Chapter II

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Televisi sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan
dengan perkembangan zaman. Televisi itu sendiri telah banyak menyentuh
kepentingan

masyarakat

dunia.

Siaran-siaran

yang

ditampilkan

menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, karena televisi


memiliki sifat medium, yaitu pesan yang disampaikan mempunyai daya
rangsang yang cukup tinggi.
Televisi merupakan salah satu saluran media massa, karena televisi
mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasif, motivatif yang mudah
dan dapat dipahami (J.B. Wahyudi 1996 : 207). Ketiga fungsi yang diemban
tadi dibentuk dalam acara yang enak untuk ditonton oleh pemirsa televisi.
Pesan-pesan yang disalurkan media televisi dapat masuk di tengahtengah keluarga, kelompok masyarakat dan dapat dinikmati oleh anak-anak,
remaja, orang tua, pria dan wanita, orang yang tidak berpendidikan ataupun
cendekiawan, rakyat kecil sampai pemimpin negara dan orang-orang
perkotaan maupun pedesaan. Semua orang dapat berhak menikmati siaran
televisi dimanapun itu disiarkan karena kemajuan teknologi mendukung
untuk semuanya. Hal ini juga seperti dikatakan oleh J.B. Wahyudi bahwa
televisi sebagai media massa tidak mungkin dapat memuaskan semua orang

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki latar belakang usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan,


faham golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang puas,
tidak puas, senang, sedih, marah, gembira yang semuanya merupakan hal
yang wajar karena sifat manusia yang berbeda (J.B. Wahyudi : 1996 : 215).
Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai
dengan munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Hal ini sesuai
dengan langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang memberi
izin pendirian stasiun televisi yang murni komersial dan dimiliki swasta.
Stasiun-stasiun televisi itu adalah RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR,
TRANS CORPORATION, METRO TV dan LATIVI. Kedelapan stasiun
swasta itu berlomba-lomba untuk menarik perhatian penonton tersebut.
Seorang pakar komunikasi khususnya dalam komunikasi massa,
George Gerbner memandang televisi sebagai kekuatan dominan dalam
membentuk masyarakat modern. Gerbner meyakini kekuatan televisi
berasal dari simbol-simbol yang ditampilkan dalam drama kehidupan setiap
harinya. Bahkan Gerbner mengilustrasikan orang-orang yang menonton
televisi saat ini sama,

ketika mereka mendengar khotbah-khotbah

keagamaan.
Seperti yang diungkapkan oleh amaerican jewish commites institute
for american pluralisme (di kutip dari www.theatlantic.com/issues/97
may/garbner.htm), bahwa televisi bukan hanya berfungsi untuk memberikan
hiburan saja,tetapi televisi juga menyampaikan nilai nilai dan pesan yang
tanpa disadari diserap dan kemudian diadopsi oleh penontonnya, khususnya

Universitas Sumatera Utara

anak anak muda. Hal senada juga diungkapkan oleh Judith Van Evra
(dikutip dari www.aber.ac.UK/media/documents/short/cultiv.html). Yakni
bahwa anak anak muda yang dianggap kurang berpengalamanlebih
bergantung kepada televisi untuk mendapatkan informasi dibandingkan
dengan orang dewasa.
Siaran yang disajikan oleh televisi swasta kebanyakan bersifat
hiburan seperti sinetron (sinematografi elektronik), kuis, infotainment, dll.
Siaran hiburan ini sangat digemari oleh penonton. Sinetron merupakan
suatu tayangan yang berisikan tentang kehidupan manusia yang dianggap
mewakili citra atau identitas komunitas tertentu yang ditata sedemikian rupa
sehingga hasilnya menarik perhatian dan memikat hati penontonnya. Hal ini
memungkinkan bertambahnya durasi atau jam tayang sinetron-sinetron
lokal. Kebanyakan sinetron-sinetron yang kita lihat di televisi bertemakan
tentang dunia remaja, percintaan, persahabatan dan kekayaan.
Sinetron remaja Jomblo ditayangkan di RCTI setiap hari minggu
pukul 22:00 WIB. Dalam sinetron remaja Jomblo bercerita tentang
persahabatan empat orang yang terdapat pada satu fakultas di Universitas
Negeri Bandung. Nama tokoh utama yang ada dalam sinetron ini adalah
Agus, Doni, Bimo dan Olive. Ke empat orang ini adalah jomblo sejati.
Hal ini menyebabkan mereka senasib sepenanggungan dan sering
berjalan besama serta bercerita tentang kehidupan mereka sehari hari.
Dalam sinetron ini diceritakan tentang persaingan mencari pacar. Di
kampus mereka ada seorang wanita yang bernama Asri. Olive, yang

Universitas Sumatera Utara

sifatnya pendiam dan pemalu menaruh hati terhadap Asri selama tiga tahun
dan Olive tidak pernah punya keberanian untuk mengatakan cintanya
kepada Asri.
Olive mengagumi Asri secara diam diam dan ketiga sahabatnya
tidak tahu bahwa Olive punya pujaan hati. Doni, mengenal Asri secara tidak
sengaja di kampus. Dari perkenalan ini Doni dan Asri bersahabat. Doni
tidak tahu bahwa Asri yang dikenalnya adalah pujaan hati sahabatnya
sendiri,Olive. Secara kebetulan Asri bertamu kerumah Doni malam
malam dan ketika itu mereka melangkah terlalu jauh dan melakukan
hubungan badan. Belakangan Doni tahu dari Agus bahwa Asri adalah
pujaan hati Olive. Ketika Olive tahu bahwa Doni dan Asri tahu telah resmi
pacaran amarah Olive memuncak. Olive menuduh Doni mengkhianati
persahabatan mereka karena memacari Asri secara diam diam, sedangkan
Doni merasa tidak bersalah dan menuduh Olive tidak serius mencintai Asri
karena tidak pernah mengatakan cinta kepada Asri
Karena doni secara diam diam memacari Asri, maka Olive
memutuskan untuk memusuhi Doni. Dalam kisah selanjutnya diceritakan
bahwa Olive lulus sebagai asisten dosen dan secara kebetulan Doni
mengulang mata kuliah tersebut. Olive, yang menaruh dendam terhadap
Doni, berusaha menjatuhkannya di dalam kelas. Tetapi Doni maklum akan
sikap Olive. Tetapi akhirnya Olive sadar bahwa permusuhannya dengan
doni tidak berguna dan Olive memaafkan Doni. Suatu hari, Doni dijebak
oleh seorang wanita yang mengaku hamil karena ulah Doni.Asri yang tahu

Universitas Sumatera Utara

hal ini langsung memutuskan Doni. Setelah dicek kebenarannya, Doni tidak
pernah melakukannya. Kehidupan Doni kembali jomblo. Keempat orang ini
kembali bersahabat dan memutuskan jomblo adalah kehidupan yang paling
baik bagi mereka.
Pengaruh sinetron di televisi bagi remaja di Kabanjahe sangat besar
sekali. Hal ini terlihat dari cara berpakaian dan cara berpacaran mereka.
Mereka mengadopsi hal hal baru yang ada dalam sinetron sehingga
membuat para orang tua resah karena anak mereka mulai tidak terkendali.
Seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah SMU swasta GBKP Kabanjahe
kepada penulis sewaktu mengadakan pra penelitian siswa siswi yang
mereka didik mulai mengalami perubahan sikap dan perilaku disebabkan
oleh sinetron di televisi. Hal ini sangat jelas terlihat dari sebagian besar cara
berpakaian siswi di sekolah yang suka memakai rok di atas lutut dan
mewarnai rambut mereka. Dan juga ada siswa suka menindik salah satu
telinga mereka.
Hal ini mereka tiru dari menonton sinetron televisi. Mayoritas
remaja di SMU swasta GBKP Kabanjahe hanya melihat dan meniru sisi
negatif dari sinetron yang mereka tonton.
Remaja adalah manusia yang berjiwa muda tentu saja sangat
memperhatikan

pergaulan

dan

perkembangan

yang

sedang

terjadi.berdasarkan hal ini tentu saja remaja menjadi sasaran dalam sinetron
Jomblo. Pada usia remaja mulai tampak tanda tanda perkembangan jiwa
seperti fase pencarian identitas diri, fase genetikal dari perkembangan

Universitas Sumatera Utara

psikoseksual,dan tercapainya puncak perkembangan kognitif, maupun


moral ( Sarwono, 1997 : 14 ). Sehingga bukan tidak mungkin bahwa setiap
informasi dan pengalaman mempengaruhi remaja untuk menentukan sikap
dan pandangannya terhadap sesuatu.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik
untuk mengangkat masalah tentang pengaruh sinetron remaja Jomblo
terhadap perubahan prilaku remaja sebagai bahan penelitian, dan memilih
remaja di SMU swasta GBKP Kabanjahe sebagai sampel dan lokasi
diadakannya penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas
maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :
Sejauh manakah hubungan antara sinetron remaja Jomblo di RCTI
terhadap perubahan prilaku remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan secara
spesifik hal hal yang akan diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti
adalah :
1.

Responden yang dipilih adalah siswa / i SMU swasta GBKP kelas


I,II,III yang telah menonton sinetron remaja jomblo di televisi.

Universitas Sumatera Utara

2.

Penelitian terbatas hanya pada perubahan perilaku siswa / i di SMU


swasta GBKP Kabanjahe.

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian


1.4. 1. Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui minat menonton remaja terhadap sinetron remaja


Jomblo.

2.

Untuk mengetahui hubungan antara sinetron remaja Jomblo dan prilaku


remaja.

3.

Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh sinetron tersebut


terhadap prilaku remaja.

1.4.2. Manfaat Penelitian


1.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya


khasanah Penelitian mengenai ilmu komunikasi, terutama khususnya
pengaplikasian terhadap penggunaan teori kultivasi.

2.

Secara metodologis, penelitian diharapkan dapat melengkapi penelitian


ilmu Sosial dan ilmu politik khususnya dalam meneliti hubungan antara
dua variabel mengenai pengaruh sinetron remaja jomblo terhadap
perubahan perilaku remaja.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori


Rakhmat (1986 : 6), menyatakan teori adalah himpunan konstruk
atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Kemudian Nawawi (1993 :
40), menyatakan setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau
menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan
hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek
yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah.
Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi,
dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh sinetron terhadap perubahan
prilaku remaja. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori
kultivasi,komunikasi dan komunikasi massa, sinetron di televisi, perubahan
prilaku dan remaja.

1. Teori Kultivasi
1.1.1. Sejarah dan perkembangan teori kultivasi
Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam
media, George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun
banyak teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis

Universitas Sumatera Utara

kultivasi Gerbner bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya,


Gerbner merupkan penyair asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika
Serikat dan memulai pendidikan jurnalisnya di Berkely. Setelah bekerja di
San Fransisco Chronicle ia kembali melanjutkan pendidikan untuk
mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke jenjang Doctor dimana ia
menulis Toward a General Theory of Communication bersama James D.
Finn ( www.Colostate.edu ). Dari tulisan inilah teori kultivasi bermula.
Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada
awal 1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada
pelaksanaan metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan
waktunya di The Annenberg School of Communication University of
Pensylvania. Dimana ia bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan
penelitian kultivasi sosial pada televisi, yang menekankan pada kekerasan
dan efek televisi.
Pada umumnya teori kultivasi terkenal atas penelitian mereka
terhadap efek televisi yang walaupun seerhana dan bertahap tetapi juga
cukup signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.
Mereka memfokuskan penelitian mereka pada topik tingkatan mulai dari
peranan gender, kelompok, usia, hingga kepada sikap berpolitik, tetapi
mereka sangat tertarik kepada topik kekerasan (www.ciadvertising.org ).
Teori kultivasi menegaskan bahwa sikap heavy viewers telah diolah
terutama oleh apa yang mereka tonton di televisi. Gerbner menggambarkan
dunia televisi sebagai not a window on or reflection of the world, but a

Universitas Sumatera Utara

world in itself. Dunia rekayasa ini membujuk heavy viewers untuk membuat
asumsi tentang kekerasan, masyarakat, tempat, dan kejadian khayalan
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebenarnya.
Dalam hal ini televisi bertindak sebagai agen sosialisasi yang
mendidik penonton pada versi yang berbeda dari kenyataan. Latar belakang
teori kultivasi meyatakan bahwa penonton cenderung menaruh kepercayaan
terhadap televisi ketika mereka menonton televisi lebih sering. Fokus
penelitian ini terletak pada heavy viewers. Sedangkan Light Viewers
mempunyai banyak sumber sumber lain untuk mempengaruhi pemikiran
mereka terhadap realitas daripada heavy viewers yang sumber utama
informasinya hanya program televisi.
Para teoritikus mencoba untuk membuktikan pemikiran seputar
peristiwa kekerasan. Penyelidikan DR. Wade Kenny menunjukan contoh
dimana seorang anak yang merupakan heavy viewers mempercayai bahwa
tak masalah baginya dipukul bila hal ini memang harus terjadi padanya.
Contoh lainnya adalah semakin bertambahnya ketakutan berjalan sendirian
di malam hari dan tidak percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus
kultivasi membedakan antara efek first order (kepercayaan khalayak
tentang kehidupan dunia seperti kelaziman dari kekerasan) dan efek
second order (sikap- sikap khusus seperti hukum dan tata tertib atau
keamanan pribadi). Gerbner membuktikan bahwa media massa mengolah
sikap- sikap dan nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu kebudayaan : media
memelihara dan menyebarkan nilai-nilai ini di antara anggota- anggota dari

10

Universitas Sumatera Utara

suatu

kebudayaan,

kemudian

mengikatnya

bersama-sama

(www.aber.ac.uk ).
Gerbner melihat televisi telah mendominasi lingkungan simbolis
kita.

Gerbner membuktikan

bahwa kekerasan

yang

sangat sering

ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata


tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton
(seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura). Contohnya, aliran
action adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum
dan tata tertib, status quo dan keadilan sosial.
Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah
perbedaan pengolahan (cultivation diffrential), menggambarkan ditingkatan
mana suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua
cenderung digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers
(khususnya anak-anak muda ) cenderung mempunyai pandangan negatif
tentang orang tua dibandingkan light viewers. Banyak heavy viewers tidak
menyadari pengaruh tayangan televisi terhadap sikap sikap dan nilai
nilai dalam hidup mereka.
Teoritikus membuktikan bahwa heavy viewing, tidak menghiraukan
tingkat pendidikan atau penghasilan, mengendalikan penonton kepada opini
yang seragam, sementara light viewing mengendalikan penonton kepada
opini yang beragam. Efek kultivasi dari tayangan televisi adalah
keseragaman pendapat. Gerbner dan kawan kawan memperlihatkan bahwa
kepercayaan heavy viewers yang menonton kekerasan di televisi terhadap

11

Universitas Sumatera Utara

munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari hari lebih tinggi


dibandingkan light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang
dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek
mainstreaming.
Mean World Syndrome merupakan salah satu efek utama dari teori
kultivasi. Hal ini terjadi ketika heavy viewers menganggap dunia sebagai
suatu tempat yang keji sedangkan light viewers tidak menganggapnya
demikian. Teoritikus menghubungkan dengan kenyataan bahwa televisi
melukiskan dunia sebagai suatu tempat yang kejam dan bengis oleh karena
itu heavy viewers terlalu takut dan terlalu berhati hati dalam aktifitasnya
sehari-hari. Gerbner melaporkan bukti dari resonance suatu efek
double dose yang dapat mendorong terjadinya kultivasi. Hal ini terjadi
ketika kehidupan sehari-hari penonton sama dengan yang ditayangkan
televisi. Contohnya, semenjak wanita sering dijadikan korban kejahatan di
tayangan televisi, heavy viewers tidak hanya terpengaruh oleh efek
mainstreaming tetapi juga merasa ketakutan karena dirinya adalah wanita.
Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat ketika lingkungan penonton sama
seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan yang ditayangkan ditelevisi
sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy viewers yang tinggal
di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus kultivasi
membuktikan bahwa kekerasan resonantes yang lebih bagi heavy viewers.

12

Universitas Sumatera Utara

2.

Komunikasi dan Komunikasi Massa


Banyak sudah definisi yang berbeda, lahir dari pakar komunikasi

mengenai pengertian komunikasi. Hal ini tentu saja disebabkan oleh sudut
pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda dari para ahli.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Itulah sebabnya,
komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka
pertukaran ide dan informasi menuju pada terbentuknya pengertian bersama.
Berdasarkan pada pengertian di atas, para ahli mulai mencoba
memberikan definisinya. Menurut Carl I. Hovland, Ilmu komunikasi adalah
upaya

yang

sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas

penyimpangan informasi yaitu suatu pembentukan pendapat dan sikap.


Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam
bentuk informasi.
Sejalan dengan pertumbuhan manusia dan kemajuan teknologi
komunikasi diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mampu menjangkau
khalayak yang lebih besar dan jarak yang jauh secara serempak. Bentuk
komunikasi ini dinamakan komunikasi massa (mass communication).
Sedangkan komunikasi massa adalah komunikasi dengan massa
(audiens atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para
penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang

13

Universitas Sumatera Utara

heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa


tidak menghasilkan feed back (umpan balik) yang langsung tapi tertunda
dalam waktu yang relatif.
3.

Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu Tele yang berarti

jauh dan Visi yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi dapat
diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh dalam hal ini mempunyai
pengertian melihat gambar ataupun mendengar suara yang diproduksi di
suatu tempat melalui suatu alat / perangkat (Wahyudi, 1986 : 49).
Sebagai media elektronik, televisi memiliki ciri ciri seperti yang
diebutkan

(Effendy,

komunikatornya

1984

melembaga,

24)

yakni

pesannya

berlangsung

bersifat

umum,

satu

arah,

sasarannya

menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen.


Para pembina televisi (television watcher, TV Viewer) adalah sasaran
komunikasi melalui televisi siaran yang karena heterogen masing masing
mempunyai kerangka acuan (Frame of reference) yang berbeda satu sama
lain. Mereka juga bukan saja dalam usia dan jenis kelamin, tetapi juga
dalam latar belakang sosial dan kebudayaan sehingga pada gilirannya
berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama, pendidikan, cita
cita, keinginan, kesenangan dan lain sebagainya (Effendy, 1984 : 73).

14

Universitas Sumatera Utara

4.

Sinetron di Televisi
Paket sinetron cukup banyak digemari pemirsa dan berbagai lapisan

sosial. Tampilnya paket sinetron televisi mempunyai unsur yang salah


satunya, cerita sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan
masyarakat. Sebagai contoh, penayangan materi siaran sinetron saat ini,
secara umum seakan sudah lepas dari akar budaya kita. Tema yang
diangkat bahwa berputar-putar pada lingkaran saja yakni polemik
kehidupan keluarga, percintaan, persahabatan, perselingkuhan, warisan dll.
Itulah gambaran yang telah terjadi pada materi sinetron di televisi saat ini.
5.

Perubahan Perilaku Remaja


Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 : 206-207) masa remaja dibagi atas

dua bagian.
Pertama awal masa remaja yaitu berlangsung kira kira dari umur
13 tahun-16 tahun atau 17 tahun. Kedua, akhir masa remaja yang bermula
dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu uasia matang secara hukum.
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan perilaku dibagi atas dua yaitu :
1.

Perilaku tertutup / terselubung, yaitu aspek-aspek mental seperti


persepsi, ingatan dan perhatian. Perilaku ini terbagi atas :
a.

Kognisi yakni penyadaran melalui proses penginderaan terhadap


rangsangan dan interpretasinya. Perilaku meliputi segala hal yang

15

Universitas Sumatera Utara

berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti


atau belajar dan mengingat apa yang dipelajari.
b.

Emosi yakni efek, perasaan, suasana di dalam diri yang


dimunculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsangan.

c.

Konasi yakni pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih


sesuatu bentuk perilaku.

d.

Penginderaan, meliputi penyampaian atau mengantar pesan


(rangsangan) sampai ke susunan syaraf pusat.

2.

Prilaku terbuka, yaitu prilaku yang langsung dapat dilihat seperti jalan,
lari, tertawa, menulis dan lain-lain. Perilaku ini terdiri atas :
a.

Prilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh,


tergantung dari aksi dalam otak besar.

b.

Prilaku reflektoris, yakni gerakan refleks yang dalam tahap


pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang, belum disadari.
Baru kemudian tingkah laku refleks disadari, bila pesan sampai ke
pusat syaraf.

c.

Prilaku di luar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat


pada sumsum penyambung atau gerakan otot karena kepekaan otot.
Dalam usaha mempelajari dan meneliti prilaku, hal ini selalu dilihat

dalam kaitannya dengan lingkungan lingkungan meliputi segala hal diluar


dari seseorang maupun di dalamnya, bersifat fisik maupun ide orang
berpengaruh yang menjadi sumber rangsangan dan bisa menimbulkan suatu
reaksi atau respon. Lingkungan terdiri dari lingkungan dalam pada diri

16

Universitas Sumatera Utara

seseorang dan lingkungan diluar diri seseorang, yakni lingkungan fisik,


lingkungan geografis dan sosial.
Masa remaja dikenal sebagai suatu masa dimana ketegangan emosi
tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi
remaja pada masa ini utamanya disebabkan oleh karena anak laki laki dan
anak perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi
baru.
1.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang bersifat kritis dalam
memperkirakan

kemungkinan

hasil

penelitian

yang

akan

dicapai

(Nawawi,1998:40).
Dalam penelitian ini ditetapkan kerangka konsep metodologi penelitian
dalam bentuk kelompok variabel sebagai berikut :
1.Variabel bebas ( X )
Adalah varriabel yang menjadi pendahulu atau penyabab dari variabel
lain, atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain ( Y ). Variabel X
dalam penelitian ini adalah sinetron Jomblo. Seperti yang dikatakan
Gerbner, aspek yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu :
a. Attention
Yaitu tahap yang menjelaskan bahwa kita dapat mempelajari sesuatu
bila kita

memperhatikannya dengan seksama. Peristiwa yang

menarik perhatian adalah yang tampak menonjol, terjadi berulang


ulang.

17

Universitas Sumatera Utara

b. Capacity
Yaitu jumblah frekwensi menonton khalayak terhadap sinetron
remaja jomblo. Dalam hal ini peneliti menggolongkan remaja ke
dalam tiga ketegori yaitu :
- Heavy Viewers, remaja yang menonton lebaih dari 4 kali
- Moderate Viewers, remaja yang menonton sebanyak 3 4 kali
- Light Viewers, remaja yang menonton sebanyak 1 2 kali
c. Focussing Strategic
Yaitu cara khalayak menonton sinetro remaja Jomblo, dalam hal ini,
peneliti mengkategorisasikan remaja yang menonton di ruamah,
berdasarkan cara ketika menonton sinetron tersebut seperti sambil
makan, tidur dan duduk

d. Involvement
Yaitu keterlibatan orang lain yang berada disekitar khalayak ketika
menonton sinetron Jomblo seperti dengan orang tua, adik, teman,dll.
2. Variabel Terikat ( Y )
Adalah variabel yang muncul setelah adanya variabel pendahulu atau
variabel bebas ( X ) dan masih mempunyai kaitan gejala dengan Y.
Variabel Y dalam penelitian ini adalah prilaku remaja, yaitu perubahan
prilaku remaja setelah menonton sinetron remaja Jomblo.

18

Universitas Sumatera Utara

3. Variabel Antara ( Z )
Adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat,
yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel Z dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, umur, uang saku dan kelas.
1.7. Model Teoritis
Model teoritis dalam penelitian ini sesuai dengan teori kultivasi, yaitu :
Variabel bebas ( X )
Sinetron remaja jomblo
- attention ( perhatian)
- capacity ( frekwensi)
- focusing strategic
(cara menonton)
- involvement
(keterlibatan orang lain)

Variabel Anteseden ( Z )
- jenis kelamin
- umur
- uang saku
- kelas

Keterangan :
X : Variabel bebas
Y : Variabel terikat
Z : Variabel antara
: Kuat lemahnya hubungan

19

variabel terikat ( Y )
perubahan perilaku
- Mengoleksi vcd /
kaset sinetron jomblo
- Menghafal
/
menyanyikan theme
song
sinetron
jomblo
- Menindentikkan diri
dengan tokoh pemain
yang
ada
dalam
sinetron jomblo

Universitas Sumatera Utara

1.8. Operasional variabel


Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep
dalam

penelitian

maka

berdasarkan

operasionalisasi variabel variabel

kerangka

untuk

konsep

dibuatlah

membentuk kesamaan dan

kesesuaian dalam penelitian yaitu :

Variabel Teoritis
1. Variabel Bebas ( X )

Variabel Operasional
1. Sinetron Jomblo :

Sinetron remaja

a. Figur pemain

jomblo.

b.

Gaya pemain

c.

Kejelasan isi pesan

2. Proses learning dalam teori


Kultivasi
Attention ( perhatian )
Capacity ( frekwensi menonton )
Focusing strategic
(cara menonton ).
Involvement ( keterlibatan orang lain )
2. Variabel Terikat ( Y )
Perubahan prilaku remaja.

1. Prilaku tertutup
a. Efek afektif
- Perasaan yang timbul ketika
menonton sinetron Jomblo.
b. Efek behavioral
- Terjadi proses peniruan dan
timbulnya prilaku prilaku baru.
c. Efek kognitif
2. Prilaku terbuka

20

Universitas Sumatera Utara

Prilaku yang disadari


Prilaku reflektoris
Prilaku di luar pengaruh kehendak
3. Variabel Antara ( Z )
Karakteristik responden

Jenis kelamin
Umur
Uang saku
Kelas

1.9. Defenisi Operasional


Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang
konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel
yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :
1. Variabel bebas ( X )
Learning adalah proses belajar melalui media massa, yang salam
penelitian ini adalah sinetron remaja Jomblo, dimana khalayak
mempelajari sesuatu dan menirunya.
a. Attention, yaitu tahap yang menjelaskan bahwa kita dapat
mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya dengan seksama.
Peristiwa yang menarik perhatian adalah yang tampak menonjol,
terjadi berulang ulang.
b. Capacity, yaitu jumblah frekwensi menonton khalayak terhadap
sinetron remaja jomblo. Dalam hal ini peneliti menggolongkan
remaja ke dalam tiga ketegori yaitu :
- Heavy Viewers, remaja yang menonton lebaih dari 4 kali

21

Universitas Sumatera Utara

- Moderate Viewers, remaja yang menonton sebanyak 3 4 kali


- Light Viewers, remaja yang menonton sebanyak 1 2 kali
c. Focussing strategic, yaitu cara khalayak menonton sinetron remaja
Jomblo, dalam hal ini, peneliti mengkategorisasikan remaja yang
menonton di ruamah, berdasarkan cara ketika menonton sinetron
tersebut.

1. Menonton sambil tiduran


2. Menonton sambil duduk
3. Menonton sambil makan
4. Menonton dengan serius dan tidak mau diganngu
5. Menonton sambil berbicara dengan orang yang disekitarnya
6. Menonton sambil belajar
2. Variabel terikat ( Y )
Perubahan behavioral, yaitu perubahan yang merujuk pada prilaku
nyata yang dapat diamati yang meliputi pola pola tindakan, kegiatan,
atau kebiasaan berprilaku. Dalam penelitian ini akan diamati perubahan
behavioral yang dialami khalayak setelah menonton sinetron Jomblo.
1. Mengoleksi VCD / kaset sinetron remaja Jomblo
2. Menghafal / menyanyikan theme song sinetron remaja Jomblo
3. Mengidentikkan diri dengan tokoh pemain yanng ada dalam
sinetron Jomblo
4. Mengetahui nama asli tokoh pemain dalam sinetron remaja Jomblo.

22

Universitas Sumatera Utara

3. Variabel antara ( Z )
Karakteristik responden merupakan nilai nilai yang dimiliki oleh
individu yang membedakannya dengan individu lain.
1.10. Hipotesa
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 1998 : 67). Hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh sinetron remaja Jomblo
dengan prilaku remaja.
Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh sinetron remaja Jomblo dengan
prilaku remaja
3. Populasi dan sampel
a.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa


sebagai data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian
(Nawawi 1999 : 141).
Dalam penelitian ini populasi adalah Siswa SMU Swasta GBKP
Kabanjahe mulai dari kelas satu sampai dua, tahun ajaran 2006 - 2007.
Adapun alasan bagi peneliti dalam memilih populasi adalah karena
berdasarkan pengamatan penelitian siswa SMU Swasta GBKP Kabanjahe
yang mana mereka lumayan antusias dalam mengikuti sinetron yang

23

Universitas Sumatera Utara

ditayangkan di televisi. Berdasarkan hasil pra penelitian yang diperoleh,


maka jumlah siswa tersebut adalah 300 orang (sumber : bagian tata usaha
SMU Swasta GBKP Kabanjahe TA. 2006-2007).

Tabel 1
Kelas
I

Jumlah
172

II

128

Total

300

Sumber : Bagian Tata Usaha SMU Swasta GBKP Kabanjahe TA. 2006-2007

b.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan

menggunakan cara tertentu (Nawawi 1991 : 144).Sampel dalam penelitian


ini adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa/siswi SMU swasta GBKP
Kabanjahe tahun ajaran 2006 2007.
Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah
sampel digunakan rumus Arikunto, yaitu tingkat populasi besar atau lebih
dari 100 orang maka dapat diambil 10 15 % atau 20 25 %, tetapi jika
kurang dari 100 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel.
(Arikunto, 1998 : 20). Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari
peneliti dalam melakukan penelitian maka diambil sampel 25 % dari jumlah
populasi.
Maka dapat di hitung sebagai berikut :
300 x 25% = 75 orang.

24

Universitas Sumatera Utara

Dari rumus diatas di dapat sampel sebanyak 75 siswa.


Dalam hal ini teknik sampel yang digunakan adalah :
1. Purposive sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yag disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Adapun kriteria yang ditetapkan berdasarkan tujua penelitian :
-

Remaja yang sekolah di SMU swasta GBKP Kabanjahe

Remaja yang telah menonton sinetron Jomblo minimal 3 kali

2. Accidental Sampling
Dimana cara pengambilan sampel dilakukan secara accidental, yaitu
menjadika siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi
kriteria yang ditentukan menjadi sampel atau responden, sampai jumlah
sampel terpenuhi.
c. Teknik Pengumpulan Data
Data dibagi atas dua yaitu :
1. Data Primer
-

Observasi terhadap media, pengamatan secara sistematik


terhadap gejala gejala yang tampak pada objek penelitian

Data pustaka, dilakukan dengan menghimpun data dari buku


buku serta bacaan yang relevan dengan masalah penelitian.

25

Universitas Sumatera Utara

2. Data sekunder
-

Kuesioner, menyebarkan angket pertanyaan secara langsung


kepada responden untuk dijawab secara tertulis.

d. Teknik Analisa Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam tiga
bentuk penyajian yaitu :
1. Analisa tabel tunggal
Suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel variabel
penelitian ke dalam sejumblah frekwensi dan persentase.
2. Analisa tabel silang
Suatu

analisa dan mengetahui apabila variabel

yang satu

mempunyai hubungan dengan variabel yang lain. Da dapat


diketahui apakah antar variabel tersebut positif atau negatif.
e. Uji hipotesa
Cara untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini ditolak atau diterima.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
korelasi Rank Spearman sebagai berikut:
1 - 6 di 2
rs =
n (n 2 - 1)

Untuk membuktikan apakah hipotesa diterima atau ditolak maka


dirumuskan sebagai berikut :

26

Universitas Sumatera Utara

H1 : jika nilai z ( tabel ) < dari nilai z ( hitung ) maka Ho ditolak


H2 : Jika nilai z ( tabel ) > dari nilai z ( hitung ) maka Ho diterima
Dimana nilai z ( tabel ) = z ( 0,05 ); (n-1 )

Dan nilai t ( hitung ) =

Z hitung =

rs
1/ n 1

Keterangan :
z

: nilai t hitung

rs

: nilai koefisien korelasi

: Jumlah sampel
Untuk mengetahui kuat lemahnya korelasi digunakan skala Guilford

sebagai berikut :
Kurang dari 0.20

: Hubungan rendah sekali

0.20 0.40

: Hubungan rendah tapi pasti

0.40 0.70

: Hubungan cukup berarti

0.70 0.90

: Hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0.90

: Hubungan sangat tinggi; kuat sekali dapat diandalkan

Dan untuk melihat tingkat signifikansi hubungan digunakan z tabel


dengan kriteria

z temuan < z tabel, maka hubungan tidak signifikan


z temuan > z tabel, maka hubungan signifikan

27

Anda mungkin juga menyukai