Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan dengan mutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Azwar, 1996). Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Undang-Undang no
44 tahun 2009). Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
yang ada di rumah sakit. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan
yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan
keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuh (Kemenkes, 2013).
Pelayanan gizi yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat
dilakukan dengan benar dan pada waktu yang tepat serta menggunakan cara
yang benar bagi individu yang tepat untuk mencapai hasil yang sebaik
mungkin (Persagi dan AsDI, 2011). Untuk mencapai hasil sebaik mungkin
maka pelayanan dilakukan dengan melaksanakan standar pelayanan minimal.
Menurut Kepmenkes nomor 129 tahun 2008, standar pelayanan minimal
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan

urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal.
Kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu baik dapat dilihat dari
kepuasaan

pemakai

jasa

pelayanan

kesehatan

tersebut

dan

penyelenggaraannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yang


sesuai dengan kode etik profesi (Azwar, 1996). Dalam mewujudkan
pelayanan yang berkualitas untuk pencapaian standar pelayanan minimal
perlu dukungan dari sumber daya manusia yang profesional dengan kinerja
yang sesuai dengan harapan masyarakat, hal ini disebabkan sumber daya
manusia merupakan aset dalam suatu organisasi yang paling bernilai tinggi
dibandingkan dengan sumber daya yang lainnya (Ilyas, 2002).
Berdasarkan laporan WHO (2006) Indonesia termasuk salah satu dari
57 negara yang menghadapi krisis sumber daya manusia kesehatan baik
jumlahnya yang kurang maupun distribusinya sehingga untuk menghadapi
krisis tersebut pemerintah Indonesia menetapkan rencana pengembangan
tenaga kesehatan tahun 2011-2025. Dalam rencana pengembangan tenaga
kesehatan, tenaga gizi termasuk di dalamnya.
Nutrisionis dalam pelayanan gizi menjadi salah satu unsur penting
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Nutrisionis
merupakan sumber daya manusia yang melaksanakan pelayanan gizi rumah
sakit. Untuk mendapatkan kualitas pelayanan gizi yang sesuai dengan standar
pelayanan minimal dengan sumber daya yang berkualitas dibutuhkan analisis
beban kerja. Analisis beban kerja merupakan gambaran beban kerja yang
dibutuhkan oleh suatu organisasi (Ilyas, 2004).

Menurut Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (2013), analisis


beban kerja erat kaitannya dengan reformasi birokrasi, hal ini dikarenakan
semakin

besarnya

tuntutan

masyarakat

terhadap

pelayanan

publik.

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan salah satu reformasi


birokrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun masih ada beberapa hal
yang menghambat dalam peningkatan kualitas pelayanan publik, salah
satunya adalah distribusi pegawai pada suatu unit kerja belum mengacu
kebutuhan organisasi yang sebenarnya yaitu belum didasarkan pada beban
kerja yang ada. Jumlah kebutuhan pegawai pada suatu instansi hingga saat
ini belum dihitung secara tepat sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya.
Penetapan jumlah pegawai masih banyak yang ditetapkan berdasarkan
perkiraan semata sehingga akan berakibat tidak efisiennya organisasi.
Apabila organisasi terjadi kekurangan pegawai mengakibatkan tugas
terbengkalai dan beban kerja perorangan menjadi berat. Sebaliknya jika
terjadi

kelebihan

pegawai

dapat

menimbulkan

kecemburuan

akibat

pembagian kerja yang tidak merata. Perbandingan jumlah pegawai dan beban
kerja yang tidak proporsional juga dapat menimbulkan persaingan tidak sehat
antar unit kerja.
Analisis beban kerja terutama terhadap Nutrisionis diperlukan untuk
menjalankan pelayanan gizi yang optimal sesuai dengan standar pelayanan
minimal. Analisis beban kerja dan kebutuhan Nutrisionis menjadi hal yang
penting dilakukan untuk mendapatkan jumlah Nutrisionis yang sesuai dengan
kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit, sehingga dapat diketahui adanya
kelebihan atau kekurangan dari jumlah Nutrisionis. Adanya kekurangan
jumlah tenaga akan menurunkan kualitas dari penyelenggaraan pelayanan

akibat dari kurang maksimalnya pelayanan sehingga akan menyebabkan


kurangnya kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan (Gamrin dan
Joeharno, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Amnifu (2009)
menunjukan bahwa semakin tinggi beban kerja tenaga pelaksana gizi
semakin rendah kinerjanya. Menurut penelitian Utami (2011), beban kerja
yang tinggi menghasilkan kinerja kuantitas yang tinggi juga dan beban kerja
yang tinggi menghasilkan kinerja dengan kualitas yang rendah. Menurut
Purwanto (2008) faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan tenaga
pelaksana

gizi

adalah

pendidikan,

pengetahuan,

motivasi,

supervisi,

dukungan pemimpin, sarana, struktur organisasi dan penetapan indikator.


Berdasarkan penelitian dan data laporan serta survey yang telah
dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Krakatau Medika

belum pernah

dilakukan analisis beban kerja menggunakan metode menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012. Oleh karena itu
analisis beban kerja penting dilakukan untuk mengetahui gambaran beban
kerja dan ketersediaan tenaga yang ada dalam pencapaian standar
pelayanan minimal sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai analisis beban kerja dan kebutuhan Nutrisionis dalam pencapaian
standar pelayanan minimal di Rumah Sakit Krakatau Medika. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan dapat mengetahui analisis dan gambaran beban
kerja Nutrisionis dan jumlah Nutrisionis yang dibutuhkan di Rumah Sakit
Krakatau Medika dalam pencapaian standar pelayanan minimal.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
analisis beban kerja dan kebutuhan Nutrisionis dalam pencapaian standar
pelayanan minimal di Rumah Sakit Krakatau Medika ?

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran analisis beban kerja dan kebutuhan
Nutrisionis dalam pencapaian standar pelayanan minimal di Rumah Sakit
Krakatau Medika .

2.

Tujuan Khusus :
a. Mengetahui job description Nutrisionis di Rumah Sakit Krakatau
Medika.
b. Mengetahui jumlah Nutrisionis di Rumah Sakit Krakatau Medika.
c. Mengetahui volume kerja Nutrisionis di Rumah Sakit Krakatau
Medika.
d. Mengetahui capaian standar pelayanan minimal di Rumah Sakit
Krakatau Medika.
e. Mengetahui analisis beban kerja Nutrisionis di Rumah Sakit Krakatau
Medika.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini erat kaitannya dengan mata kuliah blok pelayanan
gizi institusi sehingga peneliti dapat lebih memahaminya dengan penelitian
ini serta dapat menambah pengetahuan dalam hal analisis beban kerja.
2. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini memfokuskan pada analisis beban kerja sehingga
Rumah Sakit dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan serta dalam menentukan jumlah
Nutrisionis yang dibutuhkan.
3. Bagi Nutrisionis
Penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai analisis beban kerja untuk meningkatkan kinerja dalam
pencapaian standar pelayanan minimal.

E. Keaslian Penelitian
1. Menurut penelitian Utami (2011) mengenai analisis beban kerja dan kinerja
Dietisien dalam melaksanakan nutrition care process di ruang rawat inap
rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan tentang kinerja
Dietisien dalam melakukan NCP Penelitian ini menggunakan 13 orang
Dietisien. Teknik yang digunakan menggunakan kombinasi work sampling
dan daily log. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa beban
kerja Dietisien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dikategorikan

sedang penilaian secara kuantitas dikategorikan baik dan penilaian secara


kualitas dikategorikan kurang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjeknya yaitu
Nutrisionis dan lokasi tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Krakatau
Medika

dan metode yang digunakan adalah pedoman pelaksanaan

analisis beban kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan

menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012.


Persamaan dengan penelitian ini adalah ingin melakukan analisis beban
kerja.
2. Menurut penelitian Amnifu (2009) mengenai hubungan beban kerja dengan
kinerja tenaga pelaksana gizi (TPG) Puskesmas di kota Yogyakarta
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengetahui
beban kerja yang diukur berdasarkan tugas pokok dan tugas tambahan
dengan kinerja tenaga pelaksana gizi puskesmas. Berdasarkan penelitian
ini didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja
yang diukur berdasarkan tugas pokok dan tugas tambahan dengan kinerja
tenaga pelaksana gizi Puskesmas yaitu makin tinggi beban kerja maka
kinerja makin menurun.
Perbedaan

dengan

penelitian

ini

adalah

subjeknya

yaitu

Nutrisionis dan lokasi tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Krakatau


Medika . Selain itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beban kerja
Nutrisionis dengan menggunakan metode pedoman pelaksanaan analisis
beban kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan

menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012. Persamaan


dengan penelitian ini adalah ingin melakukan analisis beban kerja.

3. Menurut penelitian Sugiarsih (2012) mengenai beban kerja perawat


berdasarkan time motion study di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD
Temanggung. Penelitian ini untuk menghitung variasi kegiatan perawat,
menghitung waktu yang digunakan untuk menyelesaikan setiap kegiatan
dan gambaran beban kerja perawat di ruang rawat penyakit dalam.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional
study dengan cara observasi. Responden penelitian ini adalah perawat.
Metode yang digunakan menggunakan time motion study. Hasil penelitian
ini berupa beban kerja perawat berdasarkan time motion adalah 6,31 jam
selama satu shift jaga dan kegiatan perawat yang banyak dilakukan adalah
indirect care.
Perbedaan

dengan

penelitian

ini

adalah

responden

yang

digunakan yaitu Nutrisionis dan penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit


Krakatau Medika . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beban kerja
Nutrisionis dengan menggunakan metode pedoman pelaksanaan analisis
beban kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan

menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012. Persamaan


dengan penelitian ini adalah ingin melakukan analisis beban kerja.
4. Menurut penelitian Tarua (2011) mengenai hubungan ketepatan jam
penyajian makanan dengan sisa makanan pasien diet nasi di ruang rawat
inap RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara ketepatan jam penyajian makanan dengan sisa makanan
pasien diet nasi di ruang rawat inap RSUP Dr.Sardjito. Penelitian ini
termasuk penelitian observasional dengan rancangan cross sectional.
Subjek penelitian ini adalah semua pasien dewasa yang rawat inap di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dari penelitian ini didapatkan hasil yaitu
tidak ada hubungan bermakna antara ketepatan jam penyajian makanan
(pagi, siang, dan sore), jenis penyakit dan faktor demografi, dengan sisa
makanan pasien serta ada hubungan bermakna antara jenis penyakit dan
makanan luar rumah sakit dengan sisa makanan pasien.
Perbedaan

dengan

penelitian

ini

adalah

responden

yang

digunakan yaitu Nutrisionis dan penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit


Krakatau Medika . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beban kerja
Nutrisionis dengan menggunakan metode pedoman pelaksanaan analisis
beban kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 53 tahun 2012. Persamaan
dengan penelitian ini adalah melihat standar pelayanan minimal yang
dicapai rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai