Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak hanya menanggapi atau membuat persepsi tentang orang lain, tetapi
juga mempersepsi dirinya sendiri. Setiap manusia menjadi subjek dan objek persepsi
sekaligus. Untuk melihat suatu persoalan ini lebih jelas, kita dapat melihat pemikiran
Charles H. Cooley. Menurutnya, manusia dapat melakukan hal tersebut karena kita
membayangkan diri kita sebagai orang lain. Gejala ini disebutnya looking glass
self(diri cermin),yakni seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama, kita
membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan
bagaimana orang menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga
atau kecewa.
Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita
yang disebut konsep diri. Walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi
Humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep diri dapat
dilacak sampai William James. James membedakan antara The I, diri yang sadar
dan aktif, dan The Me, diri yang menjadi objek renungan kita. Pada Psikologi
Social yakni psikologi social yang berorientasi pada sosiologi konsep diri
dikembangkan oleh Charles Horton Cooley (1864-1929), George Herbert Mead
(1863-1931), dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh terkemukanya
adalah Horbert Blumer. Di kalangan Psikologi social yang berorientasi pada
psikologi konsep diri tenggelam ketika behaviorisme berkuasa. Pada tahun 1943,
Gordon E. Allport menghidupkan kembali konsep diri. Pada teori motivasi Abraham
Maslow (1967,1970) dan Carl Rogers (1970) konsep diri muncul sebagai tema utama
Psikologi Humanistik.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1) Apakah pengertian Konsep Diri?
2) Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai Those physical, social, ang
psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and
our interactions with otherPersepsi tentang diri yang bersifat fisik, psikologis, dan
social yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Konsep diri
bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga mengandung penilaian
(evaluasi) tentang diri sendiri.nkonsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan yang
kita rasakan tentang diri kita.
Konsep diri memiliki dua komponen: komponen kognitif dan komponen afektif.
Dalam psikologi social, komponen kognitif disebut self image (citra diri) sedangkan
komponen afektif disebut self esteem(harga diri). Misalnya: komponen kognitif
konsep diri kita adalah saya bodoh, sedangkan komponen afektif konsep diri kita
adalah saya sedih bahwa saya bodoh
Konsep diri merupakan factor yang sangat penting dalam komunikasi antar pribadi,
Keberhasilan komunikasi antar pribadi banyak tergantung pada kualitas konsep diri:
negative atau positif. Konsep diri yang positif sangat mendukung komunikasi antar
pribadi, sebaliknya konsep diri yang negative menghambat komuniksi antar pribadi.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif sangat menunjang komunikasi antar pribadi. Dari
konsep diri yang positif lahir pola perilaku komunikasi antar pribadi yang
positif pula. Orang yang memiliki konsep diri positif memiliki ciri-ciri
antara lain sebagai berikut:
Memiliki keyakinan akan kemampuan mengatasi berbagai
masalah, bahkan ketika mengalami kegagalan
Marasa sama dan setara dengan orang lain
Menerima pujian tanpa rasa malu atau berpura-pura rendah hati
dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah.
Memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri.

2. Konsep Diri Negatif


Konsep diri yang negative dapat menghambat komunikasi antar
pribadi. Dalam berkomunikasi orang yang berkonsep diri negative
cenderung menghindar, tidak terbuka dan selalu bersikeras
memperthankan pendapatnya walaupun kadangkala dengan argument
yang tidak benar. Orang yang memiliki konsep diri negative memiliki ciriciri sebagai berikut:
Tidak tahan menerima kritik, mudah marah, menganggap koreksi
orang lain tentang dirinya sebagai usaha untuk menjatuhkan
dirinya,
Di satu segi sangat responsive terhadap pujian namun di segi lain
sangat kritis, tidak sanggup menerima kelebihan orang lain
Enggan untuk bersaing atau berkompetisi dengan orang lain
Cenderung merasa tidak disenangi, tidak diterima, dan tidak
diperhatikan orang lain.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Orang Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.
Konsep diri kita terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain tentang
kita. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima
orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan
cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila
orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita,
kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita.
Umpan Balik Orang Lain Perilaku Kita
Konsep Diri Figur 1.1 Proses Pembentukan Konsep Diri
Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuann, pendidikan,
pengalaman, rupa fisik kita, dan sebagainya kita internalisasikan lewat pernyataan
(umpan balik) orang lain yang menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita, yang
pada gilirannya menuntut kita berperilaku sebagaimana orang lain memandang kita.
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang

paling berpengaruh, yaitu oaring-orang yang paling dekat dengan diri kita. George
Herbert Mead (1934) menyebut mereka significant othersorang lain yang sangat
penting. Ketika masih kecil mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan
orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966)
menamainya affective othersorang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan
emosional. Dari merekalah perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita.
Ketika kita tumbuh dewasa, kita akan mencoba menghimpun semua peniilaian semua
orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita akan menilai diri kita sesuai
dengan penilaian orang lain. Mead menyebut konsep ini dengan generalized
others,yakni pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap
diri kita.
2. Kelompok acuan (reference group)
Dalam kehidupan, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi
anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma
sendiri. Di anatara kelompok-kelompok ini, ada yang disebut kelompok
acuan, yang membuat orang mengerahkan perilakunya sesuai dengan nilai
dan norma yang dianut olehh kelompok tersebut. Kelompok inilah yang
mempengaruhi konsep diri kita.
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat dengan kenyataan. Bila
konsep diri kita sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman, dan gagasan-gagasan baru dan lebih cermat
memandang diri kita dan orang lain.
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari
Window. Dalam Johari Window digambarkan bahwa manusia terdiri dari empat self
(diri). Sehingga dapat diungkapkan keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri
kita. Nama Johari berasal dari singkatan nama penemunaya, yakni Joseph Luft dan
Harry Ingham.
Open areaadalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain
seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai
sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita.
Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical
sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan
menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang
lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan,
keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan
menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain
miskomunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi
tingkat kepercayaan orang.
Blind areayang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak.
Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen
A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan
berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui
orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown areaadalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya.
Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu
akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika
pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah
bisa mengatakan perasaan cinta. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh
dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang
diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat halhal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam
berhubungan interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu
memahami tentang diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang
lain dengan tidak sengaja. Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal
yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah
ini, orang menyembunyikan/menutup dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan
rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang direpres
dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
Namun demikian sketidaksadaran ini kemungkinan bias muncul.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi
dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa diri kita, namun juga
bagaimana kita merasakan siapa kita. Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin,
agama kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa,fisik, kita tanam kepada diri kita
lewat pernyataaan (umpan balik) orang lain dalam masyarakat yang menegaskan
aspek-aspek tersebut dan ini dilakukan lewat komunikasi. Setelah seseorang
melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang lain akan menyadari
siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana
(sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat
menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin
menjadi siapa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan
peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah
atau mengembangkan diri.
B. Saran
Perlunya penciptaan konsep diri positif agar dapat mengefektifkan komunikasi,
khususnya dalam komunikasi antarpribadi.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.

Rachmat, Jalaluddin.2007. Psikoologi Komunikasi. Bandung: Rosda.


http://www.coremap.or.id/downloads/Mengapa_Kita_Berkomunikasi.pdf
http://www.WordPress.com weblog

Nahdatunnisa Asry Pinkqueen at 8:52 PM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai