Sub Dural Hematoma (SDH) : Portofolio Kasus Bedah
Sub Dural Hematoma (SDH) : Portofolio Kasus Bedah
Disusun oleh :
dr. Ari Andriyanto
Pembimbing:
dr. Achmad Zamroni ,Sp.BS
Pendamping :
dr. Kurniati, SpKK
2.
3.
4.
5.
Nama : Ny.N
Umur : 32 tahun
No. Registrasi :601xxx
Alamat: Desa Barong RT01/RW02 Barong
Sawahan-Bandar Kedung Mulyo-Jombang.
Keluhan Utama: Nyeri Kepala
Anamnesis (Heteroanamnesis):
Pasien datang dengan keluhan kesadaraannya menurun, sebelumnya satu hari sebelum
masuk rumah sakit pasien jatuh dikamar mandi dan kepala sebelah kiri terbentur, pasien
sadar saat kejadian, pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala, mual (-), muntah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat Asma disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Pengobatan: Pasien tidak memberikan obat untuk keluhannya
Riwayat keluarga :
- Riwayat Asma disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
Pemeriksaan Fisik:
STATUS GENERALIS
Vital Sign :
TD : 120/60
N : 62 x/menit
RR : 20 x/menit
So: 37,60C
GCS : 223
K/L : Anemis (-)/icterus (-)/cyanosis (-)/dispneu (-)
Pupil Isokor
Refleks cahaya (+/+)
Bloody Otoreae (-/-)
Bloody Rhinoreae (-/-)
Brill Hematom (-/-)
Batlle Signs (-/-)
Thorax : simetris , retraksi ()
Jantung
Tekanan vena sentral
Tidak didapatkan distensi vena jugular ekterna
Inspeksi
Ictus cordis tampak pada ICS V midclavicular line sinistra
Pulsasi jantung tak tampak
Palpasi
Iktus cordis teraba di ICS V midclavicular sinistra, kuat angkat
Pulsasi teraba di apeks.
Perkusi
Batas kanan jantung di ICS IV parasternal line dextra
Batas kiri jantung di ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi
S1 S2 Single Regular
Murmur (-)
Paru : ves/ves, wh -/-, rh -/ Abdomen :
Soepel, flat, BU (+) normal
Extrimitas : CRT < 2
Edema -/- Hangat +/+
-/+/+
8. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
HB : 13,4
LED : 13-27
LEU : 14.200
DIFF : - / - / - / 77 / 18 / 5
PCV : 42
TRO : 246.000
SGOT: 16,4
SGPT : 19,7
BUN : 10,3
SC
: 0,86
MCV : 94
MCH : 30
MCHC: 32
GDA : 137
NA
: 149
K
: 4,1
CL
: 115
ASESSMENT
SDH
PLANNING
PDx:
PTx :
- Inf. PZ 2000cc/24 jam
- Inf. Phenytoin 3x1 amp
Encyclopedia, 2007.
14. American College of Surgeon. 2004. Advanced Trauma Life Support
(ATLS) Seventh edition. Chicago: First Impression
15. Kaye, A. 2006. Textbook of Surgery Third edition hal 417-425. USA:
Blackwell Publishing.
16. Tim Neurotrauma. 2007. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Surabaya:
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Hasil Pembelajaran
1. Definisi Sub Dural Hematom
2. Diagnosa Sub Dural Hematom
3. Penatalaksanaan Sub Dural Hematom
4. Komplikasi Sub Dural Hematom
Follow Up
Tanggal 01/05/2015
S:
O:
TD : 120/60 mmhg
N : 62 x/mnt
S : 37,6 C
RR: 20 x/mnt
GCS : 223
K/L: a-/i-/c-/dPupil Isokor Refleks Cahaya: +/+
Tho: S1S2 Single Regular
Rh-/- Wh -/-
SDH
- Inf. PZ 2000cc/24 jam
- Inf. Phenytoin 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Inj. Santagesic 3x1 amp
- Manitol 6x100
Tanggal 02/05/2015
S:
O:
TD : 120/70 mmhg
N : 67 x/mnt
GCS : 345
K/L: a-/i-/c-/dPupil Isokor Refleks Cahaya: +/+
Tho: S1S2 Single Regular
Rh-/- Wh -/-
SDH
- Inf. PZ 2000cc/24 jam
- Inf. Phenytoin 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Inj. Santagesic 3x1 amp
- Manitol 5x100
Tanggal 03/05/2015
S : 36,5 C
RR: 22 x/mnt
S:
O:
TD : 100/70 mmhg
N : 71 x/mnt
S : 36,7 C
RR: 21 x/mnt
GCS : 345
K/L: a-/i-/c-/dPupil Isokor Refleks Cahaya: +/+
Tho: S1S2 Single Regular
Rh-/- Wh -/-
SDH
- Inf. PZ 2000cc/24 jam
- Inf. Phenytoin 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Inj. Santagesic 3x1 amp
- Manitol 4x100
Tanggal 04/05/2015
S:
O:
TD : 130/90 mmhg
N : 60 x/mnt
S : 38 C
GCS : 345
K/L: a-/i-/c-/dPupil Isokor Refleks Cahaya: +/+
Tho: S1S2 Single Regular
Rh-/- Wh -/-
SDH
- Inf. Futrolit 1000cc : Pz 1000cc
- Inf. Phenytoin 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1 amp
- Inj. Santagesic 3x1 amp
- Manitol 3x100
TINJAUAN PUSTAKA
RR: 22 x/mnt
Definisi
Sub Dural Hematoma (SDH) adalah Penimbunan darah di dalam
rongga subdural (di antara duramater dan arakhnoid).
hematom
sendiri.
Setelah
5-7
hari
hematom
mulai
yang
diserap
meninggalkan
jaringan
yang
kaya
dengan
pembuluh darah sehingga dapat memicu lagi timbulnya perdarahanperdarahan kecil dan membentuk suatu kantong subdural yang penuh
dengan cairan dan sisa darah. Subdural hematome dibagi menjadi 3
fase, yaitu akut, subakut dan kronik. Dikatakan akut apabila kurang dari
72 jam, subakut 3-7 hari setelah trauma, dan kronik bila 21 hari atau 3
minggu lebih setelah trauma.
Anatomi
Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin
atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis
atau
Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal
adalah
tipis, namun di sini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk
tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak
akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi
atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media
tempat temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang
otak dan serebelum.
Gambar 5. Calvaria
Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri
dari 3 lapisan yaitu :
1. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput
yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada
permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput
arachnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana
sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluhpembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat
mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus
sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan
sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan
perdarahan hebat. Arteri meningea terletak antara duramater dan
permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari
tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan
menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami
cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis (fosa media).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput
arakhnoid
merupakan
lapisan
yang
tipis
dan
tembus
Gambar 6. Meningen
Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada
orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu;
proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon,
oksipital
bertanggung
jawab
dalam
proses
penglihatan.
Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan.
Cairan Serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus
dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari
ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari
akuaduktus
sylvius
Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media)
dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
Perdarahan Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior
otak dan membentuk sirkulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai
jaringan
otot
didalam
dindingnya
yang
sangat
tipis
dan
tidak
Epidemiologi
1,9
Klasifikasi
1,4,7,12
a. Perdarahan akut
Gejala yang timbul segera
setelah
trauma. Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang
dapat mengakibatkan perburukan lebih lanjut pada pasien yang
biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya. Perdarahan
dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas. Pada
gambaran Ct-scan, didapatkan lesi hiperdens.
b. Perdarahan sub akut
status
meningkatnya
neurologis
tekanan
yang
memburuk.
intrakranial,
pasien
Sejalan
dengan
menjadi
sulit
berusia
di
atas
50
tahun.
Pada
gambaran
skening
cedera
parenkim
otak,
sedangkan
SDH
kompleks
Etiologi
1,2,3,5
hebat, seperti
o Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih
mudah terjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak,
misalnya pada orangtua dan juga pada anak anak.
Non trauma
o Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di dalam
ruangan subdural.
o Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan
perdarahan subdural yang spontan, dan keganasan ataupun
perdarahan dari tumor intrakranial.
o
Pada
orang
tua,
alkoholik,
gangguan
hati,
penggunaan
antikoagulan.
Patofisiologi
1,6,7
pernah dilaporkan
karena cedera
anak kecil
Pada perdarahan
hematoma
sampai
pada
suatu
titik
tertentu
akan
terjadi
transtentorial
iskemi
serebral.
atau
subfalksin.
Lebih
lanjut
Herniasi
dapat
tonsilar
terjadi
herniasi
melalui
foramen
juga
ditemukan
dapat
meningkatkan
terjadinya
dan
peningkatan
aktivitas
dari
fibrinolitik
dapat
bersamaan,
darah
mengalami
degradasi.
Hasil
akhir
dari
1,2,3,5
dengan
derajat kesadaran
yang
kontralateral
pada
tepi
bebas
tentorium.
Trauma
langsung pada saraf okulomotor atau batang otak pada saat terjadi
trauma menyebabkan dilatasi pupil kontralateral terhadap trauma.
Perubahan diamater pupil lebih dipercaya sebagai indikator letak SDH.
trauma
otak
berat.
Gangguan
neurologik
progresif
neurologik
menurun
yang
perlahan-lahan
memperlihatkan tanda-tanda
memburuk.
dalam
Tingkat
beberapa
kesadaran
jam.
mulai
Dengan
ruangan
subdural.
ruangan
Terjadi
perdarahan
secara
lambat
dalam
membran
atau
pembuluh
darah
di
sekelilingnya,
linglung
perubahan ingatan
kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.
Diagnosis
1,2,9,15
Anamnesis
Dari anamnesis di tanyakan adanya riwayat trauma kepala
baik dengan jejas dikepala atau tidak, jika terdapat jejas perlu
diteliti ada tidaknya kehilangan kesadaran atau pingsan. Jika ada
pernah atau
semula. Jika pernah apakah tetap sadar seperti semula atau turun
lagi kesadarannya, dan di perhatikan lamanya periode sadar atau
lucid interval. Untuk tambahan informasi perlu ditanyakan apakah
disertai muntah dan kejang setelah terjadinya trauma kepala.
Kepentingan mengetahui muntah dan kejang adalah untuk mencari
penyebab utama penderita tidak sadar apakah karena inspirasi atau
sumbatan nafas atas, atau karena proses intra kranial yang masih
berlanjut. Pada penderita sadar perlu ditanyakan ada tidaknya sakit
kepala dan mual, adanya kelemahan anggota gerak sesisi dan
muntah-muntah yang tidak bisa ditahan. Ditanyakan juga penyakit
lain yang sedang diderita, obat-obatan yang sedang dikonsumsi
saat ini, dan apakah dalam pengaruh alkohol.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan primer
(primary
yaitu
peningkatan
tekanan
darah,
bradikardia
dan
bradipnea.
Pemeriksaan
neurologik
yang
meliputkan
kesadaran
foto
tengkorak
tidak
dapat
dipakai
untuk
melihat
seluruh
jaringan
otak
dan
secara
akurat
ekstra-aksial
midline shift
hebat harus
T1-weighted MRI
dalam
membedakannya
dengan
epidural
Seringkali,
berulang
dengan tingkat
cairan antara
a. Stroke
b. Encephalitis
c. Abses otak
d. Adverse drugs reactions
e. Tumor otak
f. Perdarahan subarachnoid
g. Hydrocephalus
Penatalaksanaan
1,2,3,5,13
Didalam
hendaknya
masa
mempersiapkan
ditujukan
kepada
tindakan
operasi,
pengobatan
dengan
terjadi
penyerapan
darah
yang
rusak
diikuti
oleh
penderita SDH akut dengan tekanan intrakranial (TIK) yang normal dan
GCS 11 15. Hanya 6% dari penderita yang membutuhkan operasi
untuk SDH.
Penderita SDH akut yang berada dalam keadaan koma tetapi tidak
menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial (PTIK) yang bermakna
kemungkinan menderita suatu diffuse axonal injury. Pada penderita ini,
operasi tidak akan memperbaiki defisit neurologik dan karenanya tidak
di indikasikan untuk tindakan operasi.
Beberapa penderita mungkin mendapat kerusakan berat parenkim
otak dengan efek massa (mass effect) tetapi SDH hanya sedikit. Pada
penderita ini, tindakan operasi/evakuasi walaupun terhadap lesi yang
kecil akan merendahkan TIK dan memperbaiki keadaan intraserebral.
Pada penderita SDH akut dengan refleks batang otak yang negatif
dan depresi pusat pernafasan hampir selalu mempunyai prognosa akhir
yang buruk dan bukan calon untuk operasi.
Tindakan Operasi
Baik pada kasus akut maupun kronik, apabila diketemukan adanya
gejala-gejala yang progresif, maka jelas diperlukan tindakan operasi
untuk melakukan pengeluaran hematoma. Tetapi sebelum diambil
keputusan untuk dilakukan tindakan operasi, yang tetap harus kita
perhatikan adalah airway, breathing dan circulation (ABCs). Tindakan
operasi ditujukan kepada:
a. Evakuasi seluruh SDH
asimetris/fixed
e. Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
Tindakan
operatif
yang
dapat
dilakukan
adalah
burr
hole
lahan ditarik
keluar, sisa hematoma akan melekat pada surgical patties, setelah itu
dilakukan irigasi ruang subdural dengan memasukkan kateter kesegala
arah. Kontusio jaringan otak dan hematoma intraserebral direseksi.
Dipasang drain 24 jam diruang subdural, duramater dijahit rapat.
Usaha diatas adalah untuk memperbaiki prognosa akhir SDH,
dilakukan kraniotomi dekompresif yang luas dengan maksud untuk
mengeluarkan
seluruh
hematoma,
merawat
perdarahan
dan
dengan
cara
ini.
Penggunaan
teknik
ini
sebagai
Perawatan Pascabedah
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti
biasanya. Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan
fragmen tulang atau kranioplasti dianjurkan dilakukan setelah 6-8
minggu kemudian.
Follow-up
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak
membaik dan untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya
yang timbul kemudian.
Komplikasi
hematom
intraparenkim,
atau
operasi,
tension
seperti massa
pneumocephalus
berdasarkan
Empiema subdural,
abses otak dan meningitis telah dilaporkan terjadi pada kurang dari 1%
pasien setelah operasi drainase dari hematoma subdural kronis (SDH).
Pada pasien ini, timbulnya komplikasi terkait dengan anestesi, rawat
inap, usia pasien, dan kondisi medis secara bersamaan.
Prognosis
1,2,3,5
tidak
berlanjut
mencapai
ukuran
yang
dapat
Tindakan operasi
subdural
akut
yang kompleks
(complicated
SDH)
tetapi, hal yang paling penting untuk meramalkan prognosa ialah ada
atau tidaknya kontusio parenkim otak.
Angka mortalitas pada penderita dengan perdarahan subdural yang
luas dan menyebabkan penekanan (mass effect) terhadap jaringan
otak, menjadi lebih kecil apabila dilakukan operasi dalam waktu 4 jam
setelah kejadian. Walaupun demikian bila dilakukan operasi lebih dari 4
jam setelah kejadian tidaklah selalu berakhir dengan kematian.
Pada kebanyakan kasus SDH akut, keterlibatan kerusakan parenkim
otak
merupakan
(outcome)
faktor
yang
lebih
menentukan
prognosa
akhir
subdural.
Menurut Jamieson dan Yelland derajat kesadaran pada waktu akan
dilakukan
operasi
adalah
satu-satunya
faktor
penentu
terhadap
65%.
yang
bermakna
antara
derajat
kesadaran
dan
prognosa
akhir.
KESIMPULAN
Subdural hematoma adalah perdarah yang terjadi di ruang
subdural yang disebabkan karena robeknya bridging veins. Perdarahan
disebabkan trauma langsung pada kepala yang kemudian memicu
timbulnya akselsari dan deakselerasi jaringan otak sehingga merobek
pembuluh darah terutama bridging veins. Perdarahan subdural paling
sering terjadi pada permukaan lateral hemisferium
dan sebagian di
daerah temporal.
Subdural hematom dibagi menjadi akut, subakut, dan kronis. Gejala
yang ditimbulkan akibat terkumpulnya hematom yang mendesak otak
dapat berupa nyeri kepala, mual muntah, kejang, serta dilatasi pupil
dan hemiparesis apabila terjadi herniasi. Penanganan yang cepat dan
adekuat menentukan besarnya hematom dibantu dengan pemeriksaan
penunjang,
dan
kemudian
dilakukan
tindakan
berupa
evakuasi
DAFTAR PUSTAKA
Volume
39,
No.3
Heller,
J.
L.,
dkk,
Subdural
Hematoma,
MedlinePlus
Medical
Encyclopedia, 2012.
3. Tom, S., dkk, Subdural Hematoma in Emergency Medicine, Medscape
Reference, 2011.
4. Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit hal 1174-1176. Jakarta: EGC.
5. Sjamsuhidajat, R. 2004. Subdural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah,
edisi kedua hal 818, Jong W.D. Jakarta : EGC.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21258/.../Chapter
%20II.pdf.
12. Dugdale, D., Chronic Subdural Hematoma, MedlinePlus, 2010.
13.
Craniotomy Series.
MedlinePlus Medical
Encyclopedia, 2007.
14. American College of Surgeon. 2004. Advanced Trauma Life Support
(ATLS) Seventh edition. Chicago: First Impression
15. Kaye, A. 2006. Textbook of Surgery Third edition hal 417-425. USA:
Blackwell Publishing.
16. Tim Neurotrauma. 2007. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.