Pengertian Hukum: Mr. E.M. Meyers: Menurutnya Hukum Ialah Aturan-Aturan Yang
Pengertian Hukum: Mr. E.M. Meyers: Menurutnya Hukum Ialah Aturan-Aturan Yang
pengertian Hukum
Yang dimaksud dengan hukum adalah salah satu norma yang ada dalam masyarakat.
Pelanggaran norma hukum memiliki sanksi yang lebih tegas. Pengertian hukum sangat
beragam, sehingga kita harus mengetahui apa saja pengertian hukum dari berbagai
sudut pandang yang berbeda. Adapun dibawah ini akan dikaji pengertian hukum
menurut para ahli dibidangnya.
1.
2.
3.
Achmad Ali : Hukum merupakan seperangkat norma mengenai apa yang benar
dan salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah, baik yang tertuang
dalam aturan tertulis maupun yang tidak, terikat dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat secara menyeluruh, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan
norma itu.
4.
5.
6.
tingkah laku manusia dalam sebuah masyarakat dan menjadi acuan atau
pedoman bagi para penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
7. Prof. Dr. Van Kan : Menyatakan bahwa hukum merupakan keseluruhan
peraturan hidup yang sifatnya memaksa untuk melindungi kepentingan
manusia di dalam masyarakat suatu negara.
8. S.M. Amin : Hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri dari norma
dan sanksi-sanksi. Tujuannya ialah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia dalam suatu masyarakat, sehingga ketertiban dan
keamanan terjaga dan terpelihara.
9. J.C.T. Simorangkir : Hukum merupakan segala peraturan yang sifatnya
memaksa dan menentukan segala tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan dibuat oleh suatu lembaga yang berwenang.
10.
Drs. E. Utrecht, S.H. : Menyatakan bahwa hukum adalah suatu
himpunan peraturan yang didalamnya berisi tentang perintah dan
larangan, yang mengatur tata tertib kehidupan dalam bermasyarakat dan
harus ditaati oleh setiap individu dalam masyarakat karena pelanggaran
terhadap pedoman hidup itu bisa menimbulkan tindakan dari pihak
pemerintah suatu negara atau lembaga.
11.Leon Duguit : Mengungkapkan bahwa hukum ialah seperangkat aturan
tingkah laku para anggota masyarakat, dimana aturan tersebut harus
diindahkan oleh setiap masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan apabila dilanggar akan menimbulkan reaksi bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran hukum tersebut.
12.
Sunaryati Hatono : Menurutnya hukum tidak menyangkut
kehidupan pribadi seseorang dalam suatu masyarakat, tetapi jika
menyangkut dan mengatur berbagai kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya, dengan kata lain hukum ialah
mengatur berbagai kegiatan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.
13.
A. Ridwan Halim : Hukum ialah segala peraturan tertulis ataupun
tidak tertulis, yang pada intinya segala peraturan tersebut berlaku dan
diakui sebagai peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat.
14.
R. Soerso : Hukum adalah sebuah himpunan peraturan yang dibuat
oleh pihak yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata tertib
kehidupan bermasyarakat yang memiliki ciri perintah dan larangan yang
tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi
tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara
manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan,
Dalam buku Dasar-dasar hukum dan Pengadilan tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara yaitu
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan
keadilan dan ketertiban. Keadilan lazim dilambangkan dengan neraca keadilan, dimana dalam keadaan yang sama, setiap orang
harus mendapatkan bagian yang sama pula.
4.Aristoteles,
hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan
etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.
5.Soejono Dirdjosisworo,
tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan
terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil
6. Roscoe Pound,
hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering),
Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi
maupun dalam hidup masyarakat.
7.Bellefroid,
tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua
anggota2 suatu masyarakat.
8.Van Kant,
hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu. Hukum juga menjaga dan
mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili dan menjatuhi
hukuman terhadap setiap pelanggaran hukum terhadap dirinya. Tiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan dengan
perantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya
untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang
dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara
tidak adil.
Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya :- mewujudkan ketertiban dan keteraturan- mewujudkan
kedamaian sejati- mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat- mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat
10. Geny
Dalam Science et technique en droit prive positif, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Dan sebagai unsur
daripada keadilan adalah kepentingan daya guna dan kemanfaatan
Hukum tertulis
ditinjau dari hukum tertulis yang dikodifikasikan serta hukum tertulis yang tak dikodifikasikan.
2)
Merupakan hukum yang hidup pada keyakinan di masyarakat, akan tetapi secara tidak tertulis.
Hukum tak tertulis ini pula dikatakan sebagai hukum kebiasaan. Namun hukum dipatuhi selayaknya
seperti peraturan perundangan yang berlaku.
a. Menurut Edward Jenk , bahwa terdapat 3 sumber hukum yang biasa ia sebut dengan istilah
forms of law yaitu :
1. Statutory;
2. Judiciary;
3. Literaty.
b. Menurut G.W. Keeton , sumber hukum terbagi atas :
1. Binding sources (formal), yang terdiri :
- Custom;
- Legislation;
- Judicial precedents.
2. Persuasive sources (materiil), yang terdiri :
- Principles of morality or equity;
- Professional opinion.
SUMBER HUKUM MATERIIL & SUMBER HUKUM FORMAL
Pada umumnya para pakar membedakan sumber hukum ke dalam kriteria :
a. Sumber hukum materiil; dan
b. Sumber hukum formal.
Menurut Sudikno Mertokusumo , Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materiil itu
diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya hubungan social, hubungan kekuatan politik, situasi social ekonomis, tradisi (pandangan
keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalulintas), perkembangan internasional,
keadaan geografis, dll.
Sedang Sumber Hukum Formal, merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku. Yang diakui umum sebagai sumber hukum formal ialah UU,
perjanjian antar Negara, yurisprudensi dan kebiasaan.
SUMBER HUKUM FORMAL
Sumber hukum formal adalah sumber hukum dari mana secara langsung dapat dibentuk hukum
yang akan mengikat masyarakatnya. Dinamai dengan sumber hukum formal karena semata-mata
mengingat cara untuk mana timbul hukum positif, dan bentuk dalam mana timbul hukum positif,
dengan tidak lagi mempersoalkan asal-usul dari isi aturan-aturan hukum tersebut.
Sumber-sumber hukum formal membentuk pandangan-pandangan hukum menjadi aturan-aturan
hukum, membentuk hukum sebagai kekuasaan yang mengikat. Jadi sumber hukum formal ini
merupakan sebab dari berlakunya aturan-aturan hukum.
Yang termasuk Sumber-sumber Hukum Formal adalah :
a. Undang-undang;
b. Kebiasaan;
c. Traktat atau Perjanjian Internasional;
d. Yurisprudensi;
e. Doktrin.
Urutannya yaitu :
1)
UUD 1945;
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU;
4)
Peraturan Pemerintah;
5)
Keputusan Presiden;
6)
Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Undang-Undang.
UUD 1945;
2)
Tap MPR;
3)
UU;
4)
5)
PP;
6)
Keppres;
7)
Peraturan Daerah;
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia adalah
sebagai berikut :
1)
2)
UU/Perppu;
3)
Peraturan Pemerintah;
4)
Peraturan Presiden;
5)
Peraturan Daerah.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
2)
Ketetapan MPR;
3)
UU/Perppu;
4)
Peraturan Presiden;
5)
6)
Definisi :
1.
2.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar (konstitusi) yang
tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi dalam tata urutan Peraturan
Perundang-undangan nasional.
3.
Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR, yang
terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke
dalam atau keluar majelis, Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam
majelis saja.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
6. Struktur Hukum.
Struktur adalah kerangka atau rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi
semacam bentuk dan batasan secara keseluruhan. Struktur hukum merupakan institusionalisasi
kedalam beradaan hukum. Struktur hukum disini meliputi lembaga negara penegak hukum seperti
Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian, Advokat dan lembaga penegak hukum yang secara khusus
diatur oleh undang-undang seperti KPK.
Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang. Sehingga dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain.
Termasuk dalam struktur hukum yakni hirarki peradilan umum di Indonesia dan unsur struktur yang
meliputi jumlah dan jenis pengadilan, yurisdiksinya, jumlah hakim agung dan hakim lainnya.
Yang dimaksud dengan Lembaga-Lembaga Negara adalah alat perlengkapan Negara sebagaimana dimaksudkan
oleh Undang-undang Dasar 1945, sebagai berikut:
Wakil Presiden. (Pasal 4) Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan UU (Pasal 5).
paksa (sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang
sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).
ALAT KELENGKAPAN DPR
Pimpinan
Kedudukan Pimpinan dalam DPR dapat dikatakan sebagai Juru Bicara Parlemen. Fungsi pokoknya secara umum
adalah mewakili DPR secara simbolis dalam berhubungan dengan lembaga eksekutif, lembaga-lembaga tinggi
negara lain, dan lembaga-lembaga internasional, serta memimpin jalannya administratif kelembagaan secara umum,
termasuk memimpin rapat-rapat paripurna dan menetapkan sanksi atau rehabilitasi. Pimpinan DPR bersifat kolektif
kolegial, terdiri dari seorang ketua dan 4 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota DPR dalam Sidang
Paripurna DPR.
Komisi
Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi DPR,
substansinya dikerjakan di dalam komisi. Setiap anggota DPR (kecuali pimpinan) harus menjadi anggota salah satu
komisi. Pada umumnya, pengisian keanggotan komisi terkait erat dengan latar belakang keilmuan atau penguasaan
anggota terhadap masalah dan substansi pokok yang digeluti oleh komisi.
Pada periode 2009-2014, DPR mempunyai 11 komisi dengan ruang lingkup tugas dan pasangan kerja masingmasing:
Komisi I, membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
Komisi II, membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria.
Komisi III, membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan.
Komisi IV, membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan.
Komisi V, membidangi perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, perumahan rakyat, pembangunan pedesaan
dan kawasan tertinggal.
Komisi VI, membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah), dan badan
usaha milik negara.
Komisi VII, membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, dan lingkungan.
Komisi VIII, membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan.
Komisi IX, membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi.
Komisi X, membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan.
Komisi XI, membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan lembaga keuangan bukan
bank.
Badan Musyawarah
Bamus merupakan miniatur DPR. Sebagian besar keputusan penting DPR digodok terlebih dahulu di Bamus,
sebelum dibahas dalam Rapat Paripurna sebagai forum tertinggi di DPR yang dapat mengubah putusan Bamus.
Bamus antara lain memiliki tugas menetapkan acara DPR, termasuk mengenai perkiraan waktu penyelesaian suatu
masalah, serta jangka waktu penyelesaian dan prioritas RUU).
Pembentukan Bamus sendiri dilakukan oleh DPR melalui Rapat Paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR.
Anggota Bamus berjumlah sebanyak-banyaknya sepersepuluh dari anggota DPR, berdasarkan perimbangan jumlah
anggota tiap-tiap Fraksi. Pimpinan Bamus langsung dipegang oleh Pimpinan DPR.
Badan Anggaran
Badan Anggaran DPR dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap yang memiliki
tugas pokok melakukan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Susunan keanggotaan Badan
Anggaran ditetapkan pada permulaan masa keanggotaan DPR. Susunan keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas
anggota-anggota seluruh unsur Komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota Fraksi.
Badan Kehormatan
Badan Kehormatan (BK) DPR merupakan alat kelengkapan paling muda saat ini di DPR. BK merupakan salah satu
alat kelengkapan yang bersifat sementara. Pembentukan DK di DPR merupakan respon atas sorotan publik terhadap
kinerja sebagian anggota dewan yang buruk, misalnya dalam hal rendahnya tingkat kehadiran dan konflik
kepentingan.
BK DPR melakukan penelitian dan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPR,
dan pada akhirnya memberikan laporan akhir berupa rekomendasi kepada Pimpinan DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi atau merehabilitasi nama baik Anggota. Rapat-rapat Dewan Kehormatan
bersifat tertutup. Tugas Dewan Kehormatan dianggap selesai setelah menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan
DPR.
Badan Legislasi
Badan Legislasi (Baleg) merupakan alat kelengkapan DPR yang lahir pasca Perubahan Pertama UUD 1945, dan
dibentuk pada tahun 2000. Tugas pokok Baleg antara lain: merencanakan dan menyusun program serta urutan
prioritas pembahasan RUU untuk satu masa keanggotaan DPR dan setiap tahun anggaran. Baleg juga melakukan
evaluasi dan penyempurnaan tata tertib DPR dan kode etik anggota DPR.
Badan Legislasi dibentuk DPR dalam Rapat paripurna, dan susunan keanggotaannya ditetapkan pada permulaan
masa keanggotaan DPR berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi. Keanggotaan Badan Legislasi
tidak dapat dirangkap dengan keanggotaan Pimpinan Komisi, keanggotaan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT),
dan keanggotaan Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP).
Badan Urusan Rumah Tangga
Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR bertugas menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPR. Salah satu
tugasnya yang berkaitan bidang keuangan/administratif anggota dewan adalah membantu pimpinan DPR dalam
menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPR, termasuk kesejahteraan Anggota dan Pegawai Sekretariat Jenderal
DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah.
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen
Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP, dibentuk oleh DPR dan merupakan alat
kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BKSAP pada permulaan masa
keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna menurut
perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada
permulaan tahun sidang. Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial,
yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota
BKSAP berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan
perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.
BKSAP bertugas: Membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara
DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk organisasi internasional yang
menghimpun parlemen dan/atau a nggota parlemen negara lain;
Menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu DPR;
Mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar negeri;
Memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah kerja sama antarparlemen.
Panitia Khusus
Jika dipandang perlu, DPR (atau alat kelengkapan DPR) dapat membentuk panitia yang bersifat sementara yang
disebut Panitia Khusus (Pansus). Komposisi keanggotaan Pansus ditetapkan oleh rapat paripurna berdasarkan
perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pansus bertugas melaksanakan tugas tertentu yang ditetapkan oleh
rapat paripurna, dan dibubarkan setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan
selesai. Pansus mempertanggungjawabkan kinerjanya untuk selanjutnya dibahas dalam rapat paripurna.
DPR dalam permulaan masa keanggotaan dan permulaan tahun sidang DPR membuat susunan dan keanggotaan
Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) yang beranggotakan paling sedikit tujuh orang dan paling banyak
sembilan orang atas usul dari fraksi-fraksi DPR yang selanjutnya akan ditetapkan dalam rapat paripurna dengan
tugas untuk penelaahan setiap temuan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Dan untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket,
menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul, dan pendapat serta imunitas (Pasal 20).
Fungsi DPR adalah sebagai berikut:
Fungsi legislasi berkaitan dengan wewenang DPR dalam pembentukan undang-undang.
Fungsi anggaran, berwenang menyusun dan menetapkan RAPBN bersama presiden.
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri (Pasal 22E). KPU selain ada ditingkat pusat, juga terdapat
KPU daerah baik di provinsi maupun kabupaten/kota.
BANK SENTRAL
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya
diatur dengan UU (Pasal 23D).
Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.X/MPRS/1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi
semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya
baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari
MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa
eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain
menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal
keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah
diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian
dalamPerubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga pasal (23E,
23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara,
yaitu;
UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara
UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Anggota komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela. Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Pasal 24B).
lembaga di tingkat daerah. Berdasarkan pembagian fungsi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam UUD
1945,dapat diketahui lembaga-lembaga negara yang melaksanakan tiap kekuasaan tersebut.
Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi adalah presiden. Pemegang kekuasaan legislatif adalah
DPR.Untuk kekuasaan yudikatif ditentukan pelakunya adalah MA dan MK. Selain lembaga-lembaga negara tersebut,
terdapat lembaga negara lain yang diperlukan dalam penyelenggaraan negara dan kedudukannya sederajat.
Lembaga negara lain tersebut adalah MPR yang memegang kekuasaan mengubah dan menetapkan UUD,BPK
sebagai pelaksana kekuasaan auditif serta DPD yang walaupun tidak memegang kekuasaan legislatif memiliki peran
dalam proses legislasi (co-legislator).
Dengan demikian lembaga-lembaga itu sesungguhnya adalah bagian dari organisasi pemerintahan secara nasional
walaupun ada yang menjalankan fungsi legislasi di tingkat daerah. Jika penataan lembaga negara melalui ketentuan
peraturan perundang undangan telah dilakukan, setiap lembaga negara dapat menjalankan wewenang sesuai
dengan kedudukan masing-masing. Hal itu akan mewujudkan kerja sama dan hubungan yang harmonis demi
pencapaian tujuan nasional dengan tetap saling mengawasi dan mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan
dan konsentrasi kekuasaan.
7. Sistem
a.
b.
c.
d.
a.
b.
a.
Hukum
Sistem adalah perangkat unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk totalitas.
Selain itu pengertian hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat
memaksa, mengikat, dan mengatur hubungan manusiadan manusia lainnya dalam
masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam
bermasyarakat. Hukum yang berlaku di indonesia di sebut hukum nasional. Tata
hukum nasional itu terdiri dari hukum tertulis dan tidak tertulis.
Mochtar kusumaatmadja seorang pakar hukum menjelaskan bahwa Hukum adalah
keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup dalam
masyarakat yangbertujuan memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-lembaga dan
proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, hukum adalah norma yang bersumber dari pemerintah
atau negara.
Tujuan memahami tata hukum adalah untuk mengetahui perbuatan atau tindakan
manakah yang bertentangan atau sesuai dengan hukum. Selain itu, tujuan memahami
tatahukum, yaitu untuk memehami kedudukan seseorang dalam masyarakat, apakah
kewajiban-kewajiban dan wewenang-wewenangnya itu sudah sesuai dengan hukum.
Hukum dibuat oleh badan-badan resmi dan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan
tersebut , mengakibatkan diambilnya tindakan yang berupa sangsi tertentu.
Berdasarkan pengertian atau definisi hukum maka dapat diambil kesimpualan
bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:
Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
Peraturan yang dibuat oleh badan-badan resmi;
Peraturan yang bersifat memeksa;
Adanya sangsi yang tegas atas pelanggaran peraturan tersebut;
Adapun ciri-ciri dari hukum yaitu sebagai berikut:
adanya perintah atau larangan ;
perintah atau larangan tersebut akan di taati oleh setiap orang;
Selain itu, hukum mempunyai fungsi terhadap subjek hukum, yaitu sebagai berikut;
menjamin kepastian hukum bagi setiap orang dalam masyarakat;
8. Budaya Hukum
Hukum pada dasarnya tidak hanya sekedar rumusan hitam di atas putih saja sebagaimana
yang dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan, tetapi hendaknya
hukum dilihat sebagai suatu gejala yang dapat diamati dalam kehidupan masyarakat
melalui pola tingkah laku warganya. Hal ini berarti hukum sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor non hukum seperti : nilai, sikap, dan pandangan masyarakat yang biasa disebut
dengan kultur/budaya hukum. Adanya kultur/budaya hukum inilah yang menyebabkan
perbedaan penegakan hukum di antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada 3 persoalan mendasar tentang kultur/budaya hukum
yaitu:
Persoalan yang pertama adalah persoalan yang berkaitan dengan hukum sebagai suatu
sistem, dimana hukum itu dinilai dari 2 sisi yang berbeda yaitu:
1. Hukum dilihat sebagai suatu sistem nilai, dimana keseluruhan hukum dalam rangka
penegakan hukum didasarkan pada grundnorm yang kemudian menjadi sumber nilai
sekaligus pedoman bagi penegakan hukum itu sendiri;
2. Hukum dilihat sebagai bagian dari masyarakat (realitas sosial), dimana hukum tidak
dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat karena dalam hal ini, hukum merupakan
salah satu subsistem dari subsistem-subsistem sosial lainnya.
Adapun Lawrence M. Friedman menjelaskan bahwa hukum sebagai suatu sistem memiliki
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Struktur yaitu berupa kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum untuk
mendukung bekerjanya sistem hukum itu sendiri seperti : pengadilan negeri, pengadilan
administrasi, dan sebagainya;
2. Substansi berupa norma-norma hukum yang digunakan oleh para penegak hukum
maupun mereka yang diatur;
3. Kultur hukum berupa ide, sikap, harapan, dan pendapat tentang hukum yang secara
keseluruhan mempengaruhi seseorang untuk patuh atau tidak patuh terhadap hukum.
Hukum sebenarnya memiliki hubungan yang timbal balik dengan masyarakatnya, dimana
hukum itu merupakan sarana/alat untuk mengatur masyarakat dan bekerja di dalam
masyarakat itu sendiri sedangkan masyarakat dapat menjadi penghambat maupun menjadi
sarana/alat sosial yang memungkinkan hukum dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Emile Durkheim, hubungan antara hukum dengan masyarakat dapat dilihat dari 2
tipe masyarakatnya yang berbeda antara lain :
2.
3.
4.
5.
6.
Diantara sesama peraturan tidak boleh terdapat pertentangan satu sama lain;
7.
8. Harus terdapat kesesuaian antara tindakan para pejabat hukum dengan peraturan
yang telah dibuat.
Pedoman yang harus kita pegang dalam hal ini, sebaik apapun hukum yang dibuat pada
akhirnya sangat ditentukan oleh budaya hukum yang berupa nilai, pandangan serta sikap
dari masyarakat yang bersangkutan. Jika budaya hukum diabaikan, maka dapat dipastikan
akan terjadi kegagalan dari sistem hukum modern yang ditandai dengan munculnya
berbagai gejala seperti : Kekeliruan informasi mengenai isi peraturan hukum yang ingin
disampaikan kepada masyarakat, Muncul perbedaan antara apa yang dikehendaki oleh
undang-undang dengan praktek yang dijalankan oleh masyarakat, Masyarakat lebih
memilih untuk tetap bertingkah laku sesuai dengan apa yang telah menjadi nilai-nilai dan
pandangan dalam kehidupan mereka. Daniel S. Lev kemudian menjelaskan tentang sistem
hukum dan budaya hukum, dimana menurutnya sistem hukum itu menekankan pada
prosedur, sedangkan budaya hukum sendiri terdiri dari 2 komponen yaitu :
- Nilai-nilai hukum prosedural yang berupa cara-cara pengaturan masyarakat dan
manajemen konflik;
- Nilai-nilai hukum substansial yang berupa asumsi-asumsi fundamental mengenai
distribusi maupun penggunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, terutama mengenai
apa yang adil dan tidak menurut masyarakat.
Suatu sistem hukum dapat dikatakan efektif apabila tingkah laku manusia di dalam
masyarakat sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam peraturan hukum yang berlaku.
Paul dan Dias dalam hal ini mengemukakan 5 syarat yang harus dipenuhi untuk
mengefektifkan sistem hukum, antara lain :
1.
2. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan hukum yang
bersangkutan;
3.
4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau oleh
masyarakat tetapi juga harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa;
5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan masyarakat bahwa aturan
dan pranata hukum itu memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif.
Jika kita melihat kenyataan yang ada di Indonesia, terutama di daerah pedesaan terlihat
jelas bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum berbeda dengan nilai-nilai yang
telah melekat dalam kehidupan masyarakat desa. Hal ini mengingat tingkat pengetahuan
masyarakat desa masih rendah sehingga mereka sulit memahami apa yang dikehendaki
oleh hukum. Dalam menghadapi kondisi seperti ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu : Peranan birokrasi pelaksana yaitu kepala desa sangat penting artinya
untuk membuat hukum menjadi efektif dalam masyarakat, Perlunya komunikasi hukum
yang dijalankan dengan baik agar masyarakat memahami hukum yang ada, Sarana
penyampaian isi suatu peraturan hukum harus memadai agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam proses mobilisasi hukum. Selain itu, keefektifan hukum juga dapat
dicapai dengan cara menanamkan nilai-nilai baru melalui proses pelembagaan agar dapat
menjadi pola tingkah laku baru dalam rangka pembentukan kesadaran hukum masyarakat.
Kiranya dapat dipahami bahwa usaha untuk menanamkan budaya hukum yang baru dapat
tercapai jika proses pelembagaannya telah dilakukan secara baik dan sungguh-sungguh
demi terciptanya kesadaran hukum masyarakat.
Persoalan ketiga adalah peranan kultur/budaya hukum terhadap bekerjanya hukum, ini
berarti menyangkut bagaimana cara pembinaan kesadaran hukum. Masalah pembinaan
kesadaran hukum erat kaitannya dengan berbagai faktor, khususnya sikap para pelaksana
hukum artinya para penegak hukum memiliki peranan yang besar dalam membina
pertumbuhan kesadaran masyarakat. Kesadaran hukum dalam konteks ini berarti
kesadaran untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum dan berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku anggota
masyarakatnya. Lawrence M. Friedman menyebutnya sebagai bagian dari kultur hukum.
Fakta selanjutnya menunjukkan bahwa meskipun ada unsur-unsur baru dalam peraturan
hukum, tetap saja masyarakat kita yang sebenarnya adalah pemegang peran (adressat)
berpola tingkah laku sesuai dengan kesadaran hukumnya sendiri. Hal ini berarti apa yang
menjadi cita-cita pembuat undang-undang nyatanya belum terwujud. Ada 3 variabel utama
yang menurut Seidman dapat digunakan untuk mengetahui apakah seseorang akan
bertindak sesuai dengan peraturan hukum atau tidak, yaitu :
-
Apakah normanya serasi dengan tujuan yang diterapkan bagi posisi itu (sinkronisasi
produk hukum);
Apakah si pemegang peran digerakkan oleh motivasi yang menyimpang (faktor
motivasi).
Teori dari Seidman itu mengajarkan bahwa para pemegang peran dapat memiliki motivasi,
baik yang berkehendak maupun yang tidak berkehendak untuk menyesuaikan diri dengan
norma. Sementara itu, pemegang peran juga dapat memiliki tingkah laku yang mungkin
konform maupun yang mungkin tidak konform. Teori ini kemudian dikenal sebagai teori
penyimpangan. Terjadinya ketidakcocokan antara peranan yang diharapkan oleh norma
dengan tingkah laku yang nyata dari masyarakat sebagaimana dijelaskan oleh teori
penyimpangan di atas, dikarenakan fungsi hukum tidak lagi hanya sekedar sebagai kontrol
sosial saja melainkan sebagai sarana untuk membentuk pola tingkah laku yang baru
sehingga melahirkan masyarakat baru yang dicita-citakan. Berdasarkan konsep yang
modern, fungsi hukum seperti ini digunakan sebagai sarana untuk melakukan social
engineering. Namun sayangnya, fungsi hukum sebagai social engineering ternyata tidak
selalu didukung oleh kehidupan sosial dimana hukum itu diterapkan sehingga harus
ditunjang dengan tingkat kesadaran hukum masyarakat yang tinggi. Kenyataan yang sering
kita temui adalah masih banyaknya faktor inkonsistensi dalam pelaksanaan hukum serta
keengganan dalam menerapkan ketentuan hukum yang telah ditetapkan dan kebiasaankebiasaan lain yang kurang mendukung dalam menaati hukum.
Dengan demikian, pembinaan kesadaran hukum hendaknya berorientasi pada usaha untuk
memasyarakatkan nilai-nilai yang mendasari peraturan hukum yang bersangkutan serta
memperhatikan faktor komunikasi hukumnya agar isi peraturan hukum tersebut dapat
diketahui oleh masyarakat luas sebagai sasaran dari peraturan hukum itu sendiri.
B.
Penegakan Hukum