Azrin Agmalina
102012327
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510
email : azrin.agmalina@yahoo.com
Pendahuluan
Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut
bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat makan,
cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, mual, muntah, heartburn, regurgitasi. Berdasarkan
ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka dispepsia dibagi atas dispepsia organik dan
dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya
ada ulkus peptikum, karsinoma lambung, kholelithiasis, yang bisa ditemukan secara mudah.
Dispepsia fungsional adalah apabila penyebab dispepsia tidak diketahui atau tidak didapati
kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau tidak ditemukannya adanya
kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik.
Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke salah satu
pasien dari Puskesmas Sukabumi Utara . Kegiatan ini diadakan untuk melihat langsung keadaan
pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal mereka.
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kunjungan rumah adalah untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan pola psikososial pasien
dengan penyakit dispepsia
Metode
Digunakan metode wawancara dengan pasien serta melihat keadaan rumah dan
lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
Laporan Kasus
Puskesmas
: Sukabumi utara
Jl. Harun Raya RT 08/07
Nomor register
: 3017/12
Identitas pasien :
Nama
: Ibu Alamsiyah
Umur
: 57 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP (tamat)
Alamat
Telepon
:-
Umu
r
pendidika
n
pekerjaan
Agam
a
59 th
Hub
keluarg
a
suami
Bpk. Husein
Domisili serumah/tidak
islam
Keadaan
Kesehata
n
baik
STM
Ibu Alamsiyah
57 th
istri
SMP
Cecep sudrajat
Erwinsyah
Viki Alawiyah
36 th
33 th
30 th
anak
anak
anak
STM
SD
SMA
Novitasari
Rosdiana
Rudi sobari
Siti nuraila
23 th
28 th
47 th
30 th
anak
anak
anak
mantu
SMA
SMK
SMK
SMK
wiraswast
a
Ibu rumah
tangga
Supir
Bengkel
Ibu rumah
tangga
Kuliah
Karyawati
Supir
Karyawati
Islam
sakit
serumah
islam
islam
islam
baik
baik
baik
Tidak serumah
Tidak serumah
Tidak serumah
islam
islam
islam
islam
baik
baik
baik
baik
serumah
serumah
Tidak serumah
serumah
serumah
Vidya larasati
Salwah khoirunnisa
Alif nurdiansyah
II.
13 th
8 th
3 th
cucu
cucu
cucu
SMP
SD
islam
islam
islam
baik
baik
baik
serumah
Tidak serumah
serumah
: sedang
b.
Kebersihan perorangan
c.
d.
Penyakit keturunan
:-
e.
:-
f.
:-
g.
Pola makan
: Baik
h.
Pola istirahat
: sedang
i.
: 8 orang
: baik
Kebiasaan buruk
b.
Pengambilan keputusan
: Bersama-sama
c.
Ketergantungan obat
:-
d.
minum kopi
Pola rekreasi
: kurang
Jenis bangunan
: Permanen
b.
Lantai rumah
: Keramik
c.
Luas rumah
: 54 m2
d.
Luas tanah
: 60 m2
e.
:5
f.
Penerangan
: kurang
g.
Kebersihan
: Sedang
h.
Ventilasi
: Kurang
i.
Dapur
j.
Jamban keluarga
: Ada
k.
: Ledeng
l.
: Tidak ada
m.
Pemanfaatan pekarangan
: Tidak ada
n.
: Tidak ada
o.
p.
Sanitasi lingkungan
V.
: Sedang
Spiritual keluarga
a.
Ketaatan beribadah
: Baik
b.
: Baik
Tingkat pendidikan
: sedang
b.
: Baik
c.
: Baik
d.
: Kurang
e.
Keadaan ekonomi
: Sedang
f.
g.
: Sedang
h.
: Baik
i.
: Kurang
: BPJS
: Betawi
b.
Lain-lain
:-
VIII. Anamnesis
a) Keluhan utama : Mual muntah asam 3x/hr sejak 2 hari lalu
b) Riwayat penyakit sekarang : nyeri perut bagian atas, lemas karena mual muntah. Keluhan
penyerta lain seperti pusing, sesak nafas
c) Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang : batu
empedu
d) Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: batuk, sakit
kuping dan pernah dioperasi
e) Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang : sering makan pedas
dan asam, minum kopi , makan rujak
IX.
Pemeriksaan kesehatan pasien dan keluarga oleh mahasiswa
a) Keadaan umum
: Sedang
b) Kesadaran
: Pasien tampak compos mentis
c) Tanda-tanda vital
: -Tekanan Darah: 110/69 mmHg
-Frekuensi Nadi : 70x/menit
- Frekuensi Napas : 24x/menit
-Suhu badan : 37oC
d) Diagnosis pasien
: Dispepsia
e) Diagnosis keluarga
:-
Promotif :
Pemberian penyuluhan tentang dispepsia&bagaimana cara pencegahan dan mengobatinya.
b.
Preventif :
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan
jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, pedas. Bila harus makan obat sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
menganggu fungsi lambung.
c.
Kuratif
Rehabilitatif
XVII. Prognosis
Penyakit
: dubia ad bonam
Keluarga
: dubia ad bonam
Masyarakat
: dubia ad bonam
XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Jumat 24 Juli 2015, didapatkan
bahwa pasien adalah penderita dyspepsia. Rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang
cukup dan masuk ke gang kecil, tidak memungkinkan mendapat penyinaran matahari
yang cukup dan tidak memungkinkan untuk adanya sirkulasi udara dan pencahayaan
yang baik. Selain itu tidak ada pemanfaatan pekarangan karena rumah pasien letaknya
masuk dalam gang kecil. Pasien disarankan untuk melakukan pencegahan dengan minum
obat secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam
perilaku hidup sehat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung
pula oleh kondisi rumah yang sehat.
Tinjauan Pustaka
A. Defenisi Dispepsia
Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian atas atau dada
bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin digunakan oleh pasien untuk menggambarkan
dispepsia, gejala regurgitasi atau flatus . dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan
nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan
seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, mual, muntah,
heartburn, regurgitasi.
B. Klasifikasi Dispepsia
Berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka dispepsia dibagi atas
dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah apabila penyebab dispepsia
sudah jelas, misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma lambung, kholelithiasis, yang bisa
ditemukan secara mudah. Dispepsia fungsional adalah apabila penyebab dispepsia tidak
diketahui atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau
tidak ditemukannya adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik. klasifikasi klinis
praktis didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan. Dengan demikian, dispepsia dapat dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia) dengan gejala
yang dominan adalah nyeri ulu hati, dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like
dyspepsia) dengan gejala yang dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang, dan dispepsia
nonspesifik yaitu dispepsia yang tidak bisa digolongkan dalam satu kategori diatas.
C. Epidemiologi
Prevalensi kejadian dispepsia di Amerika Serikat, India, Hongkong, Australia, Cina cukup
tinggi dan 27% yang menderita dyspepsia adalah remaja putri dan 16% remaja. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Joko, karakteristik penderita dispepsia yang berobat di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto sebagian besar berumur diatas 40 tahun, berjenis kelamin perempuan,
berpendidikan rendah dan tidak bekerja. Penderita dispepsia sebagian kecil biasa mengkonsumsi
kopi, alkohol, dan rokok.
D. Etiologi
Ada banyak factor yang bisa menyebabkan dyspepsia, seperti table dibawah ini:
Pankreas
- Pankreatitis
- Keganasan
Keadaan sistemik
- Diabetes melitus
- Penyakit tiroid
- Gagal ginjal
- Kehamilan
- Penyakit jantung sistemik
Gangguan fungsional
- Dispepsia fungsional
- Sindrom kolon iritati
E. Patofisiologi
Proses
patofisiologi
yang
lambung,
Helicobakter
dismotilitas
infeksi
pylori,
gastrointestinal,
sekresi basal atau dengan stimulasi pentagastrin yang rata-rata normal. Terjadinya peningkatan
sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di perut.
2) Helicobacter pylori (Hp): Infeksi Hp pada dispepsia fungsional belum sepenuhnya diterima.
Hp pada sispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan
Hp pada kelompok sehat.
3) Dismotilitas gastrointestinal : Dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung
dan adanya hipomotilitas antrum sampai 50% kasus, harus dimengerti bahwa proses motilitas
gastrointestinal merupakan proses yang sangat kompleks, sehingga gangguan pengosongan
lambung tidak dapat mutlak menjadi penyebab dispepsia.
4) Ambang rangsang persepsi : Dispepsia memiliki hipersensitivitas visceral terhadap distensi
balon di gaster atau duodenum. Mekanisme lebih lanjut belum diketahui. Penelitian
menggunakan balon intragastrik mendapatkan hasil 50% populasi dengan dispepsia fungsional
timbul rasa nyeri atau tidak nyaman di perut pada inflansi balon dengan volume yang lebih
rendah dibandingkan dengan volume yang menimbulkan nyeri pada populasi kontrol.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dyspepsia terdiri dari:
Laboratorium
USG
Endoskopi
Radiologis
Penatalaksanaan
Pasien dispepsia dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan modifikasi pola
hidup dengan melakukan program diet yang ditujukan untuk kasus dispepsia fungsional agar
menghindari makanan yang dirasa sebagai faktor pencetus. Pola diet yang dapat dilakukan
seperti makan dengan porsi kecil tetapi sering, makan rendah lemak, kurangi atau hindari
minuman-minuman spesifik seperti: kopi, alcohol dll, kurangi dan hindari makanan yang pedas.
Terapi medikamentosa untuk kasus dispepsia hingga sekarang belum terdapat regimen
6) Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik; cisaprid, domperidon dan metoklopramid. Obat
golongan ini efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofangitis dengan
mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung.
Kesimpulan
Pelayanan kedokteran keluarga adalah tindakan kuratif, rehabilitative, promotif, preventif
dan protektif yang dilakukan oleh perseorangan, keluarga, komunitas atau masyarakat terhadap
perseorangan, keluarga, komunitas atau masyarakat. Perlunya upaya penyuluhan agar dari casefinding maupun pendidikan kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang belum
terjangkau masih sangat terbatas. untuk kasus dispepsia fungsional agar menghindari makanan
yang dirasa sebagai faktor pencetus. Pola diet yang dapat dilakukan seperti makan dengan porsi
kecil tetapi sering, makan rendah lemak, kurangi atau hindari minuman-minuman spesifik
seperti: kopi, alcohol dll, kurangi dan hindari makanan yang pedas
Daftar Pustaka
1. Wilson ML, Price SA. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2012.h.70-83
2. Manjoer. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika aeusculapeus ;2014.h.55-60
3. Inayah. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan. Edisi 1.
Jakarta: Salemba medika ; 2013.h.34-40
4. Suryono S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 2. Jakarta: FKUI ; 2012.h.110-120
5. Warpadji S. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: FKUI; 2011.h.220-230