Anda di halaman 1dari 6

A.

TEORI RISIKO KEPATUHAN BANK KONVENSIONAL


a. Definisi
Risiko Kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak
mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang - undangan
dan ketentuan lain yang berlaku. Pada prakteknya risiko kepatuhan
melekat pada risiko Bank yang terkait pada peraturan perundang
-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit terkait
dengan ketentuan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM),
Kualitas Aktiva Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif
(PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait
dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko strategik terkait
dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) Bank, dan
risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu.
b. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan
1) Bank harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa
faktor yang dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan dan
berpengaruh secara kuantitatif kepada rugi laba dan permodalan Bank,
seperti:
a) aktivitas usaha Bank, yaitu jenis dan kompleksitas usaha Bank,
termasuk produk dan aktivitas baru;
b) ketidakpatuhan Bank, yaitu jumlah (volume) dan materialitas
ketidakpatuh an Bank terhadap kebijakan dan prosedur intern,
peraturan perundang -undangan dan ketentuan yang berlaku,
praktek dan standar etika bisnis yang sehat; dan
c) litigasi, yaitu jumlah dan materialitas dari tuntutan litigasi dan
keluhan nasabah.
2) Bank harus
memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko
kepatuhan, antara lain yang berkaitan dengan :
a) Kebijakan
(1)ketepatan penetapan limit risiko yang telah ditetapkan;
(2) konsistensi kebijakan manajemen risiko dengan arah dan
strategi usaha Bank;

(3) penerapan kepatuha n, pengaturan tanggung jawab dan


akuntabilitas pada seluruh jenjang organisasi;
(4)kebijakan mengecualikan suatu pengambilan keputusan yang
menyimpang (irregularities);
(5) penerapan kebijakan pengecekan

kepatuhan

melalui

prosedur secara berkala.


b) Prosedur
(1) ketepat an waktu mengkomunikasikan kebijakan kepada
seluruh pegawai pada setiap jenjang organisasi;
(2)kecukupan pengendalian terhadap pengembangan produk
baru;
(3) kecukupan laporan dan sistem data;
(4) kecukupan pengawasan Komisaris dan Direksi Bank;
(5)kecukupan pengendalian intern Bank, termasuk

aspek

pemisahan fungsi dan pengendalian berlapis ( dual control);


(6)sistem informasi manajemen yang tepat waktu dan tepat
guna;
(7)efektivitas dari pengendalian terhadap akurasi, kelengkapan,
dan integritas data;
(8)kecukupan
proses

menginter

pretasikan

(penafsiran)

perundang undangan dan ketentuan yang berlaku;


(9)komitmen Bank untuk memastikan bahwa sumber daya Bank
telah

tepat

dialokasikan

untuk

kepentingan

pelatihan

karyawan dan peningkatan budaya kepatuhan;


(10)
identifikasi dan tindakan korektif
yang tepat waktu
terhadap pengaruh pelanggaran dan ketidakpatuhan terhadap
perundang undangan dan ketentuan yang berlaku;
(11)
kecukupan mengintegrasikan aspek kepatuhan pada
setiap tahap perencanaan Bank (corporate planning ).
c) sumber daya manusia
(1)ketepatan
program kompensasi dan pengelolaan kinerja
karyawan dan pejabat Bank;
(2)tingkat
turn over karyawan

dan

pejabat

Bank

yang

menduduki posisi yang strategis pada Bank ( high risk taking


unit);
(3) kecukupan program pelatihan;
(4)kecukupan kompetensi Komisaris dan Direks i Bank;

(5)tingkat pemahaman dan kesesuaian arah strategi usaha


dengan risk tolerance.
d) sistem pengendalian
(1)efektivitas dan independensi fungsi audit, quality assurance
unit (apabila ada), dan Satuan Kerja Manajemen Risiko ;
(2)akurasi, kelengkapan, dan integr itas laporan serta sistem
informasi manajemen;
(3)keberadaan sistem pemantauan terhadap irregularities yang
mampu

mengidentifikasi

dan

mengukur

peningkatan

frekuensi dan jumlah eksposur risiko;


(4) tingkat responsif Bank terhadap penyimpangan terhadap
kebijakan dan prosedur intern Bank;
(5)tingkat responsif Bank terhadap penyimpangan dalam sistem
pengendalian intern Bank.1
B. DALIL RISIKO KEPATUHAN

a. Al-Quran



59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisa)

1 Lampiran SE No.5/21/DPNP, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan,


2003, Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.


4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (As-Shaff)



108. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu
mereka kerjakan. (Al-anam)

8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya. (Al-Muminun)




8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa.

dan

bertakwalah

kepada

Allah,

Sesungguhnya

Allah

Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Maidah)




71. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan
yang bathil[203], dan Menyembunyikan kebenaran[204], Padahal kamu
mengetahuinya? (Ali-Imran)
b. As-Sunnah
( )









,

Tiada beriman orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama
bagi yang tidak menepati janji (H.R. Adailami)







*








32 Hadis Abu Said r.a: Diriwayatkan daripada Tariq bin Syihab r.a katanya:
Orang pertama yang berkhutbah pada Hari Raya sebelum sembahyang Hari
Raya didirikan ialah Marwan. Seorang lelaki berdiri lalu berkata kepadanya:
Sembahyang Hari Raya hendaklah dilakukan sebelum membaca khutbah.
Marwan menjawab: Sesungguhnya kamu telah meninggalkan apa yang ada
di

sana.

Kemudian

Abu

Said

berkata:

Orang

ini

benar-benar

telah

membatalkan apa yang menjadi ketentuan kepadanya sedangkan beliau


pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa di antara kamu melihat
kemungkaran, maka dia hendaklah menegah kemungkaran itu dengan
tangannya yaitu kuasanya. Jika tidak mampu, hendaklah ditegah dengan
lidahnya. Kemudian kalau tidak mampu juga, hendaklah ditegah dengan
hatinya. Itulah selemah-lemah iman .
C. STUDI KASUS

Dua bank acing menelan kekalahan yang sama dalam sengketa


transaksi derivatif di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, kemarin (9/9).
Pengadilan menyatakan Citibank NA dan The Hong Kong and Shanghai
Banking Corporation (HSBC) telah melawan hukum dalam perjanjian
transaksi

derivatif

dengan

nasabahnya.

Hakim

PN

Jakarta

Selatan

menyatakan perjanjian transaksi derivatif Citibank dengan sang nasabah, PT


Permata Hijau. Sawit tidak sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/6/PBI/
2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank. Citibank bersalah karena
tidak menjelaskan secara terperinci produk perbankannya. Citibank cuma
menjelaskan produk callable forward ke Permata Hijau dalam bahasa
I.nggris. Istilahnya membingungkan, kata Ketua Majelis Hakim, Artha
Theresia, Rabu (9/9). Artha juga menilai, Citibank membuat peraturan yang
tidak berimbang. Yakni hanya Citibank saja yang bisa membatalkan
perjanjian secara sepihak. Alhasil, Perjanjian callable forward batal demi
hukum, ucapnya. Hakim memerintahkan kedua pihak untuk mengembalikan
uang dari transaksi yang telah terjadi. Citibank harus mengembalikan uang
US$ 10 juts ke Permata Hijau, termasuk membuka lagi rekening milik
perusahaan sawit ini sebesar US$545.000. Sebaliknya, Permata Hijau juga
harus mengembalikan uang Rp 97,2 miliar ke Citibank. Bukan hanya itu,
Citibank harus meminta koreksi ke BankIndonesiabahwa Permata Hijau
bukan debitur bermasalah di Sistem. Informasi Debitur (SID). Kuasa hukum
Permata Hijau David Tobing bilang, putusan ini akan menjadi contoh yang
baik dalam sengketa transaksi derivatif lainnya. Sebab, bank telah
sewenang-wenang, ujarnya.

2 Kontan, Edesi 10 September 2009, Citibank kalah di Pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai