Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus atau luka baring adalah tipe luka tekan. Istilah ulkus
dekubitus berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring.
Penggunaan ulkus dekubitus dinilai kurang tepat untuk menggambarkan luka
tekan ini karena ulkus dekubitus tidak hanya terjadi pada pasien yang berbaring
tetapi bisa pada pasien yang menggunakan kursi roda atau protesa. Nama lain
dari ulkus dekubitus adalah bed ridden, bedridden, bed rest injury, bedrest
unjury, air-filled beds, air-filled sitting device, low-airloss bde, low air-loss bed,
air-fluidized bed, chronic ulceration, pressure ulceration, dan decubitus
ulceration.
Hal yang menjadi permasalahan adalah infeksi pada ulkus dekubitus
termasuk sebagai infeksi nosokomial dan di Amerika Serikat menghabiskan dana
sekitar satu miliar setiap tahun untuk pengobatannya. Penyakit ini sering terjadi
pada pasien dengan tirah baring lama di rumah sakit.
Prevalensi ulkus dekubitus pada rumah sakit sekitar 17-25 % dan dua dari
tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih akan mengalami ulkus dekubitus. Di
antara pasien dengan kelainan neurologi, angka kejadian ulkus dekubitus setiap
tahun sekitar 5-8 % dan ulkus dekubitus dinyatakan sebagai 7-8 % penyebab
kematian pada paraplegia.
Pada perawatan akut, insiden ulkus dekubitus 0,4 % sampai 38 %, pada
perwatan yang lama 2,2 % sampai 23,9 % dan pada perawatan di rumah 0 %
sampai 29 %. Insiden yang sangat tinggi terdapat pada pasien yang dirawat di
ruang ICU. Hal ini terjadi karena immunocompromised penderita, dengan angka
kejadian 8 % sampai 40 %.
Pasien yng dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut mempunyai angka
insiden ulkus dekubitus sebesar 2-11 %. Namun, hal yang perlu menjadi
perhatian adalah angka kekambuhan pada penderita ulkus dekubitus yang telah
mengalami penyembuhan sangat tinggi yakni 90 % walaupun mendapatkan terapi
medik dan bedah yang baik.
Ulkus dekubitus dapat terbentuk pada orang sulit atau tidak bisa merubah
posisi tubuhnya terhadap tekanan, seperti pada pasien dengan paralisis atau
kelainan neurologi, pasien yang selalu berbaring, pasien tua, pasien dengan

penyakit akut, dan pasien yang menggunakan kursi roda. Walaupun demikian
tidak semua pasien-pasien tersebut akan mendapatkan ulkus dekubitus. Ulkus
dekubitus tidak akan terbentuk pada orang dengan sensitivitas, mobilitas dan
mental yang normal, karena baik disadari atau tak disadari penekanan yang
terlalu lama pada bagian tubuh akan mencegah daerah yang tertekan tersebut
mengalami kerusakan yang irreversible. Ulkus dekubitus terjadi jika tekanan
yang terjadi pada bagian tubuh melebihi kapasitas tekanan pengisian kapiler,
yakni sekitar 32 mmHg.
Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat problem yang cukup serius baik di
negara

maju

maupun

di

negara

berkembang,

karena

mengakibatkan

meningkatnya biaya perawatan, memperlambat program rehabilitas bagi


penderita, memperberat penyakit primer dan mengancam kehidupan pasien. Oleh
karena itu, perlu pemahaman cukup tentang ulkus dekubitus agar diagnosis dapat
ditegakkan secara dini sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan dengan segera
dan tepat serta dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya ulkus
dekutbitus tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2

Ulkus dekubitus merupakan daerah nekrosis selular yang terbatas.


Secara umum, ulkus dekubitus ditandai dengan luka terbuka dengan jaringan
nekrosis yang terjadi sebagai respons terhadap tekanan dari luar. Walaupun istilah
ulkus dekubitus, ulkus tekan, pressure sore, dan bedsore dipakai berganti-gantian,
ulkus tekan merupakan istilah yang saat ini disepakati oleh Departemen
Kesehatan dan Pelayanan Manusia Amerika Serikat, Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Agen Kebijakan dan Penelitian Kesehatan, serta National Pressure
Ulcer Advisory Panel.
2. ANATOMI
Ulkus dekubitus biasanya terjadi di atas tonjolan tulang. Ulkus
dekubitus dikelompokkan menurut derajat luasnya kerusakan jaringan :
Stadium I
: eritema tanpa pemucatan pada kulit yang intak, lesi
membesar dari ulserasi kulit. Jangan dikacaukan dengan hiperemis reaktif.
Stadium II
: kehilangan kulit dengan ketebalan sebagian yang melibatkan
epidermis dan/atau dermis.
Stadium III
: kehilangan kulit dengan ketebalan penuh yang melibatkan
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas ke bawah,
namun tidak melalui fascia di bawahnya.
Stadium IV
: kehilangan kulit dengan ketebalan penuh dengan destruksi
hebat, nekrosis jaringan, atau kerusakan pada otot, tulang atau struktur
penyokong.
Ulkus dekubitus stadium I mungkin sulit diidentifikasi pada orang
berkulit gelap. Lebih lanjut lagi, apabila muncul keropeng, penentuan stadium
ulkus dekubitus yang akurat tidak memungkinkan sampai keropeng tersebut telah
terlepas atau luka tersebut telah dilakukan debridement.

A.
Supinasi

Occip
ut

Bahu

Siku

Sacru
m

Tumit

B. Sisi
Miring

Teling
a

Bahu

Trochante
r

Lutu
t

PergelanganK
aki

C. Duduk

Scapu
la
Sacru
m
Ischiu
m

Tumit

Lokasi Tipikal pada Ulkus


Dekubitus

Bola dari
Kaki

(Susan J. Garrison (Ed): Handbook of Physical of Medicine and Rehabilitation


Basics. First edition. Copyright1995. J.B. Lippincott Company)

Tingkatan Ulkus Dekubitus menurut Kedalaman


Jaringan yang Terlibat

(Donovan WH. Pressure Ulcers. In DeLisa JA, Rehabilitation Medicine: Principles


and Practice, 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott, 1993, p. 722)
3. EPIDEMIOLOGI
Sulit untuk menentukan secara akurat insidens dan prevalensi ulkus
dekubitus, akibat rehabilitasi, fasilitas jangka panjang, dan tempat perawatan
rumahan. Namun, telah diperkirakan bahwa insidens ulkus dekubitus di rumah
sakit berkisar dari 3 % sampai 29 %; pada fasilitas-fasilitas perawatan kronik atau
jangka panjang, insidens tersebut dapat mencapai 45 %.
Faktor risiko berkembangnya ulkus dekubitus :
Imobilitas dan perubahan aktivitas
Inkontinensia
Defisiensi nutrisi
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan status mental
Perubahan atau tidak adanya sensasi
Stress psikologis dan depresi
Individu yang berisiko meliputi mereka yang mengalami cedera
medulla spinalis, orang tua yang cacat, orang yang terpaksa harus berdiam kursi
atau tempat tidur dalam perawatan rumahan atau di rumah, dan orang yang
dirawat di rumah sakit karena stroke, fraktur panggul, atau pembedahan.
4. ETIOLOGI / PATOLOGI
Struktur kulit normal dan proses fisiologis terlibat dalam memelihara
jaringan yang sehat merupakan hal yang cukup dimengerti. Namun, penyebab
pasti dan mekanisme kerusakan jaringan lunak yang menyebabkan ulkus
dekubitus belum jelas.
Tiga faktor utama yang turut membentuk ulkus dekubitus :
Faktor Biomekanik
Ini meliputi tekanan, robekan, gesekan, kelembaban, dan temperatur.
Aktivitas normal seperti duduk, berbaring, dan bersandar pada permukaan lain,
menyebabkan sejumlah kecil otot terkompresi antara rangka tubuh internal
dengan suatu permukaan eksternal. Hal ini menyebabkan tekanan jaringan
yang sangat tinggi dimana penekanan artiole >32mm Hg dan venula
>15mmHg. Secara klasik, ulkus tekan dianggap disebabkan oleh iskemi
vaskular yang diinduksi oleh tekanan akibat jaringan tersebut kekurangan
oksigen dan nutrisi karena dinding pembuluh darah dan limfe yang tidak kaku
kolaps akibat tekanan yang lebih tinggi daripada cairan di dalamnya. Juga,

deformasi mekanis pada otot akibat tingginya tingkat beban yang terusmenerus, atau tenaga yang berulang dan lebih moderat, menyebabkan
kerusakan jaringan. Tenaga robekan berperan jelas pada oklusi pembuluh
darah, namun tenaga kompresi yang besar juga harus diberikan untuk keadaan
pengguntingan yang sesuai untuk berkembang.
Inkontinensia dan pengeluaran keringat yang berlebihan turut
berperan dalam kerusakan kulit. Kulit yang lembab rentan terhadap maserasi
melalui trauma langsung atau pajanan terhadap tekanan. Kulit yang basah
dapat melekat pada pakaian dan selimut tempat tidur, yang menyebabkan
robekan. Inkontinensia alvi menyebabkan iritasi kimia pada epidermis, yang
dapat menyebabkan infeksi.
Faktor Biokimia
Faktor-faktor yang berhubungan meliputi distribusi lemak, sirkulasi,
metabolisme kolagen, osifikasi heterotopik, dan anemia (dengan kadar besi
dalam serum dan kadar pengikat besi dalam serum yang rendah).
Gizi yang buruk menyebabkan penurunan berat badan dan
berkurangnya bantalan pada tonjolan tulang. Integritas jaringan normal
tergantung dari keseimbangan nitrogen dan asupan vitamin yang benar.
Hipoproteinemia yang menjadikan edema menyebabkan kulit menjadi kurang
elastis dan lebih rentan terhadap peradangan.
Perubahan sedikit pada suhu kulit, terutama peningkatan dengan
keringat yang dihasilkan, dapat meningkatkan kebutuhan metabolik sel pada
daerah setempat. Hal ini juga merupakan suatu faktor potensial pada terjadinya
kerusakan kulit.
Faktor Medis
Sejumlah besar faktor klinis dan medis yang spesifik diagnosis
dihubungkan dengan ulkus dekubitus. Faktor risiko potensial untuk seorang
individu dengan cedera medulla spinalis meliputi tingkat dan kelengkapan
(motorik dan sensorik) cedera, spastisitas, faktor etnik, pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan sosial ekonomi. Siapapun yang tidak bergerak akibat dari
trauma, sakit, atau penyakit mempunyai risiko tinggi, terutama jika disertai
dengan malnutrisi, anemia, infeksi, spastisitas, kontraktur, edema, dan/atau
masalah psikologis seperti depresi. Kulit orang tua yang kehilangan
elastisitasnya, dapat menjadi lebih kering dan lebih rapuh.

5. EVALUASI / PENILAIAN
Penilaian Risiko
1.) Gunakan perangkat penilaian risiko yang berlaku (seperti Skala Braden
atau Skala Norton) untuk mengidentifikasi faktor yang mendukung
seseorang untuk mengalami ulkus dekubitus. Penggunaan perangkatperangkat ini menjamin evaluasi sistemik terhadap tiap-tiap faktor risiko,
terutama tingkat mobilitas dan aktivitas
2.) Nilailah kulit pada saat masuk rumah sakit, perawatan di rumah, fasilitas
rehabilitasi, atau di rumah, dan pada interval yang teratur
3.) Catat seluruh penilaian risiko
Inspeksi Kulit
1.) Inspeksi kulit sedikitnya sekali sehari. Berikan perhatikan khusus pada
jaringan di atas tonjolan tulang
2.) Catat hasil inspeksi kulit
3.) Catat tanda kerusakan jaringan yang potensial
Tanda potensial kerusakan jaringan :
Variasi warna
Lepuh
Ruam
Pembengkakan
Variasi suhu
Jerawat dan rambut yang tidak tumbuh
Sisik
Pecahnya permukaan
Kulit yang kering dan berlapis-lapis
Perawatan Kulit
1.) Bersihkan apabila basah dan pada interval yang rutin
2.) Kurangi gesekan dan tenaga yang mengenai kulit
3.) Individualisasikan frekuensi pembersihan kulit secara rutin
4.) Bersihkan perawatan dalam pengaturan posisi, pemutaran,
perpindahan pasien
5.) Hindari pijatan pada tonjolan tulang
Skala Norton untuk Mengukur Risiko Dekubitus
(Risiko dekubitus jika skor total < 14)
Nama Pasien

Skor

Kondisi fisik umum :


-

Baik
Lumayan
Buruk
Sangat buruk

Tanggal

dan

Kesadaran :
-

Composmentis
Apatis
Confuse / Soporis
Stupor / Koma

Aktivitas :
-

Ambulance
Ambulance dg bantuan
Hanya bisa duduk
Tiduran

Mobilitas :
-

Bergerak bebas
Sedikit terbatas
Sangat terbatas
Tak bisa bergerak

Inkontinensia :
-

Tidak
Kadang-kadang
Sering inkontinensia urin
Sering inkontinensia urin &
alvi
Skor total

6. PENANGANAN
Pencegahan
Pencegahan merupakan pendekatan yang paling hemat biaya dalam
menangani ulkus dekubitus. Unsur penting dalam program pencegahan yang
efektif meliputi pendekatan pengelolaan tim yang terpadu yang menekankan
perawatan medis yang baik, pelatihan yang benar dan pendidikan pasien,
keluarga, dan pengasuh, dukungan terhadap kepatuhan pasien, dan peresepan
yang sesuai untuk permukaan penyokong.
Inspeksi Kulit
Inspeksi kulit merupakan dasar pencegahan. Jadwal yang ketat harus
menjadi bagian dari rutinitas harian pasien tersebut. Periksa kulit secara teratur
setiap pagi dan malam dan setiap kali pasien berpaling atau menerima
penanganan khusus. Adanya tanda kemerahan, perubahan permukaan warna
kulit, iritasi, atau abrasi merupakan indikasi pembentukan ulkus yang

mengancam. Ajarkan pasien dan keluarga tersebut tentang pentingnya


pengecekan kulit seperti ini dan paksakan kebiasaan ini.
Pemeliharaan Kulit
Jagalah kulit agar tetap bersih dan kering setiap saat. Bersihkan daerah
tempat menumpuknya keringat atau cairan tubuh beberapa kali dalam sehari
dengan sabun yang ringan, bilas dengan air hangat, dan tepuk-tepuk hingga
kering. Oleskan lotion atau krim setelah mencuci. Pijat dengan baik hingga
menyerap ke dalam kulit. Hindari meninggalkan daerah dalam keadaan lembab
yang dapat menimbulkan iritasi dan maserasi.
Secara tradisional, pencegahan dan pengelolaan ulkus dekubitus
difokuskan pada pengaturan kembali posisi pasien dengan sering guna
membebaskan tekanan dan memelihara aliran darah kapiler. Saat ini,
penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi tiga tahap : reduksi tekanan,
penanganan adanya faktor predisposisi, perawatan luka.
Reduksi Tekanan : Pemutaran, Perpindahan, dan Pengaturan Posisi
Putarlah pasien berisiko tinggi setiap 2 jam : 2 jam pada sisi miring, 2
jam terlentang, dan 2 jam miring ke sisi lain tanpa mengindahkan jenis
permukaan penyokong. Hati-hatilah dalam memindahkan pasien. Jangan
menyeret pasien melintasi tempat tidur. Gunakan kain pemindah di bawah
pasien dan suruhlah dua orang mengangkat pasien tersebut untuk
pemindahan. Gunakan permukaan kasur terapeutik untuk meminimalkan
tekanan pada daerah tubuh yang rapuh: gunakan bantal untuk menyokong
ekstremitas sehingga tekanan berkurang karena lutut dan pergelangan
kakinya akan saling berlawanan. Ajarkan seorang pasien di sebuah kursi
roda untuk memindahkan beratnya atau menaikkan dirinya sendiri selama
lebih kurang 15 detik setiap 30 menit. Pemulihan tekanan ini
memungkinkan orang tersebut melanjutkan duduk selama beberapa jam
pada suatu waktu tanpa risiko berkembangnya ulkus dekubitus.
Reduksi Tekanan : Permukaan Penyokong
Terdapat lebih dari 140 macam produk permukaan penyokong di
pasaran saat ini. Beberapa dianjurkan hanya untuk kenyamanan; beberapa
membantu tugas mengubah posisi pasien atau mengurangi kebutuhan untuk
itu; beberapa dengan teknologi canggih dan dimaksudkan untuk mengurangi
tekanan secara bermakna antara tubuh dan permukaan penyokong. Dalam

memilih permukaan penyokong untuk seorang pasien, baik untuk kursi roda
maupun tempat tidur, pertimbangkan ciri-ciri berikut ini :
1.) Meminimalkan tekanan di bawah tonjolan tulang
2.) Mengendalikan gradien tekanan pada jaringan
3.) Memberikan kestabilan
4.) Tidak mengganggu pemindahan berat
5.) Tidak mengganggu pemindahan
6.) Mengendalikan suhu pada jaringan yang saling berhimpitan
7.) Mengendalikan kelembaban pada permukaan kulit
8.) Ringan
9.) Murah
10.) Tahan lama
Kelihatannya tidak ada satupun produk yang memenuhi seluruh
permintaan ini. Permukaan penyokong secara cepat tertinggal akibat
kemajuan teknologi. Contoh yang disajikan hanya mewakili sekelompok,
yang tidak terbatas pada merek yang disebutkan secara khusus. Pilihlah
produk yang cocok untuk memenuhi kebutuhan tiap pasien, mengetahui
keuntungan, kerugian, dan keterbatasan macam-macam permukaan.
Gunakan teknologi yang paling canggih untuk kasus-kasus yang paling
sulit, seperti ulkus multipel, kontraktur berat, dan ketidakmampuan untuk
menoleransi posisi telungkup.
Tempat Tidur dan Kasur
Alat pemulih tekanan untuk tempat tidur dikelompokkan sebagai
permukaan kasur terapeutik, pelapis kasur, atau tempat tidur pemulih
tekanan.
Permukaan kasur atau pelapis kasur terapeutik : ditempatkan tepat di atas
kasur biasa; desain dan bahannya menentukan keefektifan dalam

menghilangkan tekanan.
Kasur pengganti : memiliki suatu pelapis yang berhubungan dengannya,
yang harus dinilai setiap waktu kegunaannya dalam menghilangkan

tekanan. Periksa garansi terhadap bahan tersebut dan pekerjaannya.


Tempat tidur pengapung berisi udara : dipergunakan pada kasus yang
berat atau berisiko tinggi, apabila kontraktur menghalangi pengaturan
posisi, dan apabila terdapat keterbatasan akses untuk perawatan yang
terampil. Barang ini dapat dipergunakan di rumah, namun hanya setelah
berkonsultasi dengan dokter, jurupulih, atau perawat.
Permukaan Penyokong Kasur dan Tempat Tidur
10

Kasur
Penggantian
Gel dan busa
Tempat tidur air
Busa

Gambaran

Pelapis Kasur
Foam lengkung
Foam padat
Udara yang mengalir
Udara statis

Tempat tidur pengapung berisi udara


Udara kencang
Udara kendor

Tempat Tidur Pengapung Berisi Busa


Tempat Tidur
Tempat Tidur
dg Udara Kencang
dg Udara Kendor
Suatu sistem penyokong yang Suatu sistem penyokong yang
dalam hal ini sejumlah besar terdiri dari bantal-bantal berisi
udara dipaksa masuk melalui udara yang mengeluarkan udara
bahan

berbutir-butir

halus perlahan-lahan,

dan

sebuah

sehingga bahan tersebut berlaku pompa yang dipergunakan untuk


seperti cairan dengan densitas menjaga bantal tersebut terisi

Keuntungan

tinggi

dengan

kekerasan

yang

Mudah digunakan
Aman-kegagalan
Pengendalian maserasi kulit

diinginkan
Nyaman
Pengendalian maserasi kulit
Dapat berubah dari posisi
berbaring menjadi duduk atau
posisi semi Fowier tanpa bahan

Kerugian

Memerlukan

komponen busa
untuk Memerlukan keterampilan dalam

busa

pengaturan posisi duduk atau mengatur


posisi semi Fowier
Tidak aman-kegagalan
Berat
(Donovan WH. Pressure Ulcers. In DeLisa JA, Rehabilitation Medicine: Principles
and Practice, 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott, 1993, p. 722)
Tempat Duduk Kursi Roda : Penghilang Tekanan dan Pengaturan Posisi
Bantal kursi roda mengurangi risiko ulkus dekubitus pada orang
dengan cacat fisik. Bantal berfungsi untuk :
Menghilangkan tekanan pada daerah anatomis yang rentan dengan
membuat suatu lapisan pelindung tambahan antara permukaan tempat

duduk dan tubuh


Mendistribusikan berat badan jauh dari tonjolan tulang

11

Menstabilkan tubuh terhadap keseimbangan dan fungsi pemosisian

Kategori
Berisi udara

Ciri-Ciri Bantalan Kursi Roda Statis


Definisi
Keuntungan
Kerugian
Balon yang dapat
Ringan
Bila tertusuk tidak
dipompa

Mudah dibersihkan

mudah diperbaiki
Memerlukan
pemantauan tekanan

Dapat disesuaikan;
tinggi multipel
Dapat disekat-sekat;
Terisi

Air / cairan lain yg

katup multipel
Dpt menyesuaikan

pengapung

diberi obat secara

diri dg pergerakan

kimia dalam membran tubuh


plastik / karet

Mudah dibersihkan

udara
Akan menyebabkan
masalah keseimbangan
/ masalah pemindahan
Berat
Bila tertusuk bisa
bocor

Gel

Bahan seperti plastik

Dapat menyesuaikan

Sulit dipindahkan
Sama seperti terisi

pengapung

yang merangsang

diri dg pergerakan

pengapung

jaringan lemak tubuh

tubuh

idealnya, kompresi pd
1 daerah dr bantal

Bertindak sebagai
peredam kejut

pengapung membuat
cairan / gel mengalir
ke dalam daerah yg
Busa
polyurethane

tidak dikompresi
Blok / lapisan busa yg
padat
Kompresi pd 1 daerah

Siap tersedia

Mudah rusak (rata-rata

Ringan

6 bulan)
Tidak dapat dicuci /

hanya menimbulkan
sedikit efek pd daerah
lain
Distribusi tekanan
tergantung pd desain

Dapat dipotongpotong menjadi


berbagai bentuk,
ukuran, / ketebalan

dibersihkan
Mudah berubah sesuai
suhu
Tidak boleh terpajan
terhadap cahaya
matahari langsung

& kepadatannya

12

(Donovan WH. Pressure Ulcers. In DeLisa JA, Rehabilitation Medicine: Principles


and Practice, 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott, 1993, p. 729)
Tempat duduk kursi roda dikelompokkan menurut fungsinya: kendali
postural atau penghilang tekanan. Pengaturan posisi dan kejajaran postural
merupakan pertimbangan yang penting selama duduk di kursi roda. Bantal
punggung yang khusus dan sistem duduk menyeluruh tersedia untuk
memampukan seseorang yang berada di kursi roda memelihara posisi yang
paling fungsional dalam mengurangi risiko ulkus dekubitus.
Permukaan duduk untuk menghilang tekanan dikelompokkan menjadi
alat dinamis atau alat statis. Bantalan kursi roda dinamis dirancang untuk
menghasilkan tekanan yang tinggi dan rendah secara bergantian di setiap
titik pada permukaan duduk tubuh. Bantalan dinamis tergantung pada
sumber daya eksternal, seperti baterai atau stop kontak di dinding, yang bisa
membatasi dan mengganggu kemandirian fungsi. Pada bantalan kursi roda
yang statis, reduksi tekanan ditentukan oleh bahan dan/atau desain dari
bantalan tersebut. Terdapat tiga kategori besar dari bantalan kursi roda statis:
berisi udara, pengapung, atau busa. Tiap kelompok mempunyai keuntungan
dan kerugiannya sendiri, seperti yang tersaji pada tabel.
7. MENANGANI FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien dengan ulkus dekubitus

sering

bermasalah

dengan

penyembuhan luka karena gizi yang tidak adekuat. Lakukan evaluasi dan tangani
defisiensi gizi sehingga jaringan di bawahnya mendapatkan suplai asam amino,
kalori, dan zat gizi lainnya dengan memadai.
Protein
Protein harus tersedia untuk terjadinya granulasi luka. Mulailah beri
makan protein dengan agresif apabila albumin serum pasien di bawah 3,1 gr/dl
dan hitung limfosit total (TLC) turun di bawah 1200 mm.
Idealnya, protein diberikan melalui mulut dalam bentuk makanan
lengkap, namun suplemen oral atau bahkan makanan melalui selang dapat
dipakai. Jika ulkus dekubitus mulai muncul, kebutuhan protein individu bisa
meningkat hingga 1,2 sampai 2,0 gr/kg berat badan ideal untuk menjaga
keseimbangan nitrogen positif dan meningkatkan sintesis protein untuk
penyembuhan. Demam, infeksi, dan drainase luka, kesemuanya ini

13

meningkatkan kebutuhan protein. Protein harus selalu tersedia agar granulasi


luka terjadi.
Defisiensi yang Menyebabkan Anemia
Adanya anemia juga mempengaruhi pencegahan dan penyembuhan
ulkus dekubitus. Walaupun tidak selalu berhubungan dengan diet, anemia
dapat disebabkan oleh berbagai defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat,
vitamin B12, B6, dan beberapa mineral renik seperti tembaga.
Pasien dengan ulkus dekubitus sering memiliki kadar hemoglobin 10
gr/100ml atau kurang akibat penurunan selera makan, penurunan serum dan
elektrolit akibat ulkus, infeksi, dan kelemahan umum. Kadar hemoglobin yang
rendah menyebabkan kandungan oksigen darah lebih rendah dan karena itu
terjadi penurunan oksigen yang menyebabkan yang dihantarkan ke jaringan
tersebut.

Defisiensi

nutrisi

yang

beragam

menyebabkan

gangguan

pembentukan sel darah merah, yang selanjutnya menambah masalah.


Defisiensi Nutrisi lainnya
Vitamin C dan zink juga memiliki peran penting dalam penyembuhan
luka. Vitamin C meningkatkan semen intraselular, menyokong
kolagen dalam pembuluh kapiler dan berbagai jaringan penyambung. Keadaan
stress dan penyembuhan luka menyebabkan peningkatan kehilangan
penyimpanan vitamin C dalam tubuh. Zink dikenal sebagai mineral primer
yang secara langsung terlibat dalam penyembuhan luka. Dua puluh persen dari
zink tubuh disimpan dalam kulit.
8. PERAWATAN LUKA
Pembersihan
Persiapan luka merupakan langkah pertama dalam perawatan luka.
Luka tidak boleh ditutup tanpa terlebih dahulu dibersihkan dan diangkat
jaringan nekrotiknya; bila tidak, dapat terjadi hasil yang tidak efektif dan
bahkan berbahaya, seperti infeksi. Banyak agen pembersih luka, seperti di
bawah ini :
Agen Pembersih Luka
Efek Kerugian yang Mungkin

Agen Pembersih
Normal Salin 0,9 %
Saviodil
(klorheksidin Beracun
glukonat

0,015

sentrimid 0,15 %)

terhadap

fibroblast,

sel-sel

kunci

%, bertanggung jawab untuk meletakkan parut yang


berdasar kolagen pada perbaikan jaringan lunak
14

Eusol (chlorinated lime Tindakan pengangkatan tidak khusus tertuju pada


1,2 %, asam borat 1,25 % jaringan
dalam air)
Hidrogen peroksida

nekrotik,

dapat

menyebabkan

peningkatan urea dan gagal ginjal oligurik akut


Mungkin bersifat kaustik terhadap kulit di
sekitarnya

Pengangkatan Jaringan Nekrotik


Jaringan nekrotik dapat diangkat dari suatu ulkus dekubitus secara
bedah, secara mekanis, atau secara kimiawi. Biasanya metode ini dipakai
sebagai kombinasi.
Debridement Pembedahan
Debridement pembedahan sangat penting jika ulkus tersebut tertutup
oleh keropeng hitam yang keras, yang dapat melindungi luka dari jenis
penanganan lainnya.
Debridement Mekanis / hidrotheraphy / whirepool air
Debridement mekanis terdiri atas pembalutan ulkus dengan perban
terendam saline yang dibiarkan mengering selama 6 hingga 8 jam dan
kemudian diangkat. Jaringan nekrotik akan melekat pada perban tersebut
dan akan terangkat bersamanya. Kolam pusaran air merupakan suatu
modalitas yang berguna untuk debridement mekanis. Jaringan nekrotik
diperlunak, renggang terkoyak, dan dicuci dari daerah tersebut.
Debridement Kimiawi
Debridement kimiawi (medikasi topikal) memiliki nilai dalam
keadaan-keadaan tertentu. Jika dipergunakan dengan tepat, debridement ini
dapat

mengangkat

lapisan

superfisial

suatu

ulserasi.

Namun,

kemampuannya untuk menembus keropeng atau mengangkat jaringan yang


mengalami devitalisasi tidak terbukti. Agen enzimatik yang dipergunakan
untuk debridement ulkus dekubitus meliputi kolagenase, papain, urea,
klorofilin, dan sutilain.
Campuran yang efektif dalam memisahkan fibrin dan pus cair namun
tidak memiliki efek dalam pemutusan jaringan nekrotik meliputi
streptokinase, fibrinolisin, dan deoksiribonuklease.
Tidak satupun dari agen-agen kimiawi ini akan mengangkat sejumlah
besar jaringan berkolagen yang terdevitalisasi, menembus eskar tebal,
mempengaruhi bursa yng terbentuk dengan baik atau traktus sinus, atau

15

menembus luka yang dalam. Beberapa agen ini sebenarnya dapat merusak
drainase.
USD (Ultrasound Diatermi/ terapipanasprofundal)
Terapi panaspro fundall yang memberikan efek analgesik, anti
inflamasi, relaksasi, sedatif, meningkatkan suhu jaringan dan sebagai
vasodilatasi lokal.
Laser
adalah alat laser untuk terapi, dimana "energy output"-nya cukup
rendah, sehingga temperatur dari jaringan yang diterapi tidak naik melebihi
36,6C (temperatur tubuh normal). Indikasi : terutama menyangkut penyakit
rematik. Pada "trigger point" dan "tender-point" syndromes, terapi laser
menunjukan efikasi yang tinggi. Dapat sebagai pengganti akupunktur
(acupuncture without needle).
Ultraviolet
Pembalutan Luka
Untuk kebanyakan kasus, gunakan pembalutan yang oklusif pada luka
yang bersih seperti pembalutan primer. Pembalutan ini memberikan lingkungan
luka yang optimal dan melindungi dari kontaminasi luar. Lingkungan lembab
yang diciptakannya memungkinkan sel-sel epitel untuk berpindah. Pembalutan
oklusif bersifat permeabel terhadap gas, sehingga memberikan jaringan yang
sedang menyembuh suatu suplai oksigen yang adekuat. Tersedia banyak
pembalut oklusif sintetik dan terbagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok
dengan keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

Balutan
Hidrokoloid

Pembalutan Oklusif Sintetik


Keuntungan
Kerugian
Mudah dipakai; tetensi yang Kebocoran dan perpindahan

(misal

baik

Duoderm)

moderat; impermeable terhadap banyak

Polyurethane

air; melekat sendiri


Baik untuk luka superfisialis

terhadap

eksudat

yang pada luka yang eksudatnya

(misal

Mungkin

sulit

dipergunakan;

untuk

perlekatan

Tegaderm)
Biodressings

buruk; penyerapan minimal


Dapat digunakan hanya pada Hanya cocok untuk lesi

(Spenco

jaringan yang mudah hancur

Second Skin)

superfisialis

saja;

sulit

dipertahankan di atas luka

16

Gel

Sama seperti Biodressings

Sama seperti Biodressings

Hindari pembalutan oklusif apabila :


Ulkus dekubitus menunjukkan tanda-tanda infeksi
Hasil biakan lebih dari 105 organisme per gram jaringan
Terdapat tendon atau tulang yang terpajan
Terdapat traktus sinus drainase
Antibiotik Topikal
Tidak terdapat data yang meyakinkan mengenai keunggulan antibiotik topikal
terhadap balutan salin basah-kering. Antibiotik topikal tidak menembus
kedalaman luka maupun mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada jaringan
granulasi. Antibiotik demikian dapat menyebabkan efek yang merusak bagi
penyembuhan.
Penatalaksanaan Bedah
Penilaian ahli

kedokteran

fisik

harus

dikombinasi

dengan

keterampilan ahli bedah plastik untuk pengelolaan ulkus dekubitus yang


optimal. Pasien dengan ulkus dekubitus memiliki masalah medis yang
kompleks, dan memerlukan masukan kedokteran fisik dari sudut pandang
fungsional, hingga seluruh perjalanan perawatan dan penanganan di rumah
sakit.
Spasme
Spasme adalah kontraksi otot yang tak dikehendaki dan tak terkendali
yang singkat dan tiba-tiba yang sering terjadi pada pasien yang mengalami
cedera kepala atau medulla spinalis. Karena pergerakan spastik dapat
menggesek tubuh terhadap seprai, pakaian, jeruji tempat tidur, atau
perlengkapan adaptif, pasien spasme cenderung mengalami ulkus dekubitus.
Obat yang paling efektif untuk mengendalikan spastisitas adalah natrium
dantrolen (Dantrium) dan baklofen (Lioresal). Sebelum pembedahan,
lakukan segala usaha untuk mengurangi atau menghilangkan spasme; kalau
tidak, kegagalan pembedahan tidak dapat dielakkan lagi.
Penutupan Secara Bedah
Ulkus Stadium III dan IV menyembuh lebih cepat dan membentuk
lebih sedikit jaringan parut apabila ditangani secara bedah. Pembedahan
untuk ulkus dekubitus meliputi eksisi ulkus, jaringan parut, dan biasanya
tonjolan tulang, diikuti dengan penutupan defek melalui salah satu dari
prosedur-prosedur yang dibahas di bawah ini.

17

Prosedur primernya adalah teknik-teknik yang standar, aman, teruji


waktu, yang dipergunakan saat ulkus dekubitus timbul pertama kali dan
sementara masih terdapat cukup kulit, jaringan subkutan, dan otot pada
daerah yang berdekatan. Prosedur tersebut meliputi penutupan primer,
tandur kulit, flap kulit, dan flap kulit ditambah interposisi otot.
Penutupan Primer
Penutupan primer terdiri atas eksisi tepi ulkus dan konversi luka
menjadi suatu bentuk elips. Luka tersebut kemudian ditutup lapis demi
lapis untuk mengobliterasi ruang mati. Tepi kulit dipertemukan dan
dijahit. Kadang-kadang, diperlukan drain. Penutupan primer biasanya
dapat dilakukan sebagai suatu prosedur rawat jalan pada unit bedah satu
hari. Lindungi daerah tersebut dari tekanan selama 2 minggu setelah
penutupan; mulai duduk setelah minggu kedua, tergantung pada kasus.
Angkat jahitan pada minggu ketiga. Dengan bentuk penanganan seperti
ini, pasien tersebut hanya kehilangan sedikit waktu dan tetap lebih dapat
aktif.
Tandur Kulit
Tandur kulit merupakan segmen dermis dan epidermis yang
dipisahkan seluruhnya dari pasokan darahnya pada daerah donor dan
dipisahkan ke permukaan luka. Terdapat dua jenis tandur kulit: tandur
kulit ketebalan penuh (full-thickness skin graft / FTSG) yang berisi
epidermis dan seluruh dermis, serta tandur kulit ketebalan sebagian
(split-thickness skin graft / STSG) yang terdiri atas epidermis dan hanya
sebagian dari dermis di bawahnya. Di antara dua jenis tandur kulit ini,
STSG lebih memungkinkan untuk bertahan pada daerah resipien karena
menerima fase penyerapan plasmatik yang lebih lamam dan karenanya
dapat bertahan lebih lama sebelum terjadi vaskularisasi. STSG tidak
mengandung apendises dermis (kelenjar keringat dan folikel rambut), dan
oleh karena itu perlu lubrikasi yang terus-menerus.
Flap Kulit
Flap kulit, arus utama pada pembedahan ulkus dekubitus, dipergunkan
apabila luka terlalu luas untuk dilakukan penutupan primer dan
kehilangan massa jaringan mengahalangi penanduran. Suatu flap kulit
merupakan lidah jaringan yang dilepaskan dari jaringan sekitarnya

18

kecuali suatu pedikel atau basis, yang mempertahankan paokan darah.


Flap kulit terdiri dari kulit dengan ketebalan penuh dan jaringan subkutan
di bawahnya, dan dapat diangkat dan dipindahkan ke daerah tubuh yang
lain dalam batas-batas pedikel vaskularnya. Jikas suatu defek
memerlukan flap, pasien tersebut harus dipersiapkan untuk prosedur
operasi besar dan diantisipasi dengan 4 hingga 6 minggu perawatan di
rumah sakit. Biasanya, hanya ulkus ischial, trochanteric, atau sacral yang
memerlukan flap. Flap musculocutaneus adalag flap yang paling sering
dipakai. Dengan komposisi dari kulit, jaringan subkutan, dan otot di
bawahnya, pasokan darahnya berasal dari rantai vaskular mayor (arteri
dan vena), yang masuk ke bawah permukaan proksimal dari otot dan
terangkat bersama-sama dengan otot tersebut. Untuk memobilisasi flap
tersebut, jaringan fascia dan subkutan dijahit menjadi satu untuk
menghindari kerusakan pembuluh darah yang mengalami perforasi pada
jaringan aerolar yang saling berhadapan dari kedua lapisan tersebut.
Pemindahan flap musculocutaneus meninggalkan suatu daerah donor
yang dalam yang pada kebanyakan kasus harus ditutup dengan tandur
kulit. Kadang-kadang, daerah ini dapat ditutup secara primer.
Prosedur Lainnya
Prosedur sekunder dipergunakan jika terjadi kerusakan multipel. Jika
begitu, jaringan yang adekuat tidak segera tersedia di dekat ulkus
dekubitus yang baru, baik karena pembentukan parut dari ulkus
dekubitus sebelumnya atau akibat prosedur pembedahan, atau karena
jaringan subkutan sekitarnya telah mengalami atrofi dan mengecil.
Prosedur tersier dicadangkan sampai prosedur primer dan sekunder telah
dicoba. Metode tersier yang paling umum adalah amputasi unilateral atau
bilaeral dan fillet (pengangkatan tulang) ekstremitas bagian bawah.
9. KOMPLIKASI
Terdapat bermacam-macam tipe komplikasi medis yang dapat timbul
akibat berkembangnya ulkus dekubitus serta penanganan selanjutnya. Penggunaan
tempat tidur dengan udara kencang dapat menimbulkan banyak masalah, yang
biasanya dapat dihindari. Dehidrasi berat terjadi pada 3 % hingga 4 % pasien
karena meningkatnya kehilangan cairan insensibel yang disebabkan oleh aliran

19

udara hangat dan kering yang terus-menerus melalui lapisan penyaring. Asupan
cairan tambahan diperlukan. Kulit yang kering dan bersisik bisa terjadi, terutama
pada orang tua. Kelembaban yang relatif rendah pada lingkungan tempat tidur
menyebabkan keringnya mukosa hidung, yang secara potensial menyebabkan
epistaksis. Penggunaan yang lama dapat menimbulkan hipernatremia, serta
hipofosfatemia dan hipokalemia, karena periode yang memanjang pada
lingkungan yang tanpa bobot. Sensasi mengapung dapat menyebabkan
kebingungan dan disorientasi. Bisa timbul ulkus dekubitus yang baru, terutama
pada tumit. Palingkan pasien dan sering lakukan pemeriksaan kulit. Mekanisme
batuk pada pasien bisa berubah menjadi tidak efektif karena kurangnya sokongan
punggung yang keras; karena itu, hygiene paru merupakan tindakan yang penting
pada pasien yang mobilitasnya terbatas. Kebocoran partikel dapat menyebabkan
cedera mata pada pasien tersebut dan pengasuhnya. Sering-sering lakukan
inspeksi lapisan penyaring tersebut untuk air mata; ganti bila perlu.
Osteomielitis
Terdapat 10 % insidens osteomielitis yang berhubungan dengan ulkus
dekubitus. Selain itu, sepsis yang terjadi akibat ulkus dapat menjadi komplikasi
yang serius dan fatal. Mungkin terdapat kesulitan membedakan osteomielitis
yang mendasari ulkus dekubitus dengan infeksi jaringan lunak. Debridement
ulkus secara bedah yang digabung dengan antibiotik-spektrum luas diperlukan
pada infeksi jaringan lunak. Adanya osteomielitis akan menunjukkan luasnya
ostektomi dan dapat memodifikasi lamanya pengobatan antibiotik.
Skening tulang radionuklir telah diajukan sebagai sarana diagnosis
yang sensitif terhadap osteomielitis. Namun, ditemukan masalah yang
bermakna dengan hasil positif palsu. Biopsi jarum dari tulang yang di
bawahnya merupakan metode yang paling akurat untuk diagnosis osteomielitis.
Namun, jika salah satu uji positif, penelitian baru-baru ini menganjurkan
penggunaan sinar-X polos, hitung sel darah putih (> 15.000 mm3), dan laju
endap darah (> 120) sebagai pemeriksaan yang paling sensitif, spesifik, dan
hemat biaya untuk osteomielitis.
Amputasi
Amputasi dan prosedur pemotongan dipersiapkan untuk pasien yang
memiliki ulserasi luas, dengan/atau tanpa osteomielitis yang mendasarinya, dan
tidak dapat diobati dengan baik melalui prosedur primer atau sekunder apapun

20

seperti yang telah digambarkan sebelumnya. Prosedur tersebut dapat terdiri


dari suatu amputasi di atas lutut, pemotongan (pengangkatan femur) dari
penggunaan keseluruhan paha untuk penutupan flap. Prosedur teknis yang
lebih hebat dan ekstensif terdiri dari amputasi pada tingkat pergelangan kaki
dan potongan pada keseluruhan tungkai. Hal ini memungkinkan lebih banyak
otot dan jaringan subkutan menutupi defek tersebut. Teknik ini harus
digolongkan sebagai prosedur tersier dan hanya dilakukan apabila seluruh
prosedur lain terbukti tidak berhasil.
Aspek psikologis dari bedah amputasi menghasilkan beberapa area
masalah yang besar. Kehidupan bagi orang yang diamputasi telah dirusak
dalam kebiasaan yang menonjol. Konsekuensi psikologis akibat kecacatan
yang jelas juga dapat bermakna.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Ulkus dekubitus merupakan daerah nekrosis selular yang terbatas.
Secara umum, ulkus dekubitus ditandai dengan luka terbuka dengan jaringan
nekrosis yang terjadi sebagai respons terhadap tekanan dari luar. Ulkus

21

dekubitus biasanya terjadi di atas tonjolan tulang. Ulkus dekubitus


dikelompokkan menurut derajat luasnya kerusakan jaringan :
Stadium I
: eritema tanpa pemucatan pada kulit yang intak, lesi
membesar dari ulserasi kulit. Jangan dikacaukan dengan hiperemis
reaktif.
Stadium II

: kehilangan kulit dengan ketebalan sebagian yang

melibatkan epidermis dan/atau dermis.


Stadium III
: kehilangan kulit dengan ketebalan penuh yang
melibatkan kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
ke bawah, namun tidak melalui fascia di bawahnya.
Stadium IV
: kehilangan kulit dengan ketebalan penuh dengan
destruksi hebat, nekrosis jaringan, atau kerusakan pada otot, tulang atau
struktur penyokong.
B. SARAN
Petugas medis dalam hal ini dokter, perlu mengidentifikasi secara
cepat keadaan ulkus dekubitus dan memberikan penanganan yang cepat dan
tepat. Selain itu, individu dengan faktor risiko ulkus dekubitus perlu
mengikuti pencegahan yang efektif meliputi pendekatan pengelolaan tim
yang terpadu yang menekankan perawatan medis yang baik, pelatihan yang
benar dan pendidikan pasien, keluarga, dan pengasuh, dukungan terhadap
kepatuhan pasien, dan peresepan yang sesuai untuk permukaan penyokong.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. 1989.Physical
Medicine and Rehabilitation Handbook. Chiccago. Appendix 7-10
2. Donovan WH, Dinh TA, Graber SL, et al.1993.: Pressure Ulcer. In DeLisa JA, ed.
Rehabilitation Medicine 2nd ed. Philadelphia: J.B. Lippincott. pp. 716-732
3. Hamid T, Dhewi WS, Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi (Physiatry). 1992.
Surabaya: Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo. pp. 27-43
4. H i d a y a t , D j u n a e d i , S j a i f u l F a h m i D a i l i , d a n

Mochtar

H a m z a h . Ulkus Dekubitus. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 64, Tahun


1990.Available from www.kalbe.co.id diakses tanggal 5 November 2013
5.
J r , D o n R R e v i s . 2 0 0 8 . D e c u b i t u s U l c e r . Availaible
from URL : www.e medicine.com diakses tanggal 5 november 2013
22

6. Pendland, Susan L., dkk.Skin and Soft Tissue Infections. Dalam Joseph T.
DiPiro,

dkk,

editor. 2005.

Pharmacotherapy

Pathophysiologic

Approach. Edisi 6. Chicago: McGrawHill Company. pp.1998-90


7 . S t a f M a y o k l i n i k . 2 0 0 7 . B e d s o r e ( p r e s s u r e s o r e s ) . Availaible from
URL: www.mayoclinic.comdiakses tanggal 5 november 2013
8. Susan J. Garrison. Dasar-Dasar Terapi & Rehabilitas Fisik. Jakarta: Hipokrates.
2001,pp. 259-279
9. Wilhelmi,
Bradon
Trea t m e n t

J.

2008. Pressure

Ulcers,

Surgical

a n d Principles. Available from URL : www.emedicine.com

diakses tanggal 5 November 2013


10. Webster JG. 1991. Prevention of Pressure Sores: Engineering and Clinical
Aspects. Philadelphia & New York: Adam Hilger. pp. 208-212
11. Woosely RM, McGarry JD. 1991. The Cause, Prevention, and Treatment of
Pressure Sores. Neuro Clin. pp. 797-808

23

Anda mungkin juga menyukai