Anda di halaman 1dari 13

5

BAB II
KONSEP RENCANA STRATEGI DAN MODEL MPKP
2.1 Konsep Manajemen Strategi
2.1.1

Visi, Misi, Filosofi, dan Analisis SWOT

2.1.1.1 Visi
Visi adalah suatu pemikiran cara pandang jauh ke depan membentuk suatu
impian masa depan (The New Wbsters Dictionary dalam buku Djoko Wijono).
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan oleh organisasi (www.deptan.go.id).
Visi adalah suatu pemikiran cara pandang terhadap suatu gambaran yang
menantang tentang impian masa depan yang diinginkan.
2.1.1.2 Misi
Misi merupakan suatu kerangka kerja di mana di dalamnya energi akan
disalurkan dengan memaksimalkan kemungkinan untuk sukses (Djoko Wijono :
hal 58). Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar
tujuan

organisasi

dapat

terlaksana

dan

berhasil

dengan

baik

(www.deptan.go.id).
Misi adalah suatu kerangka kerja yang harus dilaksanakan oleh organisasi
agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik menuju
kesuksesan yang maksimal.
2.1.1.3 Filosofi
Filosofi Keperawatan adalah pernyataan, keyakinan, tentang keperawatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berpikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam buku Nursalam : hal 50).

2.1.1.4 Analisis SWOT


Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis (dikutip dari www.wikipedia.com).
Analisis

SWOT

adalah

suatu

bentuk

analisis

situasi

dengan

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan


(Strength) dan kelemahan-kelemahan (Weakness) suatu organisasi dan
kesempatan-kesempatan (opportuninies) serta ancaman-ancaman (threats) dari
lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi (dikutip dari diktat Susi
Hermaningsih, M.Kes).
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis dalam bentuk analisis
situasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi terhadap
kekuatan-kekuatan (Strength) dan kelemahan-kelemahan (Weakness) suatu
organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman
(threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
2.2 Model Praktik Keperawatan Profesional
Model Praktek Keperawaan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang
dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam
Sitorus,2005).
Pemberian asuhan berfokus klien karena ada satu tim yang bertanggungjawab.
Perawat primer lebih pada pemberian terapi keperawatan. Perawat primer membuat
renpra dan membimbing perawat asosiet. Perawat primer memberi askep secara
berkesinambungan sehingga memfasilitasi

evidence based practice. MPKP

memfasilitasi penerapan manajemen kasus dengan adanya CCM (NersSpesialis) yang


akanmenjadi case manager.

Dalam model praktik keperawatan profesional digunakan metode modifikasi


keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang disebut
perawat primer (PP). Proses pemberian asuhan keperawatan, hubungan perawat klien
dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan perawat primer
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dibawah tanggung jawabnya. Dengan demikian diharapkan hubungan
perawat-klien didasarkan pada nilai-nilai profesional yang merupakan inti suatu
pelayanan profesional, antara lain penghargaan otonomi klien, melakukan yang baik
bagi klien
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan
jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga
peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra,
artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa
medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
2.2.1 Dasar-dasar penetapan MPKP
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer). Menurut Ratna Sitorus
penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut:
1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan professional.

2. Terdapat satu orang perawatn professional, yang bertanggung jawab dan


bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP,
perawat primer adalah S.Kp/ Ners.
3. Pada metode keperawatan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain, karena ada satu orang perawat professional (PP)
yang memahami kondisi klien secara detail sehingga mampu melakukan
hubungan kolaborasi secara optimal.
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena apabila
menggunakan metode ini secara murni dibutuhkan jumlah tenaga S.Kp/ Ners
yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada
metode modifikasi keperawatan primer, setiap PP merawat 9-10 klien.
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan keperawatan primer menjadi
penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat
mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terfragmentasi pada berbagai
anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas semua asuhan yag diberikan.
2.2.2 Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan penetapan jumlah den jenis tenaga perawat di
ruang rawat tersebut, pengembangan standar renpra, dan pelatihan.
a. Jumlah tenaga perawat
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan
derajat ketergantungan klien sesuai dengan metode Douglas (1992).
Dalam penetapan jumlah tenaga perawat di suatu ruang rawat ditentukan
juga oleh BOR dan jumlah tempat tidur yang tersedia.

b. Jenis tenaga Keperawatan


Jenis tenaga keperawatan ditetapkan berdasarkan metode modifikasi
keprawatan primer. Untuk suatu ruang rawat seperti dijelaskan
sebelumnya. Dengan menggunakan metode modifikasi keperawatan
primer diperlukan perawat primer (PP) dengan kualifikasi S.Kp/ Ners atau
yang sederajat dan diperlukan perawat asosit (PA) dengan kualifikasi D3
keperawatan. Untuk membimbing dan mengarahkan PP dan timnya dalam
memberikan

asuhan

keperawatan

pada

ProACT

Model

yang

dikembangkan oleh Tonges (1987) disebut dengan Clinical Care Manager


(CCM). Struktur ketenagaan pada MPKP dapat dilihat pada gambar 1.
c. Standar Renpra
Standar renpra dikembangkan untuk kasus yang paling sering dirawat di
suatu ruang rawat. Pengembangan standar ini bertujuan mengurangi waktu
perawat untuk menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak
dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien. Adanya
standar renpra menunjukkan asuhan keperawatan yang diberikan
berdasarkan pada konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang
merupakan salah satu karakteristik layanan profesional. Standar renpra
tersebut dilakukan oleh PP berdasarkan pengkajian yang dilakukan setiap
klien. Selanjutnya rencana yang sudah divalidasi, dibahas dengan PA
dalam timnya dan mengarahkan PA pada pelaksanaan tindakan
keperawatan.

10

2.2.3 Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP


Struktur Ketenagaan Keperawatan pada
MPKPMMMMMMPKP
Kepala Ruang Rawat
C. C. M

PP1

PP2

PP3

PA
PA

PA
PA

PA
PA

Sore

PA
PA

PA

PA

Malam

PA

PA

PA

PA
PA

PA
PA

PA
PA

Pagi

Libur/ Cuti

9-10 klien

9-10 klien

Gambar 1 Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP


Sumber : Buku Model Praktek Keperawatan Profesional karya Ratna Sitorus

9-10 klien

11

2.2.4 Penghitungan Jumlah Ketenagaan Perawat


Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat
digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
A x 52x 7x TT x BOR + 25%
41 minggu x 40 jam
Keterangan :
A

: Jam kerja efektif

TT

: Tempat Tidur

BOR : Bed Occupation Rate


Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989)
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian, sedangkan
angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. Rumus ini
digunakan apabila tidak diketahui jumlah pasien dengan kriteria tingkat
ketergantungan (partial care, minimal care, dan total care). Rumus ini menggunakan
jam kerja efektif perawat dan BOR dalam menentukan jumlah tenaga perawat serta
disesuaikan dengan penambahan 25% dari hasil tersebut.

12

2.2.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan


Dalam setiap ruangan memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh kepala
ruangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu. Tugas dan tanggung jawab
kepala ruangan diantaranya :

Mengatur jadwal dinas

Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan

Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan

Membimbing mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di


ruangan dengan dengan mengikuti sistem MPKP yang telah ada

Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat

Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan


keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan

Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan


klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya

Mengecek kelengkapan persedian status keperawatan min 5 (lima) set


setiap hari

Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan


MPKP termasuk tingkah laku professional

Bila PP cuti, tugas dan tanggungjawab PP tersebut di ambil alih oleh karu,
dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yag ditunjuk)
tetapi tetap di bawah pengawasan KARU

Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di


ruangan

Memonitor dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di


ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan pangakat

Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat tiap bulan untuk


membahas kebutuhan di ruangan

13

Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan

2.2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Clinical Care Menager (CCM)


Dalam bimbingan dan arahan di ruangan diperlukan CCM. Tugas dan
tanggung jawab CCM diantaranya :

Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde


keperawatan)

Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh PP dan tim.

Identifikasi masalah lain secara umum untuk mendapatkan masukan dari


kelompok kerja MPKP

Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA

Mempresentasikan isu-isu baru yang terkait dengan ASKEP

Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi ttg mutu
ASKEP, mengkoordinir, mengarahkan dan mengevaluasi mhs praktek, dan
membahas dan mengevaluasi tentang penerapan MPKP

Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh PP dan memberi


masukan untuk perbaikan

2.2.7 Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer

Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan,
mengorientasikan ruangan, melakukan pengkajian (baru dan melanjutkan
pengkajian PP dinas sebelumnya)

Mmbuat rencana askep,

menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dalam timnya pada saat
pre conference,

melakukan bimbingan dan evaluasi PA, memonitor dokumentasi yang


dilakukan PA

14

Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan


tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA,

mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan lab,

mendampingi dokter visite

Melakukan evaluasi askep dan membuat catatan perkembangan klien setiap


hari,

memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,

membuat perencanaan pulang,

bekerjasama dengan CCM

2.2.8 Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Associate (PA)

Membaca renpra yang telah ditetapkan PP,

menggantikan tugas PP jika tidak berada di tempat,

mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu


diselesaikan,

menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, lab, pengobatan, dan


tindakan,

berperan serta dalam pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,

membantu tim lain yang membutuhkan.

2.2.9

Lima Subsistem dalam pengembangan MPKP


Dalam pelaksanaan MPKP terdapat lima subsistem dalam pengembangan

MPKP adalah sebagai berikut:


1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan
evaluasi

renpra,

PP

mempunyai

otonomi

dan

akuntabilitas

untuk

15

mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang


dilakukan oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina
performa PA agar melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.
Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan yaitu:
Hubungan perawat klien
Hubungan perawat dan praktek
Hubungan perawat dan masyarakat
Hubungan perawat dan teman sejawat
Hubungan perawat dan profesi
2. Pendekatan manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
3. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP
akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada
renpra sesuai kebutuhan klien.
4. Hubungan profesional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi
informasi tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter.

16

Pemberian informasi yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana


tindakan medik.

17

5. Sistem Kompensasi dan penghargaan


PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur.
2.3 Karakteristik Keperawatan Bedah Dewasa
Keperawatan bedah dewasa adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan pada
klien usia dewasa secara biopsikososial dan spiritual serta kultural. Asuhan
keperawatan menekankan aspek kualitas dalam menemukan/ mengidentifikasi
penyimpangan pemenuhan KDM, penyebabnya, dan mengatasi guna menjamin klien
tetap terpenuhi KDMnya. Lingkup Keperawatan bedah dewasa adalah usia dewasa
yang memiliki konsekuensi terhadap upaya pemenuhan tugas perkembangan usia
dewasa termasuk penatalaksanaan perubahan peran dan fungsinya (Freud, Erickson).
Lingkup klien bedah dewasa adalah klien dengan gangguan sistem tubuh dalam
konteks penyakit bedah meliputi pre operatif, intra operatif, dan post operatif.
Sebagai perawat, dalam pemberian pelayanan keperawatan pada usia dewasa
haruslah mampu memenuhi kebutuhan pasien. Dalam pemberian pelayanan
keperawatan keluarga mampu menjadi pendukung dalam penyembuhan klien
sehingga dalam hal pemberian asuhan keperawatan, aspek keluarga sangatlah
penting.

Anda mungkin juga menyukai