STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Sdr. H
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Alian Kebumen
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
No Register
: 219764
: General Anestesi
KEADAAN UMUM
Kesadaran
: Compos mentis, pasien tampak menahan sakit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 37,1C
Respirasi
: 18 x/menit
III. ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri perut bagian kanan
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri perut dirasakan sejak + 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terusmenerus dan memberat terutama saat batuk. Mual (+), muntah (-), lemas (+),
tidak ada gangguan BAB maupun BAK. Os belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat operasi (-)
Riwayat mondok di rumah sakit (-)
1
Sistem cerebrospinal
System kardiovaskuler
System respirasi
System gastrointestinal
:
:
:
:
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
sekret (-)
: bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
: pendengaran normal, bentuk daun telinga normal, secret (-)
: bibir pucat (-), kering (-)
: pembesaran limfonodi (-)
: Inspeksi : dinding dada simetris (+), sikatrik (-)
Palpasi
: nyeri tekan (-), fremitus normal kanan kiri, krepitasi (-)
Auskultasi : vesikuler +/+, ronki basah halus -/-, ronki basah kasar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
2
VI.
AL
HB
BT
CT
Gol.Darah
GDS
HbsAg
Apendicogram
: 9.700/uL
: 12,5 g/dL
: 2 detik
: 3 detik
:O
: 115
: (-)
: non filling apendix
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang,
maka:
Diagnosa pre-operatif : apendicitis
Status operatif
: ASA II
BAB II
TINDAKAN ANESTESI
Keadaan pre-operatif
tampak
menahan
sakit,
kooperatif,
: anestesi
umum,
semi
closed,
general
Induksi anestesi
dengan bantal. Pasien belum boleh duduk maupun berdiri dalam 24 jam.
Kontrol tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 30 menit.
Pasien diberi ketorolac 30 mg IV, boleh diulang tiap 8 jam, apabila
merasa kesakitan.
Diberi ondansetron 4 mg IV bila mual atau muntah
Diberi petidin 12,5 mg bila pasien menggigil
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tindakan anestesi umum dilakukan dengan menghilangkan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel. Tindakan anestesi yang
memadai meliputi 3 komponen:
1. Hipnotik
2. Analgetik
3. Relaksasi
Premedikasi merupakan tindakan awal anestesi dengan memberikan obat-obat
pendahuluan yang terdiri dari golongan anti kolinergik, sedatif, dan analgetik
sebelum pemberian obat anestesi. Tujuan dari pemberian premedikasi adalah:
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, meliputi bebas dari rasa takut, tegang
2.
3.
4.
5.
A. PREMEDIKASI
1. Ondansetron 4 mg
Ondansetron merupakan obat yang berfungsi sebagai antiemetik untuk
mencegah mual dan muntah. Mekanisme kerja dengan memblokade hormon
serotonin yang menyebabkan muntah. Antiemetik secara umum juga dapat
digunakan untuk mengatasi efek samping dari analgetik golongan opioid,
anestesi umum, dan kemoterapi juga untuk mengatasi vertigo ataupun migrain.
5
Cara Pemberian
p.o. ; 1 jam sebelum anestesi
diikuti 8mg tiap 8jam dalam 16
jam
Pengobatan PONV
4 mg
i.v. perlahan, saat induksi anestesi
Kemoterapi
sangat Awal : 8 mg
i.v. perlahan, sesaat sebelum
emetogenik
Diikuti : 1 mg/jamkemoterapi
selama 24 jam atau
infus
2 x 8 mg
Atau
i.v. dengan jarak waktu 2 4 jam
Awal : 32 mg
Diikuti 2 x 8 mg
infus selama 15 menit sesaat
sebelum keomterapi
p.o. selama 5 hari
Kemoterapi
kurang Awal : 8 mg
i.v. perlahan, sesaat sebelem
emetogenik
Atau 8 mg
kemoterapi
Dilanjutkan : 2 x 8 mg p.o. 1 2 jam sebelum kemoterapi
p.o. sampai 5 hari
Kemoterapi pada anak Awal : 5 mg /m
Infus selama 15 menit, sesaat
> 4 tahun
Dilanjutkan : 2 x 4 mg sebelum kemoterapi
p.o. selama 5 hari
Pencegahan PONV
8 mg
Radioterapi
Usia Lanjut
Pasien dengan
gangguan fungsi
ginjal
Pasien dengan
gangguan fungsi
hepar
Awal : 8 mg
p.o. 1 2 jam sebelum radioterapi
Dilanjutkan : 8 mg
p.o. sampai 12 jam
Dapat ditolerir dengan
baik pada usia >65 tahun.
Tidaka
diperlukan
penyesuaian dosis, hanya
perlu dipertimbangkan
frekuensi
dan
cara
pemberiannya
Tidak
diperlukan
penyesuaian dosis harian,
frekuensi
dan
cara
pemberian
Total dosis harian tidak
boleh lebih dari 8 mg
Efek Samping
Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Konstipasi
merupakan efek samping yang paling sering ditemukan (11%). Kadang dapat
dijumpai sakit kepala, wajah ke merahan (flushing), rasa panas atau hangat di
kepala dan epigastrium yang bersifat sementara. Peningkatan aminotransferase
tanpa disertai gejala-gejala, Kadang juga dapat dijumpai peningkatan serum
transaminase (5%) dan ruam kulit (1%), sedasi dan diare, karena meningkatnya
waktu transfer di usus besar.
Pernah dilaporkan terjadinya reaksi hipersensitif sampai kejadian
anafilaksis dan gangguan visual sementara (pandangan kabur). Juga pernah
dilaporkan terjadinya gerakan-gerakan tanpa sadar, setelah pemberian
Ondansetron secara cepat, tetapi kasus ini sangat jarang dan tanpa disertai
gejala-gejala sisa.
Atropin
merupakan
agen
preanestesi
yang
digolongkan
sebagai
g/kg
Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam
melawan penghambatan neuromuskular kompetitif, pemberian injeksi
intravena 0,6-1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang
Efek Samping
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara)
bradikardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret
bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi, fotophobia,
mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadangkadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.
8
B. INDUKSI
1. Ketamin 50 mg
Ketamin adalah suatu rapid acting non barbiturat general anesthethic
termasuk golongan phenyl cyclohexylamine dengan rumus kimia 2-(0chlorophenil)-2
(methylamino)
cyclohexanone
hydrochloride.
Ketamin
mempuyai efek analgesi yang kuat sekali akan tetapi efek hipnotiknya kurang
(tidur ringan) yang disertai penerimaan keadaan lingkungan yang salah
(anestesi disosiasi). Ketamin merupakan zat anestesi dengan aksi satu arah yang
berarti efek analgesinya akan hilang bila obat itu telah didetoksikasi/dieksresi.
Induksi ketamin pada prinsipnya sama dengan tiopental. Namun penampakan
pasien pada saat tidak sadar berbeda dengan bila menggunakan barbiturat.
Pasien tidak tampak tidur. Mata mungkin tetap terbuka tetapi tidak menjawab
bila diajak bicara dan tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri. Tonus otot
rahang biasanya baik setelah pemberian ketamin. Demikian juga reflek batuk.
Dosis dan Pemberian
iv : dosis 1-4 mg/kgBB, dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB dengan lama
kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan.
im : dosis 6-12 mg/kgBB, dosis rata-rata 10 mg/kgBB dengan lama kerja
10-25 menit, terutama untuk anak dengan ulangan 0,5 dosis permulaan.
Pulih sadar pemberian ketamin kira-kira tercapai antara 10-15 menit, tetapi
sulit untuk menentukan saatnya yang tepat, seperti halnya sulit menentukan
permulaan kerjanya
Efek Ketamin
a. Analgetik
e. Sirkulasi
10
Pernafasan
Depresi pernafasan jarang terjadi dan reversibel kecuali dosis terlalu besar
dan adanya obat-obat depresan sebagai premedikasi. Ketamin menyebabkan
dilatasi bronkus dan bersifat antagonis terhadap efek kontraksi bronkus oleh
histamin. Baik untuk penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus
pada anestesi umum yang ringan.
g. Kardiovaskuler
Tekanan darah sistole dan diastole akan meningkat. Kenaikan rata-rata antara
20-25 % dari tekanan darah semula, mencapai maksimal beberapa menit
setelah suntikan dan akan turun kembali dalam 15 menit kemudian.
h. Efek Lainnya
Ketamin dapat meningkatkan gula darah 15 % dari keadaan normal,
walaupun demikian bukan merupakan kontraindikasi mutlak untuk penderita
dengan DM. Ketamin juga dapat menyebabkan hipersalivasi, tapi efek ini
dapat dikurangi dengan pemberian premedikasi antikolinergik.
Aliran darah ke otak, tekanan intrakaranial dan tekanan intra okuler
meningkat pada pemberian ketamin. Karena itu sebaiknya jangan digunakan
pada pembedahan pasien dengan tekanan intrakranial yang meningkat
(edema serebri, tumor intrakranial) dan pasien pada pembedahan mata.
2. Propofol 50 mg
Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia
intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Propofol digunakan
untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa
dan pasien anak-anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan
minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam
etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
11
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih
susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
Mekanisme dan efek kerja
Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui, tapi
diperkirakan efek primernya berlangsung di reseptor GABA-A (Gamma Amino
Butired Acid).
Pada sistem saraf pusat
Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dosis kecil dapat
menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis
induksi (2 mg/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat.
Pada sistem kardiovaskular
Dapat menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana
tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi.
Sistem pernafasan
Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa
kasus dapat menyebabkan henti nafas.
Dosis dan penggunaan
a) Induksi : 2,0-2.5 mg/kg IV.
b) Sedasi : 25 -75 g/kg/min dengan I.V infuse
c) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum: 100-150 g/kg/min IV (titrate
to effect).
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila
digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5
f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada
dalam lingkungan yang steril dan hindari penggunaan profofol dalam
kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari
bakteri.
12
Efek Samping
Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri
ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena.. Gejala mual dan muntah
juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol.
Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati-hati pada
pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan
pankreatitis.
3. Atracurium besylate 35 mg
Atracurium merupakan neuromuscular blocking agent yang sangat selektif
dan kompetitif (non-depolarising) dengan kerja sedang. Non-depolarising agent
bekerja antagonis terhadap neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan reseptor
site pada motor-end-plate. Atracurium dapat digunakan pada berbagai tindakan
bedah dan untuk memfasilitasi ventilasi terkendali. Atracurium tidak
mempunyai efek langsung terhadap tekanan intraokuler, dan karena itu dapat
digunakan pada bedah opthalmik.
Waktu paruh eliminasi kira-kira 20 menit. Atracurium diinaktivasi melalui
eliminasi Hoffman, suatu proses non enzimatik yang terjadi pada pH dan suhu
fisiologis, dan melalui hidrolisis ester yang dikatalisis oleh esterase nonspesifik.
Sebagai ajuvan terhadap anestesi umum agar intubasi trakea dapat
dilakukan dan untuk relaksasi otot rangka selama proses pembedahan atau
ventilasi terkendali, serta untuk memfasilitasi ventilasi mekanik pada pasien
Intensive Care Unit (ICU).
dapat
diberikan
dengan
dosis
standar.
Namun
direkomendasikan agar dosis awal yang diberikan adalah dosis terendah dan
diberikan secara perlahan.
14
Efek samping
C. MAINTENANCE
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan cara intravena
(anestesia intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena
inhalasi. Rumatan anestesia biasanya mengacu pada trias anestesia yaitu tidur
ringan (hipnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, dan diusahakan agar
pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang
cukup.
Pada pasien ini digunakan rumatan inhalasi menggunakan campuran N2O
dan O2 ditambah dengan enfluran, ketorolac 30 mg, asam traneksamat 500 mg,
dan deksametason 10 mg.
1. N2O
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tiak berbau,
tidak berasa, dan lebih berat daripada udara. Gas ini tidak mudah terbakar.
Tetapi bila dikombinasi dengan zat anestetik yang mudah terbakar akan
memudahkan terjadinya ledakan, misalnya campuran eter dan N2O.
Nitrogen monoksida sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik
yang kurang kuat sehingga lebih sering digunakan dalam rumatan. Gas ini
memiliki efek analgesik yang baik, dengan inhalasi 20% N2O dalam oksigen
efeknya seperti 15 mg morfin. Kadar optimum untuk mendapatkan efek
analgesic maksimum 35%. N2O diekskresi dalam bentuk utuh melalui paruparu dan sebagian kecil melalui kulit.
15
2. Enfluran
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan,
mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime.
Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual
dan muntah serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi
dengan O2 atau campuran N2O-O2. Dosis rumatan 0,5-3 % volume.
Enfluran dimetabolisme hanya 2-8% oleh hepar menjadi produk non volatil
yang dikeluarkan melalui urin. Sisanya dikeluarkan lewat paru-paru dalam
bentuk asli. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat daripada halotan dan
isofluran.
Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif
dibanding halotan. Depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, depresi lebih
jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi otot lurik lebih baik dibandingkan
halotan.
3. Ketorolac 30 mg
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini
merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas
antipiretik lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat
sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja
perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Indikasi
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap
nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total ketorolac
tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan
diberikan segera setelah operasi. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan
sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum
diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui
16
dari 2 hari.
Anak-anak:
Keamanan dan efektivitas pada anak-anak belum ditetapkan. Oleh karena itu,
Ketorolac tidak boleh diberikan pada anak di bawah 16 tahun.
4. Asam Traneksamat 500 mg
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans
dari asam karboksilat sikloheksana aminometil. Asam traneksamat merupakan
competitive inhibitor dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.
Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dari faktor
pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk
membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Dosis
Perdarahan abdominal setelah operasi: 1 gram, 3 x sehari (injeksi IV pelanpelan) pada 3 hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram, 3-4 x sehari
(mulai pada hari ke-4 setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara
makroskopis).
17
(pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat dilakukan terapi
parenteral 10 mg/kgBB/hari dalam dosis bagi 3-4 kali)
Efek samping
Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan
hilang bila dosis dikurangi.
Reaksi hipotensi dan pusing dapat terjadi pada pemberian intravena yang
cepat. Untuk menghindari hal tersebut, maka pemberian dapat dilakukan
dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit.
5. Deksametason 10 mg
Deksametason
adalah
glukokortikoid
sintetik
dengan
aktivitas
Mekanisme kerja
Inhibisi pelepasan asam arachidonat, modulasi substansi yang berasal dari
metabolisme asam arachidonat, dan pengurangan jumlah 5-HT3. Deksametason
mempunyai efek antiemetik, diduga melalui mekanisme menghambat pelepasan
prostaglandin (inhibisi pelepasan asam asam arachidonat dan modulasi
substansi yang berasal dari metabolisme asam arachidonat) secara sentral
sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT3 di sistem saraf pusat, menghambat
pelepasan serotonin di saluran cerna sehingga tidak terjadi ikatan antara
18
serotonin dengan reseptor 5-HT3, pelepasan endorfin, dan anti inflamasi yang
kuat di daerah pembedahan dan diduga glukokortikoid mempunyai efek yang
bervariasi pada susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi regulasi dari
neurotransmitter, densitas reseptor, transduksi sinyal dan konfigurasi neuron.
Dosis
Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 5-10 mg dan pada anak
150 g/kgBB. Deksametason paling efektif bila diberikan sebelum induksi
anestesi. Walaupun batas dosis deksametason untuk profilaksis PONV sangat
luas namun dosis 2,5 mg, 5 mg, dan 0,15 mg/kgBB intravena dilaporkan
bermakna
menurunkan
kekerapan
PONV
yang
berhubungan
dengan
19
20
Warna
Merah muda
Pucat
Sianosis
Parameter Penilaian
Pernfasan
Sirkulasi
Kesadaran
apat bernapas TD
Sadar, siaga
dalam dan
menyimpang dan orientasi
batuk
<20% dari
normal
Dangkal
TD
Bangun
menyimpang
pertukaran
tertidur
Tidak
obstruksi
berespon
>50%
Seluruh
ekstremitas
dapat
digerakkan
dua
namun
menyimpang
Aktivitas
dapat
digerakkan
Tidak
bergerak
dari
normal
21