Oleh
Kelompok 8
Intan Ramadhani
1314051023
Ivana Regin S
1314051024
Lintang Harwina
1314051027
Miendira Sefriadi
1314051030
Nila Hidayana
1314051033
Venni Elsa
1314051049
1.1.
Latar Belakang
Salah satu aplikasi pencampuran (mixing) dalam industri adalah proses pengkristalan
gula dalam industri gula. Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di
Indonesia. Proses pembuatan gula pasir atau gula kristal putih pada dasarnya adalah
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsi-prinsip dalam proses pencampuran
(mixing)
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pencampuran dalam
pembentukan kristal gula.
2.1.
Pencampuran (Mixing)
pencampuran
dalam
suatu
industri
sangat
lebih.
Proses
pencampuran
melibatkan
gaya
mekanik
untuk
menyebabkan
terjadinya
distribusi
bahan
secara
acak,
dalam
di
dalam
tangki
pengaduk.
Pada
prosesnya,
pencampuran
merupakan operasi yang jauh lebih rumit analisanya daripada proses pengadukan,
karena saat pencampuran terjadi gaya yang menimbulkan gerakan acak bagi bahanbahan yang akan dicampur sedangkan pengadukan biasanya alirannya berpola
akhirnya
bercampur,
namun
jelas
pula
bahwa
homogenitasnya
berbeda(McCabe, 1999).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu zat dapat dihomogenisasikan dengan
mudah atau tidak adalah sebagai berikut.
1. Viskositas dari zat yang akan dicampur
Zat yang melekat (kental) lebih sulit untuk dicampur daripada zat cair yang
tidak begitu melekat (encer)
2. Ukuran besar bagian-bagian dari zat yang akan dicampur
Hal ini tentu saja hanya penting pada pencampuran zat padat.
Khususnya bila
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata-rata manusia di
Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12-15 kg per tahun. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula. Di
Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari- hari didominasi oleh gula tebu. Gula
kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Penduduk di daerah pedesaan Jawa
tentu sudah sangat kenal dengan tebu ini. Tanaman ini merupakan jenis tanaman
semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali (Landdheer, 1977).
Tebu 100%
Air imbibisi 19-27% Stasiun
gilingan
Ampas 32-33%
Stasiun
ketel
Kondensate 13-18%
Tetes 4-9%
Gula produk 5-8 %
Gambar 1. Proses mixing dalam pembuatan gula kristal
Proses mixing pada pembuatan gula terjadi pada beberapa tahapan,dimulai dari
gilingan kedua. Gilingan kedua terdiri dari ampas gilingan pertama dan ampas dari
DSM Screen, yang kemudian ditambahkan nira imbibisi (N3) atau nira dari hasil
perahan gilingan ketiga, banyak air imbibisi yang diperlukan sebanyak 20 30% dari
berat batang tebu yang digiling. Tujuan dari penambahan nira imbibisi adalah untuk
melarutkan
gula
yang
masih
terkandung
dalam
ampas
dan
kemudian
Pada gilingan keempat, ampas gilingan ketiga yang digunakan sebagai umpan
ditambahkan dengan air imbibisi dan nira imbibisi (N5) atau nira perahan gilingan
kelima. Air imbibisi yaitu air panas dengan suhu 60 70C yang berasal dari air
condesat. Suhu air berkisar 60 70C jika suhunya terlalu tinggi akan melarutkan zat
lilin (peptin) dalam tebu sehingga akan mengganggu proses pemurnian dan
pengendapan, selain itu juga akan menyebabkan selip dalam gilingan, namun jika
suhunya terlalu rendah akan menyebabkan pelarutan yang kurang sempurna dan
kemungkinan masih ada bakteri yang belum mati dalam nira. Penggilingan ini akan
menghasilkan ampas dan nira perahan keempat (N4), nira hasil penggilingan keempat
akan digunakan sebagai nira imbibisi gilingan ketiga, sedangkan ampas dibawa IMC
menuju gilingan kelima .
Pada gilingan kelima, umpan dari gilingan keempat ditambahkan air imbibisi sebagai
air pencuci ampas terakhir dan diharapkan mampu melarutkan nira sebanyak
banyaknya sehingga nira yang terbawa oleh ampas terakhir sedikit. Pada gilingan
kelima ini akan menghasilkan ampas (baggase) dan nira perahan kelima (N5). Nira
hasil penggilingan kelima (N5) digunakan sebagai nira imbibisi gilingan keempat,
sedangkan ampasnya diangkut dengan baggase carrier menuju dapur pembakaran
ketel dan digunakan sebagai bahan bakar ketel.
Nira yang keluar dari badan V akan berbentuk nira kental atau diskap dengan
kekentalan 64% Brix atau 32Be. Nira kental (diksap) yang keluar dari badan IV
selanjutnya dipompa ke bejana sulfitir nira kental dan di dalam bejana sulfitir
ditambahkan gas belerang sampai pH 6,5. Tujuan penambahan gas belerang adalah
untuk memucatkan nira agar nantinya diperoleh gula reduksi yang bermutu bagus dan
putih (Soenardi, 1977).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W.L ,and J.C., Smith. 1999. Operasi Teknik Kimia, edisi
keempat, jilid