Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kasus Gastritis

Ega Farhatu Jannah


(102012277)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat
farhatujannahega@yahoo.com

Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa bertujuan ingin hidup sehat dan bahagia.
Untuk mencapai hidup sehat dan bahagia berbagai upaya dilakukan orang sesuai dengan taraf
kehidupan orang tersebut berdasarkan aspek social, ekonomi, dan budaya. Sejalan dengan
perkembangan yang ada, persoalan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah,
akan tetapi juga harus melibatkan masyarakat luas agar program yang telah dirancang dapat
mencapi tujuan yang optimal. Apalagi saat ini disadari betul bahwa dengan kondisi ekonomi
yang belum pulih menjadikan peran serta masyarakat memang mutlak diperlukan.
Peran vital air bersih dan sanitasi lingkungan dalam kelangsungan hidup dan
perkembangan harus diperhatikan. Hal ini penting karena sebagian besar penyakit menular
yang disebabkan pencemaran makanan dan minuman. Lingkungan yang diharapkan pada
masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yakni
lingkungan yang bebas dari polusi, cukup air bersih memadai sanitasinya, sehat perumahan
dan permukimannya, perencanaan kawasan berwawasan kesehatan, dan masyarakatnya hidup
tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Mengacu kepada berbagai hal diatas, maka usaha penting yang harus dilakukan pada
masa mendatang adalah menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya
pencegahan terhadap berbagai penyakit tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Laporan Kasus
Puskesmas

: Grogol II

Nomor register

Tanggal kunjungan

: 23 juli 2015

I.

Identitas Pasien
a) Nama Pasien
: Ny. Rohmi
b) Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 3 Desember 1946
c) Jenis Kelamin
: Wanita
d) Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
e) Pendidikan terakhir
: Tidak sekolah
f) Alamat
: Jl.Banjir Kanal RT 10/01 RW O1,Grogol Jakarta Barat
g) Telepon
: (021) 95388947
h) Nama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluarga :
Nama dan
Jenis
Kelamin

Tanggal

Pekerjaan

Lahir

Pendidikan

Hub.

Status

Keluarga

Perkawinan

serumah/
tidak

Rohmi

3-12-1946

IRT

Tidak sekolah

Ibu

Cerai hidup

Serumah

Marpuah

07-01-1955

IRT

SMA

Anak

Kawin

Serumah

Cecep

14-10-1971

Swasta

SMA

Anak

Kawin

Serumah

Syamsudin

11-06-1973

Swasta

SMA

Cucu

Kawin

Serumah

Achmad

25-11-1982

Swasta

SMA

Cucu

Belum kawin

Serumah

15-09-1984

Swasta

SMA

Cucu

Belum Kawin

Serumah

Rohaemin

Affandi
Susanti

Yana, Risyani, Suhendi, Aweng, Pipit, Mardan, Azril, Afizah


i) Tingkat ekonomi
j) Status imunisasi dasar pasien
k) Status imunisasi keluarga

II.

Domisili

: sedang
: tidak tahu
: anggota keluarga ada yang di imunisasi, ada

yang tidak diimunisasi


l) Status gizi
: sedang
m) Jaminan pemeliharaan kesehatan : Kartu Jakarta Sehat
Perilaku sosial pasien dan keluarga
a) Merokok
:2

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)

III.
IV.
V.

Minuman yang mengandung alkohol


Pola jajan
Pola makan
Pola penyimpanan atau memasak makanan
Pola minuman sehari-hari
Olahraga
Kebersihan hygiene
Pola rekreasi
Ibadah
Pola membersihkan rumah dan lingkungan
Pola pengobatan

:: Rebusan
: pola makan pasien tidak teratur
:: cukup
: jalan-jalan kecil
: baik
: baik
: baik
: sedang
:sedang
(puskesmas
dan

tradisional)
m) Pola hubungan sosial
: baik
n) Pola aktivitas kemasyarakatan
: baik
Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit
dalam keluarga
Kultural Keluarga :
a) Adat yang berpengaruh
b) Lain lain
Keadaan Rumah/Lingkungan
a) Kebersihan rumah
b) Jenis bangunan
c) Jenis tembok
d) Jenis atap
e) Lantai rumah
f) Luas rumah/ bangunan
g) Luas kamar pasien
h) Jumlah orang yang tinggal
i) sekamar dengan yang sakit
j) Penerangan
k) Ventilasi
l) Dapur
m) Keadaan dapur dan kebersihan
n) Tempat penyimpanan makanan
o) Tempat penyimpanan alat makan
p) Tempat cuci tangan
q) Keadaan kamar mandi
r) Keadaan WC
s) Sumber air sehari-hari
t) Tempat penyimpanan air
u) Sumber air minum
v) Kebersihan tempat penyimpanan
air minum
w) Tempat sampah di dalam rumah
x) Sumber pencahayaan dalam ruma
y) System pembuangan air limbah
z) Kebersihan sekitar rumah
aa) Tempat sampah diluar rumah
ab) Keadaan udara/ polusi luar rumah

:: Sunda, Betawi
:: sedang
: semipermanen
: batu bata - papan
: genteng
: keramik
: 11 x 5m2
: 3 x 2 m2
: 14
: cucu
: baik
: baik
: Ada
: sedang
: Kurang baik
: sedang
: ada
: baik
: sedang
: Sanyo
: baik
: baik (air galon)
: baik
: ada
: sedang
: ada
: sedang
: kurang
: sedang
3

VI.

VII.

ac) Keadaan pekarangan


: tidak ada
Anamnesis
a) Keluhan utama
: sakit perut sejak satu minggu yang lalu
b) Keluhan tambahan
: mual, muntah, lemas
c) Riwayat Penyakit sekarang
:d) Riwayat penyakit dahulu
: Osteoartritis, alergi
e) Perilaku keluarga yang berhubungan
dengan penyakit pasien sekarang
:f) Perilaku pasien yang berhubungan
dengan penyakit pasien sekarang
: tidak teratur makan dan kurang istirahat
g) Riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan penyakit sekarang : h) Riwayat penyakit keluarga
: anak: penyakit jantung
Pemeriksaan kesehatan pasien
a) Keadaan umum
: sakit ringan
b) Tanda vital
i.
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
ii.
Suhu
: 36,5 oC
iii.
Pernapasan
: 20x/menit
iv. Nadi
: 54x/menit
c) Status gizi
: sedang
d) Pemeriksaan fisik
: bising usus meningkat
e) Pemeriksaan hygiene
: baik
f) Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan : g) Diagnosis pasien
: Gastritis
h) Diagnosis banding
: Cholesistitis, GERD
i) Diagnosis keluarga
:-

Pembahasan
Gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung (superficial tidak bahaya
tetapi ada yang menembus secara dalam mengakibatkan ekskoriasi ulserativa mukosa
lambung terjadi ulkus peptikum), Dapat akut / kronis, difus / terbatas tidak meliputi seluruh
tebal dinding lambung. Konsep keseimbangan antara faktor agresif (asam lambung dan
pepsin yang disekresi) dan faktor protektif (pertahanan mukosa karena epitel lambung
mempunyai tight epithelial junction (penebalan membrane dari 2 sel yang saling
berdampingan tanpa dipisahkan jarak pada ruang ekstraselular) dan resistensi mukosa
terhadap ulserasi) ini merupakan barier mukosa lambung, jika faktor agresif lebih tinggi dan
faktor protektif rendah akan terjadi kerusakan mukosa lambung.1
Gastritis akut dapat sembuh sendiri sering berulang terjadi pada semua usia dan
semua ras, kebanyakan disebabkan oleh iritasi mukosa karena alkohol, obat-obatan (NSAID)
misalnya aspirin, infeksi kuman Helicobacter pylori, iritasi makanan. Keluhan yang muncul
rasa nyeri, rasa panas / terbakar, sekresi saliva meningkat, kembung. Timbul secara tiba-tiba
dan kelainan terlokalisir.1,2
4

Gastritis kronis difus (gastritis kronis tipe A) dapat mengakibatkan atrofi lambung.
Penyebabnya belum jelas banyak bukti karena disebabkan oleh penyakit autoimun tipe
spesifik, ini menyerang korpus dan fundus secara secara difus dan antrum tidak kena apa-apa.
Terdapat antibodi yang secara spesifik menyerang sel parietal lambung (sel tubuh dianggap
sebagai antigen) hal ini mengakibatkan aktifitas kelenjar tidak tersisa. Kehilangan sekresi
lambung mengakibatkan terjadinya aklorhidria dan anemia pernisiosa.1,3
Aklorhidria lambung kegagalan sekresi HCl oleh sel parietal yang terdapat dibagian
korpus mengakibatkan pH lambung naik, sekresi dan kerja pepsin juga dihambat pencernaan
protein terutama kollagen tidak terjadi dilambung tetapi pencernaan protein dapat dilakukan
tripsin dan enzim-enzim lain yang dihasilkan pankreas. Kadar gastrin tinggi karena sel-sel G
(terdapat di antrum) tidak kena.2
Anemia Pernisiosa Anemia pernisiosa sering menyertai atrofi lambung dan aklohidia
karena faktor intrinsik yang dihasilkan sel parietal gagal disekresi sehingga absorpsi vitamin
B12 di ileum hanya sedikit (1/50). Kekurangan vitamin B12 (kobalamin) terjadi kegagalan
pematangan sel darah merah di sumsum tulang sel menjadi besar-besar. Anemia ini juga
dapat terjadi pada gastrotomy pada terapi ulkus dan kanker lambung / ileum terminalis..
Gastritis kronis tipe A karena proses immunologic tidak bergejala dan kelainan terutama
atrofi kelenjar daerah korpus.4
Gastritis kronis (tipe B) dapat juga disebabkan karena iritasi kronis dalam waktu
lama. Terutama mengenai daerah antrum dan dapat meluas ke proksimal sepanjang kurvatura
minor. Menunjukkan gastritis antral, hiperkloridria, duodenitis / ulkus peptikum baik
duodenum maupun perpilorik. Terjadi hipersekretorik HCl terlokalisasi daerah antrum dan
atrofi mukosa tidak terjadi dan bukan pre-maligna.5
Gastritis superficial kronis karena faktor lingkungan (environmental gastritis)
distribusi multifokal dan meliputi korpus dan antrum. Gambaran awal berupa gastritis
superficial tetapi kemudian berkembang menjadi atrofi dan metaplasia-intestinal. Hal ini
mungkin disebabkan oleh toksin makanan sehari-hari dan irritant.
Manifestasi Klinik
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut antara lain :

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik
atau lebih buruk ketika makan

Mual

Muntah

Kehilangan selera

Kembung

Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada
perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau
kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang
menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan
pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan
memerlukan perawatan segera.1,2
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan dengan gejala
- gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan penyakit ini mudah
dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :

Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya terjadi
akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau
muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering
hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.

Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan masuk
ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan dan perut).
Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa sensasi makanan
yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.5,6

Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan
parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung.
Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah
ketika malam hari atau lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers

mempunyai beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.

Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit
tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat
mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan
mual.4,5

Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara
10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara
bertahap membuka.1,2
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya
ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang
berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan
membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in
menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada
di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang
sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan
cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan
makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh
mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate
secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari
sifat korosif asam hidroklorida.7
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :

Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan,
namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering
terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang
rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan
resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena
infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian
orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.8

Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer.

Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis


mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.

Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan


dan gastritis.

Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.

Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan


tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi
faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12).
Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis


pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala
dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil
radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemaklemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal,
sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.

Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.

Screening dan diagnosa


Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut
meliputi :
9

Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.1,2

Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H. pylori atau tidak.

Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.

Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.8

Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko

10

kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung
dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar
dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker
jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated
lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem
kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada
tahap awal.
Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang,
pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar
tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam
lambung seperti :

Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung
dengan cepat.3,4

Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.

Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung
adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari
pompa-pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.

11

Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringanjaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah
sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena
suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga
menghambat aktivitas H. pylori.

Terapi terhadap H. pylori


Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering
digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H.
pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari
tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu
yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya
meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan
lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk
dapat mengurangi resiko terkena gastritis :

Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah
dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.

Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
12

Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat


lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam
lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah,
terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang
dapat membantu untuk berhenti merokok.

Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan
dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,


menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit.
Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan
pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya
adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat
golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat
peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung acetaminophen.

Kesimpulan
Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat hanya
superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan pada kasuskasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi
ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung sendiri.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.h.641-94.
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.h.458-98.
3. Tambayong J. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.124-6
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.218-47.

13

5. Simadibrata M, Setiati S, et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Peyakit
Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002; 225.
6. Halim, Mubin. A. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis dan Terapi. Edisi

2: Jakarta: Sagung seto; 2007.h.267-350.


7. Sudoyo A W, Setiyohardi B, Alwi I, K Marcelius, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2189-324.
8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran.
Edisi ke-3. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.hal.32945.

14

Anda mungkin juga menyukai