Anda di halaman 1dari 4

Viskositas dapat dianggap sebagai suatu gesekan antara lapisan zat cair atau gas

yang mengalir. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang. Maka
sebelum lapisan molekul dapat melewati lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energi
tertentu sehingga suatu lapisan zat cair dapat meluncur diatas lapisan lainnya. Karena
adanya gaya gesekan antara lapisan zat cair, maka suatu zat akan bersifat menahan aliran.
Besar kecilnya gaya gesekan tersebut tergantung dari sifat zat cair yang dikenal dengan

G
A. dv

dy

nama viskositas. Dirumuskan;


Dengan:

= viskositas

G = gaya gesek
A = luas permukaan zat cair
dv = perbedaan kecepatan antara dua lapisan zat cair yang berjarak dy
Jadi viskositas dapat didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas (dyne/cm3) yang
diperlukan untuk mendapatkan beda kecepatan sebesar 1 cm/dt antara dua lapisan zat
cair yang sejajar dan berjarak 1 cm.
Dalam satuan cgs, viskositas sebesar 1 dyne dt cm-2 disebut 1 poise. Untuk
kekentalan yang kecil dapat digunakan centipoise (10-2 poise).
2.2. Macam-Macam Viskositas
1. Viskositas Dinamis
Adalah viskositas yang disebabkan apabila dua lapisan zat cair saling
bergeseran sehingga besarnya gaya gesekan zat cair dinyatakan dengan banyaknya
1 gram zat cair yang mengalir sejauh 1 cm dt -1, satuannya dalam satuan SI adalah
gr cm-1 det-1 atau poise.
2. Viskositas Kinematis
Adalah viskositas yang ditimbulkan bila dua zat cair saling bergesekan
sehingga besarnya gaya geekan zat cair dinyatakan dengan banyaknya zat cair yang
mengalir per satuan luas tiap detik, satuannya adalah cm2dt-1 atau stokes.
Satu stokes didefinisikan sebagai gaya sebesar 1 dyne yang diperlukan untuk
mendapatkan sejumlah zat cair yang mengalir dalam penampang seluas 1 cm 2
dalam satu detik.

Hubungan antara angka kental dinamis (d) dengan angka kental kinematis
(k) berdasarkan satuannya adalah:
d = gr cm-1 det-1
k = cm2/dt
jadi d/ k = gr/cm3 = (densitas)
2.3. Viskositas Suatu Larutan
Dalam suatu larutan, 0 merupakan viskositas dari pelarut murni dan
merupakan viskositas dari larutan yang menggunakan pelarut tersebut. Ada beberapa cara
untuk menghitung pengaruh penambahan zat terlarut terhadap viskositas larutan.
Perhitungan viskositas suatu larutan sering dihubungkan dengan penentuan berat molekul
suatu polimer yang terdapat dalam suatu pelarut. Beberapa perhitungan viskositas suatu
larutan yang paling umum yaitu:
1. Viskositas Relatif
Adalah rasio antara viskositas larutan dengan viskositas dari pelarut yang digunakan.
Dinyatakan dengan rumus:

2. Viskositas Spesifik
Adalah rasio antara perubahan viskositas yang terjadi setelah penambahan zat terlarut
dengan viskositas pelarut murni. Dinyatakan dengan rumus:

3. Viskositas Inheren
Adalah rasio antara logaritma natural dari viskositas relatif dengan konsentrasi dari
zat terlarut (biasanya berupa polimer). Viskositas inheren dinyatakan dengan rumus:

4. Viskositas Intrinsik
Adalah rasio antara viskositas spesifik dengan konsentrasi zat terlarut yang
diekstrapolasi sampai konsentrasi mendekati nol (saat pengenceran tak terhingga).
Viskositas intrinsik menunjukkan kemampuan suatu polimer dalam larutan untuk
menambah viskositas larutan tersebut. Nilai viskositas dari suatu senyawa
makromolekul di dalam larutan adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan
dalam karakterisasi senyawa tersebut. Secara umum, viskositas intrinsik dari

makromolekul linear berkaitan dengan berat molekul atau derajat polimerisasinya.


Viskositas intrinsik dinyatakan dengan rumus:

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas:


1. Densitas
Pengaruh densitas terhadap viskositas dapat dilihat dari rumus:

.t
.
.t
X

2. Suhu
Untuk gas, semakin besar suhu maka tekanan semakin besar. Akibatnya jarak
antar molekul makin kecil dan gesekan antar molekul bertambah sehingga viskositas
makin besar. Pada cairan, viskositas meningkat dengan naiknya tekanan dan
menurun bila suhu meningkat.
3. Tekanan
Dari percobaan rontgen dan dilanjutkan oleh loney dan Dr.Ichman
memperlihatkan bahwa untuk semua cairan, viskositas akan bertambah bila tekanan
naik.
Rumus:

p = l + (1+P)

dengan

p =viskositas pada tekanan total P (kg/cm2)


l = viskositas pada tekanan total i (kg/cm2)
= konstanta

4. Gaya gesek
Semakin besar gaya gesek antar lapisan maka viskositasnya semakin besar.
2.5. Cara-Cara Penentuan Viskositas
1.

Cara Ostwald
Dasarnya adalah hukum Poiseuille II yang menyatakan bahwa volumen cairan
yang mengalir dalam waktu t keluar dari pipa dengan radius R, panjang L dan beda
V

tekanan P dirumuskan sebagai:

R 4 Pt
8L

Viskosimeter Ostwald terdiri dari dua labu


pengukur dengan tanda s1 dan s2, pipa kapiler dan
labu contoh. Dengan alat ini viskositas tidak
diukur secara langsung

Gambar 2.1 :
Viskosimeter Ostwald

tapi

menggunakan

cairan pembanding misalnya aquadest atau cairan


lain

yang

densitasnya.

telah

diketahui

Cairan

dihisap

viskositas

dan

melalui

labu

pengukur dari viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas
s1.Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati
batas s2, stopwatch dinyalakan dan ketika cairan melewati batas s2, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang diperlukan untuk melewati jarak antyara s1 dan s2
dapat ditentukan. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap zat x yang akan
dicari harga viskositasnya.
2. Cara Hoppler
Dasarnya adalah hukum stokes yang menyatakan bahwa jika zat cair yang
kental mengalir melalui bola yang diam dalam aliran laminer atau jika bola bergerak
dalam zat cair yang kental yang berda dalam keadaan diam, maka akan terdapat gaya
penghalang (gaya stokes) sebesar: f = 6rv
dengan :

f = frictional resistance
= viskositas
r = jari-jari bola
v = kecepatan yaitu jarak yang ditempuh per satuan waktu

2.6. Kegunaan Viskositas


Pada umumnya viskositas sering digunakan untuk menentukan jenis pompa

Anda mungkin juga menyukai