Step I
1.HPP (hemoragik post partum) : perdarahan
Step II
1.Apa yg menyebabkan HPP?
2.Apa dasar ibu bidan mendiagnosa ibu ini
HPP?
3.Apakah ada hubungan antara BB bayi 4000
gram dengan terjadinya HPP?
4.Bagaimana penatalaksanaan HPP?
5.Bagaimana cara memeriksa plasenta?
1.Penyebab HPP:
a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Sisa plasenta
d.Adanya trauma seperti ruptur uterus,
infeksi uterus, perlukaan jalan lahir, dan
vaginal hematom.
2. Karena perdarahannya >500-600 mL dalam
24 jam setelah anak lahir.
3. Ada, karena BB bayi yg berlebihan adalah
faktor resiko terjadinya atonia uteri.
4. Penatalaksanaan HPP:
a. Pemberian cairan seperti normal
saline/RL.
b. Transfusi darah (whole blood/PCR)
c. Evakuasi pemberian cairan dengan
memantau
produksi urin.
Step III
Step IV
Seorang ibu melahirkan anak ke-4
BB bayi 4000 gram
Perdarahan >500-600 mL
HPP
Step V
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1.HPP:
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan :
1) Fisik: TD, nadi, respirasi, konjungtiva
2) Obstetri: Tinggi fundus uterus, kontraksinya
(lihat dara
pre dan post partus)
3) Dalam : eksplorasi dan inspekulo
f Pemeriksaan penunjang.
g. Diagnosa banding
h. Penegelolaan langkah awal:
1) Apabila atonia
2) Apabila laserasi
3) Apabila tertinggal sisa plasenta
i. Komplikasi
j. Prognosa
k. Pencegahan
1.HPP
a. Definisi
HPP adalah kehilangan darah sebanyak 500
mL atau lebih dari traktus genitalia setelah
melahirkan.
b. Klasifikasi dan Etiologi
1) HPP primer: perdarahan pasca
persalinan yg terjadi
dlm 24 jam pertama
kelahiran. Penyebab utamanya:
atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan
jalan lahir, dan inversio uteri. Terbanyak
dlm 2 jam pertama.
2) HPP sekunder :perdarahan pasca
persalinan setelah
24 jam pertama kelahiran.
Penyebabnya: infeksi,
penyusutan rahim
yg tidak baik, atau sisa plasenta
yg
tertinggal.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign:takikardia, suhu tinggi, TD
biasanya stabil.
2) Pemeriksaan Obstetri:
a) Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Menilai nyeri dan lunak
(berkaitan
retensio placenta, ruptur atau
endometritis),
distensi abdomen, uterus yg
teraba pd pusat
(kemungkinan atonia
uteri), kelebihan distensi kandung kemih yg
bisa teraba pd perabaan
abdomen dapat
menunjukkan kemungkinan
adanya
halangan pd kontraksi uteri.
3) Pemeriksaan Dalam:
a) Pemeriksaan In Speculo :
Apabila cervix sudah terlihat jelas,
diperhatikan dengan
cermat warna
mukosanya (hiperemik, anemic, livide), serta
adanya kelainan seperti erosi, laserasi,
sikatriks polip, tumor, dll.
Setelah
pengamatan
dgn
speculum
selesai, speculum ditarik secara perlahan
sambil memerhatikan dinding vagina.
Dinding vagina diperhatikan warnanya,
adanya
petecchiae,
varices,
ulcerasi,
granulasi, ulcerasi, laserasi, fistula, tumor,
penonjolan dinding vagina karena kendor
(cystocele, rectocele)
b) Pemeriksaan Bimanual :
Palpasi bimanual pd uterus dapat
menunjukkan
kemungkinan
atonia,
pembesaran rahim, atau sejumlah besar
darah yg terkumpul.Pemeriksaan ini juga
dapat
menunjukkan
kemungkinan
terdapatnya hematoma di vagina atau
panggul. Selain itu, penting utk menilai
apakah cervix terbuka atau tertutup.
c) Pemeriksaan Plasenta: utk menilai
apakah ada bagian plasenta yg tersisa dan
belum dikeluarkan.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap.
2) USG
g. Diagnosa banding
Diagnosa
banding
dari
HPP
lebih
cenderung ditujukan utk mencari etiologinya
yaitu:
1) Atonia uteri
2) Retensio plasenta
3) Sisa plasenta
4) Laserasi jalan lahir
5) Kelainan darah
pengeluaran plasenta:
a) Tinggikan dan pertahankan letak fundus
di atas
pelvis sementara melakukan
pemijatan uterus.
b) Ulangi pemberian oksitosin profilaksis 5
IU IV
secara perlahan. Jikan gagal
memperlambat
perdarahan,
pertimbangkan penambahan
prostaglandin atau ergonovin ( jgn berikan
ergonovin jika pasien hipertensi).
8) Segera perbaiki episiotomi dan robekan
yg terjadi.
9) Lakukan histerektomi pd plasenta akreta.
10) Ligasi arteri uterina atau arteri
hipogastrik mungkin
dapat menyelamatkan
jiwa pd bbrp kasus ekstrim.
Komplikasi HPP yg
paling berat yaitu
syok. Bila terjadi syok yg berat dan pasien
selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan
yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas.
Infeksi
dalam
keadaan
anemia
bisa
berlangsung berat sampai sepsis. Pada
perdarahan yang disertai oleh pembekuan
intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan
fungsi organ-organ seperti gagal ginjal
mendadak (Chalik, 2000).
j. Prognosa
Tergantung pd penyebab perdarahan,
jumlah darah yg hilang( dibandingkan dgn
BB
pasien),
komplikasi
medis,
dan
keberhasilan terapi korektif.
k. Pencegahan
1) Tangani plasenta dgn tepat
a) Keluarkan plasenta secara spontan atau
dgn
perasat Brandt-Andrews.
b) Hindari perasat Crede (memeras
uterus), dan
jgn sekali-kali menggunakan
fundus sebagai
piston utk mendorong
ke luar plasenta.
c) Siapkan ekstraksi manual utk kasuskasus dgn
indikasi.
2) Setelah plasenta lahir, beri oksitosin yg
diencerkan
(5 IU IV secara perlahan).
3) Atasi atonia uetri dan mulai berikan
oksitosin yg diencerkan sebelum plasenta
lahir begitu sudah
dipastikan tidak ada
janin kedua.
Kesimpulan
HPP adalah kehilangan darah sebanyak
500 mL atau lebih dari traktus genitalia
setelah melahirkan. Ini dapat disebabkan
oleh atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, laserasi jalan lahir, dan kelainan
darah. Pemantauan terus terhadap ibu
sesudah melahirkan harus terus dilakukan
utk mencegah terjadinya perdarahan yg
dapat menimbulkan kematian.
Daftar Pustaka
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2008.
Buku
Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta:EGC.
WHO.2001.Safe
Motherhood,
Modul
Hemoragi Post Partum.jakarta:EGC.