Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Eliminasi Fekal
Nama: Putri Syifa Humaira
NPM: 1306377700
Keperawatan Dasar V
1. Jelaskan fisiologi defekasi
Usus Besar
Usus besar memanjang dari katup ileosekum yang membujur antara
usus halus dan usus besar, sampai ke anus. Usus besar atau yang biasa
disebut sebagai kolom pada orang dewasa umumnya mencapai
panjang sekitar 125 sampai 150 cm. terdapat 7 bagian pada kolon
yaitu: sekum, kolon asendens, transversal, dan kolon desendens, kolon
sigmoid, rectum dan anus. Kolom merupana saluran otot yang dilapisi
oleh

membrane

longitudinal,

mukosa.

yang

Serat

otot

memungkinkan

berbentuk
usus

sirkular

membesar

dan

dengan

berkontraksi melebar dan memanjang.


Fungsi utama kolon adalah absorpsi air dan zat gizi, perlindungan
mukosa dinding usus, dan eliminasi fekal. Kandungan dalam isis
kolon biasanya merupakan makanan yang telah dimakan dalam 4 hari
etrakhir, walaupun sebagian besar produk sisa dieksresikan dalam 48
jam setelah ingesti (aktivitas makan). Produk sisa ang meninggalkan
lambung melalui usus halus dan kemudian melewati katup ileosekum
yang disebut kime. Seratus mL cairan dieksresikan didalam feses
Kolon juga berfungsi sebagai perlindungan karena mensekresi lendir.
Lender ini mengandung sejumlah ion bikarbonat. Sekresi ini
distimulasi oleh saraf parasimpatik. Lender berfungsi sebagai
pelindung dinding usus besar dari trauma akibat pembentukan asam di
dalam feses dan berperan sebagai pengikat untuk menyatukan materi
fekal serta melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri.
Kolon berperan untuk mengangkut produk pencernaan disepanjang
lumennya, yang pada akhirnya dieliminasi melalui saluran anus.
Produknya adalah flatus dan feses. Falut terdiri dari udara dan

pencernaan karbohidrat.

Didalam usus besar, terdapat 3 tipe

pergerakan yang terjaid yaitu, haustral churning, peristalsis dan


peristalsis massa. Haustral churign adalah pergerakan kime ke
belakang dan ke depan di dalam haustra (kantung usus besar).
Peristalsis adalah pergerakan menyerupai gelombang yang dihasilkan
oleh serat otot sirkular dan longitudinal pada dinding usus dan
mendorong isis usus kedepan. Peristalsis massa melibatkan gelombang
kontraksi otot yang kuat sehingga menggerakan sebagian besar area

kolon (Berman & Snyder, 2012)


Rektum dan Saluran Anus
Rektum pada orang dewasa memiliki panjang sekitar 10-15 cm,
panjang bagian paling distal 2,5-5 cm adalah saluran anus. Setiap
lipatan vertical didalam rectum berisi sebuah bena dan sebuah arteri.
Lipatan tersebut membantu menahan feses didalam rectum. Saluran
anus diikat oleh otot stingfer internal dan eksternal. Stingfer internal
berada dibawah control involunteer dan eksternal normalnya
dipersarafi oleh saraf otonom, yaitu oleh saraf somatik (Berman &

Snyder, 2012)
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal dan pola
defekasi
a. Diet
Bagian massa (selulosa, serat) yang cukup di dalam diet diperlukan
untuk memberikan volume pada feses. Orang yang makan pada waktu
yang sama setiap harinya memiliki respons fisiologis dengan waktu
yang teratur terhadap asupan makanan di dalam kolon. Makanan pedas
dapat menyebabkan diare dan flatus bagi beberapa orang. Diet lunak
dan diet rendah serat dapat menyebabkan refleks defekasi berkurang.
Makanan tertentu sulit atau tidak mungkin untuk dicerna oleh
beberapa

orang.

Ketidakmampuan

ini

menyebabkan

masalah

pencernaan dan, dalam beberapa keadaan, dapat menghasilkan feses


yang encer. Pola makan yang tidak teratur juga dapat menyebabkan
ketidakteraturan pola defekasi. Individu yang jadwal makannya sama

setiap hari biasanya memiliki respons fisiologis yang waktunya teratur


terhadap asupan makanan dan memiliki pola aktivitas peristaltik yang
teratur di dalam kolon.
Gula berlebih juga dapat menyebabkan diare. Makanan lain yang
dapat memengaruhi eliminasi fekal meliputi:
makanan penghasil gas, seperti kubis, bawang merah, kembang

kol, pisang, dan apel


makanan penghasil laksatif, seperti kulit gandum, buah prem,

ara, cokelat, dan alkohol


makanan penghasil konstipasi, seperti keju, pasta, telur, dan
daging tanpa lemak.

b. Cairan
eliminasi yang sehat membutuhkan cairan sebanyak 2000-3000 ml.
Jika asupan cairan tidak adekuat maka tubuh akan mereabsorpsi isi
kolon, feses menjadi keras dan eliminasi lambat. Jika gerakan
peristaltik meningkat, waktu absorbsi berkurang, fesespun akan
menjadi lunak dan encer (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
c. Aktivitas
Aktivitas akan menstimulasi peristaltik sehingga memfasilitasi
pergerakan makanan yang diproses di sepanjang kolon. Otot abdomen
dan pelvis yang lemah tidak efektif meningkatkan tekanan intra
abdomen selama defekasi atau dalam mengontrol defekasi (Kozier,
ERB, Berman, & Synder, 2010)
d. Faktor psikologis
Aktivitas peristaltik meningkat pada beberapa orang yang mengalami
cemas, marah dll. Hal ini dapat menimbulkan diare. Orang yang
depresi dapat menurunkan motilitas usus sehingga menyebabkan
konstipasi (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010). Penyakit tertentu
yang mengakibatkan diare berat, seperti kolitis ulseratif, mungkin
memiliki komponen psikologis. Aktivitas peristaltik meningkat pada

beberapa orang yang mengalami cemas atau marah dan dapat


menimbulkan diare. Orang yang depresi dapat mengalami penurunan
motilitas usus, yang mengakibatkan konstipasi. Respons seseorang
terhadap keadaan emosional ini adalah hasil dari perbedaan individu
dalam respons sistem saraf enterik terhadap stimulasi vagal dari otak.
e. Posisi
Defekasi normal difasilitasi oleh fleksi paha, yang meningkatkan
tekanan di dalam abdomen, dan posisi duduk atau jongkok, yang
meningkatkan tekanan kebawah pada rektum. Klien tirah baring
mungkin harus menggunakan bedpan.
f. Kebiasaan defekasi
Pelatihan defekasi sejak dini dapat membentuk kebiasaan defekasi
pada waktu teratur. Banyak orang yang melakukan defekasi setelah
sarapan, saat refleks gastrokolik menyebabkan gelombang peristaltik
massa di kolon. Apabila seseorang mengabaikan desakan untuk
melakukan defekasi ini, air terus-menerus di reabsorpsi, menjadikan
feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Apabila terbiasa diabaikan,
keinginan defekasi pada akhirnya akan menghilang. Orang dewasa
dapat mengabaikan refleks ini karena tekanan waktu atau kerja. Klien
yang dirawat inap dapat menekan keinginan defekasi karena rasa malu
menggunakan pispot, kurang privasi, atau karena defekasi sangat tidak
nyaman.
g. Pengobatan
Beberapa obat dapat menyebabkan diare; obat lainnya, seperti morfin
dan kodein dapat menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara
langsung memengaruhi proses eliminasi. Laksatif adalah obat yang
menstimulasi aktivitas kolon sehingga membantu eliminasi feses.
Terdapat

beberapa

obat

yang

melunakkan

feses,

sehingga

memfasilitasi defekasi. Beberapa obat ada yang menekan aktivitas


peristaltik dan terkadang digunakan untuk mengatasi diare. Beberapa
obat juga memengaruhi tampilan feses. Setiap obat yang menyebabkan
perdarahan pencernaan (misalnya produk aspirin) dapat menyebabkan

feses berwarna merah atau hitam. Garam zat besi menyebabkan feses
berwarna

hitam

karena

oksidasi

zat

besi;

antibiotik

dapat

menyebabkan warna abu-abu hijau; dan antasid dapat menyebabkan


warna keputihan atau bercak putih di dalam feses. Pepto Bismol,
sebuah obat yang biasa dijual bebas, menyebabkan feses berwarna
hitam.
h. Anestesi dan pembedahan
Anestesi menyebabkan berhenti atau menurunnya pergerakan kolon
normal dengan menghambat stimulasi parasimpatis. Sedangkan
pembedahan usus dapat mengakibatkan terhentinya gerakan usus
untuk sementara.
i. Nyeri
Klien yang mengalami ketidaknyamanan saat defekasi (misalnya
setelah pembedahan hemoroid) sering kali menekan keinginan
defekasinya untuk menghindari nyeri. Akibatnya, klien tersebut dapat
mengalami konstipasi. Klien yang meminum analgesik narkotik untuk
mengurangi nyeri dapat juga mengalami konstipasi sebagai efek
samping obat tersebut.
j. Kehamilan
Ibu hamil sering mengedan saat defekasi atau melahirkan akan
menyebabkan pembentukan hemoroid permanen (Potter & Perry,
2009).
k. Kondisi patologis
Cedera medula spinalis

dan cedera kepala, misalnya

dapat

menurunkan stimulasi sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas


dapat membatasi kemampuan klien untuk berespons terhadap
keinginan defekasi jika klien tidak mampu mencapai toilet atau
memanggil bantuan. Akibatnya, klien dapat mengalami konstipasi.
Atau klien dapat mengalami inkontenensia fekal karena buruknya
fungsi sfingter anal.
l. Prosedur diagnostik
Sebelum prosedur diagnostik tertentu, seperti visualisasi kolon
(kolonoskopi atau sigmoidoskopi), klien dilarang mengonsumsi

makanan atau minuman. Bilas enema dapat juga dilakukan pada klien
sebelum pemeriksaan. Dalam kondisi ini, defekasi normal biasanya
tidak akan terjadi sampai klien mengonsumsi makanan kembali.
3. Jelaskan perbedaan karakteristik feses normal dan abnormal serta
kemungkinan penyebab ketidak normalan feses
Pengkajian laboratorium dan diagnostik perbedaan karakteristik feses normal
dan abnormal (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
Karakteristik
Warna

Normal
Orang dewasa: Coklat
Bayi: kuning

Konsistensi

Memiliki
lunak,
lembab

Bentuk

Silindris
yang
berdiameter sekitar 2,5
cm pada orang deawasa

Jumlah

Bervariasi sesuai diet


(sekitar 100-400 g/hari)

Bau

Berbau:
dipengaruhi
makanan dan flora
bakteri
Sejumlah kecil bagian
makanan kasar yang
tidak tercerna, massa
bakteri yang mati dan
sel-sel epitel, lemak,
protein, unsur kering

Unsur Pokok

bentuk,
semipadat,

Abnormal
Kemungkinan Penyebab
Seperti tanah liat Tidak terdapat pigmen empedu
atau putih
(obstruksi empedu): pemeriksaan
diagnostik
dengan
menggunakan
barium.
Hitam
Obat, perdarahan dari saluran cerna
atas, diet
Merah
Perdarahan dari saluran cerna bawah,
beberapa makanan
Pucat
Malabsorpsi lemak, diet tinggi susu
dan produk susu serta rendah daging
Infeksi usus
Orange atau hijau
Keras, kering
Dehidrasi, menurunnya mobilitas usus
akibat diet rendah serat, kurang
olahraga, kesedihan
Mobilitas usus meningkat
Diare
Feses
pendek, Obstruksi rektum
berbentuk seperti
pensil
atau
menyerupai
benang

Tajam

Infeksi, darah

Pus
Mucus
Parasite
Darah
Lemak
dalam
jumlah besar

Infeksi bakteri
Kondisi inflamasi
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorpsi

dari cairan lambung.

Terdapat
asing

benda Tertelan secara tidak sengaja

4. Jelaskan masalah-masalah eliminasi fekal


Konstipasi
o Konstipasi merupakan sebuah gejala, bukan penyakit. Diet yang tidak
tepat, penurunan intake cairan, kurang olahraga, dan obat-obatan
tertentu juga dapat mengakibatkan konstipasi. Tanda-tanda dari
konstipasi biasanya berupa pola buang air besar yang tidak teratur
(kurang dari 3 hari sekali), sulit mengeluarkan feses, mengedan
berlebihan, dan feses yang keras. (Eberhardie, 2003 dalam
Potter&Perry, 2009). Ketika motilitas intestinal lambat, feses berada di
dinding intestinal dalam waktu lama dan air feses terabsorpsi. Hanya
tersisa sedikit cairan dalam feses. Feses menjadi kering dan keras
membuat rektum nyeri. (Stressman, 2003 dalam Potter&Perry, 2009).
o Secara umum penyebab konstipasi antara lain :
Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan

dorongan untuk defekasi


Penyakit kronis
Makanan rendah serat tinggi lemak hewan (daging, produk

telur), intake cairan yang rendah dan peristaltik lambat


Kecemasan, depresi dan gangguan kognitif.
Tirah baring atau kurangnya olahraga
Penyalahgunaan laksatif
Melambatnya peristaltik pada orang tua, kehilangan elastisitas

otot abdomen, menurunnya sekresi mukus intestinal


Kondisi neurologi yang menghalangi impuls ke kolon (injuri

tulang belakang, tumor)


Penyakit organ seperti

hipokalemia
Pengobatan

antikolinergik,

hipotiroidisme,

hipokalsemia,

antidepresan,

antihistamin,

antihipertensi, antasid, diuretik, antasid, dll.

Diare

o Peningkatan kadar tinja, pengeluaran cairan dan feses yang tidak


berbentuk. Hal ini berhubungan dengan.gangguan pencernaan,
absorpsi, dan sekresi pada gastrointestinal. Bakal tinja melalui
intestinal untuk diabsorpsi cairan dan nutriennya terlalu cepat. Iritasi
pada kolon menghasilkan peningkatan sekresi mukus, sebagai hasilnya
feses menjadi encer dan keinginan defekasi tidak terkontrol.
(Potter&Perry, 2009)
o Secara umum penyebab diare antara lain :
Penggunaan antibiotik merubah flora normal pada saluran

gastrointestinal
Alergi makanan dan intoleransi meningkatkan peristaltik
Pembedahan atau tes diagnostik pada gastrointestinal bawah
Agen diare clostridium difficile yang diperoleh dari antibiotik,
kemoterapi, pembedahan yang mengganggu flora normal dan
menyebabkan pertumbuhan klostridium. Selain itu hygiene

tangan juga mempengaruhi dalam transmisi klostridium.


Makanan yang dapat menularkan patogen karena higinietasnya
yang buruk.

Impaksi Fekal
Merupakan suatu massa atau pengumpulan feses yang keras didalam lipatan
rectum. Impaksi terjadi akibat adanya retensi dan akumulasi materi fekal yang
berkepanjangan. Impaksi berat menyebabkan feses terakumulasi dan meluas
sampai ke kolon sigmoid dan sekitanya. Impaksi dapat dilihat dengan
keluarnya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ada feses normal. Impaksi
dapat dikaji dengan pemeriksaan rectum menggunakan jari tangan, yang
sering kali dapat mempalpasi massa yang keras. Gejala impaksi meliputi
keinginan yang sering namun bukan keinginan yang produktif untuk
melakukan defekasi dan sering mengalami nyeri rektal.
Penyebab inmapksi fekal biasanya adalah kebiasan defekasi yang buruk dan
konstipasi. Penggunaan barium dalam pemeriksaan radiologi pada saluran
pencernaan atas dan bawah dapat menjadi penyebab impaksi juga. Jika
dicurigai adanya impaksi fekal, klien sering kali diberikan suatu minyak

enema retensi, lalu diberikan enema pembersih pada 2 sapai 4 jam kemudian,
dan enema pembersih tambahan setiap hari, supositoria atau pelunak feses

setiap hari (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)


Inkontinensia fekal
o Merupakan ketidakmampuan untuk mengontrol pengeluaran feses dan
gas dari anus. Kondisi fisik pada gangguan fungsi sfingter anal
menyebabkan inkontinensia. Inkontinensia terjadi pada berbagai
macam keadaan. Kondisi yang dapat menyebabkan frekuensi,
pelepasan, volume yang banyak, tinja yang encer.(penyebab diare)
juga

dapat

menjadi

faktor

predisposisi

pada

inkontinensia.

(Potter&Perry, 2009)
Flatulens
Flatulens adalah keberaadaan faltus yang berlebihan di usus dan menyebabkan
peregangan dan inflasi usus (distensi usus). Flatulens terjadi dikolon abibat
beragam penyebab seperti makanan (mis. Kol, bawang merah), bedah
abdomen atau narkotik. Apabila gas dikeluarkan dengan meningkatkan
aktivitas kolos sebelum gas tersebut dapat diabsorbsi, gas dapat dikeluarkan

melalui anus.
Sumber flatus adalah:
Kerja bakteria dalam kime di usus besar
Udara yang tertelan
Gas yang berdifusi di antara aliran darah dan usus
5. Jelaskan pengkajian keperawatan untuk masalah eliminasi fekal
a. Anamnesis
Durasi konstipasi, pola eliminasi sekarang dan yang lalu, perkiraan
pasien tentang eliminasi usus normal, gaya idup dan pekerjaan.
Riwayat penggunaan obat dan riwayat medis
Kaji adanya hal-hal berikut : rasa penuh atau tekanan pada rektum,
nyeri abdomen, mengejan saat defekasi, diare encer dan flatus.
b. Pengkajian Fisik (Diane Baughman, 2000 dalam Asmadi 2008)
1. Inspeksi abdomen dan feses
Amati bentuk abdomen (membusung atau datar) klien dan amati pada
daerah mana yang tidak normal, normalnya abdomen tidak terlihat
terlalu menonjol. Selain abdomen, amati juga warna, bentuk, bau,
konsistensi, ukuran dan komponen dari feses klien.

2. Auskultasi abdomen
Untuk mengetahui peristaltik usus atau bising usus (bunyi dan
karakternya) menggunakan stetoskop. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltik yang panjang
dan

keras

disebut

Borborygmi

biasanya

terjadi

pada

klien

gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus


paralitik.

3. Palpasi abdomen
Meletakan tangan di abdomen klien dengan tujuan mengetahui adanya
massa dan respon nyeri tekan saat disentuh, serta mengethui posisi
organ dalam abdomen.
4. Perkusi abdomen
Ketuk daerah abdomen klien untuk memperkirakan adan ya udara
pada lambung dan usus, serta mendengarkan atau mendeteksi adanya
gas, cairan atau massa dalam perut
5. Inspeksi area perianal
Amati area perianal klien untuk mengetahui apakah terdapat hemoroid,
fisura atau iritasi kulit.
6. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dalam mengkaji masalah-masalah
eliminasi fekal dan implikasi keperawatannya
Tes diagnostik (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
Spesimen feses
Tes yang bertujuan untuk melihat karakteristik feses klien. Karakteristik
feses normal dan abnormal dapat dilihat pada tabel sebelumnya.
Tes Guaiak (Darah Samar)
Bertujuan untuk menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses.
Jika ada lebih dari 50 ml dari gastrointestinal atas dapat disebut melena
(darah dalam feses). Tes ini membantu melihat darah yang tidak terdeteksi
secara visual dan adanya gangguan yang menyebabkan perdarahan,
misalnya tumor, inflamasi maupun ulserasi.
Endoskopi fiberoptik merupakan instrumen optik dengan lensa pengamat
digunakan untuk visualisasi esofagus, lambung dan duodenum. Melalui

pengambil

spesimen

jaringan,

mengangkat

pertumbuhan

jaringan

abnormal, dan sumber-sumber darah samar dari pendarahan. Sigmoidoskop


digunakan untuk visualisasi anus, rektum, dan kolon sigmoid. Protoskop
digunakan untuk visualisasi anus dan rektum.
Enema yaitu pemeriksaan sinar x dimana klien menelan media kontras
seperti barium. Kemudian dilakukan pemeriksaan media kontras pada GI
bagian atas menggunakan sinar x. Maka akan bisa dilihat adanya ulserasi,
inflamasi, tumor, atau adanya keabnormalan pada letak posisi organ.
Kemudian tes dilanjutkan ke GI bagian bawah.
Implikasi keperawatan dalam tes diagnostik eliminasi fekal antara lain adalah:
o Memberitahu klien untuk berpuasa setengah malam sebelum
pemeriksaan diagnostic dilakukan
o Mengkaji riwayat medis klien yang berupa perdarahan atau gangguan
saluran GI
o Memeprsiapkan peralatan dan suplie yang dibutuhkan:
Lap tisu
Suplai tes darah samar
Preparat darah samar
Aplikator
Larutan developer darah samar
Sarung tangan
o Menjelaskan tujuan tes pada klien dan meminta ketersediaan klien
o
o
o
o

untuk bekerja sama dengan baik saat pelaksanaan tes diagnostic


Mengambil specimen feses yang tidak terkontaminasi
Memastikan keakuratan hasil pemeriksaan diagnostic setiap klien
Menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan pada klien
Meletakkan specimen didalam wadah yang diberi label dengan benar
dan ditutup secara rapat

Referensi
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta : Salemba Medika
Baughman, Diane C., dan JoAnn C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. (Alih bahasa: Yasmin Asih)

Berman, A., & Snyder, S. (2012). Kozier & ERB'S Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice, 9th Edition. New Jersey: Pearson Education
Inc.
Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Synder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai