Eliminasi Fekal
Nama: Putri Syifa Humaira
NPM: 1306377700
Keperawatan Dasar V
1. Jelaskan fisiologi defekasi
Usus Besar
Usus besar memanjang dari katup ileosekum yang membujur antara
usus halus dan usus besar, sampai ke anus. Usus besar atau yang biasa
disebut sebagai kolom pada orang dewasa umumnya mencapai
panjang sekitar 125 sampai 150 cm. terdapat 7 bagian pada kolon
yaitu: sekum, kolon asendens, transversal, dan kolon desendens, kolon
sigmoid, rectum dan anus. Kolom merupana saluran otot yang dilapisi
oleh
membrane
longitudinal,
mukosa.
yang
Serat
otot
memungkinkan
berbentuk
usus
sirkular
membesar
dan
dengan
pencernaan karbohidrat.
Snyder, 2012)
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal dan pola
defekasi
a. Diet
Bagian massa (selulosa, serat) yang cukup di dalam diet diperlukan
untuk memberikan volume pada feses. Orang yang makan pada waktu
yang sama setiap harinya memiliki respons fisiologis dengan waktu
yang teratur terhadap asupan makanan di dalam kolon. Makanan pedas
dapat menyebabkan diare dan flatus bagi beberapa orang. Diet lunak
dan diet rendah serat dapat menyebabkan refleks defekasi berkurang.
Makanan tertentu sulit atau tidak mungkin untuk dicerna oleh
beberapa
orang.
Ketidakmampuan
ini
menyebabkan
masalah
b. Cairan
eliminasi yang sehat membutuhkan cairan sebanyak 2000-3000 ml.
Jika asupan cairan tidak adekuat maka tubuh akan mereabsorpsi isi
kolon, feses menjadi keras dan eliminasi lambat. Jika gerakan
peristaltik meningkat, waktu absorbsi berkurang, fesespun akan
menjadi lunak dan encer (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
c. Aktivitas
Aktivitas akan menstimulasi peristaltik sehingga memfasilitasi
pergerakan makanan yang diproses di sepanjang kolon. Otot abdomen
dan pelvis yang lemah tidak efektif meningkatkan tekanan intra
abdomen selama defekasi atau dalam mengontrol defekasi (Kozier,
ERB, Berman, & Synder, 2010)
d. Faktor psikologis
Aktivitas peristaltik meningkat pada beberapa orang yang mengalami
cemas, marah dll. Hal ini dapat menimbulkan diare. Orang yang
depresi dapat menurunkan motilitas usus sehingga menyebabkan
konstipasi (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010). Penyakit tertentu
yang mengakibatkan diare berat, seperti kolitis ulseratif, mungkin
memiliki komponen psikologis. Aktivitas peristaltik meningkat pada
beberapa
obat
yang
melunakkan
feses,
sehingga
feses berwarna merah atau hitam. Garam zat besi menyebabkan feses
berwarna
hitam
karena
oksidasi
zat
besi;
antibiotik
dapat
dapat
makanan atau minuman. Bilas enema dapat juga dilakukan pada klien
sebelum pemeriksaan. Dalam kondisi ini, defekasi normal biasanya
tidak akan terjadi sampai klien mengonsumsi makanan kembali.
3. Jelaskan perbedaan karakteristik feses normal dan abnormal serta
kemungkinan penyebab ketidak normalan feses
Pengkajian laboratorium dan diagnostik perbedaan karakteristik feses normal
dan abnormal (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
Karakteristik
Warna
Normal
Orang dewasa: Coklat
Bayi: kuning
Konsistensi
Memiliki
lunak,
lembab
Bentuk
Silindris
yang
berdiameter sekitar 2,5
cm pada orang deawasa
Jumlah
Bau
Berbau:
dipengaruhi
makanan dan flora
bakteri
Sejumlah kecil bagian
makanan kasar yang
tidak tercerna, massa
bakteri yang mati dan
sel-sel epitel, lemak,
protein, unsur kering
Unsur Pokok
bentuk,
semipadat,
Abnormal
Kemungkinan Penyebab
Seperti tanah liat Tidak terdapat pigmen empedu
atau putih
(obstruksi empedu): pemeriksaan
diagnostik
dengan
menggunakan
barium.
Hitam
Obat, perdarahan dari saluran cerna
atas, diet
Merah
Perdarahan dari saluran cerna bawah,
beberapa makanan
Pucat
Malabsorpsi lemak, diet tinggi susu
dan produk susu serta rendah daging
Infeksi usus
Orange atau hijau
Keras, kering
Dehidrasi, menurunnya mobilitas usus
akibat diet rendah serat, kurang
olahraga, kesedihan
Mobilitas usus meningkat
Diare
Feses
pendek, Obstruksi rektum
berbentuk seperti
pensil
atau
menyerupai
benang
Tajam
Infeksi, darah
Pus
Mucus
Parasite
Darah
Lemak
dalam
jumlah besar
Infeksi bakteri
Kondisi inflamasi
Perdarahan gastrointestinal
Malabsorpsi
Terdapat
asing
hipokalemia
Pengobatan
antikolinergik,
hipotiroidisme,
hipokalsemia,
antidepresan,
antihistamin,
Diare
gastrointestinal
Alergi makanan dan intoleransi meningkatkan peristaltik
Pembedahan atau tes diagnostik pada gastrointestinal bawah
Agen diare clostridium difficile yang diperoleh dari antibiotik,
kemoterapi, pembedahan yang mengganggu flora normal dan
menyebabkan pertumbuhan klostridium. Selain itu hygiene
Impaksi Fekal
Merupakan suatu massa atau pengumpulan feses yang keras didalam lipatan
rectum. Impaksi terjadi akibat adanya retensi dan akumulasi materi fekal yang
berkepanjangan. Impaksi berat menyebabkan feses terakumulasi dan meluas
sampai ke kolon sigmoid dan sekitanya. Impaksi dapat dilihat dengan
keluarnya rembesan cairan fekal (diare) dan tidak ada feses normal. Impaksi
dapat dikaji dengan pemeriksaan rectum menggunakan jari tangan, yang
sering kali dapat mempalpasi massa yang keras. Gejala impaksi meliputi
keinginan yang sering namun bukan keinginan yang produktif untuk
melakukan defekasi dan sering mengalami nyeri rektal.
Penyebab inmapksi fekal biasanya adalah kebiasan defekasi yang buruk dan
konstipasi. Penggunaan barium dalam pemeriksaan radiologi pada saluran
pencernaan atas dan bawah dapat menjadi penyebab impaksi juga. Jika
dicurigai adanya impaksi fekal, klien sering kali diberikan suatu minyak
enema retensi, lalu diberikan enema pembersih pada 2 sapai 4 jam kemudian,
dan enema pembersih tambahan setiap hari, supositoria atau pelunak feses
dapat
menjadi
faktor
predisposisi
pada
inkontinensia.
(Potter&Perry, 2009)
Flatulens
Flatulens adalah keberaadaan faltus yang berlebihan di usus dan menyebabkan
peregangan dan inflasi usus (distensi usus). Flatulens terjadi dikolon abibat
beragam penyebab seperti makanan (mis. Kol, bawang merah), bedah
abdomen atau narkotik. Apabila gas dikeluarkan dengan meningkatkan
aktivitas kolos sebelum gas tersebut dapat diabsorbsi, gas dapat dikeluarkan
melalui anus.
Sumber flatus adalah:
Kerja bakteria dalam kime di usus besar
Udara yang tertelan
Gas yang berdifusi di antara aliran darah dan usus
5. Jelaskan pengkajian keperawatan untuk masalah eliminasi fekal
a. Anamnesis
Durasi konstipasi, pola eliminasi sekarang dan yang lalu, perkiraan
pasien tentang eliminasi usus normal, gaya idup dan pekerjaan.
Riwayat penggunaan obat dan riwayat medis
Kaji adanya hal-hal berikut : rasa penuh atau tekanan pada rektum,
nyeri abdomen, mengejan saat defekasi, diare encer dan flatus.
b. Pengkajian Fisik (Diane Baughman, 2000 dalam Asmadi 2008)
1. Inspeksi abdomen dan feses
Amati bentuk abdomen (membusung atau datar) klien dan amati pada
daerah mana yang tidak normal, normalnya abdomen tidak terlihat
terlalu menonjol. Selain abdomen, amati juga warna, bentuk, bau,
konsistensi, ukuran dan komponen dari feses klien.
2. Auskultasi abdomen
Untuk mengetahui peristaltik usus atau bising usus (bunyi dan
karakternya) menggunakan stetoskop. Catat frekuensinya dalam satu
menit, normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltik yang panjang
dan
keras
disebut
Borborygmi
biasanya
terjadi
pada
klien
3. Palpasi abdomen
Meletakan tangan di abdomen klien dengan tujuan mengetahui adanya
massa dan respon nyeri tekan saat disentuh, serta mengethui posisi
organ dalam abdomen.
4. Perkusi abdomen
Ketuk daerah abdomen klien untuk memperkirakan adan ya udara
pada lambung dan usus, serta mendengarkan atau mendeteksi adanya
gas, cairan atau massa dalam perut
5. Inspeksi area perianal
Amati area perianal klien untuk mengetahui apakah terdapat hemoroid,
fisura atau iritasi kulit.
6. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dalam mengkaji masalah-masalah
eliminasi fekal dan implikasi keperawatannya
Tes diagnostik (Kozier, ERB, Berman, & Synder, 2010)
Spesimen feses
Tes yang bertujuan untuk melihat karakteristik feses klien. Karakteristik
feses normal dan abnormal dapat dilihat pada tabel sebelumnya.
Tes Guaiak (Darah Samar)
Bertujuan untuk menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses.
Jika ada lebih dari 50 ml dari gastrointestinal atas dapat disebut melena
(darah dalam feses). Tes ini membantu melihat darah yang tidak terdeteksi
secara visual dan adanya gangguan yang menyebabkan perdarahan,
misalnya tumor, inflamasi maupun ulserasi.
Endoskopi fiberoptik merupakan instrumen optik dengan lensa pengamat
digunakan untuk visualisasi esofagus, lambung dan duodenum. Melalui
pengambil
spesimen
jaringan,
mengangkat
pertumbuhan
jaringan
Referensi
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta : Salemba Medika
Baughman, Diane C., dan JoAnn C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. (Alih bahasa: Yasmin Asih)
Berman, A., & Snyder, S. (2012). Kozier & ERB'S Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice, 9th Edition. New Jersey: Pearson Education
Inc.
Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Synder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.