sebagai
sifat
dasar
demokrasi.1
Seperti
yang
dijelaskan
di
atas
bahwasanya
demokrasi
merupakansuatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, dalam
arti rakyat memiliki kebebasan dalam menentukan hak-haknya sebagai warga
negara, termasuk dalam dipimpin atau memimpin. Sehingga terdapat beberapa
indikator demokrasi di Indonesia, salah satunya adalah pemilihan umum (pemilu).
Di dalam sebuah sistem demokrasi, pemilu menjadi kunci terciptanya
demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa diikuti pemilu. Pemilu merupakan wujud
yang paling nyata dari demokrasi. Pemilihan umum merupakan sarana untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan rakyat dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara seperti yang tercantum dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
Selain itu, pemilu adalah suatu kegiatan yang sering diidentikan sebagai
sebuah pesta
demokrasi. Dikatakan demikian karena dalam pemilu masyarkat secara individu
3
memiliki hak memilih dan dipilih. Pemilu dewasa ini menjadi paramenter dalam
mengukur demokratis tidaknya sebuah negara.
Pemilu dewasa ini dapat dikatakan sebuah aktifitas politik di mana pemilu
merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang memungkinkan
terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan.6 Sementara itu aktifitas politik
merupakan kegiatan ataupun usaha untuk mencapai tujuan politik. Di dalam proses
pemilu saat ini banyak aktifitas politik yang terjadi, salah satunya politik simbolis
yang ada di tengah-tengah masyarakat. Menurut Geertz, semua masyarakat
disuguhkan oleh berbagai political of symbolism (politik simbol). Politik simbol
merupakan suatu tindakan untuk mempresentasikan gejala sosial yang diwujudkan
dalam simbol yang merefleksikan makna politik tertentu. Sementara itu simbol
dapar di artikan sebagai objek, tindakan, peristiwa, sifat atau hubungan yang dapat
berperan sebagai wahana suatu konsepsi.7
Pemilu adalah salah satu ciri yang harus ada pada negara demokrasi.8
Dengan demikian pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat dalam
kehidupan bernegara, yaitu dengan jalan memilih wakil-wakilnya yang pada
gilirannya akan mengendalikan roda pemerintahan. Hasil pemilihan umum yang
diselengarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan cukup akurat aspirasi dan
partisipasi masyarakat.9
Demokrasi diharapkan mampu menciptakan tata pemerintahan yang baik
(Good Governance) berupa peningkatan akuntabilitas pemerintahan, partisipasi
masyarakat yang lebih besar dalam pembuatan dan kontrol kebijakan, serta
efisiensi dan efektivitas pelayanan dan pembangunan.10 Antara demokrasi dan
tata kelola pemerintahan adalah dua hal yang sangat penting untuk diaplikasikan
dalam sebuah
negara. Tentunya demokrasi merupakan model pemerintahan serta sistem yang
baik
Syamsuddin Haris, Menggugat Politik Orde Baru (Jakarta: Grafiti Press, 1998),
h. 49.
7
Cliford Geertz, The Interpretation of Cultures (New York: Basic Books, 1973),
h. 312.
8
Hasbi Umar, Paradigma Baru Demokrasi di Indonesia: Pendekatan terhadap
Pemilu
DPR/DPRD, Jurnal Innovatio, Vol.VII No.14 (Juli-September 2008), h. 315.
9
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 461.
10
bagi sebuah negara, terutama bagi Indonesia. Sementara itu, tata kelola
pemerintahan memiliki peran sebagai penyempurna bagi adanya demokrasi yang
baik tersebut. Tata kelola pemerintahan dapat memberikan solusi bagi masalah
dalam setiap negara agar sebuah negara agar menjadi kuat dan maju. Tidak hanya
negara, dunia pun akan berubah apabila negara mengaitkan demokrasi dan tata
kelola pemerintahan dalam berbagai upaya dan permasalahan ketatanegaraan.11
Demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik adalah unsur-unsur
penting untuk menciptakan sebuah perubahan positif bagi negara.12 Melalui tata
kelola pemerintahan yang baik dan melalui pemerintahan yang bersih, kompeten,
serta responsif. Demokrasi dapat menyelesaikan konflik separatis, mencapai
pertumbuhan ekonomi, memajukan penegakan keadilan, mendorong dinamika
sosial dan meningkatkan ketertiban umum.13 Tata pemerintah yang seperti inilah
yang menjadikan demokrasi menjadi berarti dan berfungsi.
11
Ibid., h. 18.
Pidato Susilo Bambang Yudhoyono, Jakarta, 23 Oktober 2005.
13
Ibid.
12