Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun dan sering menimbulkan gejala klinis berupa
menorrhagia dan dismenorea. Selain itu mioma juga dapat menimbulkan
kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan gangguan
berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih (Memarzadeh, 2003).
Berdasarkan penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka
kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %)
kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %) kasus.
Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan sebesar
2,39 - 11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil
atau hamil hanya satu kali.
Menurut perkiraan frekuensi mioma uteri dalam kehamilan dan
persalinan berkisar sekitar 1%; banyak mioma kecil tidak dikenal. Dalam
banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apaapa. Di pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik
yang besar artinya. Hal itu tergantung dari besarnya dan lokasinya.1
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obatobatan (medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog
merupakan terapi medisinal yang bertujuan untuk mengurangi gejala
perdarahan yang terjadi dan mengurangi ukuran mioma.1
Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau
adanya pembesaran massa mioma adalah histerektomi. Di Amerika Serikat
diperkirakan 600.000 histerektomi dilakukan tiap tahunnya. Dengan semakin
berkembangnya tehnologi kedokteran, tindakan operatif pada mioma uteri
dapat dilakukan dengan bantuan alat laparoskopi maupun histeroskopi.1
Dehisensi luka setelah operasi merupakan suatu komplikasi serius dan
mengancam pasien. Dehisensi adalah gangguan atau kerusakan dari suatu
luka.2 Dimana berkisar dari kegagalan bagian yang lebih dalam pada sayatan
perut untuk bersatu, tidak dikenal dalam suatu perjalanan pasca operasi tetapi
kemudian mengakibatkan hernia insisional, dengan terjadinya "burst
abdomen" atau eviserasi pada dehisensi luka yang terjadi tiba-tiba dan disertai
dengan penonjolan isi perut, biasanya usus.
Dehisensi luka biasa terjadi pada sekitar 1% dari semua laparotomi. 2
Insiden ini sejalan lebih besar pada pasien yang memiliki faktor presdiposisi. 2
Misalnya, laporan terbaru menyatakan bahwa ada 7% wound disruption (21
dari 291) pada pasien yang menjalani laparotomi untuk karsinoma.
1.2 Tujuan
- Menambah pengetahuan tentang mioma uteri, dan dehisensi post operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk
mioma
uteri
antara
lain
fibromioma,
miofibroma,
leiomiofibroma,
insulin
(IGF),
dan
prolaktin. 4
Faktor
pertumbuhan
Umur. Wanita
yang
paling
banyak
didiagnosis
dengan
mioma
berumur sekitar empat puluhan, namun tidak jelas apakah ini adalah
karena peningkatan pembentukan atau peningkatan pertumbuhan miom
sekunder terhadap perubahan hormonal selama ini.
2.
3.
4.
5.
daripada
wanita
Kaukasia,
dan
risiko ini tidak terkait dengan faktor risiko lain yang diketahui.13
Berat. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa risiko mioma
meningkat 21% dengan setiap kenaikan 10 kg berat badan dan dengan
6.
7.
8.
berikutnya
ditemukan
ada
peningkatan
risiko
dengan
29
tahun)
memberikan
perlindungan
terbesar
terhadap
perkembangan mioma.
Pengaruh Mioma pada Kehamilan dan Persalinan
Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai
berikut:1
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma
uteri submukosum;
2. Kemungkinan abortus bertambah;
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserus;
4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di
serviks;
5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam
dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma; dan
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan
intramural.
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan pada Mioma Uteri
Sebaliknya, kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma
uteri.1
1.
2.
3.
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
t(12;14) (q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori
genioblast. Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci
percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat
dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Pemberian agonis GnRH dalam aktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktir pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal
dan insulin like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk,
telah mendemonstrasikan munculnya gen
yang
distimulasi
oleh
transversal
berwarna
lebih
pucat
dibanding
miometrium
banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan
wanita penderita mioma uteri yang asimptomatik.
Tabel 1.
Mekanisme Perdarahan Abnormal pada Mioma Uteri
1. Peningkatan ukuran permukaan endometrium.
2. Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
3. Gangguan kontraktilitas uterus.
4. Ulserasi endometrium pada mioma submukosum.
5. Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.
2. Nyeri panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh
karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang
bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma
subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan
bagian tulang pelvik yaug dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa
nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.2
3. Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap
organ sekitar. Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan
berkemih. Defekasi maupun dispareunia. Tumor yang besar juga dapat
menekan pembuluh darah vena pada pelvik sehingga menyebabkan kongesti
dan menimbulkan edema pada ekstremitas posterior.2
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27 40 % wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat
menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat
terjadinya oklusi tuba bilateral.
10
: turun
Lekosit
Eritrosit
: turun/meningkat
: turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan
ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG
11
12
14
sering
dilakukan
pada
wanita
yang
ingin
pada
miomektomi
secara
laparotomi
resiko
terjadi
15
bantuan
laparoskopi
(Laparoscopically
assisted
vaginal
16
Gangguan dapat terjadi setiap saat pada periode pasca operasi, tetapi
paling sering terjadi antara hari-hari pasca operasi kelima dan kedua belas.
Pada pasien dengan masalah gangguan penyembuhan dapat terjadi jauh di
kemudian hari. Ini dapat terjadi segera setelah jahitan kulit dibuka. 26,27 Jika
terjadi sebelum hari ketujuh, mungkin dianggap patognomonik dari
dehiscence. Pasien harus segera dibawa ke ruang operasi untuk menjalani
eksplorasi luka di bawah anestesi. Ketika saat operasi dihasilkan suatu
hematoma, dapat dievakuasi dan bagian dangkal luka resutured tanpa
menimbulkan bahaya, tetapi jika ada gangguan pada kenyataannya, luka
dapat
segera
resutured
dengan
risiko
minimal
dan
17
18
(PDGF) dan
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesis
Identitas Pasien :
Nama
: Ny. M
Umur
: 36 tahun
Agama
: Islam
Suku
: NTB
Alamat
Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pada perut bagian bawah saat haid sejak + 1
tahun yang lalu. Nyeri dirasakan tembus hingga ke belakang. Nyeri dirasakan
makin bertambah berat sejak 3 bulan terakhir dan dirasakan juga saat pasien tidak
haid. Pasien juga mengeluhkan saat haid, darah yang keluar berlebih, sampai lebih
3 kali ganti pembalut per hari dan dialami hingga 6 hari. Saat BAK pasien
mengeluh sakit dan air kemih keluar sedikit-sedikit sejak 3 bulan yang lalu dan
sudah dibawa berobat ke dokter dan mendapatkan pengobatan. Tidak ada keluhan
BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-).
Riwayat Menstruasi :
Usia Menarche
: 16 tahun.
Lama haid
: + 3 hari.
21
Status Perkawinan
Menikah 1 kali. Lama pernikahan 16 tahun. Usia pertama kali menikah 20 tahun.
Riwayat Obstetri :
1. 2004/3 bulan/abortus.
2. 2005/2 bulan/abortus.
: Baik
Kesadaran
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
Suhu
: 36,1 oC aksilar
Kepala
Mata
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor 3 mm/3mm, Refleks cahaya (+/+)
Hidung
Deviasi septum nasi (-)
Pernapasan cuping hidung (-)
Telinga
Gangguan pendengaran (-)
Mulut
Sianosis (-)
Pucat (-)
Leher
22
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris.
Perkusi
:
D
Sonor
Sonor
Sonor
S
Sonor
Sonor
Sonor
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
23
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap 21 Januari 2013 :
Hemoglobin
: 12,8 gr/dl
Leukosit
: 8.000 /mm3
Hematokrit
: 40 %
Trombosit
: 318.000
BT
: 2
CT
: 8
Kimia darah :
Gula Darah Sewaktu
: 92 mg/dl
Ureum
: 29,8 mg/dl
Creatinin
: 0,6 mg/dl
24
Uterus : besar, ukuran total 8,7 x 14,2 cm, inhomogen dan difundusnya ada mass
dengan ukuran total 6,2 x 6,4 cm. Ada cysta di dekstra ukuran 6,2 x 7 cm.
Liver, gall bladder, pancreas, spleen, kedua kidney, urinary bladder dan caecum
tidak tampak kelainan. Tidak ada ascites intra abdomen et pelvis.
Kesan : Uterus mass, Suspect Myoma.
Cysta Ovarium Dextra.
3.4 Diagnosis :
Mioma Uteri, Kista Ovarium Dekstra.
WAKTU
21/01/13
11.00
OBSERVASI
Menerima pasien baru dari poli dengan diagnosis Mioma Uteri
Rencana laparotomi tanggal 23 Januari 2013.
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan
: 19x/i
Suhu : 36,1 oC
Konsul ke dr. Sp. OG, advis :
- Besok pasien dibawa ke poli jam 10.00 WITA
- Pro laparotomi
25
18.00
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/i
Pernafasan
: 20x/i
Suhu : 36,7 oC
Pasien dipindahkan ke ruang nifas.
22.00
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pernafasan
: 16x/i
Nadi : 72 x/i
Suhu : 36,4 oC
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 x/i
22/01/13
07.00
12.00
17.00
23-01-2013
07.00
09.00
15.20
15.30
17.00
17.45
19.00
19.45
20.00
Pernafasan
: 21x/i
Suhu : 36,2 oC
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 60 x/i
Pernafasan
: 19x/i
Suhu : 36 oC
Lapor dr. Sp. An, persiapan operasi :
- Siapkan darah WB 1 kolf.
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/i
Pernafasan
: 22x/i
Suhu : 36 oC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/i
Pernafasan
: 18x/i
Suhu : 36,8 oC
Pasien di antar ke OK.
Pasien di jemput dari OK.
Tekanan Darah : 100/60 mmHg Nadi : 60 x/i
Pernafasan
: 22x/i
Suhu : 36,2 oC
Pasien mengeluh menggigil. Mual dan muntah.
Rencana transfusi PRC 1 kolf.
Tekanan Darah : 100/60 mmHg Nadi : 72 x/i
Pernafasan
: 24x/i
Suhu : 35,1 oC
Akral dingin.
Urin Tampung = 1150 cc/5 jam.
Lapor dr. Jaga, advis :
- Guyur RL 200 cc dalam 10 menit.
- Injeksi Ranitidin 1 amp (ekstra).
Infus RL hangat 20 tetes per menit.
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 74 x/i
Pernafasan
: 24x/i
Suhu : 36,2 oC
Skin test Cefotaxim. Hasil (-).
Injeksi Cefotaxim 1 gr IV.
Injeksi Alinamin F 1 ampul IV.
Injeksi Antrain 1 ampul IV.
26
24/1/2013
00.15
: 22x/i
Nadi : 86 x/i
Suhu : 36,5 oC
00.20
04.00
06.00
Hb : 5,6
10.00
10.15
12.00
15.45
18.00
25-01-2013
06.00
20.00
21.00
26-01-2013
11.00
19.00
27-01-2013
07.00
18.00
28-01-2013
07.00
Nadi : 84 x/i
Suhu : 37 oC
Nadi : 84 x/i
Suhu : 37 oC
Nadi : 78 x/i
Suhu : 37,1 oC
Nadi : 80 x/i
Suhu : 37,2 oC
27
11.00
Laporan Operasi :
Tanggal operasi
: 23 Januari 2013
Waktu operasi
Macam operasi
Diagnosis pre-operasi
: HT SOD
Laporan Operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
menggunakan hak.
Dilakukan histerektomi dan salpingooporektomi dekstra dengan ukuran + 10
10.
11.
12.
13.
cm.
Ovarium kiri drilling.
Dilakukan eksplorasi untuk melihat perdarahan dan dilakukan kaulter.
Membersihkan rongga abdomen dengan NaCl 0,9 %.
Menjahit lapisan dinding abdomen dengan jahitan lapis demi lapis.
a. Peritoneum dengan catgut plain 2.0
b. Otot dengan catgut plain 2.0
28
Follow up Ruangan :
Tanggal 24 Januari 2013.
Keluhan : Mual (+), muntah (+), nyeri pada bekas luka operasi, BAK (-),
BAB (-), Flatus (+). Keluhan lain (-).
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
= sedang
Tekanan Darah
= 160/100 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
Konjungtiva Anemis
= +/+
Bising usus
=+
Cek Hb
= sedang
Tekanan Darah
= 150/100 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
Konjungtiva Anemis
= +/+
Bising Usus
=+
= sedang
Tekanan Darah
= 130/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
30
Suhu
Konjungtiva Anemis
= -/-
= sedang
Tekanan Darah
= 140/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
Konjungtiva anemis
= -/-
Observasi
Rencana perbaikan luka operasi di OK IGD
Siapkan darah PRC 2 kolf
Laporan Operasi :
Tanggal operasi
: 28 Januari 2013
Waktu operasi
Macam operasi
Diagnosis pre-operasi
: Burst Abdomen
31
Follow up Ruangan :
Tanggal 29 Januari 2013
Keluhan : Mual (+), muntah (+), BAK (+), BAB (-). Keluhan lain (-)
Pemeriksaan Fisik :
Tekanan Darah = 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
Diagnosis : Mioma Uteri + Kista Ovarium Dekstra Post HT SOD hari ke 6 dan
Post Re-Hecting hari ke - 1.
Penatalaksanaan :
-
= sedang
Tekanan Darah
= 110/60 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
Konjungtiva anemis
= -/-
Diagnosis : Mioma Uteri + Kista Ovarium Dekstra Post HT SOD hari ke 7 dan
post Re-Hecting hari ke-2.
Penatalaksanaan :
-
Pernafasan
Suhu
= 36 oC per aksila
33
Diagnosis : Mioma Uteri + Kista Ovarium Dekstra Post HT SOD hari ke 8 dan
post Re-Hecting hari ke-3.
Penatalaksanaan :
-
= Baik
Tekanan Darah
= 120/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
= 36,5 oC.
Konjungtiva anemis
= (-/-)
Diagnosis : Mioma Uteri + Kista Ovarium Dekstra Post HT SOD hari ke 9 dan
post Re-Hecting hari ke-4.
Penatalaksanaan :
-
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori
Kasus
- Perdarahan uterus yang abnormal, - Saat haid, darah yang keluar berlebih,
gejala klinis paling sering terjadi.
dan tidak teratur. Menorrhagia dan - Nyeri pada perut bagian bawah saat
atau metrorrhagia sering terjadi pada
35
- Disfungsi
reproduksi.
Dilaporkan
Hasil USG :
37
BAB V
PENUTUP
Pasien wanita Ny. M, usia 36 tahun, berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang didiagnosis dengan
mioma uteri dengan kista ovarium dekstra, dan untuk penatalaksanaannya
dipilih histerektomi salpingooforektomi dekstra. Dari anamnesis, pemeriksaan
ginekologi, diagnosis beserta penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai
dengan literatur.
38
DAFTAR PUSTAKA
1.
4.
5.
6.
7.
39
8.
9.
10. Said, Syahrul; Taslim N.A; dan Bahar B. Gizi dan Penyembuhan Luka.
Indonesia Academic Publishing. 2013.
1.
2.
3.
4.
5.
Cook JD, Walker CL. Treatment strategies for uterine leiomyoma: the role of
hormonal modulation. Semin Reprod Med 2004;22:10511.
40
6.
7.
8.
9.
Wise LA, Palmer JR, Harlow BL, Spiegelman D, Stewart EA, AdamsCampbell LL, et al. Reproductive factors, hormonal contraception, and risk
of uterine leiomyomata in African-American women: a prospective study. Am
J Epidemiol 2004;159:11323.
10. Murphy AA, Morales AJ, Kettel LM, Yen SS. Regression of uterine
leiomyomata to the antiprogesterone RU486: dose-response effect. Fertil
Steril 1995;64:18790.Nisolle M, Gillerot S, Casanas-Roux F, Squifflet J,
Berliere M, Donnez J. Immunohistochemical study of the proliferation index,
oestrogen receptors and progesterone receptors A and B in leiomyomata and
normal myometrium during the menstrual cycle and under gonadotrophinreleasing hormone agonist therapy. Hum Reprod 1999;14:284450.
11. Marshall LM, Spiegelman D, Goldman MB, Manson JE, Colditz GA,
Barbieri RL, et al. A prospective study of reproductive factors and oral
contraceptive use in relation to the risk of uterine leiomyomata. Fertil Steril
1998;70:4329.
12. Schwartz SM, Marshall LM, Baird DD. Epidemiologic contributions to
understanding the etiology of uterine leiomyomata. Environ Health Perspect
2000;108(Suppl 5):8217.
41
13. Marshall LM, Spiegelman D, Barbieri RL, Goldman MB, Manson JE, Colditz
GA, et al. Variation in the incidence of uterine leiomyoma among
premenopausal women by age and race. Obstet Gynecol 1997;90:96773.
14. Ross RK, Pike MC, Vessey MP, Bull D, Yeates D, Casagrande JT. Risk
factors for uterine fibroids: reduced risk associated with oral contraceptives.
Br Med J (Clin Res Ed) 1986;293:35962.
15. Chiaffarino F, Parazzini F, La Vecchia C, Chatenoud L, Di Cintio E, Marsico
S. Diet and uterine myomas. Obstet Gynecol 1999;94:3958.
16. Samadi AR, Lee NC, Flanders WD, Boring JR 3rd, Parris EB. Risk factors
for self-reported uterine fibroids: a case-control study. Am J Public Health
1996;86:85862.
17. Parazzini F, Negri E, La Vecchia C, Chatenoud L, Ricci E, Guarnerio P.
Reproductive factors and risk of uterine fibroids. Epidemiology 1996;7: 440
2.
18. Thompson JD, Rock JA. Leiomyomata uteri and myomectomy. In: Te Linde's
Operative Gynecology. Rock JA, Thompson JD. editors. Lippincott-Raven
Publishers, Philadelphia. 1997. p: 731 - 70.
19. Stoval DW. Clinical symptomatology of uterine leiomyoma. Clin Obstet
Gynecol 2001;44:364 -71.
20. Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Media Aesculapius,
Jakarta, 2003. p:151 - 57.
21. Hurst BS, Matthews ML, Marshburn PB. Laparoscopic myomectomy for
symptomatic uterine myomas. Fertil Steril 2005;83(l): 1 -22.
22. Murphy AA, NamnoumAB. Diagnostic and operative laparoscopy. In: Te
Linde's Operative Gynecology, Rock JA, Thompson JD, editors. LippincottRaven Publishers, Philadelphia, l997. p: 389 - 413.
42
43