I.
Skenario 2
BATUK BERDAHAK
Ajis, usia 18 tahun, peternak ayam, datang ke dokter dengan keluhan
demam tinggi dan batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu. Batuk kadang disertai
sesak yang dalam 3 hari ini dirasakan semakin berat. Berdasarkan anamnesa
lebih lanjut didapatkan tetangganya, usia 6 bulan, beberapa hari yang lalu
mempunyai keluhan yang sama dan meninggal sampai di rumah sakit. Orang
tua Ajis menenangkan bahwa penyakit ini adalah penyakit batuk biasa yang
akan segera sembuh, seperti yang sering diderita ayahnya.
Hasil pemeriksaan dokter didaptkan tekanan darah 100/60 mmHg,
temperatur 40C, frekuensi napas 36x/menit dan denyut nadi 112 x/menit.
Didapatkan pula: retraksi pada intercostals space, Rhonkhi +, Wheezing pada
kedua hemithorax. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik,
didaptkan leukositosis dan tampak gambaran konsolidasi di kedua paru.
ISPA
Berdasarkan Anatomi
Upper
Rhinitis
Sinusitis
Tonsilitis
Faringitis
Epiglotitis
Laringitis
Lower
Bronkhitis
Bronkhiektaksis
Bronkhiolitis
Asma Bronkial
Pneumonia
Oedem Paru
Abses Paru
Berdasarkan Etiologi
SARS
Flu Burung
III. Pembahasan
A. Infeksi
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain
untuk
mengirimkan
leukosit
ke
daerah
cedera.
Leukosit
dengan
memberikan
antihistamin,
Rhynitis Vasomotor
a. Definisi
Terdapatnya gangguan fisiologi lapisan mukosa hidung yang
disebabkan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis.
b. Etiologi
Belum
diketahui.
Diduga
akibat
gangguan
vasomotor.
b. Sinusitis
a. Definisi
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal yang umumnya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis,
sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut
pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus ethmoidalis
dan maxillaris, sedangkan sinus frontalis jarang terkena, dan sinus
sphenoidalis lebih jarang lagi.
Sinus maxillaris disebut juga antrum Highmore, karena letaknya
yang dekat dengan akar gigi rahang atas. Hal itu menyebabkan
10
12
akut,
tapi
harus
dilakukan
pada
pasien
13
c. Tonsilitis
a. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan
kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil
faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual, tonsil tuba eustachius.
Penyebaran infeksi melalui udara, tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
b. Macam
1. Tonsilitis akut
a. Definisi
Adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman
terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus. Jenis
Streptokokus
meliputi
Streptokokus
hemolitikus,
14
influenzae.
Hemofilus
Epstein
Barr
Virus.
Haemophilus
pneumokokus,
Streptokokus
viridan,
dan
folikel
mengalami
peradangan,
tonsil
akan
yang
menutupi
tonsil.
Adanya
folikel
mengalami
peradangan,
tonsil
akan
yang
menutupi
tonsil.
Adanya
17
glomerulonefritis
akut),
jantung
(miokarditis
&
18
VI.
Punksi
aspirasi
merupakan
tindakan
k. Prognosis
Prognosis ditentukan oleh kecermatan diagnosis dan
ketepatan tindakan. Bila pemberian antibiotik dan tindakan
insisi yang tepat dan adekuat, maka prognosis umumnya
akan baik, tetapi bila keadaan dimana sudah terdapat
komplikasi berupa pneumonia aspirasi, abses paru ataupun
19
eksotoksin
kerusakan
jaringan
tubh
20
mulut
berbau,
kelenjar
submandibula
membesar.
Terapi
Memperbaiki higiene mulut, antibiotik spektrum lebar,
vit C dan B kompleks.
d. Penyakit Kelainan Darah
Penyebab
Leukimia
akut,
angina
agranulositosis,
infeksi
mononukleus.
d. Faringitis
a. Definisi
Adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke
jaringan sekitarnya, biasanya timbul bersama dengan tonsillitis,
rhinitis, dan laryngitis.
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring
dan/atau
tonsil
yang
disebabkan
oleh
beberapa
grup
21
b. Etiologi
Bakteri streptococcus pyogenes (streptococcus group A
hemoliticus)
Streptokokus group C
Corynebacteria diphteriae
Neisseria gonorrhoe
Non
bakteri
misalnya
adenovirus,
influenza
virus,
korine
bakterium,
arkano
bakterium,
Neisseria
superfisial bereaksi,
22
23
FARINGITIS VIRUS
FARINGITIS BAKTERI
1.
tenggorokan
tenggorokan
agak meningkat
sedang
4.
sedikit membesar
5.
hasil negative
tumbuh bakteri
bakteri
2.
3.
6.
e. Pemeriksaan
Manifestasi klinis berbeda-beda tergantung apakah streptokokus
atau virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Bagaimanapun,
terdapat banyak tumpang tindih dalam tanda-tanda serta gejala
penyakit tersebut dan secara klinis seringkali sukar untuk
membedakan satu bentuk faringitis dari bentuk lainnya.
Faringitis oleh virus biasanya merupakan penyakit dengan awitan
yang relatif lambat, umumnya terdapat demam, malaise,
penurunan nafsu makan disertai rasa nyeri sedang pada
tenggorokan sebagai tanda dini. Rasa nyeri pada tenggorokan
dapat muncul pada awal penyakit tetapi biasanya baru mulai
24
nyeri faring tidak tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit
hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat para
penderita sukar menelan. Dua per tiga dari para penderita
mungkin hanya mengalami eritema tanpa pembesaran khusus
kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi. Limfadenopati
servikal anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus
kelenjar mengalami nyeri tekan. Demam mungkin berlangsung
hingga 1-4 hari; pada kasus-kasus sangat berat penderita tetap
dapat sakit hingga 2 minggu. Temuan-temuan fisik yang paling
mungkin
ditemukan
berhubungan
dengan
penyakit
yang
disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjarkelenjar tonsil beserta tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau
tidaknya limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambaran-gambaran
ini walaupun sering ditemukan pada faringitis yang disebabkan
oleh streptokokus, tidak bersifat diagnostik dan dengan frekuensi
tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang disebabkan oleh
virus4.
Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada
faringitis yang disebabkan streptokokus dan telah dibuktikan,
adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini
memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus.
Bahan biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang
dapat dipercaya untuk membedakan faringitis oleh virus dengan
streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa standar streptokokus
beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena
mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi tergantung
dari teknik, sample dan media. Bakteri yang lain seperti
gonokokus dapat diskrening dengan media Thayer-Martin hangat.
Virus dapat dikultur dengan media yang khusus seperti pada
Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan
dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis.
26
Anamnesa
- Tenggorok terasa kering dan panas, kemudian timbul nyeri
menelan di bagian tengah tenggorok.
- Demam, sakit kepala, malaise.
Pemeriksaan
Tampak folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih lateral menjadi radang dan
membengkak.
Tampak hiperemi, serta sekresi mucus meningkat.
f. Tata laksana
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda
nyeri (analgetik).
Obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja
yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan
sindroma Reye.
Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik.
Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya
demam rematik).
Jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika
penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti
dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.
Anti panas bila penderita panas
Makanan lembek, panas & pedas dilarang
g. Komplikasi
Sinusitis
Otitis media
Mastoidis
Abses Peritonsilar
Demam rematik
27
Glomerulonefritis
Komplikasi terpenting yaitu Deman Rematik (DR). Merupakan
penyakit peradangan akut yang menindak lanjuti faringitis
yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A.
Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai
penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa
muda.
e. Epiglotitis
a. Definisi
Epiglotitis akut adalah infeksi pada mukosa epiglottis yang
menyebabkan oedem berat pada epiglottis sehingga menutup
auditus laring.
Peradangan ini sering terjadi pada anak-anak kecil, biasanya
terjadi pada usia 2-5 tahun dan proses ini berjalan sangat cepat
tanpa member gejala yang spesifik sehingga bisa menimbulkan
sumbatan jalan nafas yuang mendadak
b. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi virus Haemophilus influenza type B
c. Gejala
Panas disertai pusing
Epiglotitis bengkak kemerahan, oedem
Dispnea
Nyeri tenggorok menyebabkan sakit saat menelan sehingga
biasanya tidak mau makan atau minum. Bisa menyebabkan
dehridasi bahkan anoreksia
Ada timbunan air liur yang tidak tertelan, akibatnya air liur
keluar (ngiler)
28
d. Patogenesa
Pada anak-anak yang kondisi anatomi dan mekanisme pertahanan
tubuhnya
belum
berkembang
dengan
baik
menyebabkan
bisa
dilakukan
tindakan
perbaikan
keadaan
29
f. Laringitis
a. Definisi
Radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Biasanya laringitis akut
merupakan suatu fase infeksi virus pada saluran nafas atas yang
dapat sembuh sendiri, factor prediposisi dapat berupa rhinitis
kronik, penyalahgunaan alcohol, tembakau serta pemakaian suara
yang berlebihan.
Laringitis adalah peradangan pada laring (pangkal tenggorok).
Laring terletak di puncah saluran udara yang menuju ke paru-paru
(trakea) dan mengandung pita suara.
Pembengkakan laring
b. Etiologi
1. Sering disebabkan oleh virus.
2. Biasanya merupakan perluasan radang saluran nafas bagian
atas
oleh
karena
bakteri
Haemophilus
Influenzae,
30
Akut
c. Patofisiologi
Laringitis
Laringitis akut merupakan inflamasi
dari Subglotis
mukosa Akut
laring dan pita
melalui
Kronik
31
c. Patofisiologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita
suara yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza
virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis, masuk
melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas
lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria,
submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan
histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN).
Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang
terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea
dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran
nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah
celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan
membengkak berasal dari penebalan yang tidak beraturan
sepanjang seluruh plika vokalis.1
Pada infeksi laring, akan di dapatkan gambaran berupa dilatasi
kapiler dan hiperemis serta edema umum ekstra selular. Pada
awalnya, terjadi infiltrasi oleh sel-sel leukosit mononukleus di
lapisan submukosa, kemudian akan terjadi infiltrasi oleh leukosit
polimorfonuklear jika terjadi infeksi sekunder. Lapisan mukosa
superfisial biasanya mengelupas dan mungkin terbentuk ulkus
dangkal yang ditutupi oleh pseudomembran.
Pada anak-anak, dimana diameter laring masih relative kecil,
ketika terjadi inflamasi pada daerah tersebut akan terjadi obstruksi
jalan napas. Jika tidak ditangani secara tepat, inflamasi tersebut
bisa menyumbat jalan napas secara keseluruhan dan dapat
mengakibatkan gagal napas.
32
d. Gejala
Terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, gejala
rinofaringitis.
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien
sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau
suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal
dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga
menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali (afoni).
Sesak nafas dan stridor
Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion),
nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak
mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni
lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas
yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.
Manifestasi Klinik : Gejala biasanya berupa perubahan suara
berupa serak sampai hilangnya suara. Tenggorokan terasa gatal
dan tidak nyaman. Sakit tenggorokan dan kesulitan menelan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pada laring disebut laringoskopi.
Ada 2 macam laringoskopi :
1. Laringoskopi langsung.
2. Laringoskopi tidak langsung.
33
Laringoskopi langsung.
Laringoskopi langsung adalah pemeriksaan laring secara visual
langsung dengan menggunakan laringoskopi atau alat lain sebagai
laringoskop.
Kesan visual yang didapatkan pada laringoskopi langsung lebih
natural bila dibandingkan dengan laringoskopi tidak langsung.
Alat yang digunakan adalah laringoskpo kaku satu tabung dari
logam dengan lampu penerangan yang terletak diujung depan atau
belakang.
35
36
darah
didapatkan
lekositosis
ringan
dan
limfositosis.
37
Laringitis Akut:
38
Laringitis kronis:
g. Diagnosa Banding
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkhitis
5. Pneumonia
h. Penatalaksanaan
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit,
namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
Usia penderita dibawah 3 tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai
Istirahat bicara
Laringitis akut akan sembuh secara spontan dan sempurna apabila
laring diistirahatkan. Penderita dinasehatkan untuk mengurangi
bicara selama 2-3 hari, tetapi istirahat ini tidak boleh terlalu lama,
karena ditakutkan dengan tidak aktifnya otot-otot akan menjadi
atrofi.
Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 L/ menit
Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri/ minyak
mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan
39
Pada
umumnya
beberapa
penderita
cenderung
40
i. Pencegahan :
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat
tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar
lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein
untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem untuk
membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan
terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan
pembengkakan
dan
berdehem
juga
akan
menyebabkan
j. Komplikasi
Pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan odem laring dan odem subglotis sehingga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.5
k. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu.
B. Lower
a. Bronkhitis
a. Definisi
Merupakan infeksi saluran pernafasan atau peradangan yang
meliputi trakea dan bronkus besar, dengan gejala menonjol serta
merupakan manifestasi utama batuk yang berlangsung < 2
minggu. Bronchitis merupakan peradangan sementara pada
bronkus dan trakea yang menyebabkan batuk
41
ditumpangi
infeksi
kuman-kuman
komensal
yang
b. Etiologi:
1. Virus:
Influensa
Adenovirus
42
Rinovirus
Koronavirus
Parainfluensa
Respiratori sinsisial
Rubeola
Hemofilus influensa
2. Bakteri:
Bordetela pertusis
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus
3. Faktor resiko lain:
Usia muda
Usia tua dengan penyakit paru menahun
Asma
Paparan dengan pencemaran udara, seperti NO2, SO2, asap
rokok, cuaca dingin, lingkungan kumuh dan alergi
50%
sampai
90%
kasus.
Selain
itu
43
44
d. Gejala
Klinis
a. Batuk yang mula-mula kering, 2-3 hari berikutnya baru
berdahak. Dahak mukoid kental biasanya sering tidak kelihatan
karena tertelan
b. Pada anak-anak biasanya ditandai dengan kesulitan bernafas,
kejang, sakit retrosternal, dan beberapa hari setelah keluhan
akan timbul ronkhi basah, kasar, suara nafas kasar.
c. Demam, jika sudah terjadi infeksi kuman.
d. Bising di bronkus saat auskultasi
e. Badan panas subferil sampai panas tinggi bila sudah terjadi
infeksi kuman-kuman.
f. Sering menderita infeksi pernafasan misalnya flu
g. Wajah tampak memerah disertai sakit kepala dan gangguan
kesehatan
h. Batuk yang mula-mula tidak keluar dahak, tetapi akhirnya
batuk dengan dahak kental.
i. Kadang-kadang gangguan pernapasan yang dirasakan berat,
tetapi pada umumnya tidak sampai terjadi sesak (dispnea) atau
sampai sianotis.
j. Bronkhitis infeksiosa sering dimulai dengan gejala pilek
seperti hidung meler, lelah, menggil, sakit punggung, nyeri
tenggorok dan nyeri otot
k. Pada auskultasi terdengar bising pada daerah broncus.
e. Diagnosa:
Baik (kecuali bila ada komplikasi)
Diagnosis pertama kali dilakukan dengan anamnesis yang
tepat. Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan gejala,
terutama dari adanya lendir dan dahak berwarna kuning.
45
46
h. Penatalaksanaan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bronkodilator (melongarkan
napas),
diantaranya:
salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lainlain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai
47
48
i. Komplikasi
Bronchitis kronik
b. Bronkhiektasis
a. Definisi :
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan
distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis, yang terkena
umumnya bronkus kecil
b. Etiologi :
Kongenital : terjadi sejak individu dalam kandungan ,
bronkhiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada
satu atau kedua paru
Didapat :
- Infeksi : sering terjadi setelah anak menderita pneumonia
yang sering kambuh dan berlangsung lama,
- Obstruksi bronkus : obstruksi bronkus yang dimaksud dapat
disebabkan oleh :korpus alienum, karsinoma bronkus, atau
tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus. Namun adanya
infeksi ataupun obstruksi tidak secara otomatis
50
c. Bronkiolitis
a. Definisi
Merupakan penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang
sering ditemukan pada bayi-bayi, terjadi akibat obstruksi pada
bronkiolus. Penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan
dengan puncak kejadian pada usia kira-kira 6 bulan dan di
berbagai daerah penyakit ini merupakan penyebab perawatan bayi
di rumah sakit.
b. Etiologi
RSV/ Respiratory syncytial virus (95% kasus)
Parainfluenza virus
Adenovirus
Rhinovirus
Virus Influenza
Mycoplasma pneumoni
c. Patofisiologi
1. Virus melekat pd sel epitel kolumner bersilia pembelahan
virus, sitonekrosis, odem dan radang penyempitan lumen
bronkiolus tekanan intratorak negatif selama inspirasi
udara
masuk,
terperangkap
dalam
ruang
alveolus
52
respons
terhadap
pengobatan
dengan
h. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada
penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol;
kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan parasetamol.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, serta
menghentikan kebiasaan merokok.
Antibiotik
diberikan
kepada
penderita
yang
gejalanya
55
j. Prognosis
Tergantung berat-ringannya penyakit, cepatnya pengananan
dan peny. penyerta (peny. jantung)
Masa kritis 48-72 jam sesudah dispneu dimulai
Angka,kematian < 1%
Anak biasanya meninggal karena jatuh dalam keadaan apnu
yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau
karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipnea dan kurang
makan-minum.
anak
(penderita
Bronchiolitis akut
morbili, Lebih sering menyerang anak (usia 2
bulan-2tahun),
juga
bias
menyerang
d. Asma Bronchial
a. Definisi
Suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang, namun reversibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang
lebih normal.
b. Etiologi
Penyebab yang paling umum adalah hipersensitivitas kontraktil
bronkiolus sebagai respon terhadap benda asing di udara
c. Gejala :
- Sesak pada malam hari
56
- Batuk
- Mengi dan rasa berat di dada
d. Pemeriksaan :
Fisik : wheezing, ekspirasi memanjang
Labolatorium : pada sputum didapatkan kristal charcot leyden
Faal paru : ada obstruksi saluran napas
Darah : eosinofili
Radiologi : normal atau hiperinflasi
e. Diagnosis banding
- Bronkiolitis
- Aspirasi benda asing
- Emboli paru
f. Komplikasi
Komplikasi pada asma terutama infeksi dan dapat pula
mengakibatkan kematian
g. Prognosis
Umumnya, lebih muda umur permulaan timbulnya asma,
prognosisnya baik, kecuali kalu mulai pada umur dibawah 2
tahun.
Asma yang mulai timbul pada usia lanjut biasanya berat dan sukar
ditanggulangi.
e. Pneumonia
a. Definisi
Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah
akut yang mengenai parenkim paru dan distal dari bronkiolus
terminalis
(bronkiolus
respiratori
dan
alveolus)
yang
57
MIKROORGANISME
Pneumokokus,
Streptokokus,
Hemophilus
influenzae,
Stafilokokus,
Pseudomonas
aeruginosa
Virus atau kemungkinan virus
Respiratory
syncitial
virus,
adenovirus,
Aspirasi
USIA
BAKTERI PATOGEN
Neonatus
Streptococcus
group
B,
Escheria
coli,
Clamydia trachomatis
Usia prasekolah
Streptococcus
pneumonia,
Hemophilus
58
Usia Sekolah
Mycoplasma
pneumoniae,
Chlamydia
pneumoniae
60
61
d. Gejala
Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:
Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau
seperti nanah)
Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk)
Menggigil
Demam
Mudah merasa lelah
Sesak nafas
e. Diagnosis
o Anamnesis
Diajukan untuk mengetahaui kemungkinan kuman penyebab
yang berhubungan dengan faktor infeksi
o Pemeriksaan fisik
Memperhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman
penyebab/patogenesis kuman dan tingkat berat penyakit
o X-foto torax: infiltrat tersebar sampai bercak konsolidasi
merata
o Laboratorium: leukositosis 15.000-40.000/mm, predominan
PMN, hitung jenis bergeser ke kiri, LED meningkat. Jika
leukositosis
50.000-100.000/mm
atau
kurang
dari
5000/mmprognosis buruk
o Pemeriksaan mikrobiologi atau serologi: untuk diagnosa
etiologi
f. Diagnosa Banding
o Bronkiolitis
o Gagal jantung
o Aspirasi benda asing
o Ateletaksis
62
o Abses paru
o Tuberkulosis
g. Penatalaksanaan
o Antibiotika awal (24-72 jam pertama)
o Umur 1-2bln: ampicilin + aminoglikosida (gentamicin)
respons baik dilanjutkan 10-14 hari
o Umur
>2bln:
penicilin/ampicilin
kloramfenikoljika
f. Abses Paru
a. Definisi
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada
jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang
berisi nanah dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Bila
diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan necrotising pneumonia. Abses besar atau
abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun
mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial
diagnosea sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda
terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi
kuman yang tinggi. Pada umumnya kasus Abses paru ini
berhubungan dengan karies gigi, epilepsi tak terkontrol,
kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan
gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit
sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa
studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari
koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
64
b. Etiologi
Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari
pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita
abses paru biasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di
sekitar gigi).
Sejumlah bakteri yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran
pernafasan bawah dan menimbulkan infeksi. Tubuh memiliki
sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini, sehingga infeksi
hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun,
seperti yang ditemukan pada:
Seseorang yang berada dalam keadaan tidak sadar atau sangat
mengantuk karena pengaruh obat penenang, obat bius atau
penyalahgunaan alkohol pada penderita penyakit sistem saraf.
Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme
pertahanan tubuh, maka akan terjadi pneumonia aspirasi dan
dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang menjadi nekrosis
(kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses.
Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia
atau endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada
paru-paru. Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob.
Yang paling sering adalah Peptostreptococcus, Bacteroides,
Fusobacterium dan Microaerophilic streptococcus. Organisme
lainnya yang tidak terlalu sering menyebabkan abses paru adalah:
a) Staphylococcus aureus
b) Streptococcus pyogenes
c) Streptococcus pneumoniae
d) Klebsiella pneumoniae
e) Haemophilus influenzae
65
dan
terbawanya
organism
virulen
yang
akan
67
68
Bila
menunjukkan
nyeri
dada,
berarti
menunjukkan
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan
gejala pneumonia pada umumnya yaitu:
Panas badan
Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang
dijumpai dengan temperatur > 400C.
Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan
rongga abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat
dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe)
Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai
berkisar 40 75% penderita abses paru.
Nyeri yang dirasakan di dalam dada
Batuk darah
Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan
berat badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi
seperti redup pada perkusi, suara nafas yang meningkat, sering
dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
j. Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah suhu badan meningkat
sampai 40 C, pada paru ditemkan kelainan seperti nyeri lokal,
pada daerah terbatas perkusi terdengar redup dengan suara nafas
bronkial. Bila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dada
kadang-kadang terdengar amforik. Bila abses letaknya dekat
pleura dan pecah menjadi piototaks sehingga pada pemeriksaan
ditemukan pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi,
69
clindamycin
atau
dengan
Metronidazole,
atau
72
g. Oedem Paru
a. Definisi
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke
ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi
aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.
Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan
NonKardiogenik.
Hal
pengobatannya sangat
ini
penting diketahui
oleh karena
73
74
75
76
ditambah
makrolid
generasi
baru
oral
(roksitromisin,klaritromisin,azitromisin)
II. Probable SARS
A. Ringan / sedang
Terapi suportif
Antibiotik
Golongan betalaktam + anti betalaktamase (intravena)
ditambah makrolid generasi baru secara oral atau
Sefalosporin generasi ke -2 atau ke -3(intravena),
ditambah makrolid generasi baru atau
Fluorokuinilon
respirasi
(intravena)
Moxifloxacin,Levofloxacin,Gatifloxacin
B. Berat
Terapi suportif
Antibiotik
Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
78
anti
pseudomonas
(seftazidim,sefoperazon,sefipim)/kabapenem
ditambah
fluorokuinolon
anti
(intravena)
pseudomonas
79
B. AVIAN INFLUENZA
a. Definisi
Penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa menyerang
unggas.
80
b. Etiologi
Virus influenza termuk dalam famili orthomyxovirue yang terdiri
dari 3 tipe yaitu A, B, C.Semua virus influenza A dapat menginfeksi
burung unggas,sehingga disebut avian influenza (AI).Dipihak lain
tidak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang manusia.
Subtype yang lazim dijumpai pada manusia dari kelompok
H1,H2,H3 serta N1 dan N2 yang disebut human influenza. Penyebab
dari avian influenza adalah virus tipe A dengan subtipe H5N1.
Masa inkubasi avian influenza asngat pendek yaitu 2-4 hari.
Manifestasi klinis AI adalah batuk, pilek dan demam. Demam
biaanya cukup tinggi yaitu >38C. Gejala lain berupa nyeri
tenggorokans,sefalgia,mialgia,dan malaise.
Sifat Virus :
Dalam air sampai 4 hari pada suhu 220C, 35 hari pada suhu 4 0C
dan > 30 hari pada suhu O0 C
Dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup
lama
Virus mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C
selama 3 jam atau 800C selama 1 menit. Pada telur ayam mati
pada suhu 640C selama 4,5 menit
Virus mati dengan diterjen, disinfektan (formalin, cairan yg
mengandung iodin atau alkohol )
c. Patogenesis:
Penyebaran virus AI terjadi melalui udara (droplet infection) dimana
virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran
nafas atau langsung memasuki membrane alveoli (tergantung ukuran
droplet) Virus yang tertanam pada membrane mukosa akan terpajan
mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat
virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza
berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus AI manusia
81
waktu
singkat
menjadi
pneumonia
berat/gagal
83
3. Kriteria Rawat
a. Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu: 1) sesak
napas dengan RR 30/menit, 2) nadi 100/menit, 3)ada
gangguan kesadaran, 4)kondisi umum lemah
b. Suspek dengan leukopeni
c. Suspek dengan gambaran radiologi pneumoni
d. Suspek probable dan confirm
e. Gejala
Gejala dari Avian Influenza, mirip dengan influenza pada umumnya
: demam, batuk, nyeri tenggorokan dan nyeri otot, infeksi mata
(konjunctivitis), Pneumonia, acute respiratory distress.
f. Diagnosis
Karena memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan penyakit flu
pada umumnya, pasien yang terinfeksi oleh pathogen saluran nafas
seperti (adenovirus, coronavirus, rhinovirus) akan selalu mengatakan
bahwa mereka terkena flu.
Sehingga perlu dilakukan swab faring posterior untuk identifikasi
bakteri penyebabnya.
g. Tatalaksana :
Kebanyakan infeksi influenza, sembuh dengan sendirinya
Diberikan terapi symptomatic
Analgetik, antipiretik, vasokonstriktor/ dekongestan
Rehidrasi
Istirahat cukup
Antiviral (amantadine, rimantadine)
a. Influenza virus type B
Hanya ditemukan pada manusia
Menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada manusia
Tidak dapat menjadi suatu penyakit pandemic
b. Influenza virus type C
Dapat menginfeksi manusia dan babi
84
Gesekan pleura
Suara ini dapat terjadi bila dinding pleura tidak licin lagi sebagai akibat
proses radang, bunyi suara gesekan pleura ini mirip seperti gesekan jari
tangan. Gesekan pleura dapat terdengar baik pada saat inspirasi maupun
pada saat ekspirasi.
X. Krepitasi
Suara ini timbul akibat alveoli yang mengempis tiba-tiba terbuka disaat
inspirasi.Suara halus sekali dan biasanya terdengar pada saat akhir inspirasi.
XI.
Ronkhi
85
86