Anda di halaman 1dari 13

Conjungtivitis bacterialis..

PENDAHULUAN 1-4
Seorang laki-laki usia 24 tahun, dating kepada dokter umum dengan keluhan kedua matanya
merah, keluhan tersebut dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan mata merah disertai dengan
keluar air mata dan kotoran mata berwarna kining, gatal dan rasa seperti berpasir. Kelihan tidak
disertai pandangan berburam. Sudah diobati dengan obat-obatan warung tetapi keluhan tidak
berkurang. Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
Status oftalmologi palpebra ODS:edema,s pasme,
Kunjungtiva bulbi ODS:hiperemis, injeksi konjungitva, secret (+) kuning, kornea jernih.

Bacterial conjunctivitis
Konjungtiva merupakan selaput yang tipis, translucent ,dan juga lapisan tisu yang elastic
bulbar pada garisan konjungtiva mengelilingi bola mata sementara palpebra melapisi bagian
dalam kelopak mata. Bagian dalam konjungtiva terdiri sclera, episklera dan lapisan tisu uveal.

Conjungtivitis bacterialis..

Berdasarkan kasus diatas, hipotesis untuk penyakit yang diderita oleh laki-laki tersebut
ialah konjungtivitis akut.konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau selaput lender yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti konjungtivitis gonokok,virus. Klamidia,
alergi, toksik dan molluscum contagiosum. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtiva dapat
berupa hiperemi konjungtiva bulbi( injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang
lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel, membrane, pseudomembran, granulasi , flikten, mata terasa seperti adanya benda asing
dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitia akibat virus berupa
terbentuknya folikel pada konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
Istilah klinis mata merah diaplikasi untuk pelbagai infeksi dan inflamasi ocular pada
proses penyakit yang melibatkan 1 atau lebih lapisan tisu pada mata. Mata merah masalah paling
sering terjadi . istilah konjungtivitis pula mempresentasikan radang pada selaput konjungtiva.
Inflamasi dapat hiperakut, akut atau kronik yang terjadi akibat sumber infeksi atau noninfeksi.
Konjungtivitis merupakan penyebab tersering mata merah.
Konjungtivitis sering disebabkan infeksi bacterial atau viral. Penularan melalui seksual
seperti pada infeksi yang disebabkan kuman chlamydial dan gonorrhea jarang terjadi.
Walaubagaimanapum, infeksi ini menjadi berleluasa dan berbahaya serta perlu diambil kira
karena berhubungan dengan sistemik, ocular dan terdapat implikasi pada masalah social.
Konjungtivitis alergi merupakan major penyebab konjungtivitis kronik. Blepharitis, mata
kering dan penggunakan lama pengobatan mata, kontak lensa menyebabkan juga inflamasi
kronik konjungtivitis.
ANAMNESIS1
Kebanyakan kasus konjungtivitis bakterialis berlaku pada individu yang sehat. Maka
riwayat yang perlu diambil kira dalam melakuakn anamnesis ialah :
Usia mengambil peran karena dari usia kita dapat mengetahui tahap kekuatan system pertahanan
tubuhnya sebagai contoh orang tua lebih mudah terkena infeksi traktur urinarius dan traktur
respiratorius. Maka dengan ini kita dapat mengetahui sumber infeksi dan tipe bacterial yang

Conjungtivitis bacterialis..

menginfeksi. Untuk pasien yang lebih muda atau sexual active mungkin kita boleh fikirkan
penyakit veneral seperti infeksi Neisseria Ghonorhea. Dengan ini kultur bacterial sepeti Thayermartin dan agar coklat diperlukan untuk mendiagnosis pasti lagi tipe kuman yang terinfeksi.
Factor lain ialah durasi infeksi dan riwayat pengambilan obat. Biasanya gejala akan timbul
setelah beberapa hari dan minggu terinfeksi. Riwayat riwayat lain yang perlu diambil kira ialah,
riwayat penyakit sistemik, jenis pekerjaan, alergi terhadap obat-obatan, pemakaian kemoterapi
dan kontaminasi kontak lensa.
PEMERIKSAAN FISIK1.
Pemeriksaan fisik yang perlu dievaluasi adalah seperti berikut:
Injeksi konjungtiva mungkin terpresentasi dalam bentuk segmen atau difus. bentuk konjungtiva
palpebral mungkin menunjukkan tanda-tanda etiologi radang. Dengan menggunakan slit lamp
biomicroscopy inflamasi pada konjungtiva daar diklasifikasikan secara folikular atau papilari.
Bentuk folikular mempunyai pembuluh darah yang mengelilingi lesi yang terevalasi. Biasanya
radang ini disebabkan virus dan chlamydial. Manakala radang yang disebabkan bakteri atau
reaksi alergi biasanya pembuluh darah berasal dari central lesi tersebut. Konjungtivitis yang
disebabkan bakteri lebih purulen berbanding viral yang lebih serosa. Selain itu edema ringan
pada palpebra sering dijumpai pada infeksi bakteri. Untuk edema palpebra yang berat dapat
dijumpai pada infeksi N. gonorrhea. Konjungtivitis bakterialis jarang menyebabkan pandangan
buram dan pupil juga bereaksi normal. Mata yang merah harus difikirkan sekiranya terdapat
glaucoma atau iritis posterior synechiae.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM 2.
Kerukan konjungtiva dan kultur sering dilakukan untuk memastikan keputusan laboratorium
yang tepat.kultur yang lengkap dapat dilakukan pada viral, chlamydial dan agen bakteri.untuk N.
gonorrhoeae memerlukan prosedur yang spesifik karena kuman kuman ini infeksius. Kultur
jamur jarang dilakukan kecuali terdapat kasus-lasus yang berkaitan degan ulcus corneal yang
disebabkan pemakaian lensa kontak. Kerukan konjungtiva dilakukan dengan menggunakan
anestetik topila; dam spatula platinum tumpul. Gram stain sangat berguna untuk mengidentifikasi
karakteristik kuman terutamanya chlamydial. Dengan ini proses inflamasi merupakan reaksi

Conjungtivitis bacterialis..

reflek respons selular. Limfosit yang predominasi pada infeksi viral, neutrofil predominasi pada
infeksi bacterial dan eosinofil predominasi pada reaksi alergi.

DIAGNOSIS KERJA1-4
Diagnosis kerja untuk kasus ini konjungtivitis bakterialis.
Bacterial Conjunctivitis 3
Hyperacute Bacterial Conjunctivitis
Hyperacute bacterial conjunctivitis merupakan infeksi berat yang memerlukan rawatan dan
pengurusan yang cekap dan cepat. Infeksi ini mempunyai onset yang mendadak dan progresif
dengan ditandai sekret kuning kehijauan yang purulen sehingga apabila dibersihkan tetap
berakumulasi semula. Antara manifestasi klinisnya ialah, kemerahan, iritasi, sakit apabila
dipalpasi, ditandai injeksi konjungtiva, kemosis, edema palpebra dan preaurikular adenopati.
Kebanyakan kuman penyebab adalah dari golongan N. gonorrhoeae dan N. meningitidis.
Manifestasi klinis kedua kuman ini sama dan hanya dibedakan melalui pemeriksaan
mikrobiologi. Infeksi gonoccocal sering pada neonatal dan dewasa muda yang aktif sexual.
Infeksi pada bayi terjadi melalui jalan lahir setelah 3 hingga 5 hari dilahirkan. Pada dewasa
transmisi kuman melalui genital-tangan-mata.
Sekiranya infeksi gonococcal tidak diatasi maka akan
berlaku komplikasi seperti ulserasi kornea sehingga
menyebabkan kebutaan permanen. Infeksi pada bayi
pula menyebabkan komplikasi seperti rhinitis, proctitis, FIGURE 4. Neonatal hyperacute
arthiris, meningitidis, pneumonia dan sepsis. Antibiotik purulent conjunctivitis caused by Neisseria
gonorrhoeae.

yang digunakan
untuk bakteria

gram negatif ialah ceftriaxon,

cephalosporin

generasi ketiga, spectinomycin.

Acute Bacterial

Conjunctivitis 3

Acute bacterial

conjunctivitis biasanya hadir dengan

manifestasi

klinis seperti rasa terbakar, iritatif,


FIGURE 5. Acute bacterial conjunctivitis
caused by Streptococcus pneumoniae.

Conjungtivitis bacterialis..

keluar air mata dengan sekret purulen atau mukopurulen. Pasien juga sering melaporkan ketika
bangun pagi mata melekat akibat adanya krusta atau sekret yang mengering. Konjungtiva juga
ngkak dan palpebra edema. Gejala klinis infeksi akut tidak seberat infeksi hiperakut. Tiga kuman
utama penyebab konjungtivitis ialah Streptococcus pneumoniae, haemophilus influenza dan
Streptococcus aureus. Infeksi golongan syreptococci dan Haemophylus sering pada anak-anak
sedangan infeksi kuman Staphylococci sering pada dewasa. Walaupun infeksi ini bisa membaik
sendiri dan tidak menyebabkan komplikasi berat namun terdapat aspek-aspek yang dijustifikasi.
Ini termasuk mengurangkan angka morbiditas dan memendekkan durasi perjalanan penyakit,
mengurangi penyebaran dari individu ke individu lain dan mengurangi risiko komplikasi seperti
ulserasi korneal dan mengelak dari risiko penyebaran penyakit -penyakit ektraokular . diagnosis
kuman dari kerukan konjungtiva pasien dan dikultur. Pengobatan topikal selamat dan murah
dilakukan pada banyak kasus yang ringan. Bagi pemberian antibiotik haruslah tepat karena
pemberian tunggal antiobiotik kurang efektif untuk membunuh baktria patogen ini. Oleh karena
pada dewasa sering terkena kuman penyebab bakteria gram positif maka pemberian antiobiotik
yanga dekuat diberikan. Sebagai contoh , eritromisin, kombinasi bacitrasin-polymyxin B.
TABLE 3
Major Pathogens in Acute Bacterial
Conjunctivitis
Children
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Staphylococcus species
Moraxella species
Adults
Staphylococcus species, including

PATOFISIOLOGI 2,3

Staphylococcus aureus, Staphylococcus

Konjuntiva selalu berhubungan dengan dunia luar epidermidis and others


sehingga

kemungkinan

mikroorganisme

sangat

terinfeksi
besar.

dengan Streptococcus species

Apabila

ada

mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan


konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi

Gram-negative organisms
Escherichia coli
Pseudomonas species
Moraxella species

Conjungtivitis bacterialis..

untuk melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka
dapat terjadi konjungtivitas.
Pada permukaan lapisan tisu mata terdapat kolonisasi kuman flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh dan bakteria
menyebabkan infeksi klinikal. Perubahan flora juga terjadi jika terdapat kontaminasi eksternal
atau melalui jalan pembuluh darah. Mekanisme pertahanan pertama adalah lapisan epitelial yang
menutupi selaput konjungtiva. Kerusakan atau distrupsi barries ini akan menyebabkan infeksi.
Mekanisme pertahanan kedua ialah sistem imunologi yang dibawa oleh vaskularisasi
konjungtiva, immnunoglobulin A , lysozim , pengeluaran air mata dan kedipan mata.
ETIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS 2,3,4
Riwayat pasien mengidao konjungtivitis meliputi laporan medikal, penggunaan obat-obatan ,
riwayat keluarga dan gaya hidup. Dengan ini dapat menentukan kondisi radang sama ada akut,
hiperakut, kronik, unilateral, bilateral, pengaruh persekitaran dan pendedahan toksik ketika
bekerja. Banyak gejala klinis konjungtivitis yang tidak spesifik seperti, lakrimasi, pedih, rasa
terbakar, dan iritasi. Namun masih terdapat simptom yang kuat yang bisa mendiagnosis lebih
tepat.
Mata merah( hyperemi)
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini timbul akibat
perubahan warna bola mata yang sebelumnya putih menjadi merah. Pada mata normal sklera
berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang
tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya supan pembulh darah
ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti ada pembendungan darah. Bila terjadi
perlebaran pembuluh darah konjngtiva atau epislera atau perdarahan antara konjungtiva dan
sklera mereka akan terlihat warna merah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah maka mata
menjadi merah. Selain melebarnya pembuluh darah , mata merah terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah dan darah tertimmbun di bawah jaringan konjungtiva. Keadaan ini dinamakan
perdarahan subkonjungtiva.. umumnya mata merah terjadi akibat konjungtivitis akut, iritis akut,
keratitis, tukak kornea, sklertitis, episkleritis, glaukoma akut, endophthalmitis dan panoftalmitis.

Conjungtivitis bacterialis..

Injeksi konjungtival.
Melebarnya pembuluh darah artei konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival dapat terjadi
akibat mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.injeksi konjungitval
mempunyai sifat:
1. Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior melekat
secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepaskan dari dasarnya sklera.
2. Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di daerah forniks.
3. Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer karena asalnya dari bagian perifer
4.
5.
6.
7.
8.

atau arteri siliar anterior.


Berwarna pembuluh darah merah segar.
Dengan titis adrealin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara.
Gatal
Fotofobia tidak ada
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.

Gatal.
Gatal merupakan tanda bagi konjungtivitis alergi. Gatal dapat ringan smpai berat. Pada
umumnya mata yang merah tanpa gatal bukan disebabkan alergi. Riwayat kekambuhan gatal
pada individu yang mempunyai riwayat keluarga menderita hay fever, alergi rhinitis, dermatitis
aktopik , dan asma menunjukkan apsien adalah alergi. Gatal yangs edang juga menunjukkan
penyakit plepharitis, mata kering dan konjungtiva viral dan bakterialis.
sekret
jenis-jenis sekret adalah serosa, mukoid, mukopurulent, purulen dapat mendeterminasi penyebab
inflamasi.sekret yang serosa lebih menandai infeksi viral atau alergi pada mata kering. Sekret
yang mukopurulen dan sering membentuk krusta ata mata ketika bangun pagi menunjukkan
infeksi bakterialis
Unilateral or Bilateral Conjunctivitis

Conjungtivitis bacterialis..

Konjungtivitis alergi bersangkutan dengan persekitaran, maka sering mempunyai simptom


bilateral. Infeksi yang disebabkan virus dan bakteria ditransmisi melalui tangan ke mata. Sering
infeksi ini dimulai dengan sebelah mata kemudian pada beberapa hari baru diikuti pada mata
sebelahnya.

DIAGNOSIS DIFFERENSIAL 2,3,4


Viral Conjunctivitis
Adenovirus merupakan penyebab infeksi konjungtivitis viral. Konjungtivitis viral muncul
pada epidemic kommuniti dan sering ditransmisi di tempat ramai orang seperti sekolah, tempat
bekerja. Kondisi seperti ini sering ditransimisi lewat kontaminasi jari, instrument, air dan
kawasan renang. Pasien yang mengidap konjungtivitis viral akan mata merah akut, serpsa,
konjungtiva bengkak, nyeri pada preauricular node dan beberapa kasus akan fotofobia. Ada juga
kasus yang terdapat perdarahan subkonjungtiva. Kedua mata dapat terinfeksi serentak atau salah
satu mata duluan. Terdapat pasien juga sama-sama menderita infeksi saluran nafas.

FIGURE 9. Acute

FIGURE 10. Bilateral acute

FIGURE 11. Toxic

adenovirus conjunctivitis with


subconjunctival hemorrhage.

adenovirus conjunctivitis.

conjunctivitis secondary to
topical neomycin therapy and
characterized by a lymphoid
follicular reaction of the tarsal
conjunctiva.

Allergic Conjunctivitis

Alergi okular sering manifestasi klinisnya gatal. Kondisi yang sering disebabkan
rhinoconjungtivitis alergika juga disebut sebagai demam hay rhinoconjungtivitis. Alergi ini
adalah akibat reaksi hipersensitivitas Ig-E mediated. Pasien akan merasa gatal, lakrimasi, mata

Conjungtivitis bacterialis..

merah dan edema palpebra. Biasanya pasien mempunyai riwayat keluarga yang menderita
atopik, rhinitis, asma dan eczema. Pengobatannya dengan menjauhi sumber yang bisa
menimbulkan alergi, vasokinstriktor, antihistamin dan topikal NSAID.
Trakoma 4

Trachomatous inflammation, intense (TI) is pronounced inflammatory thickening of the


upper tarsal conjunctiva that obscures more than one half the normal deep tarsal vessels.
Photograph courtesy of Allen Foster, MD.

Trakoma merupakan suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh
Chlamydial trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak pada orang
muda dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah semenanjung Balkan. Ras yang banyak
terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli Australia, dan Indian America atau daerah
yang higenitas kurang. Cara penularan penyakit kontak langsung dengan sekret penderita
trakoma, handuk , alat kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari( berkisar 5 sampai
14 hari). Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan pewarnaan
Giemsa terutama terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel-sel plasma, sel leber, sel
folikel dapat ditemukan. Sel leber menyokong diagnosis trakoma tetapi sel lomfoblas adalah
tanda terpenting diagnosis trakoma. Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, mata berair.

Conjungtivitis bacterialis..

Conjungtivitis bacterialis..

PENATALAKSANAAN 3
Medika mentosa.
Rawatan tetap untuk mengatasi konjungtivitis bakterialis ialah terapi topikal antibiotik.
Antibiotik sistemik diperlukan untuk kuman penyebab N. gonorrhoeae dan infeksi chlamydial.
Untuk infeksi bakteri kumsetaman yang ringan sampai sedang sering digunakan antibiotik
berspektrum luas dan sentiasa berhati hati dalam mendiagnosis serta tindakan lanjut jika tidak
ada sebarang perbaikan atau berlaku masalah penglihatan. Agen antibiotik yang digunakan
sebagai lini pertama ialah Sodium sulfacetamide, gentamicin, tobramycin, neomycin, kombinasi
trimethoprim dan polymyxin B, ciprofloxacin, ofloxacin, gatifloxacin, dan erythromycin. Obat
tetes mata juga bagus karena tidak menganggu masalah penglihatan.
Non mendika mentosa
Tindakan pembedahan tidak diperlukan pada infeksi bakteri konjungtivitis kecuali apabila
terdapat kasus seperti hordeolum, sumbatan duktus nasolakrimal dan sinusitis.
PENCEGAHAN. 3
Menjaga kebersihan dan menjauhi dari kontak orang yang terinfeksi merupakan kunci utama
supaya tidak tertular daripada infeksi ini.
KOMPLIKASI 3
Konjungtivitis bakterialis jarang sekali menyebabkan komplikasi. Secara general komplikasi
yang bisa terjadi termasuk pembentukan lapisan membran dan jaringan parut pada punctum
lakrimal, ulserasi korneal dan inflamasi berat. Pada mata yang melakukan surgeri intraokular
berpotensi terkena endophthalmitis.

PROGNOSIS3.

Conjungtivitis bacterialis..

Prognosis baik pada infeksi konjungtivitis bakterialis. Hanya beberapa kasus yang ekstrem
seperti Chlamydial trachomatis dan N. gonnorrhoeae yang boleh menyebabkan komplikasi jika
tidak ditangani segera.

EPIDEMIOLOGI 3.
Infeksi konjungtivitis bakterial merupakan kasus yang sering dan kebanyakan pasien mengalami
secara episodik. Namun kasus ini ringan dan dapat diterapi dengan baik. Kasus ini juga
merupakan perkara biasa pada peringkat international. Kasus kebutaan dapat berlaku pada
infeksi Chlamydial trachomatis. Jumlah kematian konungtivitis bakterial dapat terjadi akibat
kegagalan mengidentifikasi dan merawat penyakit ini. Sepsis dan meningtidis merupakan
komplikasi berbahaya oleh kuman penyebab N. gonorrhoeae. Manakala infeksi chlamydial pada
neonatus menyebabkan pneumonia dan otitis media Angka morbiditas berkaitan dengan
ketidakselesaan,kemerahan mata menyebabkan tidak hadir ke sekolah dan kerja. Konjungtivitis
bakterial terjadi pada semua ras dan yang membedakan frekuensinya adalah variasi dan
prevalensi kuman patogen. Lelaki atau perempuan dapat terinfeksi sama-sama dan yang
membedakan jumlah ialah gaya hidup, jenis pekerjaan dan higenitas. Umur berperan dalam
signifikans kuman penyebab infeksi. Contohnya transmisi seksual sering oleh kuman N
gonorrhoeae dan Chlamydial yang menginfeksi dewasa muda dan neonatus melalui jalan lahir.

KESIMPULAN. 1-4
Konjungtivitis dapat disebabkan pelbagai etiologi sama ada virus, bakteri atau alergi.
Infeksi ini dapat ringan sehingga berat berdasarkan jenis kuman penyebab. Sebagai contoh
infeksi Srettococcus pneumonia, Haemophylus influenza dan Staphylococcus aureus
menyebabkan radang ringan dan dapat dirawat dengan antibiotik spektrum luas. Manakala N.
gonorrhoeae dan N. meningitidis menyebabkan infeksi berat pada neonatal dan dewasa. Bila
tidak dirawat dengan segera akan menyebabkan kerusakan kornea atau ulserasi kornea sehingga
menyebabkan kebutaan. Antiobiotik yang digunakan untuk infeksi berat ialah antiobiotik yang
mencapai ke sistemik. Diagnosis pasti dengan melakukan pemeriksaan laboratorium kultur

Conjungtivitis bacterialis..

kuman dengan mengambil kerukan konjungtival. Pencegahan awal dan murah dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan dan menjauhi kontak dengan orang yang terinfeksi.

REFERENSI.
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Konjungtivitis Bakterialis . Diunduh dari URL
:http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview. 24 Maret 2010.
2. Conjunctivitis Bacterial.David S Marlin, MD, Consulting Staff, Department of
Ophthalmology, Kaiser Foundation Hospital, Los Angeles Medical Center. Diunduh dari
URL : http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview. 26 Maret 2010.
3. Conjunctivitis .GARY L. MORROW, M.D.Toronto East General and Orthopedic
Hospital, Toronto, Ontario, Canada ,RICHARD L. ABBOTT, M.D.University of
California, San Francisco, and Francis I. Proctor Foundation, San Francisco, California.
Diunduh dari URL : http://www.aafp.org/afp/980215ap/morrow.html. 26 Maret 2010.
4. Buku Ajar Mata. Prof dr Sidarta SpM. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, jakarta 2010.

Anda mungkin juga menyukai