Definisi Glaukoma
Glaukoma adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata, sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi
atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula
dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk
mempertahankan bentuk bola mata). Meningkatnya tekanan di dalam bola mata
ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi dan pembuangan cairan
dalam bola mata, sehingga merusak jaringan jaringan syaraf halus yang ada di
retina dan di belakang bola mata. Kerusakan ini tidak dapat disembuhkan dan
dapat menyebabkan kebutaan pada tahapan yang parah. Oleh karena itu
glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu diwaspadai. Perlu dicatat
bahwa setelah terjadi hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh glaukoma,
maka hal ini tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk
mencegah atau menghentikan proses hilangnya penglihatan ini.
A. Epidemiologi Glaukoma
laukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak.Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk.
Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, Pada usia diatas 50 tahun,
tingkat resiko penderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh
penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit
tersebut. Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling
utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), agerelated mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity
(5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%).
B. Faktor Resiko Glaukoma
Beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya glaukoma, karena
glaukomakronis dapat mengakibatkan kerusakan pada penglihatan tanpa gejala
yang jelas, sebaiknyakita berhati-hati pada beberapa faktor:
1.
Usia
2.
Ras
Pada ras tertentu, seperti pada orang-orang berkulit hitam resiko terjadinya
glaukomameningkat sangat segnifikan dibandingkan dengan ras yang lain.
Kondisi Medis
Cedera Fisik
7.
Glaukoma Primer
Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga bilik
mata depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang kedepan akan
mendorong iris ke depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi
untuk mendorong cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah iris.
1.1.4.
Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma primer yang
ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, tanpa disertai dengan
hambatan pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak
semula (bersifat herediter), sehingga menyebabkan gangguan penglihatan
cairan bilik mata depan ke jaring trabekulum. Hambatan aliran cairan mata
(akuos humor) dapat terjadi karena penutupan sudut bilik mata yang dapat
terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali atau mendadak tertutup
sama sekali. Masing-masing keadaan memberikan gambaran klinik yang
berbeda-beda antara lain :
a.
Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba sehingga aliran cairan
mata (akuos humor) dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor
pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah menonton
film di bioskop,berada dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak.
b. Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle Closer)
Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula dan dapat
menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos humor) menuju ke jaring
trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang
singkat dan hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan
terbuka kembali, akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan tidak terbuka
kembali seperti semula (menjadi lebih sempit).
c.
Pada umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks) ditemukan pada usia
lebih dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia
yang lebih muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau resesif pada
kira-kira 50% penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada
penderita glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat
pada jaring trabekulum dan kanal Schlemm.
Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan sehingga
terdapat gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita. Gangguan
akibat tingginya tekanan bola mata terjadi pada kedua mata, sehingga
ditemukan gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma simpleks
terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan progresif sampai
berakhir dengan kebutaan.
1.2.2. Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan
terjadi peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari
luar putih atau normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa
ekskavasi papil glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila steroid
diberhentikan maka pengobatan glaukoma steroid masih diperlukan sama
seperti pengobatan padaglaukoma lainnya.
1.2.3.
Glaukoma Sekunder
kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat
itu, seperti : kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lainlain.Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada
glaukoma sekunder. Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa,
dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik
mata akibat mencembungnya lensa mata.
2.1. Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh
bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris.
Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring
trubekulum. Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal,
misalnya: kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah,
penyakit pembuluh darah sistemik, serta penyakit tumor mata.
2.2. Glaukoma Maligna
Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intrakuler
(TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya hambatan siliar
(ciliary block).
Hambatan siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa
dengan badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan
terjadinya penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di
bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan
mengakibatkan terjadinya pendangkalan bilik mata depan.
2.3. Glaukoma dengan Hambatan Pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang timbul
akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada
hambatan yang bersifat total, glaukoma terjadi akibat perlekatan iris dengan
lensa ataupun iris dengan badan kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah
peradangan. Pada hambatan yang bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris
dan pangkal iris terdorong kedepan, sehingga menutup sudut bilik mata depan.
Akibatnya terjadi tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang dibandingkan
dengan bilik mata depan.
3.
Glaukoma Kongenital
Glaukoma Absolut
D. Etiologi Glaukoma
Etiologi penyakit Glaukoma secara umum:
1.
2. Hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(Glaukoma hambatan pupil).
3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga
(genetic).
4.
5.
6.
Glaukoma primer
Glaukoma simpleks
2.
Trauma yang merusak sudut iridokornea atau menyebabkan iris menutup
sudut atau menyebabkan blok pupil atau blok silier.
3.
4.
5.
6.
iris.
7.
Sindroma eksfoliatif, terdapat sumbatan pada trabekulum oleh bahan
yang lepas pada sindroma ini.
8.
Kenaikan tahanan vena episklera, misal adanya fistula karotikokavernosa.
9.
Akibat tekanan bola mata yang memberikan gangguan fungsi penglihatan lanjut.
E. Gejala dan Tanda Glaukoma
Glaukoma primer
b.
c.
penglihatan kabur
Kronik :
a.
gejala hampir sama dengan yang akut tetapi rasa sakit, merah dan kabur
dapat hilang dengan sendirinya, dan terjadi serangan berulang beberapa kali.
Biasanya rasa sakit kurang berat dibandingkan dengan yang akut.
Glaukoma sudut terbuka
Awal :
a.
b.
c.
d.
e.
Lanjut :
a.
Glaukoma sekunder
a.
penglihatan kabur
b.
mata merah
Glaukoma kongenital
a.
fotofobia/takut sinar
b.
mata berair
Glaukoma absolut
G. Penatalaksanaan Glaukoma
a. Medikamentosa
Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan
intra-okular dengan cepat utuk mencegah kerusakan nervus optikus,
menjernihkan korea, menurunkan inflamasi intra-okular, miosis, serta mencegah
terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Kegagalan hasil pengobatan
dapat disebabkan oleh kesalahan dalam teknik pemaaian obat walaupun pasien
memakai semua obat sesuai resep. Masalah yang nyata adalah waktu pemberian
obat yang bermacam-macam disertai dengan menutup saluran keluar yang
mengalirkan obat ke rongga hidung (kanal nasolakrimalis).
Penutup saluran nasolacrimal berguna karena bila obat diteteskan pada
mata, obat akan masuk ke rongga hidung dan masuk ke dalam peredaran darah
dan bagian tubuh yang lain sehingga akan memberikan efek samping. Untuk
mencegah hal ini maka pada saat meneteskan obat ke mata maka tempat
pengaliran obat masuk ke hidung (punctumlakrimal) ditutup dengan jari selama
1-2 menit. Biasanya 50% dari obat akan masuk ke dalam mata yang efeknya
akan sangat baik dan waktu kerjanya akan lebih lama. Aturan pemakaian obat
diperlukan pada pemakaian berbagai macam obat tetes yang diberikan.
Sebaiknya antara pemakaian 2 jenis obat dalam batas 10-15 menit. Obat yang
diteteskan dalam waktu dekat tidak efisien karena obat yang pertama diteteskan
dibilas oleh obat tetes yan berikutnya.
b. Non Medikamentosa
2.
Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang
progresif meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun
telah dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya.
3.
Adanya variasi tekanan diurnal yang signifkan pada pasien dengan
kerusakan diskus yang berat.
Operasi biasanya merupakan pendekatan primer baik untuk glaukoma
kongenital maupun glaukoma blok papil. Pengawasan terhadap pasien sangat
penting mengingat efek yang kurang baik dari operasi, seperti masalah yang
berkaitan dengan bleb, resiko katarak di kemudian hari dan infeksi.Operasi
glaukoma dapat dilakukan dengan laser maupun teknik bedah insisi dengan
banyak prosedur yang bertujuan menurunkan TIO, diantaranya trabekulektomi
dengan berbagai variasinya, prosedur non-penetrasi TIO, implantasi jalan pintas
akuos, operasi sudut untuk glaukoma kongenital dan glaukoma sudut tertutup
dan ablasi badan silar. Prosedur lain seperti iridektomi dan gonioplasti
diperuntukkan untuk gangguan sudut dan drainase cairan.
a.
1.
Laser trabekuloplasti
Trabekulektomi
Laser iridektomi
Teknik bedah ini pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli ogtalmologi
Jerman bernama Albrecht von Graefe tahun 1857 pada pasien glaukoma akut.
Iridektomi merupakan prosedur operasi yang aman dan memiliki tingkat
keberhasilan yang tinggi sekitar 80% pada penderita glaukoma sudut tertutup
primer. Tujuan yang ingin dicapai adalah terbukanya drainase cairan mata dari
bilik mata belakang ke bilik mata depan dan mengurangi tekanan yan tnggi di
bilik mata belakang akibat blok pupil yang relatif. Dengan demikian
memungkinkan pupil untuk bergerak mundur ke belakang sehingga membuka
sudut glaukoma.
Indikasi iridektomi yaitu adanya blok pupil dan kebutuhan untuk
menentukan adanya blok pupil. Laser iridektomi juga diindikasikan untuk
mencegah blok pupil pada mata yang beresiko tinggi pada pemeriksaan
gonioskopi karena serangan glaukoma sudut tertutup pada mata yang di
sebelahnya. Sementara itu, kontraindikasi laser iridektomi adalah adanya
rubeosis iridis yang aktif dan pemakaian antikoagulan sistemik termasuk
aspirin.Pada glaukoma sudut tertutup akut, sulit untuk dilakukan laser iridektomi
karena kondisi kornea yang keruh, ruang yang dangkal, dan iris yang
tenggelam. Dokter harus menangani dulu serangan ini secara medis kemudian
baru dilanjutkan terapi bedah.
2.
Pembedahan Insisi
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
H. Pengobatan Glaukoma
prostaglandin Analog
A. latanaprost ( xalatan ) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat ini
mempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan dapat menurunkan
TIO sebesar 25-32%. efek samping yang di timbulkan pada mata adalah
meningkatkan pigmentasi iris,hipertrikosis,penglihatan kabur,kreatitis,uveitis
anterior,konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes, sedangkan efek
prostaglandin Analog. ampingsistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan
otot, sakitkepala.
B.
Travoprost ( travatan ) : obat ini mempunyai konsentasi 0,004% dengan
dosis pemakaian 4 kali sehari dan efeknya sama dengan latanoprost yaitu
meningkatkan aliran uveoskleral dan menurunkan TIO sebesar 25-32%. Adapun
efek samping yang di timbulkan pada mata adalah meningkatkan pigmentasi
iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior,konjungtiva
hiperemis, reaktivasi keratitis herpes.
C.
Bimanoprost (lumigan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat
inimempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan trabekular ,
sedangkan efek sampingsistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot,
sakit kepala Serta dapat menurunkan TIO sebesar 27-33% Efek samping sama
dengan latanaprost.
D. Unoprostone ( rescula ) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,15% dan dosis
pemakaian 2 kali sehari Obat ini mempunyai efek untuk meningkatkan
alirantrabekular serta dapat menurunkan TIO sebesar 13-18%. Efek samping
samadengan latanoprost. Adrenergic antagonist ( bloker )
A.Nonselektif
1.
Timolol maleate (tmoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 10,25%,
0,5%dan dosis pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi
pada mata akuos dan menurunkan TIO 20-30%. Adapu efek samping yang di
timbulkan adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi
sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung,
bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
2.
Timolol-LA(istalol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5% dan dosis
pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos
danmenurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan
pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate,alergi
2.
A.
Adrenergik agonista
selekif
A. Oral
Topika
Obat antiglaukoma:
Obat anti glaukoma
Jenis obat
Konsentrasi
Dosis
Efek obat
Penurunan TIO
Efek samping
Okular
Sistemik
Prostaglandins analogs
Latanoprost
0.005%
4x
25-30%
0.004%
4x
s.d.a
25-32%
s.d.a
s.d.a
Bimatoprost
0.03%
4x
27-33%
s.d.a
s.d.a
Unoprostone isopropyl
0.15%
2x
13-18%
s.d.a
s.d.a
adrenergic antagonist ( -bloker)
Non selektif
Timolol maleate
0.25-0.5%
4x
20-30%
0.5%
4x
s.d.a
20-30%
s.d.a
s.d.a
Timolol hemihydrate
0.5%
4x, 2x
s.d.a
20-30%
s.d.a
s.d.a
levobonolol
0.25-0.5%
4x, 2x
s.d.a
20-30%
s.d.a
s.d.a
metipranolol
0.3%
2x
s.d.a
20-30%
s.d.a
s.d.a
Carteolol hydrochloride
1.0%
4x, 2x
Simpatomimetik intrinsik
Selektif
Betaxolol
0.25%
2x
s.d.a
15-20%
s.d.a
Komplikasi paru-paru
Adrenergic agonist
Non selektif
Epinefrin
2x
15-20%
0.5-1.0%
2x, 3x
20-30%
0.2%
2x, 3x
20-30%
0.2-10.0%
2-4%
15-25%
0.125%
4x, 2x
s.d.a
15-25%
2-4x
15-20%
Tidak ada
2x, 3x
s.d.a
s.d.a
s.d.a
s.d.a
Topical
Dorzolamide
2.0%
2x, 3x
s.d.a
s.d.a
20%
2g/Kg BB
TIO rebound
50%
s.d.a
s.d.a
s.d.a
E.
Pecegahan Glaukoma
F. Prognosis Glaukoma
1.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat adalah kunci utama untuk
mempertahankan penglihatan. Apabila ditemukan gejala klinik dari glaukoma
sudut tertutu maka perlu penanganan sesegera mungkin.
3.
Glaukoma Kongenital