Anda di halaman 1dari 71
[ DEPARTEMEN PERHUBUNGAN | DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 44 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 45 TAHUN 2002 TENTANG PENYERAHAN PENYELENGGARAAN BANDAR UDARA UMUM (UNIT PELAKSANA TEKNIS / SATUAN KERJA) KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN © NOMOR : KM 47 TAHUN 2002 TENTANG SERTIFIKAS! OPERAS! BANDAR UDARA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 48 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN BANDAR UDARA UMUM ‘MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! PERHUBUNGAN NOMOR: KM 44 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan telah diatur ketentuan- ketentuan mengenai Tatanan Kebandarudaraan Nasional; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Mengingat_ : 1. Undang - Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146); = Ce | ee fe cd mm ee cS Sm i \ 5. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 2002; 6. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon | Departemen ‘sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2002; 7. _Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun 2001; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL. Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan Bandar Udara adalah lapanganterbang yang Gipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turn penumpang dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai_ tempat perpindahan antar moda transportasi; Kebandarudaraan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi bandar udara untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus Jalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah; © NIRA pt 0 od [om mm et mmm 3. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah suatu sistem kebandarudaraan nasional yang memuat tentang hirarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, kegiatan, keterpaduan intra dan antar moda, serta keterpaduan dengan sektor lainnya; 4, Jaringan Penerbangan adalah kumpulan rute penerbangan yang membentuk suatu sistem pelayanan angkutan udara; 5. Bandar Udara Umum adalah bandar udara yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umum; 6. Bandar Udara Khusus adalah bandar udara yang penggunaannya hanya untuk menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan untuk umum; 7. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat; 8. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang penerbangan; 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Pasal 2 Tatanan Kebandarudaraan Nasional merupakan dasar dalam perencanaan pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara - bandar udara di seluruh Indonesia, baik bandar udara umum maupun bandar udara khusus yang bertujuan : a. _terjalinnya suatu jaringan prasarana bandar udara secara terpadu, serasi dan harmonis agar bersinergi dan tidak saling mengganggu, yang bersifat dinami b. _ terjadinya efisiensi transportasi udara secara nasional; c. terwujudnya penyediaan jasa kebandarudaraan sesuai dengan tingkat kebutuhan; d. _terwujudnya penyelenggaraan penerbangan yang handal dan berkemampuan tinggi dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah. Pasal3 Penetapan Tatanan Kebandarudaraan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan dengan memperhatikan : a. rencana tata ruang; b. _pertumbuhan ekonomi; ¢. _kelestarian lingkungan; d. _keamanan dan keselamatan penerbangan; keterpaduan intra dan antar moda transportasi; dan f. _ keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya. Pasal 4 Tatanan Kebandarudaraan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memuat fungsi bandar udara, penggunaan bandar udara, Klasifikasi bandar udara, status bandar udara, penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan bandar udara. Pasal 5 Fungsi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dibedakan dalam bentuk hirarki fungsi bandar udara yang terdiri atas : a, _bandar udara pusat penyebaran; b. _ bandar udara bukan pusat penyebaran. Pasal 6 (1) Hirarki fungsi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, ditetapkan berdasarkan penilaian atas kriteria sebagai berikut : Lod Sw Se oe = (2) @) (4) a. _ bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat kegiatan ekonomi; b. _tingkat kepadatan lalu lintas angkutan udara; ©. berfungsi untuk menyebarkan penumpang ke bandar udara lain, Ketentuan tentang bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditunjukkan dengan variabel sebagai berikut : a. status kota dimana bandar udara tersebut berada sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional; b. _ penggunaan bandar udara. Ketentuan tentang tingkat kepadatan lalu lintas angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditunjukkan dengan variabel : a. _jumiah penumpang datang dan berangkat b. _jumlah penumpang transit, ¢. _jumlah frekuensi penerbangan. Ketentuan tentang berfungsi_ untuk menyebarkan penumpang ke bandar udara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditunjukkan dengan variabel : a, _jumlah rute penerbangan datam negeri, b. _jumlah rute penerbangan luar negeri; . jumlah ute penerbangan dalam negeri yang menjadi cakupannya commu nenar ey 6 pl 002 . © 1 3 a) I 71 (2) 4 J ] d T i I (a) I ea ts eal Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan skor untuk masing-masing variabel sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Keputusan ini. Pasal 7 Bandar udara menurut penggunaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dibedakan atas : a. bandar udara yang terbuka untuk _melayani angkutan udara ke/dari luar negeri (Intermasional); b. bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar negeri (Domestik). Bandar udara yang ditetapkan terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan berdasarkan pertimbangan aspek : a. _potensi permintaan penumpang angkutan udara; b. _ potensi kondisi geografis; . _ potensi kondisi pariwisata; d. _ potensi kondisi ekonomi; e. aksesibilitas dengan bandar udara internasional disekitamya; dan f. _ keterkaitan intra dan antar moda. Pasal 8 Ketentuan tentang potensi permintaan penumpang angkutan udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a, ditunjukkan dengan : a. potensi permintaan angkutan udara luar negeri; b. _ potensi permintaan angkutan udara dalam negeri. Ba CA oS to en ee a (2) @) (4) (6) (6) Ketentuan tentang potensi__kondisi_ _geografis. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b ditunjukkan dengan variabel = a. lokasi bandar udara dengan bandar udara di negara lain yang terdekat; b. lokasi bandar udara dengan bandar udara intemasional yang telah ada. Ketentuan tentang _potensi_kondisi_pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf ¢ ditunjukkan dengan variabel : a. _bandar udara terletak di daerah tujuan wisata; b. _ tersedianya infra struktur pariwisata (hotel, restoran, tempat wisata). Ketentuan tentang potensi kondisi ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d ditunjukkan dengan : a. _pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto propinsi; b. kontribusi sektor transportasi_udara__terhadap pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto propinsi. Ketentuan tentang aksesibilitas dengan bandar udara internasional disekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e ditunjukkan dengan : a. _jumlah kapasitas dan frekuensi penerbangan ke/dari bandar udara intemasional disekitarnya; b. moda darat dan/atau laut ke/dari bandar udara interasional disekitarnya. Ketentuan tentang keterkaitan intra dan antar moda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f ditunjukkan dengan : ¢ onenaren ty Ap 002 = (1) (2) (3) (1) a. _keterkaitan dengan moda darat untuk aksesibilitas ke/dari bandar udara ke/dari kota-kota lain; b. _ keterkaitan dengan moda laut untuk aksesit ke/dari bandar udara ke/dari kota-kota lain. Pasal 9 Bandar udara menurut klasifikasinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dibedakan berdasarkan atas : a. _ fasilitas bandar udara; b. _ kegiatan operasional bandar udara; dan c. jenis pengendalian ruang udara disekitar bandar udara (Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Udara). Klasifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Bandar Udara Kelompok A; b. Bandar Udara Kelompok B; cc. Bandar Udara Kelompok C; Tata cara pengelompokan dan Komponen fasilitas bandar udara, kegiatan pengoperasian serta jenis pengendalian ruang udara di sekitar bandar udara untuk masing-masing kelompok bandar udara tercantum dalam Lampiran Il. Pasal 10 Bandar udara menurut statusnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, terdiri atas: a. bandar udara_ umum; b. _ bandar udara khusus. ee 6 te ‘ee een ne Ey 5 eS 2) (3) Bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum. Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pasal 11 Bandar udara menurut penyelenggaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dibedakan atas: a. (1) (2) bandar udara _umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Usaha Kebandarudaraan; bandar udara khusus yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah — Propinsi, _ Pemerintah Kabupaten/Kota dan Badan Hukum Indonesia. Pasal 12 Bandar udara menurut kegiatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, terdiri dari bandar udara yang melayani kegiatan : a. pendaratan dan lepas landas pesawat udara untuk melayani kegiatan angkutan udara; b. pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani kegiatan angkutan udara. Bandar udara untuk pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani kepentingan angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disebut heliport, helipad dan helideck, | wed bs — mw oo jk Pasal 13 Tatanan Kebandarudaraan Nasional berdasarkan fungsi bandar udara, penggunaan bandar udara, klasifikasi bandar udara, status bandar udara, penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 7, Pasa! 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12, sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIIA dan IIIB, berlaku sampai dengan tahun 2007 dan akan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan perkembangan. Pasal 14 a) Untuk mencapai Tatanan Kebandarudaraan Nasional sampai dengan tahun 2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, digunakan strategi_ pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara. (2) Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian | bandar udara _sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran IV Keputusan ini. Pasal 15 Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan Pengoperasian bandar dara dilaksanakan dengan memperhatikan : a. prinsip dasar_ += pembangunan, _pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara; b. kriteria indikasi_ awal pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara. Pasal 16 (1) Prinsip dasar © pembangunan, _pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar dara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, meliputi : a. _bandar udara harus terletak pada lokasi yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan operasi penerbangan serta dapat dikembangkan dan dipelihara sesuai standard yang berlaku; 10 a b. bandar udara_—_harus_—_ mempertimbangkan kemudahan pencapaian bagi pengguna; c. bandar udara harus mudah dikembangkan, untuk memenuhi peningkatan permintaan akan jasa transportasi udara; d. _ bandar udara harus menjamin pengoperasian dalam Jangka panjang; fe. bandar udara harus berwawasan lingkungan; f. bandar udara harus terjangkau secara ekonomis bagi pengguna dan penyelenggara bandar udara. (2) Terjangkau secara ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, merupakan biaya untuk pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara diupayakan diperoleh dari penerimaan bandar udara dan sedikit mungkin menggantungkan pada anggaran pemerintah serta memperhatikan aspek publik,._- Keamanan dan keselamatan penerbangan. Pasal 17 (1) Kriteria indikasi awal Pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, didasarkan atas tingkat utilisasi operasional. ae (2) Tingkat utilisasi operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. _fasilitas sisi udara; b. _fasilitas sisi darat. te (3) Tingkat utilisasi operasional bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dihitung dengan menggunakan formula sebagaimana tercantum pada Lampiran V Keputusan ini. onan heeds 1" ee ha = Pasal 18 Direktur Jenderal melakukan pengawasan ' terhadap pelaksanaan Keputusan ini. Pasal 19 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal_: 7 Agustus 2002 MENTER! PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Keuangan; Menteri Dalam Negeri; Menteri Kehakiman dan HAM; Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS; 10. Para Gubernur; 11. Para Bupati/Walikota; 12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; 13. Direksi PT (Persero) Angkasa Pura |; 14. Direksi PT (Persero) Angkasa Pura Il; 15. DPP INACA. SPENOMPeNea t NUGROHO Y/ 120105102 yi 12 = oR oS Mm oR oS co mp LAMPIRAN | KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR TANGGAL : KRITERIA DAN CARA PENILAIAN / PERHITUNGAN BANDAR UDARA PUSAT PENYEBARAN 44 TAHUN 2002 7 Agustus 2002 KRITERIA NO, BOBOT ‘SUB KRITERIA BOBOT ‘SUB KRITERIA BOBOT 1. | Terletak di kota yang merupakan | 0.125 Status kota dalam RTRWN 0.067 | 1). PKN 0.0313 Pusat kegiatan ekonomi 2). PKW 0.0219 3). PKL 0.0094 Status Bandar Udara 0.063 | 1), Internasional 0.0500 2), Domestik 0.0125 2. | Kepadatan penumpang 0.550 Penumpang Datang dan 0358 [7). > 1.000.000 0.1609 berangkat 2). 500 ~ 1.000.000 0.1073 3). 100.000 - 499,999 0.0536 4). 50.000 - 99.999 0.0268 5). < 50.000 0.0089 >. Penumpang Transit 0.124 | 1). > 200.000 0.0557 2). 50.000 ~ 100.000 0.0371 3). 10.000 ~ 49.999 0.0186 4), 5,000 -9.999 0.0093 5). <5.000 0.0031 /¢. Frekuensi...... oe ees ce Frekuensi Penerbangan 0.069 1). > 100 0.0309 2). 50-100 0.0206 3). 10-49 0.0103 4). 5-9 0.0052 5). <5 0.0017 3. | Berfungsi penyebaran_ 0.325 Rute Penerbangan Dalam O14 1). >7 0.0683 Negeri 2). 3-7 0.0341 3). <2 0.0114 . Rute Penerbangan Luar 0.016 1). >3 0.0098 Negeri 2) 1-3 0.0049 3). <1 0.0016 Rute Cakupan Dalam. 0.195 ers 0.1170 Negeri 2). 3-5 0.0585 3). <3 0.0195, 1.000 1.000 1,000 Keterangan : 1. Pusat Penyebaran 2 0.200 2. Bukan Pusat Penyebaran <0.200 MENTERI PERHUBUNGAN td AGUM GUMELAR, M.Sc. — oe ee LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGA NOMOR : 44 ‘taunt 2002 TANGGAL : 7 Agustus 2002 TATA CARA PENGELOMPOKAN BANDAR UDARA, KOMPONEN FASILITAS BANDAR UDARA DAN KEGIATAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA UNTUK MASING-MASING KELOMPOK BANDAR UDARA |. TATA CARA PENGELOMPOKAN BANDAR UDARA TINGKAT TFASILITAS DAN KEGIATAN OPERAGI BANDAR UDARA KELOMPOK PELAYANAN, BANDAR UDARA} —LALULLINTAS. TANDASAN | FASILITAS ELEKTRONIKA] SECURITY | PKP-PK UDARA DAN LISTRIK A 4 A Un-Attended 1 ' z B 3 W c 4 B AFIS 2 5 uw . 6 v Zz 3 E c ADC v 8 4 F 2 vw 10 To ll, KELOMPOK FASILITAS DAN OPERAS! BANDAR UDARA a. PENGELOMPOKAN LANDASAN BERDASARKAN KODE REFERENSI BANDAR UDARA KODE ANGKA PANJANG LANDASAN BENTANG SAYAP JARAK SISI TERLUAR RODA PESAWAT (=) (em) (mn) 1 Panjang landasan (m) <800m Bentang sayap(m) <15m Jarak sisi terluarroda psw <4.5 m 2 800m< Panjang landasan (mm) < 1200 m 15 ms Bentang sayap(m) <24m 4.5 m Jarak sisi terluar roda psw <6m 3 1200m< Panjang landasan (m) <1800m | 24m Bentang sayap(m) <36m 6m Jarak sisi terluarrodapsw <9m 36m < Bentang sayap (m) <52m 9 m $ Jarak sisi terluar roda pw <14m 4 Panjang landasan (m) > 1800 m 52m < Bentang sayap (m) <65m 9m< Jarak sisi teruar rodapsw <14m es es ee PENGELOMPOKAN FASILITAS ELEKTRONIKA. DAN LISTRIK PENERBANGAN KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 KELOMPOK I KELOMPOK IV KELOMPOK V KELOMPOK VI |. FASILITAS KOMUNIKAS! PENERBANGAN 1. VHF AG PORTABLE iL VHF AG PORTABLE 1 VHE AG VHF AG 1. VHF NG 4. VHF AIG 2. HE SSB 2 HE SSB 2 ATI ats 2. ATS. 2 ATS 3. vscs vses 3. vscs 3. vses 4 RECORDER RECORDER 4 RECORDER 4, RECORDER 5.1TY AMSG. 5. AMS 5. AMSC. 6, VSAT \VSAT/ RADIO LINK 6. VSAT/ RADIO LINK 6. VSAT/ RADIO LINK 7.08 soo 7. psao0 7. os/0D 8. HF S86" HF ssB 8. HF SSB LHF SSB" 9. AMHS" AMHS" 9. AMS? 9, AMHS* jo. ATW? ANN 10. ATA 10. AT" 11. VHF DATA LINK" - VHF DATA LINK" 11. VHF DATA LINK® 13. VHF OATA LINK* aioe 12, aloe +2, aloor : 1, FASILITAS NAVIGAS! PENERBANGAN 1. NOB 1..NOB 1. NOB 1. NOB 1. NDB 4. NB 2. VOR 2. VOR 2, VOR 2. VOR 3. OME, 3 OME 3. OME 3. OME 4 SBAS" 4 SBAS* 4. SBAS* Ti FASILTTAS ‘ela Bog tot Egy oS | FASILITAS BANTU PENDARATAN WIND CONE 1 SIGNAL 1 SIGNAL 1 SIGNAL 1. SIGNAL 1. SIGNALS. APRON FLOODLIGHT —_|2. APRON FLOOD LIGHT —_| 2 APRON FLOOD LIGHT 2. APRON FLOOD LIGHT 2 APRON FLOOD LIGHT 2. APRON FLOODLIGHT OBSTRUCTION LIGHT —|3 OBSTRUCTION LIGHT —_| 3 ODSTRUCTION LIGHT 3 OBSTRUCTION LIGHT 3. OBSTRUCTION LIGHT 3. OBSTRUCTION LIGHT SIGN BOARD 44 SIGN BOARD 4 SIGN BOARD 4 TAXI GUIDANCE SIGN 4 TAXI GUIDANCE SIGN 4. TAXI GUIDANCE SIGN GUN LIGHT 5, GUNLIGHT 5 ROTATING BEACON 5, ROTATING BEACON 5. ROTATING BEACON ‘5. ROTATING BEACON 6. ROTATING BEACON 6 PAPI 6. PAPL 6. PAPL 6, PAPUT-VASIS. 7. PAPL 7 RWWEOGE LIGHT 7. RW EOGE LIGHT 7JRMWV EDGE LIGHT 7. RWEDGE LIGHT 8 RWEND LIGHT 18 RWEND LIGHT 18. REND LIGHT. 8. RWEND LIGHT 9 TWEDGE LIGHT 9. THY EOGE LIGHT ‘9, TWEDGE LIGHT 9. TWVEDGE LIGHT 10 TaLUGHT fo, Tm LIGHT 10. TH UGHT 10. TH LIGHT 1 APRON EDGE UGHIT 11, APRON EDGE LIGHT 11. APRON EOGE LIGHT 11. APRON EDGE LIGHT h2 MALS 12. MALS: 2. MALS 2. RTL n3 Aric 3. RTI a3 RTI 13. us re ws ras 14. RvR 15. RVR 15. RVR 15. Gaas 16. GBAs 16. GaAs 16. PALS 7, PALS 7. Pats 17. SOF 18. SOFL, 18. TOZ LiGHT 19, RWV CENTRE LINE LIGHT l20, TW CENTRE LINE LIGHT lat. STOP BAR LIGHT l22. SMGS /. PENUNJANG FASILITAS, PENERBANGAN DAN OPERAS! BANDAR UDARA INTERCOM 1. INTERCOM 1 INTERCOM 1. INTERCOM 1. INTERCOM 4. INTERCOM PAS: 2 PAS 2 PABK 2, TELEPON PABK 2. TELEPON PABX 2, TELEPON PABX 3, HAND HELO MO 3. w™MD 3 PAS 3. PUBLIC ADDRESS (PAS) _| 3. PUBLIC ADDRESS (PAS) 3. PUBLIC ADDRESS (PAS) 4 HAND HELD MD 4 IGes 4 ices 4160s 4166s 5. GRAY CABIN 5 WIND 5. FIDS 5. FiOS 5. FIDS 6 HAND HELO MD 6 METAL DETECTOR (WIMO) | 6. METAL DETECTOR (TMD) | 6. METAL DETECTOR (WTMD) 7 X-RAY CABIN 7. HAND HELO MO. 7. HAND HELO M.D. 7, HAND HELO M.D. 8. EXPLOSIVE DETECTOR 8. EXPLOSIVE DETECTOR 8. EXPLOSIVE DETECTOR 9. X-RAY BAGAGE 9.ccTv 9 cov 10. X-RAY CABIN 10. X-RAY BAGAGE 10. X-RAY BAGAGE TO XRAY CABIN 11. X-RAY CABIN | 12 ALARM SYSTEM 32. X-RAY CARGO 1 13. AMC 13. ALARM SYSTEM 14. SECURITY DOOR SYSTEM 15 AMC WT FASIOTAS ae cee See eee Se Na! FASILITAS PENUNJANG PENERBANGAN 1. POWER SUPPLY 1. POWER SUPPLY 1 PoweR suppLy 1 POWER SUPPLY 2. PLN-10 8 50 KVA 2. PLN sia 80 KVA 2 PLN:80 sid 250 KVA 2 PLN-250 s/d 1000 KVA b.GENSET-10814 50KVA |b, GENSET.501 80 KVA |» GENSET-20 sd 250 KVA ». GENSET.250 sid 1000 KVA © JTR220V € J7R220980V c JMS KV c JTW KV. 4 SOLARCELL 4 CONTROL POWER 6 yIR-2z0080 v 4 sTR-220080 v ©. CONTROL POWER, AUTOMATICIMANUAL | @ CONTROL POWER, # CONTROL POWER MANUAL 2. AC SPLITIWINDOW AUTOMATIC AUTOMATIC 2. Ac winoow 3. SIRENE 2.AC SPLIT 2-AC SPLIT 3. SIRENE 3. SIRENE 3. SIRENE cat “= Teknologi penerbangan yang belum dimplementasixan Disesuaikan dengan kebutuhan operasional Power SUPPLY 2, PLN. 1000 s/s 3000 kVA, », GENSET - 1000 sd 3000 KVA| © JTM20KV. 4. JTR-2201380.V ‘¢. CONTROL POWER AUTOMATIC AC CENTRAL ‘AG SPUT SIRENE 1. POWER SUPPLY |. PLN > 3000 KVA . GENSET > 3000 KVA, ©. JTM.20 KV .s1R-220080V ‘@. CONTROL POWER ‘AUTOMATIC 2. AGCENTRAL 3. AG SPUT 4. ADGS 5, SIRENE re 62 fea~ Gee fo ap ot a @ BPcEESmPoR aN FALOLITAS SECURITY 7 ELOMP a GROUPING FASILITAS KELOMPOK | rea nensanc | yg2ME. | arasaa | “AIRpotr PASTAS DeKM) Seana” | Karasitas | secunrry JENIS ™ x TaD CRBS, w 12 1. WALK T po328, ‘THROUGH MD SAAB-340, 2. SMALL : ATR, CONVEYOR 1 DHCS. 3. HANDHELD MD | 2 100/300 4 nanpytaxy | 4 5. MOBILPATROLI | 1 & MoTOR PATROL 1 B TDD Was, 5 ca T X-RAY CABIN [1 Fz, 2 WALK 50, Turoucnm | 1 8-748, 3. HANDHELDMD | 1 ATR, 4 wanpyTaixy | 6 amen 5. RADIO 2 6 MoBILpataoL! | 1 7. MOTOR PATROL 2 c Tai eb e160 Fa, 00 a TRAY CABIN | —T F.100, 2 XRAYBAGASI | 1 Des, 3. WALK Basi, THROUGHMD | 2 BAC-i¢6, 4. HANDHELDMD | 4 BACNRA s. simpecerv | 1 6 HANDYTALKY | 3 7. RADIO 2 & MOBILPATROLI | 2 9. MOTOR PATROL 2 D TODO BasT, 0 a TRAY CABIN] 1 MD96, 2 XRAYBAGAS! | 1 MDX, 3. WALK 4320, THRoUcHMD | 2 #300, 4. HANDHELDMD | 6 310 3. EXPLOSIVED | 1 6 cere MONITORING SYSTEM 1 7. HANDYTALKY | 12 8 RADIO 3 9. MOBILPATROL! | 2 10, MOTOR _ __. PATROLL 3 &. — om a ee eS aos v Tw DEH, MD-I1, B77 Ww 4 1 2 3 4 YERAY CABIN XRAY BAGASI ‘MOBILE X-RAY (CARGO X-RAY) WALK ‘THROUGH MD HANDHELD MD EXPLOSIVED cer & ‘MONITORING SYSTEM ELECTRONIC GATE ‘ACC CONTROL HANDY TALKY |. RADIO. 9. MOBIL PATROLI |. MOTOR PATROLI BESAWAT UDARA LEBIA BESAR DC-10, MD-I1, B47 3500 nL 2 13. 1 CRAY CABIN CRAY BAGASI MOBILE X-RAY (CARGO X-RAY) WALK ‘THROUGH MD HANDHELD MD ‘MOBIL PATROLI MOTOR PATROLI wage oe Row d. PENGELOMPOKAN FASILITAS PKP-PK KELOMPOK FASILITAS PKP-PK MINIMUM KEBUTUHAN AIR DALAM KENDARAAN (LITER) MINIMUM KENDARAAN PKP-PK PERALATAN TAMBAHAN KUALIFIKASI PERSONIL Jenis | IML JENIS IML JUMLAH PERRSONIL (PER SIHFT) SENIOR YUNIOR BASIC 350 RIVTIPE [7 v AMBULANCE BREATHING APPARATUS. BAJU TAHAN API BAJU TAHAN PANAS RESUCITATOR MEGA PHONE RADIO KOMUNIKASI =| SUPERVISOR 7.000 RIVCA T TIPE ML “AMBULANCE BREATHING APPARATUS. BAJU TAHAN API BAJU TAHAN PANAS RESUCITATOR MEGA PHONE RADIO KOMUNIKASI BAK AIR MOCK UP 7.800 RIVCA- [7 TIPE HL "AMBULANCE SKIN NOZZEL BREATHING APPARATUS BAJU TAHAN API BAJU TAHAN PANAS RESUCITATOR MEGA PHONE RADIO KOMUNIKASI BAK AIR MOCK UP Aron BAJU TAHAN API BAJU TAHAN PANAS. RESUCITATOR MEGA PHONE, RADIO KOMUNIKASI BAK AIR MOCK UP SMOKE HOUSE a 3.600 FOAM "AMBULANCE T 5 ‘TENDER NURSE TENDER 1 TIPE It COMMAND CAR 1 ‘SKIN NOZZEL 2 RIV TIPE BREATHING APPARATUS | 2 Vv BAJU TAHAN API 2 BAJU TAHAN PANAS 1s RESUCITATOR ‘ MEGA PHONE 2 RADIO KOMUNIKASI 4 BAK AIR 1 MOCK UP, 1 SMOKE HOUSE. 1 3 3.100 FOAM "AMBULANCE T 5 TENDER NURSE TENDER 1 TEI COMMAND CAR 1 RIVCA SKIN NOZZEL 2 TIPE BREATHING APPARATUS | 2 2 1 1 2 4 1 1 1 oc => eS oo mw oo Co 2 = So 6 17.800 FOAM “AMBULANCE 2 @ cele ‘TENDER NURSE TENDER 1 TIPE! ‘COMMAND CAR 1 SKIN NOZZEL 2 FOAM BREATHING APPARATUS | 4 TENDER, BAJU TAHAN API 6 TIPE It BAJU TAHAN PANAS 2 RESUCITATOR 2 RIV TIPE MEGA PHONE 2 Vv RADIO KOMUNIKASI 10 BAK AIR 1 MOCK UP 1 ‘SMOKE HOUSE 1 7 FOAM ‘AMBULANCE 2 30 7 pa ‘TENDER NURSE TENDER 1 TIPE! COMMAND CAR U ‘SKIN NOZZEL_ 2 FOAM BREATHING APPARATUS | 6 TENDER BAJU TAHAN API 8 TIPE IL BAJU TAHAN PANAS 30 RESUCITATOR 2 RIVCA MEGA PHONE. 3 TIPE MIL RADIO KOMUNIKASI 10 BAK AIR 1 RIV TIPE MOCK UP 1 Vv SMOKE HOUSE. 1 om es es ch es em ey oS co cS a 5 o e 27.300 FOAM 2 | AMBULANCE z 37 4 [is]uy7 TENDER ‘NURSE TENDER 1 ‘TIPEI COMMAND CAR 1 SKIN NOZZEL 2 FOAM 2 | BREATHING APPARATUS | 6 TENDER BAJU TAHAN APL 8 TIPE IE BAJU TAHAN PANAS 37 RESUCITATOR 2 RIVCA 1 MEGA PHONE 3 TIPE IL RADIO KOMUNIKASI 10 BAK AIR 1 RIVTIPE | 1 MOCK UP 1 Vv SMOKE HOUSE 1 9 36.400 FOAM 3 "AMBULANCE 3 a 4 [ie pislo TENDER ‘NURSE TENDER 2 TIPE! COMMAND CAR 1 SKIN NOZZEL 2 FOAM 2 | BREATHING APPARATUS | 8 ‘TENDER BAJU TAHAN API 10 TIPE It BAJU TAHAN PANAS “4 RESUCITATOR 2 RIVCA 1 MEGA PHONE 4 TIPE RADIO KOMUNIKASI 10 BAK AIR 1 RIVTIPE [1 MOCK UP 1 Vv SMOKE HOUSE 1 AMOvesove ' ASNOH NOWS Al t dn DOW 1} gai Ani t ‘Vv wva 9 ISVXINAWNOY O1GV Wad y ‘ANOHd VOSW 1 VOARE » woLviionsm s ‘SYNVd NVHV Ava naa. st 1aV NVHV Arve WIQNSL ol) snivavaav onInLvaa | € WvOd z ‘TAZZON NIYS 1 VO GNYWWOO 13d. Y UHONELL ASYAN 2H slau} oz} s 1s y gonvingwy |» WYO 02's OL ceoece ere oc Ao moo ee eee e, PENGELOMPOKAN TINGKAT PELAYANAN LALU LINTAS UDARA Kiasifiasi Ruang ‘Type imitas 2 seem ia aaa ae Pelayanan yg diberikan Limitasi Keeepata Dipersyaratian | WNATC [Pelayanan saran LLU & n IFR Tidak Pertu —|petayanan informasi }250 kts dibawah 10.000 Dunarah Tidak peta Anant nin vr Tidak Peta |e nformasi [250 kts dibawah 10.000 8 Dua arch Tidak R penerangan perlu }Pelayanan pengaturan LLU dan) . TER ‘Tidak Perlu ila memungkinkan informasi |250 ks dibawah 10.000 A Dus anh Tidak peta lu an penerbangan VFR, faformasi LL bila ' VER. Tidak Pert | seemungkinkan [250 kts dibawah 10.000 ‘Dua areh ‘Tidak pertu [Petayanan pengaturen LLU, IPR, TER dai FR ["ermasuk didalamnye }250 kts dibawah 10.000 Dua arah Perla Jpetayanan informasi c |penerbangan (ADC) VFR IFR dari VER [250 kis dibawah 10.000 A Dua arth Peru VER dari VFR MENTERI PERHUBUNGAN tid AGUM GUMELAR, M.Sc Pimms LAMPIRAN IB, KEPUTUSAN MENTERY PERHUGUNGAN NOOR: 44 TAHUN 2002 TANGGAL = 7 Agetvs 2002 ‘TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL TAHUN 2002 - 2007 rc NAMA BANDARA voKast ones Srarus [_Kasiruasi_| PENGGUNAAN | PENVELENOGARAAN Eo Co soonzear [ano | 200r"] 20022007 2002-207, 20022007 + | eebeolojo, i Pang Batre Rees Bae Pua "7 i Kanan SERBEP enn Sian Baas Beebe ‘kan Puna Peta oe TESTO OETORT neynnoonsa Tae Tive nous eg : mL Tasgsiveg eng an ca TART VME NGOWS wenotuea resng tng ey VRS ISOR TS SMAOEE od i PL READIN. uaa BY TONE VAN REGO seunsmyevepreg wen ViBONT DSSNEOES a TaRTEUINOS EEE aang uP Tava vr aN ra SUS RTT Ha Sena OO AAT Tapers WS TIES WIV EW ae BSE] COTES pena ETE ‘vavonva vervn No NAMA BANDARA LoKast unas! PENGGUNAAN |__xLasiniKAs! | sraTUS | PENVELENGGARAAN | KEGATAN a ar aoenaeay [goog [2007 | 20022007 002.2007 3002.3007 S| PROPASINIS. = : lo ca | Saipan Pinal Pena Temp. Tia €. ‘S—|imemastnal Bom Fiaan BW a5] i Ses ‘Tian Pons Penyosaran | ——Tetap ‘uur Boe poe Pusat dan | a Brargs —uxan Puss Pesyeren_|_——Toap tin ‘5 [oonesa | Rabupateniia—[ FW dan RW | a7 [ tory ‘kan Puss Ponyebaran | Tolap Ure | -Bomssst | Rabopatonnom | FW dan RW. S| PROPRSTNTT = [eae Tam |e Fae RT ao wa or ‘Ur 6 EW aan RW [Mau Ha ‘ma 8 FW dan RW St_| Koro Ur x EW da RW | Hasan Aaboasra 3 Faun RW =| Sauce Bar Puss Panyebare e Ew gan S| “Tambo Waa ‘Balan Pusel Paraben nar x san RW 55 | Govaerts Tarai —Saapas poses | * EW dan [ran arb Boxer Poss Penyebereh * Fv aan RV Ser [Mat Aer = — Biker Porat Ponysbaray * Fwaan av] S| tae ‘Ban Pusst Pe & Lewann EW | | Tersome * wasn] 0] S08 : * EW dan RW 1 | Wenn =i al Fwean BW "3 PROPIST RAUNT BARAT = ea] spa = Papal Feneban Tog Ta € cna oa Evan kw | 3 Rahack Oost Bokan Pos [ap ‘Umum s Coors Pusat an ee Susie Bckar Pusat Pongebaran | Tou ao 8 S| Borns | Kabupatercata [FW dan RW | Pangea Buh Pusat Tol. Ure x 5 Bomaait|-— Kabupaten — FW dan RW ‘35 | Mangano ‘ka Pusat Penyebaren | Teup ima * 31 banat | Kabupaten FW dan RW 2c | PROPWSIKALMANTAN TENGAK _. . Cara = a Ewan] Tap Tae Pasa FW aan RT ts skanar ‘an Pusat Penyebaren | “Teuap sen € [eres Basel EW dan Se_[ Asan Baan Pusat Pongabares | Telap carl co S| Benes |-—Fabupatania FWY aan RW 70 Sangge ‘Baan Psst Panyabaren | Ts ca x | banesu | kabepatencua —[ FW dan 7] Benga eel ‘Um * ABest] Kaboptanota ——[ FW dan RW | Kasle Pera Ur * 5 [Berane | Kabopateco FW dan RW 75] Toba Samos _ eT $51 barren | Kabupatenla [FW an RW] | Kate Kar ‘Bo Pusat Pampabate rn x $1 Bernas [-— Kabupaten FW dan RW "iT PROMS ALMANTAN SELATAN] 75_|Syamsom Noor [Sener cies Puna Panjebarn|Pal Penyebaren| Uno t | Denese Soa 7 gan RW |“ Stagen. Kotabars Busan Pusat Pongebaran | Totap ‘Umum 5 5 Cosmas | Kapaa — Fw dan RW | Tang Wa Tanjung Warn Bckar Pusat Pangebaran “| ——Telap— Uri x Beate | Kabopetoncus [FW dan = me some ee cas 0 NAMA BANOARA Lomast _FUNGst Pencounaan |__xcasinnas: | status | PENVELENGGARAAN | KEGATAN aie ar aoop.a0er._ [zoe 2007 | 002.2007 30022007 ‘0022007 ar | PROPRIST ALMANTAN TRG | = — 7e_| Semana Sompapen Paal Penyeberan [Le ‘E— [rraninal aoa FW aa ROT 79_[ ona € |i Pusat EW dan RW 29 | Toming € E—|" Gomes Fost EW dan RW Rats us 5 Poemesi” | Rabupatoniia PFW an Kesar & 5—[ Banat | Kabupaten —— FW dan RW ove: Semaing — * x Kabupaten [FW dan RW. Tang Harepee & 51ers | — Kabopannio ean Long Ang * | Borst | eabupatertana | FW dan Detah Dawe — Bakar Puna x A [Domest | KabupetonKota aan Nua kan Puss! Panpebean van ry SP eshesa | Kabopatentua | FW dan RW Mek Bua Pusat Panyebara ‘Un x 3—[Cboneet | Kabupaten aan Maina Bukan Posal Penyeberan Ue x $= SRST Kabopatenta —— PFW gan RW a | PROPS SWAWEST TARO | - a = SS a z SRN. gan S| Nene in Puna Panga ‘a x 5 oan | Kabupaten —— PFW dan 2 |_Matooaguane |_ _Sikan Pusat Penyebarer Ue a} 3 |-Bemssi | Kabopetantte [FW dan RW. TV [PROBST GORONTALS a = = Damas |; “saan Pat Payetaran [Toa Tain E Coane Pat Fw aan SORT | FROPRSTSUCAWES TENGAH mete Im = | ar . an Pusat Pangabares | Tara Ta E “6 pao Paar FW aan 5] Baby To ‘ikon Pusat Panpebaren | Toto pun 8. | banesti Pusat EW dan RW 95 tas Tobie Boks Puss Penyobaran_[ Tau es & A—[ Bone ents —— [FV dan RW 3] Poqog Buel Bakar Pusat Pongebaren | Tet Ue x 5— [Benes | Kabpatentios a 93 kasiunes Pose Bua Pusat Pengebaren [Yeu ‘ou * 5— Bement | ——Kaboptenoa [FW dan RW | PROPINS SCAWEST SELATAN —— = =I | rasan - Is erin SO Faas Bw "00" |Yormpa Padang ina x RT| Doreastk | Fabupsont an er ks Un 3 ‘3 pomasit- | Kebopaenia —— [FW dan RW | Tez [ander Bikan Pusat Panyebaen ‘uur x 7 Cismaaik| —— Kabupetnncou FW dan A 7-H Aoapal chan Puss Panyebaran rar z $= [Beane | Kabupetaniois Fw dan RW UT SUAWEST TENSOR = | Water nga Tea. card a | Bae aa Faas es | Bat Ab cr ‘Um x em 05-[_ Suginensrs Teno. Ur ‘eat [——Kabupelewcts | FW dan ee mms Wo awa Banana Lomas! unost PENGOUNANN stars | rewrevenccaraan | KeauATAN e007 stcunor| ""'"Soeaguor "| Seoeamer <— aera ——— Ba anew | 5 Sansa | vata —[ rian [Bone | — Rabapaooncia—[ | Bassa | — Rabapee Sw $—[ bona | —hanigetosron [Wan | S—[ Gereant-| robots —[ BW aan | Beraa-|-— fabopaon—[ PW aan RW] 5p asia Liar = S| Bates | —Rapapeenon —[ Pan RW : i pees | — Kapaa a a = = =f es yaaewT = Fir | Bai ans ror Cane Pann ~Bine Bea Panaere Bian RW a puaa Pa Bw ar Sate Pant Pentre Posen a rae € Pst Five Rw € Past Fiver ra] €— [reer Past Pw aar | Does Past * Comeetn Pusat res | ‘c Pwaen |: S| Bess —— Pat Pisano “Saas Pot Panesar | — es | ike tt Pome S—[ tenaan | — robots — [Ew aan Sate Poa Penner Susnrurn panes 5—| eet | — “sabes — Tee aan atone Pano i — [Sams |-—Rabupsntis —[ oven 5— eater | aparece — Brean | * Domest, aKa ean 5 — eaten | — eases —T BW 5 — | — tat nce —[ rvs | | Bensan|—rabpeenncen —[ FW dn ‘estenPaa rs Sa | — roca sane “Basar Posen | Ona 5 —{ pereant | —abuptonsa EW den RW Sat Putt Pano na 5—[ Bonsta-| —fabopasmca [FW gen RW Saar Put Pence Ure 5 — [Benes |-—Raopaernta— [Fda RW _| = ebiar roa Ponte te 5 Benes | — fabpamnma —[ PW aan RW [ot Bains Pui Posie ee iis: nab | ear Pet Ponoae | $1 Beas | — rane aR Suse Pon Ponoees 2 [teresa | — easton — LFW | [as ar [wees KETERANGAN FW Fees Wings MENTERI PERHUBUNGAN RW Ratay Wings te Salinan sesval dengan asinya Kepala\@o Hy dan KSUN AGUM GUMELAR, MSc. NusRoGo 420105102 mes es eee Lampiran IV Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 44 TAHUN 2002 Tans 7 2002 STRATEGI PEMBANGUNAN, PENDAYAGUNAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA 1. Tatanan Kebandarudaraan Nasional sampai dengan tahun 2007 mengacu pada prakiraan sebagai berikut : a. Fasilitas bandar udara yang tersedia masih mencukupi b. Terjadi_peningkatan hirarki fungsi pada 3 bandar udara, dari Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran menjadi Bandar Udara Pusat Penyebaran ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara yang terbuka untuk penerbangan ke/dari luar negeri, yaitu 23 bandar udara. 4. Terjadi peningkatan klasifikasi pada 10 bandar udara ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut statusnya £. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut penyelenggaraannya g. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut kegiatannya 2. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas maka digunakan strategi sebagai berikut : @. Optimalisasi Fasilitas bandar udara yang telah tersedia b. Menerapkan prinsip-prinsip dasar dan kiteria indikasi awal pembangunan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara; ©. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberi kemudahan penanaman modal dibidang transportasi udara; 4. Meningkatkan aksesibilitas dengan mengembangkan ute penerbangan baru dengan memperhatikan potensi permintaan jasa angkutan udara, MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. NUGROHO . 120105102 fi 3 Fiona Lampiran IV Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 44 TAHUN 2002 Tanggal : __7 Agustus 2002 STRATEGI PEMBANGUNAN, PENDAYAGUNAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA 1. Tatanan Kebandarudaraan Nasional sampai dengan tahun 2007 mengacu pada prakiraan sebagai berikut : a. Fasilitas bandar udara yang tersedia masih mencukupi b. Terjadi peningkatan hirarki fungsi pada 3° bandar udara, dari Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran menjadi Bandar Udara Pusat Penyebaran ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara yang terbuka untuk penerbangan ke/dari luar negeri, yaitu 23 bandar udara. Terjadi peningkatan Klasifikasi pada 10 bandar udara ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut statusnya = £. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut penyelenggaraannya g. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut kegiatannya 2. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas maka digunakan strategi sebagai berikut : a. Optimalisasi Fasilitas bandar udara yang telah tersedia b. Menerapkan prinsip-prinsip dasar dan kriteria indikasi awal pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara; ¢. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberi kemudahan penanaman modal dibidang transportasi udara; d. Meningkatkan aksesibilitas dengan mengembangkan rute penerbangan bara dengan memperhatikan potensi permintaan jasa angkutan udara. MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, MSc. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala dan KSLN NUGROHO . 120105102 ep os oc om oO = Lampiran IV Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : 44 TAHUN 2002 Tanggal : __7 Agustus 2002 STRATEGI PEMBANGUNAN, PENDAYAGUNAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA 1. Tatanan Kebandarudaraan Nasional sampai dengan tahun 2007 mengacu pada prakiraan sebagai berikut : a. Fasilitas bandar udara yang tersedia masih mencukupi b. Terjadi peningkatan hirarki fungsi pada 3 bandar udara, dari Bandar Udara Bukan Pusat Penyebaran menjadi Bandar Udara Pusat Penyebaran ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara yang terbuka untuk penerbangan ke/dari luar negeri, yaitu 23 bandar udara, 4. Terjadi peningkatan klasifikasi pada 10 bandar udara ¢. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut statusnya f, Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut penyelenggaraannya g. Tidak ada perubahan jumlah bandar udara menurut kegiatannya 2. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas maka digunakan strategi sebagai berikut : a, Optimalisasi Fasilitas bandar udara yang telah tersedia b. Menerapkan prinsip-prinsip dasar dan kriteria indikasi awal pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian bandar udara; ¢. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memberi kemudahan penanaman modal dibidang transportasi udara; d. Meningkatkan aksesibilitas dengan mengembangkan ute penerbangan baru dengan memperhatikan potensi permintaan jasa angkutan udara. MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, MSc. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bi dan KSLN NUGROHO ». 120105102 Lampiran V Keputusan Menteri Perhubungan 44 TAHUN 2002 7 Agustus 2002 Nomor : Tanggal FORMULA PERHITUNGAN TINGKAT UTILISAS! OPERASIONAL BANDAR UDARA 4. FASILITAS SISI DARAT ( LUAS EKSISTING TERMINAL ) ee = APS sist arat (PENUMPANG WAKTU SIBUK x STANDARD LUAS TERMINAL ) TAP > APs > 075 Kapastas yang tersedia dapat dikembangkan Indikasi Awal Pembangunan, teasers , , Kapasias yang tersedia menjadi perhatian Pendayagunaan, Pengembangan Umuk dikembangkan , dan Pengoperasian © IAP4 104 pergerakan critical aircraft tahun (min sekali semninggu) = Rute penerbangan terjauh yang dilayani. b. PENAMBAHAN LANDAS PACU BARU J Kapasitas 0.00 i ] | \ (PERGERAKAN PSWT ‘TAHUNAN EKSISTING) = IAPS sist udara fl (KAPASITAS PERGERAKAN PSWT TAHUNAN ) 4" TAPS sin vara © IAPa > 09 | Kapasitas yang —tersedia_-— dapat Indikasi Awal Pembangunan, | dikembangkan q Pendayagunaan, Pengembangan |* 0.9 > IAP4 > 0.75 dan Pengoperasian Kapasitas yang —tersedia menjadi pethatian untuk dikembangkan | ql © JAP4< 0.75 | Kapasitas yang tersedia masih mencukupi, ! tidak perlu dikembangkan ( { oO Keterangan _ Pergerakan Pesawat tahunan eksisting j | Kapasitas Lihat tabel kapasitas di halaman berikut 1 Pergerakan Pesawat tahunan landas pacu TABEL KAPASITAS LANDAS PACU TAHUNAN f Konfigurast Diagram Konfiguras! ‘Mix Index Hourly Capacity —_] Annual Service 1 Landas Pacu Percent | (Operations per Hour) Volume (C+30)*) | ver (Operations per Year) a 020 38 59 730.000 21-50 ” 37 195.000 Single ae 51-80 63 56 205.000 Runway 81-120 55 53 210.000 a21-190_|_51 0 240.000 5 0-20 197 59 "355.000 + 21-50 145 57 275.000 ed 514 11 56 260.000 Runways + —— | ari20 105 59 285.000 . 121-180_| 94 60 340,000 i c 0-20 397 119 370.000 +o | 2150 349 14 320.000 : Independent | msn 51-80 126 ul 305.000 TFR Paralles | ot | in 105 315.000 pou 321-180_|_103, 99 370.000 0-20 197 2 355,000 § 21-50 149 8 285.000 51-80 126 65 275.000 81-120 in 70 300.000 121-180_| 103, 75 365.000 1 0-20 394 119 715.000 21-50 290 14 550.000 51-80 242 11 515.000 D 81-120 210 117 565.000 121-180 _| 189 120 675,000 F 0-20 150 59 270.000 — 21-50 108 7 225,000 iH] Open v 51-20 85 56 220.000 fe Runways SSS, 81-120 7 59 225.000 fl rai-ts0 | 73 60 265.000 6 + = 020 295 59 "385.000 ———S 21-50 210 7 305.000 f Parallels plus 51-80 164 56 275.000 Crosswind — 81-120 146 59 300.000 Runways sai-ig0 | 129 60 355.000 1 el eee eee oom eG: Pesawat besa, boa pesawat 6,750 ton 34 160 ton ' 1D: Pesawat sangetbosr, borat pesawat lebih dal 150 ton q MENTERI PERHUBUNGAN 7 Salinan sesuai dengan aslinya ttd f Kepala Bj ‘dan KSLN AGUM GUMELAR, MSc. ES es oS es es oe -C! MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN, NOMOR : KM 45 TAHUN 2002 TENTANG PENYERAHAN PENYELENGGARAAN BANDAR UDARA UMUM (UNIT PELAKSANA TEKNIS / SATUAN KERJA) Menimbang Mengingat KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan, bandar udara yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota ditetapkan oieh Mente; bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 telah ditetapkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional; bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penyerahan bandar udara kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Undang - undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan — Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4148), | saa ree 10 gta 02 Menetapkan : a) (2) 5. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 2002; 6. _ Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon | Departemen sebagaimana telah diubah_terakhir_ dengan Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2002; 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM_ 24 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan —Menteri Perhubungan Nomor KM 45 Tahun 2001; 8. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; 9. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYERAHAN PENYELENGGARAAN BANDAR UDARA UMUM ( UNIT PELAKSANA TEKNIS / SATUAN KERJA ) KEPADA PEMERINTAH KABUPATENIKOTA. Pasal 4 Menyerahkan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara disekitamya tidak dikendalikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota tempat bandar udara tersebut berada, sebagai tugas desentralisasi. Daftar bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara sekitamya tidak dikendalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. 2 ca ee 1/07 Agta 2002 fi sm cD pes oo = a) (2) a) (2) @) Pasal 2 Penyerahan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dapat dilaksanakan apabila Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kemampuan terhadap: a. penyediaan anggaran ; dan b. pengoperasian bandar udara sesuai ketentuan perundangan-undang yang berlakudibidang penerbangan. Kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam bentuk surat pernyataan yang ditandatangani oleh Bupati/ Walikota Pasal 3 Pemerintah Kabupater/Kota menyampaikan surat pernyataan kepada Menteri Perhubungan dengan menyertakan : a, kesanggupan penyediaan anggaran dan mengoperasikan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2); b. _ waktujadwal kesiapan menerima penyerahan. Menteri Perhubungan melaksanakan penyerahan dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah surat pemyataan diterima secara lengkap atau selambat- lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja sebelum batas waktu kesiapan Pemerintah Kabupaten/Kota menerima penyerahan dimaksud; Menteri Perhubungan menyerahkan bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan penyerahan P3D (Pembiayaan, Personil, Perlengkapan/ Asset dan Dokumen), dengan’ prosedur dan tata cara sesuai ketentuan yang bertaku. Pasal 4 Pemerintah Kabupaten/Kota_ yang __berkeinginan mengoperasikan bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dapat menyampaikan surat pemyataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sejak tanggal ditetapkannya Keputusan ini dan selambatlambatnya akhir tahun 2002. s 2p 1 7 Ag 202 ma aoa Fon) Pasal 5 Keputusan ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan. MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, M.Sc. SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : PENOASON> Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Keuangan; Menteri Dalam Negeri; Menteri Kehakiman dan HAM; Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS, Para Gubemur, . Para Bupati/Walikota; Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; Direksi PT (Persero) Angkasa Pura I; Direksi PT (Persero) Angkasa Pura li; DPP INACA. NUGROHO = 420105102 4 a ee 25 yt 2002 & aM. Vi. vil. vill, Xl. xi. LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 45° TAHUN 2002 TANGGAL: 7. Agustus 2002 BANDAR UDARA UMUM (UNIT PELAKSANA TEKNIS / SATUAN KERJA) YANG DISERAHKAN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA, PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSALAM 1. Cut Nyak Dhien 2. Lasikin 3. Teuku Cut Ali PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Binaka 2. Sibisa 3. Pinangsori 4. Aek Godang 5. Silangit 6. Pulau-pulau Batu PROPINSI SUMATERA BARAT 1. Rokot PROPINSI RIAU 1. Japura 2. Pasir Pangaraian 3. Seibati 4. Dabo PROPINSI BANGKA BELITUNG PROPINSI JAMBI 1. Depati Parbo PROPINS! BENGKULU. 1. | Muko-Muko PROPINSI SUMATERA SELATAN PROPINS! LAMPUNG PROPINSI JAWA BARAT 1. Penggung PROPINS! BANTEN PROPINSI DKI JAKARTA. Meulaboh Sinabang Tapak Tuan Gn. Sitoli Parapat Sibolga Padang Sidempuan Siborong-borong Kepulauan Nias Sipora Rengat Pasir Pangaraian Tj. Balai Karimun Singkep Kerinci Muko-Muko Cirebon xin. XIV. xv. XVI. XVI. XvVill. XIX, PROPINSI JAWA TENGAH 4. Tunggul Wulung 2. Dewa Daru PROPINSI DI. YOGYAKARTA PROPINS! JAWA TIMUR 4. Trunojoyo PROPINS! BALI PROPINSI NTB 1. Brangbiji 2. Lunyuk PROPINS! NTT 1. Wai Oti 2. Mau Hau 3. Komodo 4. _H. Hasan Aroeboesman 5. Satartaci 6. Tambolaka 7. Gewayantana 8. Haliwen 9. Mali Alor 40. Lekunik 44. Tardamu 12. Soa 43, Wonopito PROPINS! KALIMANTAN BARAT 1. Susilo 2. Pangsuma 3. Nangapinoh PROPINS! KALIMANTAN TENGAH 4. H.Asan Sanggu Beringin Kuala Pembuang Tumbang Samba Kuala Kurun ROPINSI KALIMANTAN SELATAN Stagen Tanjung Warukin ROPINSI KALIMANTAN TIMUR Kotabangun 2. Kalimarau 3. Yuvai Semiring 4, Tanjung Harapan 2, 4. 5 2. 3. 5. PI 1 Pl 41 Cilacap Karimunjawa ‘Sumenep Sumbawa Besar Sumbawa Maumere Waingapu Labuhan Bajo Ende Ruteng Waikabubak Larantuka Atambua Alor Rote Sabu Bajawa Lewoleba Sintang Putusibau Nangapinoh Sampit Buntok Muara Teweh Kota Waringin Timur Tumbang Samba Kuala Kurun Kotabaru Tanjung Warukin Kotabangun Tj. Redep Longbawan Tj. Selor ‘| mm See ee ee le xin, xxiv. XXVI. XXVIL. XXVIIL, XXIX, XXX. Long Apung Datah Dawai Nunukan Melak . _ Malinau ROPINS! SULAWESI UTARA Naha Melangguane PROPINSI GORONTALO Pa pepnog PROPINS! SULAWESI TENGAH 1. Lalos 2. Pogogul 3. Kasiguncu PROPINSI SULAWESI SELATAN 1. Tampa Padang 2. Pongtiku 3. Andi Jemma 4. H. Aroepala SULAWESI TENGGARA 1. Beto Ambari 2. Sugimanuru PROPINS! MALUKU ‘Amahai Namlea Namrole Dumatubun Oliit Dobo Bandaneira Banda Wahai . Pulau Kisar 10. Pulau Larat PROPINSI MALUKU UTARA POENAASONS 1. Kuabang 2. | Gamar Malamo Galela 3. Oesman Sadik 4. Bull 5. Emalamo PROPINSI PAPUA 1. Torea 2. Ubrub 3. Waris 4. Dabra Long Apung Datah Dawai Nunukan Melak Malinau Tahuna Sangir Talaud Toli-toli Buol Poso Mamuju Toraja Masamba Pulau Selayar Bau-bau / Pulau Buton Raha Pulau Seram Pulau Buru Pulau Buru Langgur Saumlaki Pulau Aru Pulau Banda Pulau seram Pulau Kisar Pulau Larat Kao Galela Labuha Maba Sanana Fak-fak Ubrub Waris Dabra | | ma =) | = =} = mos SOS oe Yusuf ‘Oksibil Molof Kamur Kimam Elelim Bomakia Senggeh Manggelum Werur Kelila Kiwirok Bilorai Bilai Kebo Anggi Ransiki Akimuga Enarotali Waghete Mararena Tanah Merah Mulia Sudjarwo Utarom Moanamani Mindip Tanah Bintuni Teminabuan Kepi Wasior Bokondini Wjahabra Kokonau Inanwatan Okaba Numfor llaga tlw Babo Kambuaya Tiom Ewer Batom Yusuf Oksibil Molof Kamur Kimam Elelim Bomakia Senggeh Manggelum Werur Kelila Kiwirok Bilorai Bilai Kebo Anggi Ransiki Akimuga Enarotali Waghete ‘Sammi Jayapura Merauke Mulia Nabire Serui Kaimana Nabire (Moanmani) Merauke (Mindip Tanah) Manokwari (Bintuni) Sorong (Teminabuan) Kepi Wasior Wamena (Bokondini) Vahabra Kokonao Sorong (Inanwatan) Merauke (Okaba) Numfor Naga tu Babo Kambuaya (Ayawaru) Tiom Ewer Batom =m = moe oS eS 49. 50. 51. 52. 53. 55. 56. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bigo Hukum dan KSLN Bade Lereh Karubaga Kebar Ayawasi Obano Senggo Merdei Ss LS/NUGROHO (§A20105102 Bade Lereh Karubaga Kebar Ayawasi Obano Senggo Manokwari MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR M.Sc. so a a ee] Menimbang : Mengingat KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 47 TAHUN 2002 TENTANG SERTIFIKASI OPERAS] BANDAR UDARA MENTER! PERHUBUNGAN, bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi operasi bandar udara; bahwa untuk melaksanakan_ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu mengatur ketentuan mengenai sertikasi- operasi bandar udara dengan Keputusan Menteri Perhubungan; Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); aa 4. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang i- Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan fl Organisasi dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden 45 Tahun 2002; 5. Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon | Departemen sebagaimana ' telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden 47 t Tahun 2002; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun i 2002 tentang Persyaratan-persyaratan Sertifikasi dan Operasi_ Bagi Perusahaan Angkutan Udara yang melakukan penerbangan Dalam Negeri, Intemasional dan Angkutan Udara Niaga Tidak berjadwal : 7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 1 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor i" KM 45 Tahun 2001; 8 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun | 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; ca MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG SERTIFIKAS! OPERAS! BANDAR UDARA. BAB! KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun Penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi; I = so eas i i ta bal 2. Keamanan dan keselamatan penerbangan adalah suatu kondisi untuk mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara aman dan selamat sesuai dengan rencana penerbangan; 3. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dar/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan _operasi penerbangan dalam rangka menjamin — keselamatan penerbangan; 4. Personil Pelayanan Keamanan dan _Keselamatan Penerbangan adalah personil penerbangan yang memiliki settifikat kecakapan tertentu yang tugasnya secara langsung mempengaruhi kegiatan pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan; 5. Sertifikat operasi bandar udara adalah —bukti_ telah dipenuhinya persyaratan untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan ; 6. _Sisi darat adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan; 7. Sisi_udara adalah bagian dari bandar udara dan segala fasilitas penunjangnya yang merupakan daerah bukan publik dimana setiap orang, barang, dan kendaraan yang akan memasukinya wajib melalui pemeriksaan keamanan dan/atau memiliki izin khusus; 8 Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di penerbangan; bidang 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. BAB Il SERTIFIKAT OPERAS! BANDAR UDARA Pasal 2 (1) Setiap penyelenggara bandar udara wajib memiliki sertifikat operasi bandar udara. © + foe = ane vert 2 (2) Sertifikat operasi_ bandar udara_sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan oleh Direktur Jenderal_ sesuai Klasifkasi kemampuan bandar udara. Pasal 3 Sertifikat operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Pasal 4 Sertifikat operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), berisi data mengenai : nama bandar udara; nama pemilik; nama penyelenggara/pengelola; Klasifikasi kemampuan; status bandar udara; masa berlakunya; tempat dan tanggal penerbitan; nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan. Fo -paogp Pasal 5 Untuk memperoleh Sertifkat Operasi Bandar Udara harus memenuhi : a. tersedianya fasilitasdan/atau peralatan_penunjang Penerbangan, yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan penerbangan sesuai dengan Klasifikasi kemampuan; b. _memiliki prosedur pelayanan jasa bandar udara; c. memiliki_ buku petunjuk pengoperasian, penanggulangan keadaan gawat darurat, perawatan, program pengamanan, higiene dan sanitasi bandar udara; 4. tersedia _personil yang —memiliki _kualifkasi untuk Pengoperasian, perawatan dan pelayanan jasa bandar udara: . _memiliki daerah lingkungan kerja bandar udara, peta kontur lingkungan bandar udara, peta situasi pembagian sisi darat dan sisi udara; f. _memiliki Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara; (1) (2) (3) memiliki peta yang menunjukkan lokasi/Koordinat penghalang dan ketinggiannya yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan; memiliki fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran sesuai dengan kategorinya; memiliki berita acara evaluasiluji coba yang menyatakan laik untuk dioperasikan; struktur organisasi penyelenggara bandar udara. Pasal6 Permohonan untuk memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, diajukan oleh penyelenggara bandar udara kepada Direktur Jenderal. Permohonan Sertifikasi Operasi Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digjukan sekurang-kurangnya 120 (seratus dua puluh) hari sebelum bandar udara dioperasikan. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilengkapi sebagai berikut : data spesifikasi bandar udara; . prosedur pelayanan jasa bandar udara; petunjuk pengoperasian bandar udara; petunjuk penanggulangan keadaan gawat darurat bandar udara; petunjuk pemindahan pesawat udara yang rusak di daerah pergerakan pesawat udara; petunjuk perawatan bandar udara; program pengamanan bandar udara; petunjuk pengelolaan higiene dan sanitasi bandar udara; i. data personil pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan yang memiliki_sertifikat kecakapan yang masih berlaku; j. peta daerah lingkungan kerja bandar udara, peta kontur lingkungan bandar udara dan peta situasi pembagian sisi darat dan sisi udara; k. peta kawasan keselamatan operasi penerbangan; 2 gese rem 5 £08 = 2/16 Ape 200: ome ome om me oom a = peta lokasi/koordinat penghalang dan ketinggian yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan; f} m. data fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan 7 pemadam kebakaran sesuai dengan kategorinya; n.__struktur organisasi penyelenggara bandar udara. Pasal 7 (1) Data spesifikasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, memuat : a. data bandar udara yang meliputi : 1) nama bandar udara; 2) nama kota/kabupaten; 3) nama pemilik; 4) nama pengelola/penyelenggara; oa = 5) status; 6) _koordinat referensi bandar udara; 7) elevasi; 8) _referensi temperatur bandar udara; 9) _jenis pelayanan lalu lintas udara;, 10) jam operasi. b. data fasilitas penerbangan yang sekurang-kurangnya berisi 1) data fasilitas komunikasi penerbangan : a) peralatan komunikasi antar _stasiun penerbangan antara lain : (1) Automatic Message Switching Centre (AMSC), (2) High Frequency -Single Side Band (HF-SSB), (3) Tele-printer, (4) Aeronautic Telecommunication Network System; (8) Automatic Message Handling System, (6) Direct Speech. b) _ peralatan komunikasi lalu lintas penerbangan yang sekurang-kurangnya meliputi : (1) Voice Switching Communication System; ¢ 4 son = 2706 aged 2002 <= mem = eee coco 2) 3) 4) (2) Controller Pilot. ‘Data Link Communication (CPDLC); (3) Very High Frequency Digital Link; (4) Infegrated Remote Control and Monitoring System; (5) Very High Frequency Air Ground ‘Communication; (6) Automatic Terminal Information System; (7) High Frequency Air Ground Communication (RDARA/MWARA). ¢) _ transmisi yang meliputi : (1) Radio link; (2) VSAT (Very Small Aparture Terminal). data fasilitas navigasi penerbangan sekurang- kurangnya meliputi antara lain : a) fasilitas alat bantu navigasi darat (ground based navigation aid) meliputi : (1) Non Directional Beacon (NDB); (2) Very High Frequency Omnidirectional Radio Range (VOR); Distance Measuring Equipment (DME), b) fasilitas alat bantu navigasi satelit (Satelit Navigation System)-GNSS (Global Navigation Satelite System). data fasilitas pengamatan penerbangan sekurang- kurangnya meliputi: a) Primary Surveillance Radar (PSR); b) Secondary Surveillance Radar/Monopulse Secondary Surveillance Radar (SSR); ©) ATS Automation (Radar Data Processing System, Flight Data Processing System, Aeronautical Information System); d) Automatic Dependent Surveillance (ADS); e) Aerodrome Surface Detection Equipment. data fasilitas bantu pendaratan meliputi : a) data peralatan bantu pendaratan presisi antara lain : (4) Instrument Landing System (ILS); (2) Runway Visual Range (RVR); (3) Satelite Landing System (Differential | Global Positioning System). b) data peralatan bantu pendaratan visual ns sekurang-kurangnya meliputi : { (1) Indicator and Signalling Device; i (2) Markings; (3) Rotating Beacon; i] (4) Approach Lighting System; a (5) Visual Approach Slope Indicator System J Precision Approach Path Indicator; (6) Circling Guidance Lights; Runway Lead-in Ligthing System; (8) Runway Threshold Identification Lights; (8) Runway Edge Lights; (10) Runway Threshold and Wing Bar Lights; (11) Runway End Lights; (12) Runway Center Line Lights; (13) Runway Touchdown Zone Lights; (14) Stopway Lights; (15) Taxiway Center Line Lights; (16) Taxiway Edge Lights; (17) Stop Bar, (18) Taxiway intersection Lights; (19) Runway Guard Lights; (20) Apron Floodlighting; (21) Aircraft Stand Manouvering Guidance Light; (22) Road Holding Position Light. 3 a 5) data fasilitas meteorologi penerbangan, sekurang- kurangnya meliputi: a) Anemometer, b) Barometer; Barograph; ‘Wet ball and dry ball thermometer; e) Thermometer maximum; f) Thermometer minimum; 9) Observation rain fall meter, h) Weather radar/ satellite. cae oom 28. momo © son = 2/46 apts 26 . 6) data fasilitas pokok bandar udara : . fl a) fasilitas sisi udara meliputi: ‘ (1) landasan pacu (Runway) yang meliputi: (a) zi (2) oS a (3) eos es ee Runway designation / number / azimuth, Dimension (Length, width); Turning area; Longitudinal slope; Transverse slope; Surface type; Strength; Runway marking antara lain : i. Runway designation marking; ii, Threshold marking; il, Runway center line marking; iv. Runway side stripe marking; v. Aiming point marking; vi. Touchdown zone marking: vii, Exit guidance line marking. penghubung landasan pacu (Taxiway) yang meliputi : (a) (b) (c) (d) (e) () (9) Taxiway designation; Dimension (Length, Width); Longitudinal slope; Transverse slope; Surface type; Strength; Taxiway marking antara lain : i. Taxiway centre line marking, ii, Runway holding position marking; il, Taxiway edge marking. data pelataran parkir pesawat udara (Apron) yang meliputi : (a) (b) (c) (a) (e) } Dimension (Length, Width); Longitudinal slope; Transversal slope; Surface type; Strength; ‘Apron marking antara lain : i. Apron edge marking; ii. Apron guidance marking; ili, Parking stand position marking. (4) Runway Stripe yang meliputi : oo (a) Dimension ( Length, Width); nn (b) The first 3m outward from the runway. (5) RESA (Runway End Safety Area) yang meliputi : (a) Dimension (Length, Width); (b) Longitudinal slope; (c) Transversal slope; (d) Surface Type. (6) Overrun yang meliputi: Q (a) Dimension (Length, Width); \ (b) Longitudinal slope; (c) Transversal slope; (4) Surface Type; (e)_ Strength. (7) Fire station dan kelengkapannya; (8) tempat parkir Ground Support Equipment (GSE). : A b) fasilitas sisi darat antara lain : ] (1), bangunan terminal penumpang meliputi : (a) keberangkatan antara lain : i. Check in counter; ii, Check-in area; ii, Rambu / marka terminal bandara; iv. Fasilitas Custom Imigration Quarantina 1 CIQ (bandara internasional); v. Ruang tunggu; vi. Tempat duduk; L vii. Fasilitas umum lainnya (toilet, telephone dsb). (b) kedatangan antara lain : ft i, Ruang kedatangan; w |. Baggage Conveyor Belt; ii, Rambu / marka terminal A bandara; au 7 i mes = iv. Fasilitas Custom, Imigration Quarantina / CIQ (bandara intemasional); v. Fasilitas umum lainnya (toilet, telephone dsb). (©) peralatan —penunjang —_operasi bandar udara antara lain: i. Garbarata; ii, Ban berjalan; ili, Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (4) peralatan penunjang —_fasilitas penerbangan diantaranya berisi : i. Peralatan Pendeteksi Behan Organik dan Non Organik antara lain : i) X-Ray Inspection Machine; ii) Explosive Detector; iil) Walk Through Metal Detector; iv) Handheld Metal Detector. Peralatan Pemantau Lalu lintas orang, barang, kendaraan dan pesawat udara di bandar udara antara lain : i) Integrated Security System; ii) Close Circuit Television (ccTw. (2) bangunan terminal kargo antara lain : (a) Gudang; (b) Kantor Administrasi; (c)_ Parkir Pesawat. (3) gedung operasi; (4) jalan masuk (access road); (5) tempat parkir kendaraan umum; (6) pergudangan. cc. data peralatan penunjang penerbangan antara lain: 1) peralatan listrik : a) _ sistem listrik bandar udara; b) genset dan sistem kontrof; " 2 6s ee ©) Distribusi Tegangan — Menengah/Rendah (TMITR); d) Building Automation System (BAS); €) _penangkal petir; f) Peralatan elektromekanikal ( Air Conditioner AC, Elevator, Escalator, Conveyor). 2) _instalasi air (Sistem penyediaan air bersih); 3) _peralatan perbengkelan; 4) _peralatan pemanduan parkir pesawat udara (Aircraft Docking Guidance System/ADGS). (2) Kelengkapan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ¢, disesuaikan dengan klasifikasi kemampuan bandar udara, Pasal 8 Prosedur pelayanan jasa bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b, memuat : a. _prosedur pelayanan penumpang; b. prosedur pelayanan kargo dan pos; prosedur pelayanan pesawat udara; d._ prosedur pelayanan konsesioner. Pasal 9 Petunjuk pengoperasian bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf c, terdiri dari: a. _ petunjuk pengoperasian fasilitas penerbangan; b. _ petunjuk pengoperasian peralatan penunjang penerbangan. Pasal 10 Petunjuk penanggulangan keadaan gawat darurat bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat ( 3 ) huruf d, berisi : @. _penanggulangan pesawat udara yang mengalami kecelakaan di bandar udara/diluar bandar udara (sampai radius 5 NM dari pagar), 12 et ‘teuepn sepueg eueieseid uep eueses ueueweBued ‘euepn Jepueg ueje|Bey ueresn ‘ySeyIUNWOY Uep 1SeUOJU! ‘ezepn sepueq ueueUleBued eyWO ‘qeme{ Gun66uey uep ueqifemey ‘yey ‘ueBUELOMeY ‘wnyny sesep ‘ezepn sepueq ueueweBued ueniny uep pnsyeu! gdddvead + Isueq ‘8 yruny (¢) yede g jesed wejep pnsyeuip euewleBeqes evepn Jepueq ueuewebued wesboid ebiesed -ue6uequeued 6uelunuad uejeresed ueyemeved yniunjad “q ‘uebuequaued sey'se) uejemesad ynfunjad e syenweuw ‘y yruny (¢) yeAe g jesed welep pnsyewip euewleBeges erepn Jepueg uejemesed ynluniad ZL lesed ‘upjejeied seyep 9 ‘ueyepuiuied inpesoid -q ‘qemef Bun66ue} uep sein) yenwaw ‘e yruny (¢) yexe 9 |eseg wejep pnsyewip euewrebeges exepn yemesed ueyeiebied ueeep Ip yesru Bue evepn yemesed ueyepulwed ynlunieg LL resed -weje eueoueq uebueinB6ueved -y ‘sipew yesruep ueBueinBBueued 6 ‘eyepn sepueg Ip ueun6ueg eped ueveyeqoy ueBueinBGueued =} ‘ekeyeqieg ueyeq eualey ueviesednesep ip eiepn yemesed eped uelpeley ueBueindBueued @ ‘winyny uemejew uenBBueb ueyepuy Ueweoue wep elepn jemesed ueBueinBGueued —p ‘wiog ueweoue nee esejoqes iwejeBuew! 6uek eueresesd neye pep elepn yemesed ueBueInBGueued o ‘ueBuequoued yesruep ueepeay lwejeBuew Buex evepn yemesed ueBuein6Bueued -q Seesetessneanseeeaeaee Cc oe I= orc oOo we oS emo eS o skrining penumpang dan bagasi, kargo, pos; perlakuan terhadap penumpang tertentu; pengamanan senjata dan senjata api; pengamanan pesawat udara; peralatan penunjang fasilitas penerbangan; prosedur kontijensi; Pendidikan dan pelatihan. eparRTe Pasal 14 Petunjuk pengelolaan higiene dan sanitasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf h, berisi : a. _kesehatan bandar udara (Airport Health); b. _ peraturan tentang penyelenggaraan kesehatan, kebersihan dan kerapihan (K3), cc. _ ketentuan tentang jasa boga pesawat udara; dd. penanganan limbah bandar udara. Pasal 15 Data personil pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan yang memiliki sertifikat kecakapan yang masih _berlaku, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf i, meliputi : a. _ personil pelayanan navigasi penerbangan; b. personil pelayanan pengoperasian bandar udara. Pasal 16 Data fasilitas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP-PK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf m, meliputi: kategori PKP-PK; jenis kendaraan PKP-PK; kapasitas tangki air kendaraan PKP-PK; jenis dan jumlah pemadam api utama dan pelengkap; jenis kendaraan dan peralatan pendukung PKP-PK dan salvage; pakaian pelindung keselamatan kerja personil PKP-PK; peralatan bantu pemafasan; eaeop om 5 son = 2716 apett 2 = Ai ee ee an peratatan komunikasi; Fire station dan fasilitas latihan; kapasitas persediaan air, Emergency access road; ‘Ambulance; Emergency operation centre; ‘Staging area; Rendezvous point; pencapaian response time; Grid map. ppongrarrs Pasal 17 Struktur organisasi penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf n, sekurang — kurangnya terdiri dari_unsur pimpinan, unsur manajemen dan unit teknis operasional yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan sesuai dengan klasifikasi kemampuan bandar udara Pasal 18 (1) Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4), dievaluasi sesuai ketentuan-ketentuan, standar teknis dan prosedur yang berlaku (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam waktu 60 (enam puluh) hari Kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal menerbitkan : a. Sertifikat Operasi Bandar Udara apabila bandar udara itu laik untuk dioperasikan; b. Surat penolakan penerbitan Sertifikat Operasi Bandar Udara. = oo q 2 tou.,.f> oo => mm co me Go ms ee Pasal 19 Penyelenggara bandar udara wajib mengajukan pembaharuan sertifikat operasi bandar udara apabila terjadi _perubahan kemampuan pelayanan operasi bandar udara yang bersifat tetap. BAB Il KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT OPERAS! BANDAR UDARA Pasal 20 Pemegang sertifikat operasi bandar udara dalam melaksanakan tugasnya wajib : a. mematuhi ketentuan keamanan dan _keselamatan penerbangan sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku; b. _mempertahankan kelaikan operasi bandar udara; ©. menunjukkan Sertifikat Operasi Bandar Udara pada saat diperiukan; BAB IV SANKSI ADMINISTRAS! Pasal 21 (1) Pelanggaran —terhadap = pemenuhan —_kewajiban penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenakan sanksi administrasi oleh Direktur Jenderal. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing- masing 1 (satu) bulan. 5 S08 2116 pets 200 mS Soe eo oS oS oe a (3) (4) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan sertifikat untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. Apabila pembekuan sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka sertifikat dicabut. Pasal 22 Pemegang Sertifikat Operasi Bandar Udara dapat langsung dikenai sanksi pencabutan sertifikat tanpa melalui proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dalam hal terbukti : a. bandar udara tidak memenuhi standar keamanan dan keselamatan penerbangan; Sertifikat Operasi Bandar Udara diperoleh dengan cara tidak sah; pemegang sah Sertifkat Operasi Bandar Udara melakukan tindakan yang membahayakan keamanan dan keselamatan Penerbangan, pemegang Sertifikat Operasi Bandar Udara melakukan tindakan yang membahayakan keamanan negara. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 23 Direktur Jenderal melaksanakan pengawasan pelaksanaan teknis operasional terhadap pelaksanaan keputusan ini. 5 $00 ~ 2726 sprit 200 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Dengan berlakunya keputusan ini semua bandar udara yang telah beroperasi, tetap dapat beroperasi berdasarkan _peraturan perundang-undangan yang mengatur pengoperasian bandar udara, dengan ketentuan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak keputusan ini berlaku wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam keputusan ini. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di JAKARTA Pada tanagal 7 Agustus 2002 MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, MSc. SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Keuangan; Menteri Dalam Negeri; ‘Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, a 2. 3. 4. 5. Menteri Kehakiman dan HAM; 6. 7. 8. 9. . Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala BAPPENAS, 40. Para Gubemur, 11. Para BupatiWalikota; 42. Sekretaris Jenderal, inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan. 43. Direksi PT (Persero) Angkasa Pura |; 44, Direksi PT (Persero) Angkasa Pura Il; 45. DPPINACA. p _.

Anda mungkin juga menyukai