Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Ras Kaukasoid : ras ini biasanya disebut berkulit putih. Selain itu, ras ini
memiliki hidung yang mancung dan rambut pirang sampai kecoklatan. Jika
dilihat dari lengkung giginya berbentuk paraboloid. Kebanyakan ras ini
berdomisili di Eropa.
Ras Mongoloid : ras ini biasa disebut berkulit kuning namun ada juga yang
berkulit coklat muda sampai coklat gelap. Ras ini memiliki rambut berwarna
hitam lurus dan lipatan pada mata (mata sipit) serta ukuran tubuhnya biasanya
lebih pendek dibandingkan ras kaukasoid. Jika dilihat dari lengkung giginya
berbentuk ellipsoid.
Ras Negroid : ras ini biasa disebut berkulit hitam serta memiliki rambut
keriting. Jika dilihat dari lengkung giginya berbentuk U.
2. Post mortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui personal
identification setelah korban meninggal. Seperti sidik jari, golongan darah,
konstruksi gigi dan foto diri korban pada saat ditemukan lengkap dengan
barang-barang yang melekat di tubuhnya dan sekitarnya, bahkan termasuk isi
kantong pakaiannya.
4. Ante mortem adalah data-data fisik khas korban sebelum meninggal. Mulai
dari pakaian atau aksesoris yang terakhir dikenakan, barang bawaan, tanda
lahir, tato, bekas luka, cacat tubuh, foto diri, berat dan tinggi badan, serta
sampel DNA. Data-data ini biasanya didapatkan dari keluarga, ataupun dari
instansi dimana korban pernah berhubungan semasa hidup.
5. Lengkung rahang menurut Barber adalah suatu garis lengkung imaginer yang
menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan bawah. Lengkung rahang
menurut Morrees &Reed adalah lengkung yang dibentuk oleh susunan
mahkota gigi yang tumbuh tanpa sebarang malposisi.
II.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Drg. Qorib dating ke ruang jenazah untuk mengidentifikasi korban kecelakaan
pesawat terbang yang penumpangnya terdiri dari ras kaukasoid, mongoloid, dan
negroid
2. Ditermukan kepala dengan luka bakar sehingga hanya tersisa jaringan keras
3. Temuan post mortem:
- 17 hilang
- 34, 35, 36 GTC porcelain
- 44 tambalan amalgam kelas I
- 48 mesio versi
- 16 dan 26 cusp carabelly
- 11 dan 21 outline membulat
- Buko palatal 15 dan 26 < mesio distal
- Lengkung rahang sempit dan oval
- Lengkung gigi paraboloid
- Sudut gonion lebih besar
- Tulang menton lebih ke posterior
- Jarak interprocessus coronoideus lebih kecil
4. Drg. Qorib menyimpulkan jenis kelamin dan ras jenazah berdasarkan data pos
mortem dan ante mortem
III.
1.
2.
3.
4.
5.
IV.
ANALISI MASALAH
Apa ciri khas oromaksilofasial berdasarkan ras dan jenis kelamin?
Bagaimana proses identifikasi korban?
Apa saja komponen pemeriksaan dari post mortem?
Apa saja sumber-sumber dari ante mortem?
Apa jenis kelamin dan ras dari kasus tersebut?
HIPOTESIS
Drg, Qorib menyimpulkan jenazah berjenis kelamin perempuan dengan ras
mongoloid berdasarkan pencatatan post mortem yang dicocokkan dengan data ante
mortem jenazah
V.
LEARNING ISSUES
1. CIRI KHAS OROMAKSILOFACIAL
a. Ras Kaukasoid
1.
Gigi geligi:
Permukaan lingual rata pada gigi incisivus 1.2 1.1, 2.1 2.2
Gigi molar pertama rahang bawah (3.6 4.6) lebih panjang, tapered
2. Foramen orbita:
foramen orbitalis simetris seperti kacamata yang lengkung ke medialis lebih
sempit
3. Os concae
mempunyai concae paling kecil dibanding ras lain, berbentuk biji mete
4. Os mastoideus
tonjolan sudut os mastoideus hampir tegak lurus
5.
Gambar a : memperlihatkan outline dan bentuk tulang kepala dari ras caucasoid.
Gambar b : memperlihatkan outline dan bentuk tulang kepala dari ras mongoloid.
Gambar c : memperlihatkan outline dan bentuk tulang kepala dari ras negroid.
Penentuan jenis kelamin melalui gigi-geligi dapat dilakukan dengan melihat bentuk
lengkung gigi, ukuran diameter mesio-distal gigi, dan kromosom yang terdapat pada
pulpa. Bentuk lengkung gigi pada pria cenderung tapered, sedangkan wanita
cenderung oval, ukuran diameter mesio-distal gigi taring bawah wanita = 6,7 mm dan
pria = 7 mm. Kromosom X dan Y dapat ditentukan dengan menggunakan sel pada
pulpa gigi sampai dengan lima bulan setelah pencabutan gigi dan kematian
b. Ras Mongoloid
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di
Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur
Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara,
Amerika Selatan, dan Oseania. Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut
berwarna hitam yang lurus, berkulit kuning hingga sawo matang, bermata sipit
sampai bulat, berbulu badan sedikit, berwajah bulat dengan kepala lebar, dan
hidung sedang kecil. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih
kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid (Syam, 2007).
Ras Mongoloid memiliki beberapa ciri khas dari segi intral oral, yaitu:
a. Lengkung rahang berbetuk ellipsoid
b. Pada
gigi
incisive
rahanng
atas
(11,12,21,22)
mempunyai
DAN
PANJANG
Penentuan indeks Pont maupun Korkhaus pada setiap ras memiliki ciri-ciri
khusus untuk ras tersebut sehingga ciri-ciri tersebut tidak dapat digunakan
sebagai standar untuk ras yang lainnya. Ukuran normalyang ditentukan pada
suatu kelompok tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lain. Suku
Jawa yang termasuk ke dalam ras Mongoloid, memiliki ciri-ciri tertentu.
Perbedaan ras Mongoloid dan Kaukasoid tampak pada ukuran gigi dan
morfologi palatum. Ras Mongoloid memiliki ukuran gigi yang lebih besar
daripada ras Kaukasoid.
Indeks Pont menggambarkan adanya hubungan antara lebar mesiodistal
keempat gigi insisivus dengan lebar lengkung gigi di regio premolar dan molar
sehingga kemungkinan pada ras Mongoloid memiliki lengkung gigi yang lebih
lebar daripada ras Kaukasoid. Tinggi palatum pada ras Mongoloid, yang
cenderung memiliki kubah palatum datar, lebih rendah daripada ras Kaukasoid
yang cenderung memiliki kubah palatum tinggi.
Korkhaus menyatakan bahwa nilai indeks tinggi palatum diperoleh dari
membagi tinggi palatum dengan lebar intermolar (metode Pont) yang berarti
bahwa tinggi palatum berbanding terbalik dengan lebar intermolar. Lebar
lengkung gigi berbanding terbalik dengan panjang lengkung gigi. Panjang
lengkung gigi maksila meningkat seiring dengan membesarnya lengkungan
palatum secara sagital.
Orang Amerika (Stifter, 1958) dan orang Indian Utara yang tergolong ras
Mongoloid (Gupta dkk., 1979) juga dijumpai memiliki nilai indeks
interpremolar dan indeks molar yang lebih besar dengan indeks Pont
terdahulu. Ukuran gigi akan berbeda pada ras yang berbeda (Graber, 1972).
Lavelle (1972 sit. Gupta dkk., 1979) yang melakukan penelitian pada ras
Kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid, menjumpai bahwa ukuran gigi ras
Negroid terbukti lebih besar dari pada ukuran gigi ras Mongoloid sementara
ukuran gigi ras Mongoloid lebih besar daripada ras Kaukasoid (Lavelle, 1972
sit. Othman dan Harradine, 2006).
Pont (1909 sit.Gupta dkk., 1979;Stifter, 1958) mengatakan adanya hubungan
antara
keempat mesiodistal insisivus permanen dengan lengkung gigi maksila, hal ini
dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah mesiodistal insisivus permanen
akan menyebabkan lengkung gigi maksila semakin besar pula. Suku Jawa
yang termasuk ras Mongoloid kemungkinan memiliki lengkung gigi maksila
lebih besar daripada ras Kaukasoid, karena adanya perbedaan ukuran gigi
(Lavelle, 1972 sit. Othman dan Harradine, 2006). Eckert (1997), di lain pihak
juga mengaitkan perbedaan ras ini dengan adanya perbedaan bentuk lengkung
gigi. Ras Kaukasoid cenderung memiliki lengkung gigi yang sempit
sedangkan pada ras Mongoloid, lengkung gigi maksila berbentuk elips.
Pernyataan Eckert tersebut secara tersirat dapat memperjelas lebih besarnya
lebar interpremolar, lebar intermolar, dan panjang lengkung gigi maksila pada
suku Jawa (ras Mongoloid), yang mempunyai lengkung gigi berbentuk elips.
Ras Kaukasoid memiliki kubah palatum yang tinggi (Eckert, 1997), sempit
dan cenderung berbentuk segitiga (Indriati, 2004) sedangkan pada suku Jawa
yang mewakili ras Mongoloid cenderung memiliki kubah palatum datar
(Eckert, 1997) dengan lebar palatum berukuran sedang (Indriati, 2004). Hal
tersebut menyebabkan nilai indeks tinggi palatum pada suku Jawa lebih kecil
daripada nilai indeks Korkhaus pada ras Kaukasoid.
c. Ras Negroid
Ras negroid memiliki gigi geligi dengan ciri khas sebagai berikut:
a. Menurut R. Biggerstaf bahwa akar premolar cenderung membelah atau
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2. IDENTIFIKASI KORBAN
a. Tahapan
Metode visual
Pakaian
Pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode, dan adanya
tulisan-tulisan, seperti merek pakaian, penjahit, laundry, dan inisial nama dapat
memberikan informasi yang berharga, milik siapakah pakaian tersebut. Bagi
korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara keseluruhan atau
potongan-potongan dengan ukuran 10 cm x 10 cm adalah tindakan yang tepat
agar korban masih dapat dikenali walaupun tubuhnya sudah dikubur.
3)
Perhiasan
Anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban,
khususnya bila perhiasan itu terdapat inisial nama seseorang yang biasanya
terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin, akan membantu dokter
atau pihak penyidik dalam menentukan identitas korban. Mengingat
kepentingan tersebut maka penyimpanan dari perhiasan haruslah dilakukan
dengan baik.
4)
Dokumen
Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, paspor, kartu golongan darah,
tanda pembayaran, dan lain sebagainya dapat menunjukkan identitas korban.
Benda-benda tersebut biasa ditemukan dalam dompet atau tas korban.
5)
Medis
Pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi, berat
badan, warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas
operasi, dan tato dapat turut membantu menentukan identitas korban. Pada
beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus dilakukan pemeriksaan radiologis,
yaitu untuk mengetahui keadaan sutura, bekas patah tulang atau pen, serta
pasak yang dipakai pada perawatan penderita patah tulang.
6)
Gigi
Bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang
yang identik pada dua orang berbeda. Hal ini menjadikan pemeriksaan gigi
memiliki nilai yang tinggi dalam penentuan identitas seseorang. Satu
keterbatasan pemanfaatan gigi sebagai sarana identifikasi adalah belum
meratanya sarana untuk pemeriksaan gigi, demikian pula pendataannya (rekam
medik gigi) karena pemeriksaan gigi masih dianggap sebagai hal yang mewah
bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
7)
Sidik jari
Dapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang
sama, walaupun kedua orang tersebut kembar. Atas dasar ini, sidik jari
Serologi
Sampel darah dapat diambil dari dalam tubuh korban, maupun bercak darah
yang berasal dari bercak-bercak pada pakaian. Hal-hal tersebut dapat
menentukan golongan darah si korban.
9)
Eksklusi
Metode ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat korban
(bencana massal), seperti peristiwa kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta api,
dan kecelakaan angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang. Dari
daftar penumpang (passenger list) pesawat terbang akan dapat diketahui siapa
saja yang menjadi korban. Bila dari sekian banyak korban tinggal satu yang
belum dapat dikenali oleh karena keadaan mayatnya sudah sedemikian rusak,
maka atas bantuan daftar penumpang akan dapat diketahui siapa nama korban
tersebut, caranya yaitu dari daftar penumpang yang ada dikurangi korban lain
yang sudah diketahui identitasnya.
Dari sembilan metode tersebut hanya metode identifikasi dengan sidik jari yang
tidak lazim dikerjakan oleh dokter dan dokter gigi, melainkan dilakukan oleh
pihak kepolisian (Idries, 1997). Walaupun ada sembilan metode identifikasi
yang kita kenal, dalam prakteknya untuk menentukan identitas seseorang tidak
perlu semua metode dikerjakan. Dari sembilan metode tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat metode identifikasi yang dianggap primer,
yaitu identifikasi dengan sidik jari dan gigi. Hal tersebut dikarenakan jarang
bahkan hampir tidak ada sidik jari dan gigi yang identik antara dua orang
berbeda, sehingga kedua metode tersebut bersifat sangat individual dan
memiliki validitas yang sangat tinggi. Apabila dilakukan pemeriksaan DNA,
hasil pemeriksaannya juga dapat dijadikan bahan identifikasi primer, hanya saja
metode identifikasi dengan DNA membutuhkan biaya yang mahal (Depkes RI,
2006).
Identifikasi dalam kedokteran gigi forensik ada beberapa macam, yaitu
(Lukman, 2006):
1) Identifikasi ras korban maupun pelaku melalui gigi-geligi dan antropologi
ragawi.
2) Identifikasi seks atau jenis kelamin korban melalui gigi-geligi, tulang
rahang, dan antropologi ragawi.
3) Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi.
4) Identifikasi umur korban melalui gigi susu (decidui).
5) Identifikasi umur korban melalui gigi campuran.
6) Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.
7) Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.
8) Identifikasi korban melalui pekerjaan menggunakan gigi.
9) Identifikasi golongan darah korban melalui air liur.
10) Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi.
11) Identifikasi DNA korban melalui analisa air liur dan jaringan dari sel
dalam rongga mulut.
12) Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya.
13) Identifikasi wajah korban melalui rekontruksi tulang rahang dan tulang
facial.
14) Identifikasi melalui wajah korban.
15) Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku.
Data yang tersedia harus bersifat multipel, permanen, dapat diukur atau
(data antemortem)
yang
memungkinkan
untuk
dibandingkan
dengan
data postmortem.
3)
Gigi mempunyai nilai spesifik atau individualitas yang sangat tinggi mengingat
begitu tidak terbatasnya kemungkinan kombinasi ciri-ciri khas pada gigi, baik
ciri alami maupun akibat tindakan perawatan terhadap gigi-geligi. Ciri-ciri khas
tersebut antara lain (Ardan, 1999):
1)
Jumlah gigi
Jumlah gigi dapat menjadi suatu ciri yang khas pada seseorang. Hal ini karena
jumlah gigi pada seseorang dapat berbeda-beda. Satu atau beberapa gigi pada
rahang dapat tidak ada, baik secara klinis atau radiologis, selain itu sering juga
ditemukan jumlah gigi lebih banyak dari normal. Jumlah gigi yang berkurang
dapat disebabkan gigi yang lepas alami, pencabutan, trauma (benturan dengan
benda tumpul), kongenital (tidak terbentuknya benih gigi molar ketiga,
premolar kedua, incisivus kedua), impaksi, dan pergeseran gigi.
2)
Restorasi mahkota dan protesa sangat bersifat individual karena dibuat sesuai
kebutuhan masing-masing individu. Beberapa ciri khas dari protesa yang dapat
diamati
adalah
bentuk daerah
relief
dari
langit-langit,
bentuk
dan
Karies Gigi
Jumlah gigi yang karies dan letaknya dicatat dalam odontogram. Ada
kemungkinan gigi yang karies sudah ditambal, maka harus dilakukan juga
pemeriksaan catatan perawatan.
Fraktur dari gigi yang karies bentuknya tidak teratur, berwarna coklat,
umumnya terjadi pada gigi posterior, dilapisi sisa-sisa makanan, dan bekas
rokok. Adanya dentin sekunder menunjukkan bahwa fraktur sudah lama terjadi.
Fraktur gigi mahkota karena trauma yang baru terjadi atau pascakematian
dengan bagian tepi gigi tidak menunjukkan karies maka permukaan frakturnya
cenderung tajam.
4)
Gigi dapat berbentuk abnormal karena faktor kongenital atau dapatan. Gigi
abnormal yang disebabkan faktor kongenital dapat berupa hutchinson dan gigi
incisivus lateral berbentuk runcing (peg shaped). Bentuk gigi abnormal yang
disebabkan faktor dapatan antara lain akibat pekerjaan dan kebiasaan yang
akan mempengaruhi bentuk gigi.
6)
Perawatan endodontik
Pola trabekulasi tulang dapat dilihat pada foto roentgen antemortem maupun
foto roentgen postmortem. Dari foto roentgen tersebut dapat juga dilihat
kemiringan gigi, ruang interproksimal, resorpsi tulang akibat penyakit
periodontal, perubahan pada ruangan pulpa, dan bentuk saluran akar.
8)
Oklusi gigi
Oklusi gigi adalah hubungan kontak oklusal antara gigi di rahang atas terhadap
gigi di rahang bawah. Oklusi gigi diklasifikasikan menurut klasifikasi Angle,
yaitu oklusi kelas I, kelas II, dan kelas III. Masing-masing kelas mempunyai
subkelas tergantung keadaan gigi yang lain (berjejal, gigitan bersilang, dll).
9)
Patologi oral
Kelainan struktur oral dapat merupakan suatu ciri yang khas pada individu.
Macam-macam kelainan struktur rongga mulut tersebut dapat berupa:
a)
Torus mandibularis adalah protuberansia perkembangan tulang yang kadangkadang terdapat pada aspek lingual mandibula di daerah premolar. Torus
palatinus adalah eminensia perkembangan tulang yang kadang-kadang terdapat
pada garis median palatum keras (Harty dan Ogston, 1993).
b)
Kelainan lidah
Kelainan lidah yang khas pada individu dapat membantu proses identifikasi.
Kelainan yang biasa terjadi pada lidah dapat berupa pendeknya frenulum
lingualis (ankyloglossia), lesi yang berbentuk seperti peta (geographic
tongue),fissure
tongue, Fordices
granules,
dan Median
Rhomboid
Pigmentasi gusi
bahan asing pada jaringan, bakteri, fungi, dan ingesti dari bahan logam yang
terdeposit di jaringan. Sumber endogen disebabkan oleh melanin, bilirubin, dan
besi (Sonis, et al., 1995). Jadi dari pigmentasi gusi ini dapat diperkirakan
penyakit sistemis yang diderita korban dan pekerjaan korban.
e)
Kista adalah kantung atau rongga abnormal pada jaringan yang dikelilingi
epitel. Kista memiliki batas jelas dan mengandung cairan atau bahan semi cair
(Harty dan Ogston, 1993).
Gigi-geligi juga dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin korban, ras
korban, dan umur korban. Hal-hal tersebut dibutuhkan sebagai data tambahan
dan dapat juga digunakan sebagai alat mempersempit populasi untuk
memudahkan proses identifikasi.
1)
Pada kasus-kasus tertentu seperti mutilasi atau korban bencana massal dengan
tubuh yang sudah terpisah-pisah, penentuan jenis kelamin tidak dapat
dilakukan dengan mudah seperti penentuan jenis kelamin pada orang hidup
atau mayat yang masih utuh. Penentuan jenis kelamin pada kasus-kasus
tersebut dapat ditentukan melalui gigi-geligi.
Penentuan jenis kelamin melalui gigi-geligi dapat dilakukan dengan melihat
bentuk lengkung gigi, ukuran diameter mesio-distal gigi, dan kromosom yang
terdapat pada pulpa. Bentuk lengkung gigi pada pria cenderung tapered,
sedangkan wanita cenderung oval, ukuran diameter mesio-distal gigi taring
bawah wanita = 6,7 mm dan pria = 7 mm. Kromosom X dan Y dapat ditentukan
dengan menggunakan sel pada pulpa gigi sampai dengan lima bulan setelah
pencabutan gigi dan kematian (Astuti, 2008).
2)
Ras korban dapat diketahui dari struktur rahang dan gigi-geliginya. Secara
antropologi, ras dibagi tiga yaitu ras kaukasoid, ras negroid, dan ras mongoloid.
Masing-masing ras memiliki bentuk rahang dan struktur gigi-geligi yang
berbeda (Astuti, 2008) :
a)
Ras kaukasoid
1)
2)
lebih tapered
3)
b)
c)
4)
5)
Gigi berjejal
6)
Ras negroid
1)
2)
3)
4)
Bimaxillary protrution
5)
Ras mongoloid
1)
2)
3)
3)
Penentuan umur korban atau lebih tepatnya perkiraan umur juga dapat
dilakukan melalui pemeriksaan gigi-geligi (Astuti, 2008):
a)
tumbuhnya gigi susu yang pertama. Penentuan umur secara tetap disini
masih memerlukan sediaan mikroskopis dengan melihat mineralisasi.
Selain
itu
dapat
juga
dilakukan
pemeriksaan
terhadap
tahap
4)
Masa statis gigi susu: berkisar antara umur 3 6 tahun. Pada masa
ini penentuan umur melihat tingkat keausan gigi susu dan jika diperlukan
dengan bantuan roentgen untuk melihat tahap pertumbuhan gigi tetap.
5)
masa ini umur dapat dilihat dari gigi susu yang tanggal dan gigi tetap
yang tumbuh.
6)
gigi susu yang tanggal dan selesainya pembentukan akar gigi yang
terakhir tumbuh, yaitu molar kedua tetap.
b)
Metode Gustafson
Setelah masa pertumbuhan gigi tetap selesai, maka pertumbuhan dan
perkembangan gigi tidak banyak lagi memberikan bantuan untuk
menentukan umur karena kondisinya dapat dikatakan menetap. Untuk itu
Gustafson (1950) menemukan 6 metode dalam menentukan umur:
1)
pada dinding pulpa gigi akan dibentuk dentin sekunder yang bertujuan
menjaga ketebalan jaringan gigi yang melindungi pulpa. Semakin tua
seseorang semakin tebal dentin sekundernya.
4)
6)
tahun.
2)
tahun.
3)
usia 20 tahun.
Ada beberapa keuntungan dengan menjadikan gigi sebagai objek pemeriksaan,
yaitu (Lukman, 2006) :
1)
Gigi-geligi
merupakan
rangkaian
lengkungan
secara
anatomis,
antropologis, dan morpologis mempunyai letak yang terlindung dengan otototot, bibir, dan pipi. Apabila terjadi trauma, maka akan mengenai otot-otot
tersebut terlebih dahulu.
2)
Gigi-geligi di dunia ini tidak ada yang sama. Menurut Sims dan Furnes,
rusak atau berubah, maka sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan menggunakan
gigi bahkan setiap ras memiliki ciri yang berbeda.
5)
terbunuh dan direndam di dalam drum berisi asam pekat, jaringan ikatnya
hancur tetapi giginya masih utuh.
6)
Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 400 C gigi
tidak akan hancur, terbukti pada peristiwa Parkman yang terbunuh dan dibakar
tetapi giginya masih utuh. Kemudian pada peristiwa aktor perang dunia kedua,
yaitu Hitler, Eva Brown, dan Arthur Boorman mereka membakar diri kedalam
tungku yang besar di dalam bunker tahanan tetapi giginya masih utuh dan gigi
palsunya bisa dibuktikan. Kecuali dikremasi karena suhunya di atas 1000 C.
Gigi menjadi abu sekitar suhu lebih dari 649 C. Apabila gigi tersebut ditambal
menggunakan amalgam, maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar di atas
871 C. Apabila gigi tersebut memakai mahkota logam atau inlay alloy emas,
maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871-1093 C.
7)
gigi tiruan dengan berbagai macam model gigi tiruan dan gigi tiruan tersebut
dapat ditelusuri atau diidentifikasi. Menurut Scott, gigi tiruan akrilik akan
terbakar menjadi abu pada suhu 538 C sampai 649 C. Apabila memakai
jembatan dari porselen maka akan menjadi abu pada suhu 1093 C.
9)
menujukkan keadaan dimana belum diketahui jati diri seseorang. Korban tidak
dikenal dapat diartikan sebagai manusia yang menjadi menderita atau mati
akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya, dimana jati diri manusia
tersebut belum diketahui.
Korban tidak dikenal tersebut bisa dalam keadaan masih hidup atau meninggal.
Korban tidak dikenal yang masih hidup dapat disebabkan oleh keadaan korban
yang koma, amnesia, gangguan mental, dan keterbatasan bahasa yang
menghalangi korban untuk memberi informasi tentang jati dirinya. Korban
tidak dikenal yang meninggal dapat disebabkan oleh sulit dikenalinya jenazah
korban karena keadaannya sudah rusak atau anggota tubuhnya sudah terpisahpisah (Knight, 1991).
Prosedur Identifikasi Korban Tidak Dikenal dalam Bidang Kedokteran
Gigi.
Tim kedokteran gigi forensik terdiri dari tiga bagian dan seorang komandan.
Ketiga bagian tersebut adalah bagianpostmortem, bagian antemortem, dan
bagian perbandingan. Bagian postmortem bertugas untuk mengumpulkan datadata gigi postmortem ditempat kejadian. Bagian antemortem bertugas untuk
mengkondisikan rekam medik gigi agar dapat diinterpretasikan. Bagian
perbandingan bertugas untuk membandingkan dan menyesuaikan data, serta
menyelesaikan proses identifikasi. Komandan harus selalu siap dan dapat
mengatur pergerakan tim dengan cepat (Eckert, 1992).
Tindakan pertama yang dilakukan oleh dokter gigi forensik saat tiba di Tempat
Kejadian Peristiwa (TKP) adalah menyelamatkan bahan bukti penting yang
dibutuhkan untuk analisa kedokteran gigi forensik (misalnya gigi-geligi yang
berserakan). Tindakan yang perlu dilakukan langsung di TKP misalnya adalah
pengambilan sampel liur pada bite mark, pemotretan keadaan korban, dan
sebagainya (Lukman, 2006).
Tindakan pertama yang bersifat umum di TKP, yaitu pada awalnya menutup
TKP sebatas areal yang aman agar bukti-bukti tidak hilang atau rusak.
Selanjutnya jika ada korban periksa tanda-tanda kehidupannya. Apabila korban
masih hidup, segera selamatkan dengan mengirim ke rumah sakit terdekat. Jika
sempat buat foto posisi atau kondisi korban saat ditemukan, kemudian buat foto
dan sketsa TKP seteliti mungkin. Koordinasikan dengan unsur lain (Dokter
satu gigi yang utuh agar dapat memperoleh jaringan pulpa yang cukup
(Lukman, 2006). Pada waktu proses perbandingan, kasus-kasus yang banyak
masalah sebaiknya dikerjakan terakhir (Ardan, 1999).
Semua data-data yang diperoleh dalam identifikasi dituangkan dalam formulir
baku mutu nasional, yaitu ke dalam formulir korban tindak pidana yang
berwarna merah atau disebut dengan data postmortem, pada korban hidup tetap
pula ditulis ke dalam formulir yang sama, sedangkan data-data semasa hidup
ditulis ke dalam formulir antemortem yang berwarna kuning. Hal ini berlaku
pula pada pelaku, ia mempunyai kedua penulisan data pula, antemortem dan
postmortem pada kertas yang berwarna kuning dan merah (Lukman, 2006).
Setelah jenazah teridentifikasi sedapat mungkin dilakukan perawatan jenazah,
antara lain perbaikan tubuh jenazah, pengawetan jenazah, perawatan sesuai
agama korban, dan memasukkan korban dalam peti jenazah. Kemudian jenazah
diserahkan pada keluarga oleh petugas khusus dari tim identifikasi berikut
surat-surat yang diperlukan. Perawatan jenazah setelah teridentifikasi
dilaksanakan oleh unsur Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas terkait dibantu
oleh keluarga korban (Depkes RI, 2006).
1. Sidik jari.
1.1. Definisi
Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari
epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki,
yang juga dikenal sebagai dermal ridges atau dermal papillae, yang terbentuk dari
satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan. Dari bayi pun, kita semua sudah
mempunyai sidik jari yang sangat identik dan tidak dimiliki orang lain. Alur-alur kulit
di ujung jari dan telapak tangan dan kaki mulai tumbuh di ujung jari sejak janin
berusia empat minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.6
Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri
seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal
ataupun sebagai pengganti tanda tangan (cap Jempol).6
Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari
antemortem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang
diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan
demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan
jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan
kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.2
Ada tigaalasan mengapasidik jarimerupakan indikatoridentitas yang dapat
diandalkan: 1
Detail anatomi ini memperkasar permukaan telapak tangan dan kaki hingga
memperkuat cengkeraman kala memegang atau berjalan. Benda yang dipegang tidak
mudah lepas. Secara resmi, istilah sidik jari digunakan pertama kali oleh Dr.
Nehemiah Grew yang memperkenalkan pada Royal Collage of Physicians, London
pada tahun 1684 tentang tanda-tanda penting yang ditemukan di ujung-ujung jari
manusia. Setahun kemudian, Gouard Bidloo membuat buku pertama pola sidik jari
lengkap. Pada tahun 1788, JCA Mayer menyatakan bahwa tak ada 2 orang, kembar
sekalipun yang memiliki sidik jari sama persis walaupun masing-masing mempunyai
kemiripan individu. Tahun 1823, John E Purkinje dari University of Breslau membuat
klasifikasi sidik jari dalam sembilan golongan utama, walau kemudian Francis Galton
berpendapat bahwa hanya ada 3 golongan utama, selebihnya adalah variasi.6
Gambar 3. Contohpolayang paling umum untuk dermal ridges.Limakelasutama-left loop, right loop,
whorl, arch, dan tented arch-umum digunakan. Frekuensiperkiraanuntuksetiap tipedinyatakandalam
tanda kurung.Untuk tiap tipe, posisi dariinti ditandai dengan kotakmerah dandeltaditandaisegitigahijau. 3
pembusukan. Dalam hidup, pola ridge hanya diubah secara kebetulan akibat, lukaluka, kebakaran, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar. Dapat dikatakan
bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua
orang tersebut kembar satu telur.Dalam dunia sains pernah dikemukakan, jika ada 5
juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru
akan terjadi lagi 300 tahun kemudian, atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang
terpenting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui jati diri seseorang.6
Dibawah ini merupakan sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari: 6
a) Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit
manusia seumur hidup.
b) Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali
mendapatkan kecelakaan yang serius.
c) Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
1.3. Macam Macam Sidik Jari
a) Latent prints (Sidik jari Laten). Walaupun kata laten berarti tersembunya atau
tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti
kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari aluralur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik
tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara
elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten
yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di aluralur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam
lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dll.3
b) Patent prints (Sidik jari Paten). Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan
kulit dari sumber yang jak jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan
disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan. Karena
sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknik-teknik enhancement, dan
diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.3
c) Plastic prints (Sidik jari Plastik). Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan aluralur tonjolan kulit jari atau telapak yang tersimpan di material yang
mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada
lilin cair, deposit lemak pada permukaan mobil. Sidik-sidik seperti ini dapat
langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan
bahwa sidik-sidik laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga
terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat impressi-impressi non
plastik pun harus dilaksanakan.3
I.4 Klasifikasi Sidik Jari
Sebelum komputerisasi menggantikan sistem pendataan manual di operasioperasi pemrosesan sidikjari yang besar, klasifikasi sidik jari manual digunakan
untuk mengkatagorikan sidik jari berdasarkan formasi alur-alur tonjolan secara
umum (seperti ada atau tak adanya pola-pola sirkular pada jari-jari), oleh karena itu
pendataan dan pengambilan catatan laporan dalam jumlah besar berdasarkan polapola tersebut, yang terlepas dari pertimbangan nama, tanggal lahir, dan data biografis.
Sistem-sistem klasifikasi sidik jari yang paling populer diantaranya sitem Roscher,
sistem Vucetich, dan sistem Henry. Dari sistem-sistem ini, sistem Roscher
dikembangkan di Jerman dan diaplikasikan di Jerman dan Jepang. Sistem Vucetich
dikemkangkan di Argentina dan diimplementasikan di seluruh Amerika Utara, dan
sistem Henry dikembangkan di India dan diimplementasikan di kebanyakan negaranegara berbahasa Inggris.6
Sistem Henry berasal dari pola ridge yang terpusat pola jari tangan, jari kaki,
khusunya telunjuk. Metoda yang klasik dari tinta dan menggulung jari pada suatu
kartu cetakan menghasilkan suatu pola ridge yang unik bagi masing-masing digit
individu.Dalam sistem klasifikasi Henry, terdapat tiga pola dasar sidik jari: Arch
(lengkungan), Loop (uliran), dan Whorl (lingkaran).6
a. Tipe Arch, Pada patern ini kerutan sidik jari muncul dari ujung, kemudian mulai
b.
c.
sebuah kurva, dan menuju keluar dari sisi yang sama ketika kerutan itu muncul.
Tipe Whorl, Pada patern ini kerutan berbentuk sirkuler yang mengelilingi sebuah
titik pusat dari jari.
Dari ketiga klasifikasi diatas terdapat juga klasifikasi yang lebih kompleks
yang mengikutsertakan pola plain arches (lengkungan sederhana atau tented arches
(lekukan yang seperti tenda) . Pola Loop dapat berarah radial atau ulnar, tergantung
arah ekor dari loop tersebut. Pola Whorl juga dibagi dalam subgrup-subgrup: plain
whorl, accidental whorls, dan central pocket loop.6
I.4
Gambar 4. Pola
dasarJari
sidik jari. 6
Cara Pengambilan Dan Pemeriksaan
Sidik
Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penetuan jati
diri dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter,
melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan sidik jari tidak
dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu untuk
mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban yang tewas
dan keadaan mayatnya yang telah membusuk. Teknik pengembangan sidik jari pada
jari yang keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah mengelupas dan
memasangnya pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru kemudian dilakukan
pengambilan sidik jari, merupakan prosedur standar yang harus diketahui dokter.6
Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode
dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten /
yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada
lempeng aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli
dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan
ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara
mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah
tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda
yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat stoples.
Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada
permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak
sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik
jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah.6
Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat
pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari
padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau
minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuningkuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret
agar dapat didokumentasikan. Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak
nitrat dan larutan ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida,
akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari
pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui
pori-pori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan
benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan benda akan kering
dan perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke
permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat.
Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus
segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang
dapat bereaksi dengan minyak dan keringat menghasilkan warna ungu. Jika jari
pelaku kejahatan mengandung minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan
benda, sidik jarinya akan terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin.
Setelah dibiarkan selama 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat
dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu.Metode paling mutakhir yang
digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-X-ray fluorescence
(MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh Christopher Worley, ilmuwan asal
University of California yang bekerja di Los Alamos National Laboratory.
Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa digunakan, teknik MXRF
mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak
dapat diidentifikasi metode lain.6
2. Analisis Dental
Forensik Odontologi dapat merupakan suatu penerapan ilmu gigi dalam system
hukum.Ilmu kedokteran gigi forensik memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan
odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan
presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.7
Ruang lingkup forensik odontologi meliputi :
1. Identifikasi terhadap jenasah korban yang tidak diketahui melalui gigi, rahang
dan tulang-tulang kraniofasial
2. Analisa jejak bekas gigitan
3. Analisa trauma orofasial yang berhubungan dengan kekerasan
4. Dental jurisprudence, termasuk menjadi saksi ahli
Pelayanan dental forensic meliputi baik penyelidikan kematian maupun kedokteran
forensik klinis untuk mengevaluasi korban kekerasan hidup seperti kekerasan seksual,
kekerasan anak, dll. 7
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai
berikut: 7
1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh
lingkungan yang ekstrim.
2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi
gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.
3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi
(dental record) dan data radiologis.
4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang
mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila
terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.
5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa
gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.
6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400C.
7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang
terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan
giginya masih utuh.
2.1. Anatomidan Morfologi Gigi Manusia8
a. Anatomi Gigi
Gigi manusia terdiri dari tiga:
Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi dan merupakan bagian gigi yang
terletak didalam tulang rahang.
Leher gigi, yaitu bagian yang menghubungkan akar gigi dengan mahkota
gigi.
b. Struktur Gigi
Badan dari gigi terdiri dari :
1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan
berfungsi membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan
terhadap tekanan dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama
kalsium dan fosfor, zat organic dan air.
2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna
kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak
dari email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan
fosfor serta 30 % bahan organic dan air.
3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan
menutup akar gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan
ikat yang memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari
dentin dan terdiri dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan
50% bahan organic.
4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah
pulpa dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel
pembentuk dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.
c. Morfologi gigi.7,8
Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Gigi susu
Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan
lengkap pada umur 2 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap
daerah rahang masing masing adalah : 2 gigi seri (incicivus),1 gigi taring.
2. Gigi permanen
Gigi permanen berjumlah 28 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi
premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen
menggantikan gigi susu. Antara umur 6 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi
permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 12 tahun
sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 21 tahun.
d. Nomenklatur Gigi8
Nomenklatur yang biasa dipakai adalah :
1. Cara Zsigmondy
Gigi susu
V IV III II I
I II III IV V
V IV III II I
I II III IV V
Contoh : c bawah kanan : III
m2 atas kiri : V
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
Contoh : P2 atas kanan : 5
I1 bawah kiri : 1
2. Cara Palmer : cara yang paling mudah dan universal untuk dental record
Gigi susu
EDCBA
AB C D E
EDCBA
AB C D E
Contoh : c bawah kanan : C
Gigi tetap
8764321
12345678
8764321
12345678
Contoh : P2 atas kanan : 5
m2 atas kiri : E
I1 bawah kiri : 1
3. Cara Amerika : yaitu dengan menghitung dari atas kiri, ke kanan, ke bawah
kanan, lalu ke bawah kiri.
Gigi Susu (pakai huruf romawi)
X
IX VIII VII
VI
IV
III
II
m2 atas kiri : I
17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32
3 2
I1 bawah kiri : 25
4. Cara Aplegate
Kebalikan dari cara Amerika yaitu dengan menghhitung dari atas kanan ke
kiri, kebawah kiri lalu ke bawah kanan
Gigi Susu :
I
II
III
IV
VI VII VIII
IX X
m2 atas kiri : X
Gigi Tetap :
1
3 4
5 6 7
9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25
24 23 22 21 20 19 18 17
I1 bawah kiri : 24
5. Cara Haderup
Gigi Susu :
Gigi Tetap :
0+
+0
0-
-0
I1 bawah kiri : -1
I2 bawah kiri : 2-
7. Cara G. B. Denton
Gigi Susu :
Gigi Tetap :
m2 atas kiri : 65
I1 bawah kiri : 31
sesuatu yang unik dan mudah dikenali, juga dapat bertahan selama postmortem
bahkan dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan pada jaringan tubuh yang
lainnya.9
Biasanya, tubuh manusia yang ditemukan dan dilaporkan kepada polisi yang
kemudian akan meminta pemeriksaan identifikasi dental. Biasanya terdapat benda
pengenal pada korban (misalnya dompet atau izin mengemudi) pada tubuh korban
dan pada benda ini mungkin terdapat catatan antemortem korban. Pada kasus lain,
lokasi geografis dimana tubuh korban ditemukan atau karakter fisik lain maupun
bukti-bukti tak langsung mungkin dapat membantu dalam membuat identitas diduga,
biasanya dengan menggunakan data dari data orang hilang. Dental record
antemortem kemudian dapat diperoleh dari data seorang dokter gigi.9
Seorang dokter gigi forensic membuat dental record postmortem dengan
menyusun dan menuliskan gambaran struktur maupun gambaran radiologis dental
yang didapatkan. Jika catatan dental record antemortem tersedia pada saat itu,
gambaran radiografis harus dilakukan untuk membuat replikasi tipe dan sudutnya.9
Setelah
dental
record
postmortem
telah
lengkap,
dapat
dilakukan
Gambar 7. Contoh perbandingan radiografi dental postmortem dan antemortem untuk menentukan identitas.
Pola, bentuk dan ukuran perawatan gigi tampak dalam satu gambar radiografi (record) yang kemudian
dibandingkan dengan sifat dan karakteristik yang serupa pada gambar radiografi lainnya. Pada kasus diatas,
tampak bahwa kedua foto tersebut berasal dari orang yang sama, menandakan identifikasi positif. 9
Beberapa penelitian terbaru di Amerika Serikat menggunakan panjang akar gigi dalam
menentukan usia pada anak.9
Didapatkan erosi pada gigi mengarahkan pada penggunaan alkohol atau
penyalahgunaan zat sedangkan noda pada gigi mengarahkan pada kebiasaan merokok,
pengunaan tetrasiklin atau kebiasaan mengunyah sirih. Kualitas, kuantitas serta ada
tidaknya perawatan dental memberikan informasi status ekonomi atau kemungkinan
negara tempat tinggalnya. Jika profil dental postmortem tidak dapat menunjukkan
kemungkinan identitas jenazah maka dibutuhkan rekonstruksi tampilan individu saat
hidup dengan bantuan profil dental.9
2.4. Penentuan Umur Berdasarkan Pemeriksaan Gigi
Penentuan Umur pada anak :
a. Pendekatan Atlas (Morfologi)10
Teknik ini menggunakan gambaran radiografi gigi dimana dapat dilihat
perbedaan tingkat mienralisasi pada setiap gigi. Dibandingkan mineralisasi
tulang, proses mineralisasi gigi kurang dipengaruhi oleh keadaan nutrisi dan
status endokrin, sehingga memberikan informasi yang lebih akurat dalam
menentukan umur.
1) Tables Schour and Massler. Table Schour dan Massler merupakan
pendekatan atlas yang klasik. Schour dan Massler menggambarkan 20 urutan
perkembangan gigi dimulai sejak usia 4 bulan kelahiran hingga usia 21
tahun. Dilakukan perbandingan perkembangan gigi seseorang dengan tabel
hingga dapat menentukan estimasi usia.
2) Moorrees et all, membuat tabel berdasarkan maturasi gigi permanen dalam
14 tingkat dimulai sejak awal pembentukan penonjolan gigi hingga
penutupan apeks sempurna, dan dibuat tabel berbeda untuk pria dan wanita.
3) Anderson et all, melanjutkan tabel Moorrees et all hingga gigi molar ketiga.
b. Sistem Skor10
Demirjian et all menyederhanakan estimasi kronologi perkembangan gigi dalam 8
tingkat (A-H), dan membatasinya untuk 7 gigi pertama mandibula kiri. Tabel
perkembangan gigi Demirjian et all ini dibuat berbeda untuk anak laki-laki dan
perempuan. Untuk menentukan usia seorang anak kedelapan skor tersebut
dijumlahkan untuk mendapatkan kronologi usia.
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini
dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
6. Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya
usia ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
Setiap parameter diatas diberi skala berbeda (dari 1-3) dan dengan
menjumlahkan keenam parameter tersebut didapatkan perkiraan kronologi
usia.
b. Teknik Radiografi
1) Kvaal et all mengembangkan teknologi untuk menentukan perkiraan umur
menilai ukuran pulpa gigi dari gambaran radiografi periapical dari tipe gigi :
insisivus sentral dan lateral maksila, kaninus, dan premolar pertama. Perkiraan
umur berdasarkan jenis kelamin dan perhitungan beberapa ratio panjang dan
lebar pulpa untuk mengimbangi pembesaran dan angulasi dari gambar gigi
yang asli dengan gambaran radiografi.
2) Kvaal and Solheim juga mempresentasikan metode yang mengkombinasikan
teknik morfologi dan radiografi untuk menentukan perkiraan umur.
Berdasarkan gigi yang diukur, beberapa parameter yang dinilai : translusensi
apical dalam mm (T), retraksi ligamentum periodontal dalam mm (P), panjang
pulpa yang diukur dari gambar radiografi (PL), panjang akar gigi yang diukur
dari permukaan mesial gambar radiologi (RL), lebar pulpa pada daerah
cementoenal junction pada gambar radiografi (PWC), lebar akar pada daerah
cementoenal junctionpada gambar radiografi (RWC), lebar pulpa pada daerah
pertengahan akar (RWM), lebar akar pada daerah pertengahan akar (RWM).
c. Metode Asam Aspartat
Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan
pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein
terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang
ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya
mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju
pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang lebih
lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling tinggi
dari semua asam amino.
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari
perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20 subyek
dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak ditemukan
pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin
untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut
metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia
dibandingkan dengan parameter yang lain.
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
Ln (1 + D/L) / (1 D/L) = 2k (aspartat)t + konstanta
K : first order kinetik
t : actual age
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari
fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut
dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang
tidak larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan
asam aspartat yang lebih tinggi.11
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5. Peranan Forensik Odontologi Dalam menangani bencana Massal
Kematian yang tidak wajar atau tidak terduga, atau dalam kondisi bencana
massal, kerusakan fisik yang direncanakan, dan keterlambatan dalam penemuan
jenazah, bisa mengganggu identifikasi. Dalam kondisi inilah forensik odontologi
diperlukan walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.8
Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah
kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang
meninggal, dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan
agama dan permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak
teridentifiksi karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun
atau lebih. Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum
yang perlu diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi.
bentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan
12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun
tidak terlalu jelas.
2. Dens evaginatus. Tuberkel asecoris pada permukaan oklusal premolar
bawah pada 1-4% ras mongoloid.
3. Akar distal tambahan pada molar pertama mandibula ditemukan pada 20%
mongoloid dan hanya 1% pada kaukasoid..
4. Lengkungan palatum berbentuk elips dengan dasar yang lebih datar.
5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
permukaan lingual.
Sering terdapat open bite.
Palatum lebar, hiperbolik, dengan dasar palatum sempit.
Sering didapatkan maloklusi klas III
Palatum berbentuk lebar.
Protrusi bimaksila, tulang alveolar maksila dan mandibula menonjol dengan gigi
seri miring ke arah labium ras mongoloid dan non-Anglo Caucasoid juga dapat
memperlihatkan hal tersebut namun lebih sering ditemukan pada populasi
negroid.
7. Sekitar 20 persen orang ras negroid sudah tidak menunjukkan cirri tersebut
karena telah terjadi perkawinan silang ras.
8. Tuberkulum intermedium, terdapat penonjolan tambahan diantara distolingual
dan mesiolingual pada gigi molar pertama.8
3. Analisis DNA.
Tergantungpada karakteristikkhusus dari sebuahinsiden, pendekatan prosedur
identifikasi akan berbeda. Dalam banyak kasus penyelidikan gigi atau sidik jari akan cukup
memadai. Dalam kasus laindengan, dengan keadaan yangsangatmembusukatau ada banyak
potongan
tubuh,analisisdan
perbandingan
DNAmungkinmetode
terbaik
kepalaTimIdentifikasiKorbandalam
konsultasidenganlaboratorium
forensikyang tepat.1
Teknik-teknik identifikasi genetika memberikan suatu perangkat diagnostik yang
sangat kuat dalam kedokteran forensik dan dapat secara sukses diterapkan pada identifikasi
korban-korban bencana. Data genetika dari seseorang selalu sama pada seluruh sel-sel
tubuhnya dan akan tetap konstan bahkan setelah meninggal. Analisis dari sebuah sampel
biologis akan memungkinkannya mengaitkan seseorang dengan nenek/kakek moyang dengan
keturunannya dan data dari analisis-analisis ini dapat dengan mudah dikomputerisasikan.1
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk
yang berbeda dari struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi/modifikasi pada suatu lokus
yang speifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat
polimorfik. Sifat polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga memberikan
keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari orang lain.2
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara
lain ialah sistem golongan darah, golongan protein serum, system golonngan eritrosit,d dan
system HLA (Human Lymphocyte Antigen). Polimorfisme DNA merupakan suatu
polimorfisme pada tingkat yang lebih awal dibandingkanpolimorfisme protein, yaitu pada
tingkat kode genetic atau DNA.2
Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme
DNA menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme DNA menunjukkan tingkat
polimorfis yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak
system. Kedua, DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA
dimungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan pada
jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas meliputi seluruh sel
tubuh, sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan.
Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar dan sedikit
jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis.2
b. Ante Mortem
Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum
kematian. Data ini biasanya diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang
yang terdekat dengan jenazah. Data yang diperoleh dapat berupa foto korban
semasa hidup, interpretasi ciri ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas
luka, dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa
hidup, sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi
informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk kepentingan
identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan
korban.
Nama penderita
2)
Umur
3)
Jenis kelamin
4)
Pekerjaan
5)
6)
7)
Foto Roentgen
2)
Lembaga-lembaga pendidikan
3)
c. Post Mortem
Bencana bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan bisa meminta korban tidak
hanya satu atau dua orang saja. Jika terjadi suatu bencana baik yang
diakibatkan karena terjadinya kecelakaan mobil, pesawat dan atau kapal laut,
kemudian akibat bencana alam, aksi terorisme dengan pengeboman dan lain
sebagainya yang mengakibatkan
identifikasi gigi. Setelah semua itu dilakukan cegah peruban pada jenasah.
Pemeriksaan DNA pada Korban juga harus dilakukan untuk membandingkan
dengan pihak keluarga korban.
1. Identifikasi Ras Korban Dari Ciri-ciri Gigi
Ciri-ciri kelima ras tersebut ditinjau dari gigi
gigi insisive dari cingulum, gigi premolar dari jarak mesiodistal dengan bucopalatal
atau relasi jarak mesodistal dengan bucolingual dan gigi molar dari fissure, jumlah pit
dan adanya carabelli ataupun jumlah gigi molar.
Identifikasi ras tersebut antara lain :
1. Ras caucasoid
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menurut Kierberger55 dan Pederson49, Permukaan lingual rata pada gigi
seri/insisive (1.2 1.1, 2.1 2.2)
b. Sering ditemukan gigi-geligi yang crowded
c. Gigi molar pertama bawah lebih panjang dan tapered (3.6, 4.6)
d. Menurut Dalberg (1956) , bagian buko-palatal lebih kecil dari mesio-distal (P2, 1.5,
2.5)
e. Sering ditemukan cusp carabelli dibagian palatal pada gigi 1.6, 2.6
f. Lengkung rahang sempit
a. Menurut Herdlicka (1921) bahwa gigi insisive mempunyai perkembangan penuh pada
permukaan palatal bahkan lngual sehingga shovel shaped incisor cingulum jelas
dominan (1.1, 1.2, 2.1, 2.2).
b. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar
bawah pada 1-4% ras mongoloid.
c. Bentuk gigi molar segiempat dominan
Oleh karena itu satu individu tidak murni satu ras. Maka identifikasi gigi diperlukan
untuk penentuan ras yang didapat dari penothype gigi dari genotype nya.
Gambar 5
1. Memperlihatkan adanya Dens evaginatus pada permukaan oklusal premolar bawah
pada 1-4% ras mongoloid.
2. Memperlihatkan bentuk gigi molar 1 bawah segiempat dominan.
3. Ras Negroid
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menurut R. Biggerstaf bahwa akar premolar cenderung membelah atau terdapat tiga
b.
c.
d.
e.
Gambar 7. Memperlihatkan gigi depan dari ras khusus relatif semua gigi incisive
hampir sama.
2.
Gambar 8
a. Memperlihatkan lengkung gigi yang berbentuk elipsoid ciri ini dapat didentifikasi
sebagai ras mongoloid.
b. Memperlihatkan lengkung gigi berbentuk U yang dapat diidentifikasi sebagai ras
negroid.
c. Memperlihatkan lengkung gigi berbentuk paraboloid yang dapat diidentifikasi sebagai
ras caucasoid.
Gambar 9
a. memperlihatkan lengkung rahang berbentuk paraboloid yang lebar degan gigi incisive
yang besar-besar hal ini dapat diidentifikasikan sebagai ras australoid.
b. Memperlihatkan lengkung rahang berbentuk U yang sangat nyata sedangkan gigi
incisive kecil-kecil hal ini dapat diidentifikasikan sebagai ras khusus.
3. Identifikasi Ras Dari Antropologi Ragawi
Identifikasi
concae, mastoideus,
Gambar 10.
Outline tulang tengkorak masing-masing ras berbeda dan gambar ini memperlihatkan
bentuk tulang kepala.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2. Ras Mongoloid
a.
b.
c.
d.
e.
3. Ras Negroid
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.