Ipi 142378
Ipi 142378
DI INDONESIA
Oleh :
Dhani Kurniawan*
ABSTRACT
Dengan menurunnya penerimaan negara dari minyak
dan pajak minyak pada tahun 1983 / 1984 dan berdampak
pada menurunnya anggaran pendapatan dan belanja negara
tahun 1984/ 1985, maka timbullah kesadaran akan
menurunnya kemampuan pemerintah pusat dalam memberikan
subsidi kepada pemerintah daerah maupun dalam membiayai
proyek-proyek pemerintah didaerah. Untuk itu maka
pemerintah pusat bertekad utnuk memberikan kebebasan
kepada pemerintah daerah dalam berusaha meningkatkan
pendapatan asli daerah agar melemahnya subsidi dari
pemerintah pusat tidak menggangu perkembangan ekonomi
maupun jalannya pemerintahan didaerah. Dengan kata lain
penurunan penerimaan negara tersebut telah mendorong
meningkatnya pelaksanaan otonomi daerah yang dibarengi
dengan sistem desentralisasi pemerintahan dan keuangan.
Demikian
pula
dengan
berkembangnya
kehidupan
politik dan sistem pemerintahan, telah timbul gejolak
politik diberbagai daerah yang menuntut adanya otonomi
daerah bahkan bebrapa daerah menghendaki kemerdekaan
penuh untuk berdiri sebagai negara dengan pemerintahan
tersendiri.
Dalam rangka pengembangan sistem otonomi daerah
telah muncul Undang-Undang otonomi daerah yang mencakup
dua macan undang-undang yaitu Undang Undang Nomor 22
Tahun
1999
tentang
Pemerintahan
Daerah
yang
disempurnakan dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun
2004 dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
yang disempirnakan dengan Undang Undang Nomor 33
Tahun 2004. Dengan undang-undang otonomi daerah itu
berarti
bahwa
ideologi
politik
dan
struktur
pemerintahan negara akan lebih bersifat desentralisasi
dibanding dengan struktur pemerintahan sebelumnya yang
bersifat sentralisasi.
Keywords :Otonomi Daerah, Desentralisasi Fiskal
963
A. PENDAHULUAN
Sampai saat ini, desentralisasi fiskal dan otonomi
daerah merupakan topik pembicaraan yang selalu menarik
untuk
didiskusikan.
desentralisasi
ekonomi,
fiskal
tetapi
dimensi
Ini
lain
disebabkan
tidak
memiliki
seperti
studi
hanya
menjadi
keterkaitan
politik,
tentang
erat
ranah
dengan
administratif,
dan
prinsipil,
munculnya
gagasan
tentang
yang
sentralistis.
Dengan
kata
lain,
karena
kekuasaan
maka
politik
sebaliknya
pada
tangan
desentralisasi
pemerintah
mengajukan
administrasi
antara
pemerintah
pusat
dan
Kuncoro
(2004)
menyatakan
bahwa
timbulnya
gagalnya
strategi
perencanaan
pertumbuhan
equality),
tetapi
terpusat
dengan
juga
dan
pemerataan
adanya
populernya
(growth
kesadaran
with
bahwa
yang
tidak
dapat
dengan
mudah
penuh
keyakinan
para
pelopor
desentralisasi
964
pentingnya
desentralisasi
dalam
perencanaan
dan
alasan
berkembang
utama
menganggap
densetralisasi
efisiensi
mengapa
penting
fiskal,
memperluas
kasus
sebagai
untuk
daerah,
untuk
Negara
mengaplikasikan
menciptakan
administrasi
otonomi
strategi
besar
untuk
yaitu;
penyelenggaraan
untuk
sebagian
dan
pemerintahan,
pada
mengatasi
beberapa
instabilitas
adalah
dan
demi
masyarakat.
Artinya,
dimaksudkan
untuk
keputusan
pelayanan
adanya
untuk
publik
memenuhi
mewujudkan
kebijakan
menciptakan
yang
masyarakat
kewenangan
untuk
yang
menyelenggarakan
proses
jauh
luas
kesejahteraan
desentralisasi
demokratis
yang
tujuan
bagi
pengambilan
dan
lebih
ini
memberikan
baik.
Dengan
pemerintah
daerah
pemerintahan,
maka
diharapkan
B. PEMBAHASAN
dianut
pemerintahan
presiden
Soeharto
dianggap
965
luas
sehingga
memunculkan
tuntutan
kewenangan
yang
melaksanakan
lebih
besar
pembangunan.
dari
daerah
Tuntutan
ini
untuk
kemudian
1999
tentang
perimbangan
keuangan
pemerintah
begitu,
otonomi
daerah
dan
di
daerah,
hanya
desentralisasinya
masih
bersifat
(Uppal
1997).
baru
Otonomi
daerah
dan
desentralisasi
2001.
Proses
pelaksanaannya
juga
diwarnai
yang
baru,
yakni
UU
no.
32
tahun
2004
dengan
sistem
pemilihan
kepala
daerah
lembaga-lembaga
perubahan,
pemerintahan
baik
secara
di
Indonesia
vertikal,
yakni
966
ini
desentralisasi
tahun
1900
jepang,
merupakan
dan
(masa
revolusi,
kaleideoskop
sentralisasi
penjajahan
orde
di
Indonesia
belanda),
lama,
perjalanan
orde
sejak
pendudukan
baru,
hingga
sekarang;
Tabel 1.
Kaleidoskop Desentralisasi-Sentralisasi di Indonesia
Periode
Kolonial
Belanda
UndangUndang
UU 1903
UU 1922
Penjajahan
Jepang
Revolusi
Orde Lama
(19491965)
Orde Baru
(19651998)
967
Politik
Delegasi
kepada
daerah
kekuasaan
pemerintah
Delegasi
kepada
provinsi
Kekuasaan
pemerintah
Sentralisasi
formal
kekuasaan
Administratif
Fiskal
Delegasi
kewenangan
kepada
pemerintah
daerah
Delegasi
kewenangan
kepada
penduduk
pribumi jawa
Pengalhan
tanggung
jawab kepada
pemerintah
pusat
Delegasi
kewenangan
Desentralisasi
Administratif
Delegasi
kekuasaan
utnuk
memungut
pajak
Indikator
Desentralisasi
Sentralisasi
UU No.
22/1948
Kebijakan
belanda
19481949
UU 1957
Delegasi prinsip-prinsip
demokrasi
Negara Federal
Pelimpahan
fiskal
Desentralisasi
fiskal
Pembagian kekuasaan
Pelimpahan
Admnistratif
Sentralisasi
fiskal
Dekrit
Presiden
1959
UU No.
18/1965
Demokrasi terpimpin
Sentralisasi
administrative
Sentralisasi
fiskal
Sentralisasi
Pelimpahan kekuasaan
Sentralisasi
administrative
Sentralisasi
fiskal
Sentralisasi
UU No.
5/ 1974
Sentralisasi kekuasaan di
bahwa birokrasi sipil dan
militer
Konsentrasi
administrasi
Sentralisasi
fiskal
Sentralisasi
Orde
Reformasi
UU No.
22 dan
25 / 1999
Pelimpahan
kekuasaan;demokratisasi;
penguatan DPRD
Sekarang
UU
32
dan 33
/2004
Demokratisasi; Pemlihan
kepala daerah langsung
Redistribusi
Kewenangan
dan Tanggung
Jawab
Desentralisasi
Administratif
Pelimpahan
Pembelanjaan;
Sentralisasi
Penerimaan
Desentralisasi
fiskal
Desentralisasi
Desentralisasi
Desentralisasi
Fiskal
a. Otonomi Daerah
Pemberlakuan
sistem
Republik
Amandemen
otonomi
oleh
daerah
Undang-Undang
Indonesia Tahun
Kedua
tahun
merupakan
2000
1945
Dasar
(UUD
untuk
1945)
dilaksanakan
pemerintahan
daerah.
dalam
Pasal
Bab
1945
permasalahan
VI, yaitu
18B.
UUD
Sistem
Pasal
pasca-
pemerintahan
18, Pasal
otonomi
daerah
18A,
sendiri
oleh
undang-undang.
menyebutkan,
kabupaten,
Pemerintahan
urusan
Pasal
daerah
pemerintahan
pembantuan.
menurut
Selanjutnya,
ayat
provinsi,
(2)
daerah
asas
pada
18
otonomi
ayat
dan
(5)
tugas
tertulis,
urusan
undang
ditentukan
pusat.
Dan
Pemerintahan
daerah
dan
pemerintahan
ayat
daerah
sebagai
(6)
pasal
berhak
yang
urusan
yang
pemerintah
sama
menyatakan,
menetapkan
peraturan-peraturan
968
oleh undang-
peraturan
lain
untuk
diatur
dalam
Undang-
dianggap
perkembangan
keadaan,
tidak
sesuai
lagi
ketatanegaraan,
dan
dengan
tuntutan
untuk menggantikannya.
Presiden
Megawati
Soekarnoputri
mengesahkan
Undang-
memberikan definisi
berikut.
urusan
masyarakat
dan
pemerintahan
mengurus
setempat
dan
sesuai
kepentingan
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Selanjutnya
UU
mendefinisikan
Nomor
daerah
32
Tahun
otonom
2004
sebagai
juga
kesatuan
berwenang
pemerintahan
menurut
masyarakat
mengatur
dan kepentingan
prakarsa
dalam
sendiri
sistem
dan
mengurus
urusan
masyarakat
setempat
berdasarkan
aspirasi
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Berbeda dengan system federalism, otonomi daerah
di Indonesia diletakkan dalam kerangkan Negara Kesatuan
(unitary state). Perbedaan utama system federalism dan
kesatuan terletak pada sumber kedaulatan, yaitu; dalam
sitem federalism kedaulatan diperoleh dari unit-unit
politik yang terpisah-pisah dan kemudan sepakat untuk
membentuk pemerintahan bersama. Dalam Negara kesatuan,
969
kedaulatan
langsung
bersumber
dari
seluruh
penduduk
beragamnya
daerah
otonom
di
Indonesia,
semakin
lebar,
daerah
yang
miskin.
dan
daerah
Dalam
yang
system
kaya
ini
membantu
penyerahan
(dekonsentrasi)
Konseptual
Otonomi
daerah
dan
Tugas
dalam
kerangka
Pembantuan.
NKRI
dapat
Gambar 1
Otonomi daerah Dalam Kerangka NKRI
PUSAT
Daerah Otonom
S, P
S, K, P
PROVINSI
S, P
KOTA
KABUPATEN
P
DESA
Keterangan;
S
: Desentralisasi (penyerahan wewenang)
K
: Dekonsentrasi (pelimpahan wewenang)
P
: Tugas Pembantuan
APBD
APBN
APBN
Dengan
demikian,
ketiga
desentralisasi, dekonsentrasi,
selalu
970
muncul
secara
istilah
ini,
yaitu
bersama-sama
dalam
sejarah
orde
direvisi
reformasi
dengan
UU
melalui
no
32
UU
22
Tahun
Tahun
2004.
1999
dan
Berikut
ini
desentralisasi
ternyata
tidak
hanya
Parson
dalam
Hidayat
(2005)
mendefinisikan
antara
dengan
masing-masing
kelompok
pemegang
kekuasaan
di
kelompok-kelompok
lainnya,
di
kelompok
memiliki
otoritas
tersebut
mana
Mawhood
(1987)
dengan
desentralisasi
kekuasaan
dari
adalah
tegas
mengatakan
penyerahan
pemerintah
pusat
bahwa
(devolution)
kepada
pemerintah
daerah.
Smith
merumuskan
penyerahan
definisi
kekuasaan
dari
desentralisasi
tingkatan
sebagai
(organisasi)
pemerintah
dalam
suatu
Negara,
maupun
971
sebagai
penyerahan
pemerintah
pemerintah
kepada
oleh
untuk
mengatur
dalam
kerangka
(Kuncoro,
dan
mengurus
Negara
2009).
Ini
daerah
urusan
Kesatuan
wewenang
pemerintahan
Republik
artinya
otonom
Indonesia
desentralisasi
fungsi-fungsi
publik)
dari
pemerintah
pusat
garis
besar,
kebijakan
desentralisasi
lebih
berbagai
besar
aspek
kepada
daerah
pengambilan
yang
menyangkut
keputusan,
termasuk
administrasi
yaitu
merupakan
fiskal
kepada
yaitu
daerah
merupakan
untuk
pemberian
menggali
sumber-
yang
lebih
tinggi,
dan
menentukan
fiskal
juga
sebagai
suatu
proses
distribusi
tingkat
pemerintahan
pemerintahan
yang
fungsi
tugas
atau
yang
lebih
dapat
anggaran
lebih
rendah
pemerintahan
didefinisikan
tinggi
untuk
yang
dari
kepada
mendukung
dilimpahkan
(Khusaini, 2006).
Ketiga
keterkaitan
972
jenis
satu
desentralisasi
dengan
yang
lainnya
ini
dan
memiliki
merupakan
prasyarat
untuk
mencapai
tujuan
dilaksanakannya
Mardiasmo
desentralisasi
(2009)
politik
menjelaskan
merupakan
bahwa
ujung
tombak
dalam
tataran
pemerintahan.
Sementara
itu,
pelayanan
kepada
masyarakat,
dan
bahwa
pemberian
tugas
dan
kewenangan
lain,
pemerintah
penyerahan
akan
atau
membawa
pelimpahan
konsekuensi
wewenang
anggaran
yang
diberikan
kebutuhan
daerah
pengaturan
pengeluaran
dapat
dibiayai
sedemikian
yang
menjadi
dari
sumber-sumber
mekanisme
penerimaan
dana
antar
perimbangan,
tingkatan
sehingga
tanggung
rupa
jawab
penerimaan
dapat dilakukan
yaitu
pembagian
pemerintahan
guna
973
prinsip
menjelaskan
bahwa
money
follow
kajian
function
dalam
Mahi
pelaksanaan
bahwa
terjadi
perubahan
tanggung
jawab
dalam
pendekatan
revenue
assignment
pembiayaan
pusat
kepada daerah,
dalam
rangka
c. Implementasi
Desentralisasi
Fiskal
dan
Otonomi
Daerah di Indonesia
Prinsip
Pelaksanaan
desentralisasi
di
Indonesia
dalam
melakukan
desentralisasi.
Sebagaimana
bentuk
pemerintahan
ke
arah
yang
lebih
menjelaskan
merupakan
bahwa
upaya
untuk
pelaksanaan
meningkatkan
publik
dengan
kebutuhan
penerima
manfaat
layanan tersebut.
Di
sebagai
974
Indonesia,
salah
satu
pelaksanaan
instrument
desentralisasi
kebijakan
fiskal
pemerintah
kesenjangan
fiskal
pemerintah
daerah
dan
imbalance)
dan
antar
antara
daerah
pemerintah
(vertical
fiscal
(horizontal
fiscal
imbalance).
2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan
mengurangi
kesenjangan
pelayanan
publik
efisiensi
peningkatkan
antar
daerah.
3. Meningkatkan
sumber
daya
nasional.
4. Tata
kelola,
pelaksanaan
transparan,
kegiatan
dan
akuntabel
pengalokasian
dalam
transfer
ke
kesinambungan
fiskal
dalam
kebijakan
ekonomi makro.
Tidak
bahwa
jauh
tujuan
Indonesai
berbeda,
umum
adalah
(Siddik,
program
untuk;
2001)
menjelaskan
desentralisasi
(1)
membantu
fiskal
di
meningkatkan
(2)
memenuhi
aspirasi
daerah,
memperbaiki
daerah
dan
kemudian
nasional;
(3)
mengembangkan
partisipasi
konstituen
dalam
pelayanan
dasar
masyarakat
di
seluruh
975
Dalam
tataran
desentralisasi
pemberian
kebijakan
fiskal
sejumlah
yang
tersebut
transfer
lebih
aplikatif,
diwujudkan
dana
melalui
langsung
dari
pemberian
dana
yang
dilakukan
oleh
pembantuan,
serta
memberikan
diskresi
kepada
Di
banyak
Negara
yang
menganut
C. PENUTUP
Dengan
disimpulkan
suatu
arah
uraian
bahwa
yang
telah
paradigma
kebijakan
dikemukakan,
otonomi
reformasi
daerah
dapat
menuntut
penyelenggaraan
976
DAFTAR PUATAKA
Abdul
Halim,
2001,
Manajemen
Keuangan
Daerah,
Jennie,
1998.
Ahmad,
Jundid,
and
Bird,
Richard,
Daerah
(Makalah),
Seminar
Otonomi
Daerah Unibraw
Sidik,
Machfud,
2001.
Studi
Empiris
Desentralisasi
Evaluasi
Pelaksanaan
Penyerahan
P3D
Berdasarkan
tentang
2000,
Mengenal
Undang-Undang
Pemerintahan
Batam.
Otonomi
Nomor
Daerah
Sidang
22
Daerah
Tahun
(Makalah),
1999
Seminar
Teresa,
1997.
Fiscal
Federalism
In
N.,
Implementasi
tentang
2000,
Prospek
Undang-Undang
Pemerintah
Daerah
977
Otonomi
No.
22
Daerah
Tahun
(Makalah),
1999
Pentaloka