons
terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi. Meskipun makna fisiologis demam belum jelas namun banyak pakar kedokteran
percaya bahwa peningkatan suhu tubuh bermanfaat dalam mengatasi infeksi. Demam memperkuat
respons peradangan dan mungkin menghambat perkembangbiakan bakteri. Selama demam, pirogen
endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin,
yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipotalamus. 1 Aspirin mengurangi demam
dengan menghambat sintesis prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak
demam karena tanpa adanya pirogen endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin
dalam jumlah bermakna. Mekanisme molekular yang pasti tentang hilangnya demam secara alami
belum diketahui, meskipun hal ini diperkirakan karena berkurangnya pengeluaran pirogen atau
sintesis prostaglandin. Ketika titik patokan hipotalamus kembali ke normal, suhu pada 102F (dalam
contoh ini) menjadi terlalu tinggi. Mekanisme-mekanisme respons panas diaktifkan untuk
mendinginkan tubuh. Terjadi vasodilatasi kulit dan pengeluaran keringat. Yang bersangkutan merasa
panas dan membuka semua penutup tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluaran panas oleh
hipotalamus ini menurunkan suhu ke normal.1

Gamabar 1.1 Mekanisme pengaturan suhu tubuh1

BMR (Basal Metabolic Rate)


11

Metabolisme basal adalah banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu
istirahat jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital tubuh
berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun berupa denyut jantung,
bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu tubuh.2 Basal Metabolisme Rate (BMR) atau
Taraf Metabolisme pada kondisi Basal ditentukan dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental
yang sempurna. Pengukuran metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah
puasa 12 sampai 14 jam (keadaan post-absorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini tidak
benar-benar basal, taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih rendah dari pada taraf
metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot terelaksasi lebih sempurna. Yang dimaksud
basal ialah suatu kumpulan syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas. Metabolisme
basal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan komposisi tubuh, faktor
pertumbuhan.2 Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,
dan keadaan emosi atau stres.2 Orang dengan berat badan yang besar dan proporsi lemak yang sedikit
mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan
yang besar tapi proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar dan
proporsi lemak yang sedikit mempunyai metabolisme basal yang lebih besar dibanding dengan orang
yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak sedikit. 2 Metabolisme basal seorang laki-laki
lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga mempengaruhi metabolisme basal dimana umur
yang lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah
dan ketegangan, misalnya saat bertanding menghasilkan metabolisme basal 5% sampai 10% lebih
besar. Hal ini terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus otot
meningkat.2 BMR normal untuk pria muda adalah sekitar 60 kcal/jam, sedangkan wanita muda
sekitar 53 kcal/jam. RQ (respiratory quotient) merupakan indeks pemakaian relatif pelbagai bahan
makanan oleh tubuh. Rasio pada metode ini adalah perbandingan antara CO2 dan oksigen yang
berbeda untuk setiap diet (CO2/O2). RQ ditentukan oleh jenis makanan dan proporsinya serta
bervariasi untuk setiap nutrien yaitu 1,0 untuk karbohidrat, 0,8 untuk protein, dan 0,7 untuk lemak.
pada kondisi BMR adalah 0,82 = 4.825 kalori.2
Penghitungan BMR : 2
V=(p/273)273/(273+t)Vu
12

Keterangan :
p = tekanan barometer tempat pemeriksaan
t = suhu alat
Vu = volume O2 yang diukur
Rumus kalori yang digunakan :2
BMR = V x 4.825 kalori/jam
Syarat pengukuran :2
1) Beristirahat secara fisik 30 menit sebelum melakukan pemeriksaan.
2) Pengukuran harus dilakukan pada suhu kamar yang nyaman, sehingga yang
bersangkutan tidak menggigil. Karena manggigil akan meningkatkan laju metabolic.
3) Berpuasa selama 12 jam.
Penerapan BMR :2
Menggunakan rumus BMR = 0,75 (PR + 0,74 PP) 72
Dimana : 2
PR = Frekuensi nadi/menit
PP = Tekanan nadi (mmHg)

Gambar 2.1 BMR untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan berat badan2

Patologis Demam
Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal.Temperature tubuh yang normal
adalah sekitar 970F sampai 990F (36-370C).3 Demam dapat merupakan pertanda reaksi tubuh terhadap
kemungkinan suatu penyakit, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit yang tergolong berat.
Demam akan menguras kalori dalam tubuh dan merusak jaringan tubuh. Demam mengacu pada
peningkatan tubuh sebagai akibat dari vinfeksi atau peradangan. 3 Sebagai respons terhadap invasi
mikroba, sel-sel darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen, yang memiliki banyak efek untuk melawan infeksi dan juga bekerja pada pusat
13

termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. 3 Hipotalamus sekarang


mempertahannkan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu tubuh normal Demam (juga
disebut pireksia) adalah suhu tubuh lebih tinggi dari normal.Ini adalah gejala yang disebabkan oleh
berbagai penyakit. Demam biasanya terjadi sebagai respon terhadap infeksi atau peradangan.Namun,
penyebab lainnya yang mungkin, termasuk obat, racun, kanker, paparan panas, cedera atau kelainan
ke otak, atau penyakit dari sistem (hormonal) endokrin.3

Gambar 3.1 Mekanisme Demam3


Stadium demam dibagi 2 stages, yakni Stage of chill.3 Merupakan fase dimana penderita
merasa dingin yang disertai menggigil. Menggigil merupakan cara involunter primer untuk
menignkatkan produksi panas. Dengan menggigil, kontraksi otot rangka yang ritmik bergetar sangat
efektif menghasilkan panas. Walaupun kontraksi otot merupaka cara utama untuk meningkatkan
panas, termogenesis non-menggigil juga berperan dalam termoregulasi. 3 Seperti pada bayi yang
memiliki jaringan lemak khusus (lemak coklat) yang mampu mengubah energi kimia menjadi panas.
Pada fase ini, heat loss menurun dan heat production meningkat. Stage of fastigium. Merupakan fase
krisi dari penyakit. Pada fase ini heat loss meningkat, sehingga sering terjadi berkeringat dan heat
production menurun.3
14

Ada tiga gangguan demam, yaitu Heat Cramps. Keadaan dimana demam disertai kejang.
Heat Exhaustion. Merupakan keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan, yang
disebabkan oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme pengeluaran panas yang
berlebihan. Keringat berlebihan mengurangi curah jantung karena volume plasma berkurang dan
vasodilatasi kulit yang ekstensif menyebabkan penurunan resistensi perifer total. Karena tekanan
darah ditentukan oleh curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total, tekanan darah turun dan
jumlah darah yang disalurkan ke otak berkurang, sehingga yang bersangkutan akan mengalami
pingsan. Dengan demikian, heat exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme
pengeluaran panas dan bukan akibat gangguan dari mekanisme tersebut. Karena mekanisme
pengeluaran panas sangat aktif, pada heat exhaustion suhu tubuh hanya sedikit meningkat. Dengan
memaksa aktivitas berhenti setelah mekansime pengeluaran panas tidak lagi mampu mengatasi
penambahan panas yang ditimbulkan oleh olahraga atau lingkungan yang panas, heat exhaustion
berfungsi sebagai katup pengaman untuk membantu mencegah konsekuensi yang lebih serius, yaitu
heat stroke.3 Heat Stroke. Merupakan situasi yang sangat berbahaya, timbul akibat rusak totalnya
mekanisme termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat menjadi heat stroke apabila
mekanisme pengeluaran panas terus dipacu secara berlebihan. Gambaran paling mencolok adalah
tidak adanya tindakan kompensasi untuk mengurangi panas (seperti berkeringat) dalam menghadapi
peningkatan suhu tubuh yang cepat. Selama pembentukan heat stroke, suhu tubuh mulai meningkat
karena mekanisme pengeluaran panas pada akhirnya dikalahkan oleh penambahan panas yang terus
menerus dan berlebihan. Setelah suhu inti mencapai sautu titik ketika pusat kontrol suhu hipotalamus
rusak akibat panas, suhu tubuh meningkat lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan metabolisme
meningkat (karena suhu tubuh yang tinggi meningkatkan metabolisme). Akibat dari metabolisme
yang meningkat, semua rekasi kimia tubuh menjadi semakin cepat. Hasil yang ditimbulkan adalah
produksi panas yang lebih besar. Keadaan tersebut menghasilkan lonjakan suhu tubuh. Untuk
pencegahan produksi panas yang semakin besar, dapat dilakukan pengompresan dengan
menggunakan air dingin. Beberapa tempat yang disarankan untuk melakukan pengompresan adalah
kepala, ketiak, lipat paha.3 Pengompresan dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan suhu
termostat. Heat stroke merupakan situasi yang berbahaya dan sepat mematikan jika tidak ditangani.
Suhu tubuh dapat mencapai 40oC bahkan lebih dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Heat stroke
dibagi menjadi dua, yaitu eksersasional, disebabkan oleh kegiatan tubuh yang berlebihan di suhu atau

15

kelembaban yang lebih tinggi dari normal dan noneksersasional antokolinergik, termasuk
antihistamin, obat antiparkinson, diuretik, dan fenotiazin.3

Metabolisme Karbohidrat
Konsumsi karbohidrat merupakan komponen utama sehari-hari. Namun, sebagian besar
karbohidrat dikonversi menjadi lemak dan akibatnya di metabolisme sebagai lemak didalam tubuh.
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk dioksidasi dan
menyediakan energi untuk proses metabolik lain.4 Glukosa dipakai paling banyak terutama dalam
bentuk monosakarida, yakni glukosa, fruktosa (secara kuantitatif dianggap penting bila intake
sukrosa banyak) dan galaktosa (bermakna kuantitatif bila laktosa merupakan karbohidrat utama
dalam makanan). Fruktosa dan Galaktosa dikonversi menjadi glukosa dihati untuk dipergunakan
dalam aktivitas khususnya oleh sel. Metabolisme karbohidrat/hidrat arang pada manusia dibagi
menjadi glikolisis (oksidasi glukosa/glikogen menjadi piruvat dan laktat oleh jalan Embden
Mayerhof), glikogenesis (sintesis glikogen dari glukosa), glikogenesis (pemecahan glikogen; glukosa
sebagai hasil utama glikogenolisis dalam hati, dan piruvat dan laktat adalah hasil utama dalam otot),
oksidasi piruvat menjadi asetil koA, HMP (Hexose Monophosphate) Shunt (jalan selain Glikolisis
EM oksidasi glukosa; dengan fungsi utama sintesis perantara NADPH dan ribosa) dan
Glukoneogenesis (Pembentukan glukosa dan glikogen dari sumber bukan karbohidrat)4
Glikolisis diawali dengan reaksi fosforilasi glukosa GLUKOSA (menjadi) GLUKOSA 6P
dengan enzim yang dipakai adalah glukokinase (hepar) dan heksokinase (ekstrahepatik); serta
memerlukan ATP dan Mg2+ (menjadi) ADP; irreversibel di sitosol sel. Kemudian, GLUKOSA 6P
(menjadi) FRUKTOSA 6P oleh kerja enzim fosfoheksosa isomerase. 4 FRUKTOSA 6P oleh bantuan
enzim kunci fosfofruktokinase (mengatur kecepatan glikolisis) dengan membutuhkan ATP dan Mg 2+
(menjadi) ADP membentuk FRUKTOSA 1.6 BISFOSFAT. Dilanjutkan dengan perombakan
FRUKTOSA 1.6 BISFOSFAT membentuk GLISERALDEHID 3P dan DIHIDROKSI ASETON
PHOSPHAT (DHAP akan dikonversi membentuk GLISERALDEHID 3P oleh enzim fosfotriosa
isomerase) oleh bantuan enzim aldolase (dua molekul). Glikolisisi dimulai dengan proses oksidasi
GLISERALDEHID 3P menjadi 1,3 BISFOSFOGLISERAT oleh gliseraldehid 3p dehidrogenase;
16

disertai dengan pemakaian/tergantung pula pada NAD+; aktivitas gugus SH dihambat oleh racun
SH YODOASETAT dengan penambahan phosphat tinggi energi membentuk NADH (terbentuk 3 ATP
melalui Rantai Pernapasan) dan H+. Kemudian, 1,3 BISFOSFOGLISERAT dimana phosphat
berafinitas tinggi ditangkap ATP dalam reaksi selanjutnya dengan ADP akan dikatalisis oleh enzim
fofogliserat kinase akan membantuk 3 FOSFOGLISERAT; menghasilkan ATP tingkat substrat.
Dilanjutkan dengan mutasi 3 FOSFOGLISERAT akan dikonversi menjadi 2 FOSFOGLISERAT oleh
enzim fosfogliserat mutase.4 Disambung dengan katalis 2 FOSFOGLISERAT membentuk
PHOSPHOENOLPIRUVAT (PEP) oleh enolase yang membutuhkan Mg 2+ dan Mn2+; serta dihambat
oleh FLOURIDA (bila diperlukan mencegah glikolisis sebelum perkiraan glukosa darah). Kemudian
Phosphat tinggi energi akan dipindahkan dari PEP ke ADP oleh priruvat kinase untuk menghasilkan
molekul ATP tingkat substrat serta membentuk ENOLPIRUVAT.4 Dengan reaksi spontan
ENOLPIRUVAT akan membentuk KETOPIRUVAT den kemudian dilanjutkan oksidasi oleh Siklus
Asam Sitrat. Pada keadaan aerob total ATP yang terbentuk adalah 8 ATP (6 ATP rantai pernapasan; 4
ATP tingkat substrat; 2 ATP digunakan untuk peminjaman awal perombakan glukosa). Pada kondisi
anaerob NADH dan H+ tidak akan dimasukan dalam pembantukan ATP dalam rantai pernapasan,
namun akan digunakan dalam pembentukan LAKTAT oleh katalisis enzim laktat dihidrogenase. Total
ATP yang terbentuk dalam kondisis anaerob adalah 2 ATP (4 ATP tingkat substrat; 2 ATP digunakan
untuk peminjaman awal perombakan glukosa).4

17

Gambar 4.1 Glikolisis Embden Meyerhof 4


Oksidasi Piruvat terjadi dimitokondria. Pada SDM tidak ada pembentukan Asetil KoA,
karena tidak ada mitokondria. Oleh sebab itu, masuk dalam siklus 2,3 BPG/ Rapoport Luebering
dikatalis oleh fosfogliserat kinase dengan menurunkan afinitas Hb terhadap O2. Kerja dikatalis oleh
piruvat dehidrogenase/fosfatase (meningkat saat/setelah makan, berhenti saat lapar, meningkat saat
banyak piruvat dan dihambat saat banyak asetil KoA).4 Dapat berlanjut pada kondisi aerob saja. Pada
oksidasi piruvat juga menghasilkan perombakan rantai pernapasan 3ATP untuk satu kali tukar keto
piruvat. Kinase spesifik menjadi salah satu pengatur aktivitas komplekas Piruvat dehidrogenase
(fosforilase kinase untuk menghambat PDH; serta defosforilase kinase untuk merangsang PDH).
Kinase spesifik dipengaruhi oleh rasio asetil S-KoA/KoA, NADH/NAD dan ATP/ADP, ratio
meningkat maka aktivitas meningkat juga. Insulin, Mg2+dan Ca2+ membuat aktivasi PHD fosfatase.
Reaksi membutuhkan tambahan vitamin seperti as.lipoat, B1, as.pantotenat, B2 dan B5.4
Siklus Asam Sitrat

(SAS/SK/TCA) merupakan jalur akhir metabolisme berbagai zat.

Diawali dengan oksidasi asetil KoA membentuk suatu siklus dengan oksaloasetat membentuk asam
trikarboksilat (as. sitrat) oleh enzim sitrat sintase. Katalis ASAM SITRAT dengan bantuan enzim
akonitase yang mengandung Fe2+ membentuk SIS-AKONITAT; dengan penghambatan flouroasetat
(berkondenasasi dengan Oksaloasetat dan asetil KoA membentuk Flourositrat). SIS-AKONITAT
akan dirombak membentuk ISOSITRAT oleh akonitase yang mengandung Fe2+.4 Dari ISOSITRAT
dengan bantuan NAD+ (3 ATP) membentuk OKSALOSUKSINAT kemudian dikatalis hingga
menjadi KETOGLUTARAT dengan ditandai dengan pembentukan CO 2 oleh enzim isositrat
dehidrogenase. KETOGLUTARAT akan mengkatalis SUKSINIL KoA oleh enzim Kompleks
ketoglutarat dehidrogenase; terjadi pembentukan 3 ATP oleh rantai pernapasan NAD +; selain itu
ditemukan penghambat Arsenit. SUKSINIL KoA akan mengkatalis SUKSINAT dengan bantuan
enzim suksinat tiokiase; terjadi bentukan GTP+ yang akan di konversi menjadi ATP+.4 SUKSINAT +
FAD membentuk FUMARAT + FADH2 dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase (dihambat
malonat secara kompetitif). Menghasilkan 2 ATP dengan energi tukar rantai pernapasan. FUMARAT
akan mengkatalis MALAT dengan melepas H 2O bantuan enzim fumarase. MALAT nantinya akan
menghasilkan 3 ATP melalui rantai pernapasan untuk mengkatalis ulang OKSALOASETAT dengan
bantuan enzim malat dehidrogenase. Total ATP 24 dengan rincian (berasal dari 2 molekul awal asetil
KoA; 22 ATPberasal dari rantai pernapasan dan 2 ATP dari tingkat substrat).4
18

Gambar 4.2 Suklus asam sitrat4


Total ATP yang didapat sebanyak 38 ATP. Bila molekul glukosa dengan fungsi invivo
didapatkan kalori pembakaran kurang lebih 2870 kJ (energi panas), dan pada fungsi invitro
didapatkan 1961 kJ kalori dengan persentase (68%) enam puluh delapan.4
Metabolisme Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber/cadangan makanan (triasilgliserol), komponen membran
(kolesterol dan fosfolipid), bahan baku hormon, surfaktan, asam lemak essensial, komponen
lipoprotein dan insulator suhu dan listrik. Penyerapan lemak berlangsung di usus dengan metode
transportasi dengan bantuan siklus enterohapatik. Oksidasi lemak dibagi dua menurut golongan
lemak dalam tubuh, yakni asam lemak jenuh (oksidasi beta asam lemak di mitokondria, di
peroksisom, oksidasi alfa asam lemak di otak serta oksidasi omega asam lemak di hepar) dan
asam lemak tidak jenuh.
Oksidasi beta asam lemak di Mitokondria (utama). Prosesnya berlangsung aerobik.
Senyawa awal asil KoA (aktivasi oleh enzim tiokinase). Menghasilkan ATP lewat rantai pernapasan.
Hasil akhirnya asetil KoA (genap) dan proprionil KoA (ganjil). Untuk asam lemak dengan atom C
19

lebih besar dari 12 perlu karnitin untuk dapat masuk ke mitokondria (asam lemak utamanya :
palmitat).
Oksidasi beta asam lemak di Peroksisom. Untuk asam lemak dengan rantai panjang (2024 atom C). Tidak menghasilkan ATP seperti reaksi di mitokondria. Pada reaksinya yang kedua,
menghasilkan H2O2 yang segera diubah oleh katalase. Hasilnya Oktanoil KoA dan Asetil KoA diawali
dengan sintesis Asil KoA (enzim asil KoA sintetase). Diinduksi oleh diet tinggi lemak dan obat
hipolipidemik.
Oksidasi alfa asam lemak di jaringan otak. Tidak menghasilkan ATP. Tidak memerlukan
aktivitas asil KoA. Gangguan oksidasi ini menyebabkan penyakit refsum/ terjadi ganggunan saraf
(penumpukan/penimbunan asam fitanat).
Oksidasi omega asam lemak di hepar. Dikatalis oleh sitokrom P450 dan memerlukan
NADPH untuk proses katalis serta menghasilkan asam dikarboksilat.
Oksidasi asam lemak tidak jenuh. Memerlukan enzim tambahan untuk menghilangkan
ikatan rangkap dengan pengurangan ATP (2 ATP) setiap satu ragkap karena meniadakan 2 reaksi pada
oksidasi beta yang menghasilkan FADH2. Produk sama dengan oksidasi beta di mitokondria dengan
pengurangan 2 ATP.4
Jenis dan Dampak Demam
Demam ada beberapa jenis, di antara, yaitu; Demam Septik. Suhu badan naik ke tingkat tinggi
sekali pada malam hari, lalu suhu turun (masih) di atas normal pada pagi hari pada pagi hari. Sering
terdapat menggigil, berkeringat; Demam Hektik.5 Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada
malam hari, lalu suhu turun sampai normal pada pagi hari pada pagi hari; Demam Remiten; Suhu
badan dapat turun setiap hari namun tidak pernah sampai suhu badan normal, namun selisih tak
pernah sampai >2 C, tidak sebesar penurunan pada demam septik; Demam Interminen. Suhu badan
dapat turun beberapa jam dalam 1 hari. Bila demam terjadi tiap dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari bebas diantara dua serangan demam disebut kuartana; Demam Kontinyu.
Variasi suhu badan yang meningkat sepanjang hari dan tidak berbeda lebih dari 1 C. Jika sampai
pada tingkat yang lebih tinggi disebut hiperpireksi; Demam Siklik. Demam ditandai dengan

20

kenaikan suhu selama beberapa hari, kemudian diikuti periode bebas demam selama beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.5
Demam mempunyai dampak tehadap tubuh manusia, dampak tersebut ada yang positif maupun
negative. Dampak Positif, demam yang menguntungkan terhadap Fungsi Imunitas (Daya Tahan)
Tubuh. Beberapa bukti penelitian in-vitro (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh manusia)
menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur demam, dibandingkan
suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnya akan mengundang lebih banyak leukosit dan
meningkatkan aktivitas mereka dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Demam juga
memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan produksi/fungsi interferon (zat yang
membantu leukosit memerangi mikroorganisme). Dampak Negatif, kemungkinan dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh). Ketika mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh
sehingga anak bisa kekurangan cairan.5 Kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit
paruparu atau penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga
penyakit paru-paru atau kelainan jantungnya infeksi saluran napas akut. Demam di atas 42C bisa
menyebabkan kerusakan neurologis (saraf), meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti
penelitian yang menunjukkan terjadinya kerusakan neurologis bila demam di bawah 42C. Anak di
bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3 tahun, berada dalam risiko
kejang demam (febrile convulsions), khususnya pada temperatur rektal di atas 40C. Kejang demam
biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf).
Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun (anoreksia),
lemas, berkeringat, menggigil dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya berhubungan dengan zat
penyebab demam tadi.5 Demam yang sangat tinggi antara 39,4C 41,1C juga dapat menyebabkan
halusinasi, kebingungan, mudah marah, bahkan kejang-kejang.
Kesimpulan
Proses metabolisme dalam tubuh dapat dipengaruhi beberapa hal salah satunya suhu. Dimana
metabolisme tubuh akan berjalan baik jika suhu tubuh optimal. Begitu pula sebaliknya metabolisme
tubuh tidak akan berjalan dengan baik jika suhu tubuh itu sendiri tidak optimal.

21

Daftar Pustaka
1. William,F Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG; 2008.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.
3. Sherwood L. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu Tubuh. Dalam : Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta; Buku Kedokteran
EGC; 2009.
5. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. Canada: Brooks/Cole. 2010;
ch. 17. Energy Balance and Temperature Regulation.

22

Anda mungkin juga menyukai