Ulkus Dekubitus
Ulkus Dekubitus
PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Istilah ulkus
dekubitus berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring.
Penggunaan ulkus dekubitus dinilai kurang tepat untuk menggambarkan luka
tekan ini karena ulkus dekubitus tidak hanya terjadi pada pasien yang berbaring
tetapi bisa pada pasien yang menggunakan kursi roda atau protesa. Nama lain
dari ulkus dekubitus adalah bed ridden, bedridden, bed rest injury, bedrest
unjury, air-filled beds, air-filled sitting device, low-airloss bde, low air-loss bed,
air-fluidized bed, chronic ulceration, pressure ulceration, dan decubitus
ulceration.
Hal yang menjadi permasalahan adalah infeksi pada ulkus dekubitus
termasuk sebagai infeksi nosokomial dan di Amerika Serikat menghabiskan dana
sekitar satu miliar setiap tahun untuk pengobatannya. Penyakit ini sering terjadi
pada pasien dengan tirah baring lama di rumah sakit.
Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25 % dan dua dari
tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di
antara pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap
tahun sekitar 5-8 % dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8 % penyebab
kematian pada paraplegia.
Pada perawatan akut, insiden ulkus dekubitus 0,4 % sampai 38 %, pada
perwatan yang lama 2,2 % sampai 23,9 % dan pada perawatan di rumah 0 %
sampai 29 %. Insiden yang sangat tinggi terdapat pada pasien yang dirawat di
ruang ICU. Hal ini terjadi karena immunocompromised penderita, dengan angka
kejadian 8 % sampai 40 %.
Pasien yng dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut mempunyai angka
insiden ulkus dekubitus sebesar 2-11 %. Namun, hal yang perlu menjadi
perhatian adalah angka kekambuhan pada penderita ulkus dekubitus yang telah
mengalami penyembuhan sangat tinggi yakni 90 % walaupun mendapatkan terapi
medik dan bedah yang baik.
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah
posisi tubuhnya terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau
kelainan neurologi, pasien yang selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan
penyakit akut, dan pasien yang menggunakan kursi roda. Walaupun demikian
tidak semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus
dekubitus tidak akan terbentuk pada orang dengan sensitivitas, mobilitas dan
mental yang normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang
terlalu lama pada bagian tubuh akan mencegah daerah yang tertekan tersebut
mengalami kerusakan yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan
yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler,
yakni sekitar 32 mmHg.
Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat problem yang cukup serius baik di
negara
maju
maupun
di
negara
berkembang,
karena
mengakibatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2
A.
Supinasi
Occip
ut
Bahu
Siku
Sacru
m
Tumit
B. Sisi
Miring
Teling
a
Bahu
Trochante
r
Lutu
t
PergelanganK
aki
C. Duduk
Scapu
la
Sacru
m
Ischiu
m
Tumit
Bola dari
Kaki
deformasi mekanis pada otot akibat tingginya tingkat beban yang terusmenerus, atau tenaga yang berulang dan lebih moderat, menyebabkan
kerusakan jaringan. Tenaga robekan berperan jelas pada oklusi pembuluh
darah, namun tenaga kompresi yang besar juga harus diberikan untuk keadaan
pengguntingan yang sesuai untuk berkembang.
Inkontinensia dan pengeluaran keringat yang berlebihan turut
berperan dalam kerusakan kulit. Kulit yang lembab rentan terhadap maserasi
melalui trauma langsung atau pajanan terhadap tekanan. Kulit yang basah
dapat melekat pada pakaian dan selimut tempat tidur, yang menyebabkan
robekan. Inkontinensia alvi menyebabkan iritasi kimia pada epidermis, yang
dapat menyebabkan infeksi.
Faktor Biokimia
Faktor-faktor yang berhubungan meliputi distribusi lemak, sirkulasi,
metabolisme kolagen, osifikasi heterotopik, dan anemia (dengan kadar besi
dalam serum dan kadar pengikat besi dalam serum yang rendah).
Gizi yang buruk menyebabkan penurunan berat badan dan
berkurangnya bantalan pada tonjolan tulang. Integritas jaringan normal
tergantung dari keseimbangan nitrogen dan asupan vitamin yang benar.
Hipoproteinemia yang menjadikan edema menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan lebih rentan terhadap peradangan.
Perubahan sedikit pada suhu kulit, terutama peningkatan dengan
keringat yang dihasilkan, dapat meningkatkan kebutuhan metabolik sel pada
daerah setempat. Hal ini juga merupakan suatu faktor potensial pada terjadinya
kerusakan kulit.
Faktor Medis
Sejumlah besar faktor klinis dan medis yang spesifik diagnosis
dihubungkan dengan ulkus dekubitus. Faktor risiko potensial untuk seorang
individu dengan cedera medulla spinalis meliputi tingkat dan kelengkapan
(motorik dan sensorik) cedera, spastisitas, faktor etnik, pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan sosial ekonomi. Siapapun yang tidak bergerak akibat dari
trauma, sakit, atau penyakit mempunyai risiko tinggi, terutama jika disertai
dengan malnutrisi, anemia, infeksi, spastisitas, kontraktur, edema, dan/atau
masalah psikologis seperti depresi. Kulit orang tua yang kehilangan
elastisitasnya, dapat menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
5. EVALUASI / PENILAIAN
Penilaian Risiko
1.) Gunakan perangkat penilaian risiko yang berlaku (seperti Skala Braden
atau Skala Norton) untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung
seseorang untuk mengalami ulkus dekubitus. Penggunaan perangkatperangkat ini menjamin evaluasi sistemik terhadap tiap-tiap faktor risiko,
terutama tingkat mobilitas dan aktivitas
2.) Nilailah kulit pada saat masuk rumah sakit, perawatan di rumah, fasilitas
rehabilitasi, atau di rumah, dan pada interval yang teratur
3.) Catat seluruh penilaian risiko
Inspeksi Kulit
1.) Inspeksi kulit sedikitnya sekali sehari. Berikan perhatikan khusus pada
jaringan di atas tonjolan tulang
2.) Catat hasil inspeksi kulit
3.) Catat tanda kerusakan jaringan yang potensial
Tanda potensial kerusakan jaringan :
Variasi warna
Lepuh
Ruam
Pembengkakan
Variasi suhu
Jerawat dan rambut yang tidak tumbuh
Sisik
Pecahnya permukaan
Kulit yang kering dan berlapis-lapis
Perawatan Kulit
1.) Bersihkan apabila basah dan pada interval yang rutin
2.) Kurangi gesekan dan tenaga yang mengenai kulit
3.) Individualisasikan frekuensi pembersihan kulit secara rutin
4.) Bersihkan perawatan dalam pengaturan posisi, pemutaran,
perpindahan pasien
5.) Hindari pijatan pada tonjolan tulang
Skala Norton untuk Mengukur Risiko Dekubitus
(Risiko dekubitus jika skor total < 14)
Nama Pasien
Skor
Baik
Lumayan
Buruk
Sangat buruk
Tanggal
dan
Kesadaran :
-
Composmentis
Apatis
Confuse / Soporis
Stupor / Koma
Aktivitas :
-
Ambulance
Ambulance dg bantuan
Hanya bisa duduk
Tiduran
Mobilitas :
-
Bergerak bebas
Sedikit terbatas
Sangat terbatas
Tak bisa bergerak
Inkontinensia :
-
Tidak
Kadang-kadang
Sering inkontinensia urin
Sering inkontinensia urin &
alvi
Skor total
6. PENANGANAN
Pencegahan
Pencegahan merupakan pendekatan yang paling hemat biaya dalam
menangani ulkus dekubitus. Unsur penting dalam program pencegahan yang
efektif meliputi pendekatan pengelolaan tim yang terpadu yang menekankan
perawatan medis yang baik, pelatihan yang benar dan pendidikan pasien,
keluarga, dan pengasuh, dukungan terhadap kepatuhan pasien, dan peresepan
yang sesuai untuk permukaan penyokong.
Inspeksi Kulit
Inspeksi kulit merupakan dasar pencegahan. Jadwal yang ketat harus
menjadi bagian dari rutinitas harian pasien tersebut. Periksa kulit secara teratur
setiap pagi dan malam dan setiap kali pasien berpaling atau menerima
penanganan khusus. Adanya tanda kemerahan, perubahan permukaan warna
kulit, iritasi, atau abrasi merupakan indikasi pembentukan ulkus yang
memilih permukaan penyokong untuk seorang pasien, baik untuk kursi roda
maupun tempat tidur, pertimbangkan ciri-ciri berikut ini :
1.) Meminimalkan tekanan di bawah tonjolan tulang
2.) Mengendalikan gradien tekanan pada jaringan
3.) Memberikan kestabilan
4.) Tidak mengganggu pemindahan berat
5.) Tidak mengganggu pemindahan
6.) Mengendalikan suhu pada jaringan yang saling berhimpitan
7.) Mengendalikan kelembaban pada permukaan kulit
8.) Ringan
9.) Murah
10.) Tahan lama
Kelihatannya tidak ada satupun produk yang memenuhi seluruh
permintaan ini. Permukaan penyokong secara cepat tertinggal akibat
kemajuan teknologi. Contoh yang disajikan hanya mewakili sekelompok,
yang tidak terbatas pada merek yang disebutkan secara khusus. Pilihlah
produk yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tiap pasien, mengetahui
keuntungan, kerugian, dan keterbatasan macam-macam permukaan.
Gunakan teknologi yang paling canggih untuk kasus-kasus yang paling
sulit, seperti ulkus multipel, kontraktur berat, dan ketidakmampuan untuk
menoleransi posisi telungkup.
Tempat Tidur dan Kasur
Alat pemulih tekanan untuk tempat tidur dikelompokkan sebagai
permukaan kasur terapeutik, pelapis kasur, atau tempat tidur pemulih
tekanan.
Permukaan kasur atau pelapis kasur terapeutik : ditempatkan tepat di atas
kasur biasa; desain dan bahannya menentukan keefektifan dalam
menghilangkan tekanan.
Kasur pengganti : memiliki suatu pelapis yang berhubungan dengannya,
yang harus dinilai setiap waktu kegunaannya dalam menghilangkan
Kasur
Penggantian
Gel dan busa
Tempat tidur air
Busa
Gambaran
Pelapis Kasur
Foam lengkung
Foam padat
Udara yang mengalir
Udara statis
berbutir-butir
halus perlahan-lahan,
dan
sebuah
Keuntungan
tinggi
dengan
kekerasan
yang
Mudah digunakan
Aman-kegagalan
Pengendalian maserasi kulit
diinginkan
Nyaman
Pengendalian maserasi kulit
Dapat berubah dari posisi
berbaring menjadi duduk atau
posisi semi Fowier tanpa bahan
Kerugian
Memerlukan
komponen busa
untuk Memerlukan keterampilan dalam
busa
11
Kategori
Berisi udara
Mudah dibersihkan
mudah diperbaiki
Memerlukan
pemantauan tekanan
Dapat disesuaikan;
tinggi multipel
Dapat disekat-sekat;
Terisi
katup multipel
Dpt menyesuaikan
pengapung
diri dg pergerakan
Mudah dibersihkan
udara
Akan menyebabkan
masalah keseimbangan
/ masalah pemindahan
Berat
Bila tertusuk bisa
bocor
Gel
Dapat menyesuaikan
Sulit dipindahkan
Sama seperti terisi
pengapung
yang merangsang
diri dg pergerakan
pengapung
tubuh
idealnya, kompresi pd
1 daerah dr bantal
Bertindak sebagai
peredam kejut
pengapung membuat
cairan / gel mengalir
ke dalam daerah yg
Busa
polyurethane
tidak dikompresi
Blok / lapisan busa yg
padat
Kompresi pd 1 daerah
Siap tersedia
Ringan
6 bulan)
Tidak dapat dicuci /
hanya menimbulkan
sedikit efek pd daerah
lain
Distribusi tekanan
tergantung pd desain
dibersihkan
Mudah berubah sesuai
suhu
Tidak boleh terpajan
terhadap cahaya
matahari langsung
& kepadatannya
12
sering
bermasalah
dengan
penyembuhan luka karena gizi yang tidak adekuat. Lakukan evaluasi dan tangani
defisiensi gizi sehingga jaringan di bawahnya mendapatkan suplai asam amino,
kalori, dan zat gizi lainnya dengan memadai.
Protein
Protein harus tersedia untuk terjadinya granulasi luka. Mulailah beri
makan protein dengan agresif apabila albumin serum pasien di bawah 3,1 gr/dl
dan hitung limfosit total (TLC) turun di bawah 1200 mm.
Idealnya, protein diberikan melalui mulut dalam bentuk makanan
lengkap, namun suplemen oral atau bahkan makanan melalui selang dapat
dipakai. Jika ulkus dekubitus mulai muncul, kebutuhan protein individu bisa
meningkat hingga 1,2 sampai 2,0 gr/kg berat badan ideal untuk menjaga
keseimbangan nitrogen positif dan meningkatkan sintesis protein untuk
penyembuhan. Demam, infeksi, dan drainase luka, kesemuanya ini
13
Defisiensi
nutrisi
yang
beragam
menyebabkan
gangguan
Agen Pembersih
Normal Salin 0,9 %
Saviodil
(klorheksidin Beracun
glukonat
0,015
sentrimid 0,15 %)
terhadap
fibroblast,
sel-sel
kunci
nekrotik,
dapat
menyebabkan
mengangkat
lapisan
superfisial
suatu
ulserasi.
Namun,
15
menembus luka yang dalam. Beberapa agen ini sebenarnya dapat merusak
drainase.
USD (Ultrasound Diatermi/ terapipanasprofundal)
Terapi panaspro fundall yang memberikan efek analgesik, anti
inflamasi, relaksasi, sedatif, meningkatkan suhu jaringan dan sebagai
vasodilatasi lokal.
Laser
adalah alat laser untuk terapi, dimana "energy output"-nya cukup
rendah, sehingga temperatur dari jaringan yang diterapi tidak naik melebihi
36,6C (temperatur tubuh normal). Indikasi : terutama menyangkut penyakit
rematik. Pada "trigger point" dan "tender-point" syndromes, terapi laser
menunjukan efikasi yang tinggi. Dapat sebagai pengganti akupunktur
(acupuncture without needle).
Ultraviolet
Pembalutan Luka
Untuk kebanyakan kasus, gunakan pembalutan yang oklusif pada luka
yang bersih seperti pembalutan primer. Pembalutan ini memberikan lingkungan
luka yang optimal dan melindungi dari kontaminasi luar. Lingkungan lembab
yang diciptakannya memungkinkan sel-sel epitel untuk berpindah. Pembalutan
oklusif bersifat permeabel terhadap gas, sehingga memberikan jaringan yang
sedang menyembuh suatu suplai oksigen yang adekuat. Tersedia banyak
pembalut oklusif sintetik dan terbagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok
dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing.
Balutan
Hidrokoloid
(misal
baik
Duoderm)
Polyurethane
terhadap
eksudat
(misal
Mungkin
sulit
dipergunakan;
untuk
perlekatan
Tegaderm)
Biodressings
(Spenco
Second Skin)
superfisialis
saja;
sulit
16
Gel
kedokteran
fisik
harus
dikombinasi
dengan
17
18
19
udara hangat dan kering yang terus-menerus melalui lapisan penyaring. Asupan
cairan tambahan diperlukan. Kulit yang kering dan bersisik bisa terjadi, terutama
pada orang tua. Kelembaban yang relatif rendah pada lingkungan tempat tidur
menyebabkan keringnya mukosa hidung, yang secara potensial menyebabkan
epistaksis. Penggunaan yang lama dapat menimbulkan hipernatremia, serta
hipofosfatemia dan hipokalemia, karena periode yang memanjang pada
lingkungan yang tanpa bobot. Sensasi mengapung dapat menyebabkan
kebingungan dan disorientasi. Bisa timbul ulkus dekubitus yang baru, terutama
pada tumit. Palingkan pasien dan sering lakukan pemeriksaan kulit. Mekanisme
batuk pada pasien bisa berubah menjadi tidak efektif karena kurangnya sokongan
punggung yang keras; karena itu, hygiene paru merupakan tindakan yang penting
pada pasien yang mobilitasnya terbatas. Kebocoran partikel dapat menyebabkan
cedera mata pada pasien tersebut dan pengasuhnya. Sering-sering lakukan
inspeksi lapisan penyaring tersebut untuk air mata; ganti bila perlu.
Osteomielitis
Terdapat 10 % insidens osteomielitis yang berhubungan dengan ulkus
dekubitus. Selain itu, sepsis yang terjadi akibat ulkus dapat menjadi komplikasi
yang serius dan fatal. Mungkin terdapat kesulitan membedakan osteomielitis
yang mendasari ulkus dekubitus dengan infeksi jaringan lunak. Debridement
ulkus secara bedah yang digabung dengan antibiotik-spektrum luas diperlukan
pada infeksi jaringan lunak. Adanya osteomielitis akan menunjukkan luasnya
ostektomi dan dapat memodifikasi lamanya pengobatan antibiotik.
Skening tulang radionuklir telah diajukan sebagai sarana diagnosis
yang sensitif terhadap osteomielitis. Namun, ditemukan masalah yang
bermakna dengan hasil positif palsu. Biopsi jarum dari tulang yang di
bawahnya merupakan metode yang paling akurat untuk diagnosis osteomielitis.
Namun, jika salah satu uji positif, penelitian baru-baru ini menganjurkan
penggunaan sinar-X polos, hitung sel darah putih (> 15.000 mm3), dan laju
endap darah (> 120) sebagai pemeriksaan yang paling sensitif, spesifik, dan
hemat biaya untuk osteomielitis.
Amputasi
Amputasi dan prosedur pemotongan dipersiapkan untuk pasien yang
memiliki ulserasi luas, dengan/atau tanpa osteomielitis yang mendasarinya, dan
tidak dapat diobati dengan baik melalui prosedur primer atau sekunder apapun
20
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Ulkus dekubitus merupakan daerah nekrosis selular yang terbatas.
Secara umum, ulkus dekubitus ditandai dengan luka terbuka dengan jaringan
nekrosis yang terjadi sebagai respons terhadap tekanan dari luar. Ulkus
21
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. 1989.Physical
Medicine and Rehabilitation Handbook. Chiccago. Appendix 7-10
2. Donovan WH, Dinh TA, Graber SL, et al.1993.: Pressure Ulcer. In DeLisa JA, ed.
Rehabilitation Medicine 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott. pp. 716-732
3. Hamid T, Dhewi WS, Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi (Physiatry). 1992.
Surabaya: Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo. pp. 27-43
4. H i d a y a t , D j u n a e d i , S j a i f u l F a h m i D a i l i , d a n
Mochtar
6. Pendland, Susan L., dkk.Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T.
DiPiro,
dkk,
editor. 2005.
Pharmacotherapy
Pathophysiologic
J.
2008. Pressure
Ulcers,
Surgical
23