Oleh :
David Christopher S
Muhammad Yoga W
YantiMeylitha
Mahda Bin Juber
RetnoKathiningsih
SesyAyu Lestari
SylvianiTheWirianto
MerinaDwiPangastuti
YovitaYonas
DelaneiraAlvita D
IrjiniaPutri Nanda
NoviaSetyowati
021311133003
021311133050
021311133032
021311133033
021311133034
021311133035
021311133036
021311133037
021311133038
021311133039
021311133040
021311133041
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Untukdapatmelakukanpembedahandiperlukanobatpenghilang
nyeri.Obatpenghilang
rasa
nyeri
yang
rasa
pertama
kali
umum.
(StafPengajarDepartemenFarmakologi
FK
UNSRI,
2008)
Anesthesia lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Anesthesia umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). (Muhiman M et
al, 2007)
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesik, dan
relaksasi otot. Sejak jaman dahulu, anestesia dilakukan untuk mempermudah
tindakan operasi atau bedah. Obat anestesi umum adalah obat atau agen yang
dapat menyebabkan terjadinya efek anestesia umum yang ditandai dengan
penurunan kesadaran secara bertahap karena adanya depresi susunan saraf pusat.
Menurut
rute
Anastesiumumdapatdiberikansecarainhalasidanintravena.
dalam
hal
farmakodinamik.
pemberiannya,
Keduanya
berbeda
Anastetikainhalasidibedakanmenjadi
yang
mudahmenguappadatemperatureruangankarenatitikdidihnyarendah,
selainitutergolongdalam halogen hidrokarbonkarenamengandungfluor, klorin,
ataubrominedalamstrukturnya. (Haveles, Elena Bablenis, 2011).
Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian obat eter terhadap
perubahan kondisi kesadaran kelinci yang dapat diamati dengan beberapa
parameter penting. Praktikum pemberian anastesi umum pada kelinci ini
BAB II
3
METODE PRAKTIKUM
tidak
Keadaan mata: lebar pupil (mm), reflek kornea, konjungtiva,
pergerakan mata
Keadaan otot: keadaan gerak, tonus otot bergaris
Keadaan saliva: saliva banyak atau sedikit
Rasa nyeri: keadaan rasa nyeri (dengan menjepit telinga)
Lain-lain: muntah, ronkhi, warna telinga
3. Corong anastesi atau mouth cap dipasang pada moncong kelinci dengan
baik kemudian eter diteteskan pada corong dengan kecepatan kira kira 60
tetes per menit secara konstan.
4. Catat waktu:
Mulai meneteskan eter
Adanya tanda tanda dari setiap stadium
Keadaan dimana hewan coba sudah berada dalam anastesi yang
cukup untuk memulai operasi
5. Setelah tercapai stadium of anesthesia keadaan hewan coba dipertahankan
selama kurang lebih 5 menit kemudian keadaan hewan coba diamati
kembali seperti sebelum diberikan eter.
6. Biarkan hewan coba sadar kembali dan waktu sadarnya dicatat.
BAB III
HASIL
Tercapainya stadium I
Tercapainya stadium II
Tercapinya stadium III
Kontrol
Pernafasan
- Frekuensi
-
Irama
Jenis
TetesanEter
340/menit
1.36
Cepatdanteratur
Torakoabdominal
pernafasanmenurun
Cepatdantidakteratur
2.23 torakspositif
4.00
- Amplitudo
Jantung
- Denyutnadi
- Takhikardi
- Brkhikardi
Mata
- Lebar pupil
- Mydriasis
abdominal
Sedang
positif
Sedang
172
-
2.15
Takikhardi I
Takhikardi II
4.25
ada
1,3 mm
Membesar
1.15
Mydriasis I
Myiosis
4.25
mydriasis II
Reflex cahaya
ada
2.12
1.32
meiosis
adarefleks
ada
1.50
2.16
tidakada
ada
Normal danstabil
2.36 tidakada
Lambat
Ada tahanan
ada
Ada,loncat
Tidakada
Ada tapilemas
2.10 eksitasi
Tidakada
5.16
Ada
Reflex kornea
- Pergerakanmata
Gerakanotot
- Tonus otot
- Gerakan
Rasa Nyeri
Salivasi
Auskultasi
- Ronchi
- Lain-lain
Tidakada
tidakadarefleks
Ada tapitidakkelihatan
-
Pada hasil praktikum diatas menunjukkan bahwa hewan coba yang masih
normal dan belum teranastesi memiliki tanda-tanda perbedaan dengan setelah
dianastesi. Terlihat pada parameter pernafasan sebelum diberikan anastesi
frekuensi pernaasan 340/menit, irama cepat dan terarur, jenis nafas torako
abdominal
(denyut
yang
bersamaan
antara
toraks
dan
abdomen),serta
pada menit ke 2.0 mengalami eksitasi dan pada menit ke 5.16 tidak lagi
merasakan nyeri dan tidak ada refleks.
Parameter yang keenam adalah dilihat dari saliva hewan coba yaitu pada
keadaan normal tidak terjadi hyperslivasi sedangkan pada keadaan teranastesi
terjadi hypersalivasi.
Parameter yang terakhir adalah auskultasi pada saat sebelum anastesi tidak
terdengar ronchi sedangkan setelah teranastesi mulai terdengar ronchi.
BAB IV
DISKUSI
sensori pada syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem
syaraf pusat (SSP) secara reversible. Anestesi umum merupakan kondisi yang
dikendalikan dengan ketidaksadaran reversibel dan diperoleh melalui penggunaan
obat-obatan secara injeksi dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya
respon rasa nyeri (analgesia), hilangnya ingatan (amnesia), hilangnya respon
terhadap rangsangan atau refleks dan hilangnya gerak spontan (immobility), serta
hilangnya kesadaran (unconsciousness).
Mekanisme kerja anestesi umum pada tingkat seluler belum diketahui
secara pasti, tetapi dapat dihipotetiskan mempengaruhi sistem otak karena
hilangnya kesadaran, mempengaruhi batang otak karena hilangnya kemampuan
bergerak, dan mempengaruhi kortek serebral karena terjadi perubahan listrik pada
otak. Anestesi umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan tersebut
tergantung pada dosis yang digunakan. Tahapan teranestesi umum secara ideal
dimulai dari keadaan terjaga atau sadar kemudian terjadi kelemahan dan
mengantuk (sedasi), hilangnya respon nyeri (analgesia), tidak bergerak dan
relaksasi (immobility), tidak sadar (unconsciousness), koma, dan kematian atau
dosis berlebih.
Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria : tiga
komponen anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan relaksasi), penekanan
refleks, ketidaksadaran, aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi), mudah
diaplikasikan dan ekonomis. Dengan demikian, tujuan utama dilakukan anestesi
umum adalah upaya untuk menciptakan kondisi sedasi, analgesi, relaksasi, dan
penekanan refleks yang optimal dan adekuat untuk dilakukan tindakan dan
prosedur
diagnostik
atau
pembedahan
tanpa
menimbulkan
gangguan
isofluran, sevofluran, desfluran, dietil eter, nitrous oksida dan xenon. Anestetika
umum yang diberikan secara injeksi meliputi barbiturat (tiopental, metoheksital,
dan pentobarbital), cyclohexamin (ketamine, tiletamin), etomidat, dan propofol.
Tujuan Anestesi Umum:
anestesi umum menjamin hidup pasien, yg memungkinkan operator
melakukan tindakan bedah dg leluasa dan menghilakan rasa nyeri.
umum dapat menurunkan sekresi saliva dan bronkus, melindungi jantung dari
vagal tone yang berlebihan selama anestesi, serta menghilangkan efek depresan
morfin pada pusat respirasi.
Pada percobaan anestesi umum pada kelinci digunakan eter sebagai
obatnya. Eter atau yang juga disebut dengan diethyl ether dan ethoxythane adalah
anastesi inhalasi dalam bentuk cairan yang menguap. Sifat dari eter yakni berupa
cairan yang jernih, tidak berwarna, memiliki bau yang tajam, mudah menguap,
mudah meledak dan terbakar. Eter banyak digunakan untuk menginduksi dan
mengelola anastesi selama operasi dan juga dapat digunakan untuk anestesi pada
penelitian hewan (WHO, 1989).
Keuntungan Eter (Drury, 1998):
1. mempertahankan stabilitas sirkulasi pada konsentrasi yang tinggi
2. dapat merelaksasi abdominal
3. dapat diandalkan dan poten, yang utamanya berguna ketika peralatan yang
rumit tidak tersedia dan membutuhkan biaya yang besar
4. sebagai bronkodilatator sehingga dapat berguna untuk menangani spasme
bronkus yang resisten terhadap obat lain.
Kerugian Eter (WHO, 1989) :
1. mudah terbakar dan meledak
2. diathermy (kenaikan suhu jaringan tubuh) merupakan kontraindikasi
ketika eter digunakan dengan oksigen
3. Dapat mengiritasi saluran nafas atas
4. Premedikasi dengan atropin penting untuk menghindari sekresi bronkial
5.
6.
7.
8.
yang
berkepanjangan.
Eter bukanlah anestesi yang ideal, namun eter lebih aman dari pada
kloroform dan lebih efektif dari pada N2O. Efek yang tidak diinginkan dari
paparan eter dapat meliputi batuk, radang tenggorokan, mata merah, sakit kepala,
10
kantuk, sesak nafas dan mual. Eter memiliki koefisien darah : gas yang besar,
sehinga eter sangat larut dalam jaringan tubuh, hal ini menyebabkan induksinya
lambat ketika digunakan sebagai agen anestesi tunggal sebelum operasi. Ahli
anestesi saat ini jarang sekali menggunakannya. Eter tidak dianjurkan diberikan
pada pasien yang mengalami penyakit hati yang berat dan pada pasien yang
mengalami peningkatan tekanan cairan serebrospinal (Pearce, 2004).
Efek samping Eter (WHO, 1989):
1. Spasme laring selama induksi
2. Mual, muntah dan bronkopneumonia cenderung terjadi setelah operasi,
utamanya setelah pemakaian yang berkepanjangan.
3. Efek sementara setelah operasi termasuk gangguan fungsi hati dan
leukositosis
4. Ketergantungan dapat terjadi pada individu yang berulang kali terpapar
eter.
dengan teori. Pada stadium I, sebagai tahap analgesia dan dimulai tahap dimana
pasien sampai kehilangan kesadaran. (Frey, 2008)
Pada setelah 2 menit 15 detik, kelinci telah memasuki stadium II yaitu
excitement atau delirium. Ditandai dengan pernafasan cepat dan tidak teratur.
Pernafasan mulai menggunakan toraks saja. Denyut nadi menjadi cepat
mengalami takhikardi. Pupil kelinci terlihat melebar mydriasis yang pertama kali.
Refleks cahaya pada mata sudah tidak ada. Refleks kornea masih ada. Pergerakan
bola mata tidak terutur karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata. Gerakan
otot tidak terkendali. Hal ini sesuai dengan teori. Pada stadium II, merupakan
tahap pasien kehilangan kesadaran. Dikenal sebagai stadium excitement atau
delirium, karena gerakan yang tidak terkoordinasi pasien. Pelerbaran pupil
(midriasis), muntah, laryngospasme, hipertensi, dan takhikardi dapat terjadi pada
stadium ini. Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, respon rasa sakit, saliva
meningkat, menangis, menelan, tertawa, tonus otot skeletal meningkat. (Miller,
2005)
Eksitasi tersebut disebabkan depresi atau hambatan pusat inhibisi.
Pernafasan yang tidak teratur dan cepat diakibatkan depresi pernafasan sehingga
terjadi retensi CO2 yang mengarah ke sympatho adrenal discharged yaitu suatu
keadaan
dimana
mempersiapkan
binatang
termasuk
manusia
untuk
mempersiapkan semua sistem tubuh dalam keadaan fight atau flight. Dengan
pelepasan adrenalin pada kelenjar medulla adrenal dan norephinephrine dari ujung
saraf simpatis. (Bijlani, 2011).
Stadium iii dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan
spontan hilang. Tanda yang harus dikenal ialah : (Handoko, 1995)
1. Pernapasan yang tidak teratur pada stadium ii menghilang; pernapasan menjadi
spontan dan teratur oleh karena tidak ada pegaruh psikis, sedangkan
pengontrolan kehendak hilang.
2. Refleks kelopak mata dan konjungtiva hilang, bila kelopak mata atas diangkat
dengan perlahan dan dilepaskan tidak akan menutup lagi, kelopak mata tidak
bekedip bila bulu mata disentuh.
12
3. Kepala dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan bebas. Bila lengan
diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas tanpa tahanan.
4. Gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak merupakan tanda spesifik
untuk permulaan stadium iii.
Stadium iii dibagi menjadi 4 tingkat berdasarkan tanda-tanda berikut ini :
(Handoko, 1995)
- Plane 1 : pernapasan teratur, spontan, terjadi gerakan bola mata yang tidak
menurut kehendak, pernapasan dada dan perut seimbang, belum tercapai relaksasi
otot lurik yang sempurna, dan miosis.
Seperti yang terjadi saat percobaan dengan menggunakan kelinci sebagai hewan
coba, pada menit ke 2.12 terjadi miosis pada pupil kelinci, pernapasan kelinci
teratur, dan pernapasan secara torako-abdominal seimbang.
- Plane 2 : pernapasan teratur tapi kurang dalam dibandingkan pada plane 1, bola
mata tidak bergerak, pupil mulai midriasis, relaksasi otot sedang, refleks laring
hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
Masuknya kelinci pada stadium iii plane 2 ini ditandai dengan pupil kelinci yang
sebelumnya mengalami miosis pada plane 2 kembali mengalami midriasis pada
menit ke 4.25, tidak adanya pergerakan bola mata, pernafasan yang mulai turun,
khususnya pada torakal, dan kelinci mulai mengalami takikardi kembali.
- Plane 3 : Tanda umum dari plane 3 adalah pernapasan perut lebih nyata daripada
pernapasan dada karena otot intercostal mulai mengalami paralisis, relaksasi otot
lurik sempurna, pupil lebih midriasis tetapi belum maksimal.
Pengamatan yang dilakukan pada kelinci menunjukkan adanya midriasis yang
lebih terlihat daripada plane 2, pernafasan hanya abdominal, dan kelinci
mengalami takikardi maksimal. Saat kelinci mulai memasuki plane 3, anestesi
dihentikan untuk mencegah kelinci masuk ke stadium 4 agar tidak terjadi
kematian.
13
iv
ini
dimulai
dengan
melemahnya
pernapasan
perut
dibandingkan stadium iii plane 4, tekanan darah tak dapat diukur karena kolaps
pembuluh darah, berhentinya denyut jantung dan dapat disusul kematian. Pada
stadium ini kelumpuhan pernapasan tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
Hal ini terjadi karena over dosis. (Handoko, 1995)
BAB V
PERTANYAAN & JAWABAN
1. Apakah semua stadium pada anestesi umum dengan eter dapat terlihat
pada percobaan ini?
Ya, semua stadium anestesi umum pada percobaan ini dapat terlihat.
2. Bila dapat terlihat jelas. Apakah tanda-tanda pada tiap stadium
didapatkan?
Tanda-tanda mana sajakah yang tidak didapatkan atau tidak terlihat dengan
jelas?
Hampir semua tanda pada tiap stadium didapatkan. Namun untuk salivasi
sulit diamati. Yang paling jelas teramati adalah auskultasi dan refleks
mata, selain itu pada stadium II juga sangat jelas terlihat keadaan
excitement.
3. Pada auskultasi, apakah yang didapatkan? Kenapa hal ini dapat terjadi?
Jelaskan!
14
15
Pada percobaan kali ini, pemberian anastesi umum diberikan melalui cara
inhalasi. Pemberian anastesi umum selain dapat dilakukan melaui cara
inhalasi, juga bisa dilakukan melalui cara injeksi intravena atau melalui
intramuskuler
Bekerja lambat
Dapat mengiritasi saluran nafas dan mata
Menyebabkan vomiting dan nausea
Kontra indikasi terhadap penyakit paru
anak.
reaksi
oksidatif
pada hepar
sehingga
17
13. Apakah pemberian adrenalin dapat dilakukan pada semua anasthesi diatas?
Dengan anastesi apa yang tidak boleh? Jelaskan
tidak, adrenaline tidak dapat diberikan pada pasien yang menerima anestesi
halogenasi hidrokarbon seperti halothane karena sebelumnya sudah
memberikan efek sensititasi miokardium . Sehingga apabila diberikan
tambahan adrenalin dapat menyebabkan arrhythmia termasuk kontraksi
premature ventrikel, takikardi, dan fibrilasi
18
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Anastesi yang kami lakukan pada praktikum kali ini adalah anastesi
(Inhalasi) yang merupakan jenis anastesi umum. Anestesi umum adalah keadaan
hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara
yang dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi
secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf. Agen anestesi umum
bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP) secara reversibel.Onset of
action ether pada stadium I pada menit ke 1.32, stadium II menit ke 2.15, dan
stadium III pada menit ke 4.25, Pengaruh ether pada kelinci hilang setelah 5
menit.
6.2 Saran
Penggunaan eter pada kelinci harus diawasi dalam pencapaian setiapsetiap stagenya. Jika ceroboh kelinci dapat masuk pada stage 4 yang dapat
mengakibatkan kematian.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bijlani, S. (2011). Understanding Medical Physiology: A Textbook for Medical
Students. New Delhi: Jaypee Brothers Publisher.
Drury, PME. 1998. Anaesthesia in the 1929s. British Journal of Anaesthesia; 80:
96-103.
Frey, K. (2008). Surgical technology for the surgical technologist. Clifton Park,
NY: Delmar Cengage Learning.
Handoko, Tony. 1995. Anestesi Umum, dalam Farmakologi dan Terapi, edisi 4.
Jakarta.
Haveles, Elena Bablenis. 2011. Applied Pharmacology for the Dental Hygenist. 6 th
ed. Missouri: Mosby Elsevier. Hal: 127
Miller, R. (2005). Miller's anesthesia. New York: Elsevier/Churchill Livingstone.
Muhiman M, Thaib MR, Suniatrio S et al. 2007. Anastesiologi. Jakarta. FKUI.
Hal 34-98
Pearce,
david.
2004.
BLTC
Research,
[online],
(www.general-
FK
UNSRI.
2008.
Kumpulan
20