Oleh :
Maulid Angraini
Pembimbing :
dr. Moch. Maroef, Sp. OG
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Partus prematurus adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 37
minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak
potensial meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO, bayi prematur adalah
bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari pertama
haid terakhir).
The American academy of prediatic, mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut premature atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong lebih cenderung untuk
mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan prematur
meningkat.
Perkembangan janin terhambat
akan
merangsang
untuk
terjadi
persalinan
terjadi hipoksia.
Kelainan rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi
pervaginam.
Kehamilan ganda
Sebanyak 15% pasien dengan partus prematurus ialah kehamilan ganda dan
secara umum kehamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi lebih
pendek.
Kuman
(penetrasi
saluran
serviks)
merusak
membran
amniotik
akhirnya
otot/kontraksi miometrium.
PGE2 bersama macrofag koloni stimulating factor (MCSF/CSF1) dan IL 8
berperan sebagai kemokin mengarahkan PMN dan fibroblas pada serviks
merangsang sintesa dan pelepasan kolagenase kadar kolagen serviks
menurun turunnya resistensi dan perlunakan serviks pembukaan dan
pendataran serviks.
Riwayat pielonefritis
Kehamilan multiple
Hidramnion
Anomali uterus
Iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko
mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan
keduanya.
DIAGNOSIS
Seringkali terjadi kesulitan menentukan diagnosis partus prematurus
imminens, karena tidak jarang seseorang dengan hamil prematur yang disertai
dengan timbulnya kontraksi tidak benar-benar dalam ancaman terjadinya proses
persalinan dimana bila hal ini dibiarkan saja proses persalinan tak akan terjadi.
Akhirnya timbul beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis partus
prematurus imminen yaitu :
Adanya kontraksi yang adekuat sebanyak minimal 2-3 kali dalam waktu 10
Adanya kontraksi yang teratur disertai dengan dilatasi serviks 1-2cm dan
serviks telah mulai menipis.
Usia kehamilan juga menentukan diagnosis, dapat dinilai dari anamnesa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi : usia kehamilan, besar janin, jumlah janin, cacat bawaan,
letak dan mturasi plasenta, volume cairan amnion, kelainan uterus
2. Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
3. Pemeriksaan vaginal berkala untuk mengetahui dilatasi/ pemendekan serviks
4. Pemeriksaan surfaktan (amniosentesi)
5. Pemeriksaan bakteri vagina
6. Pemeriksaan kultur urine
7. Pemeriksaan gas dan pH darah janin.
PENCEGAHAN
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya partus
prematurus adalah dengan cara :
Tindakan umum
1. Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan
hygiene.
2. Aktifitas (kerja, perjalanan, coitus) dibatasi pada pasien-pasien dengan
riwayat partus prematurus.
10
3. Penyakit-penyakit panas yang akut harus diobati secara aktif dan segera.
4. Keadaan seperti toxemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama.
5. Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang
berat harus ditunda.
Tindakan khusus
1. Pasien-pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak
minggu ke-28 hingga minggu ke-36 atau ke-38.
2. Fibromyoma uteri, kalau memberikan keluhan, dirawat dengan istirahat di
tempat tidur dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.
3. Placenta previa dirawat dengan istirahat total dan transfusi darah untuk
menunda kelahiran bayi sampai tercapai ukuran yang viabel. Tentu saja
perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera.
4. Inkompetensi cerviks harus dijahit dalam bagian pertama trimester kedua
selama semua persyaratannya dipenuhi
5. Sectio caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau kita yakin bahwa
bayi sudah cukup besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah
kelahiran bayi-bayi yang tidak bisa bertahan hidup
6. Obat-obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan.
PENGELOLAAN
Prinsip pengelolaan persalinan prematur adalah :
1. Penundaan persalinan dengan tokolitik
2. Mencegah infeksi (desiduitis/korioamniositis)
3. Memicu pematangan paru untuk meurunkan morbiditas dan mortalitas bayi
baru lahir yang prematur.
11
junction menurun.
Beta mimetik : mengaktifkan reseptor beta 2 pada miometrium.
Ethanol : menghambat sekresi oksitosin dari neurohipofise.
NSAID : menghambat sintesa prostaglandin.
Antagonis Ca (nifedipine) :menghambat uptake Ca pada sel miometrium.
Antagonis oksitosin : memblok reseptor oksitosin.
Penderita harus bed rest dan dirawat di rumah sakit karena perlu
pengawasan yang ketat dan pemberian obat-obatan juga membutuhkan evaluasi.
Yang harus dievaluasi antara lain :
1. Konfirmasi umur kehamilan dengan berbagai cara
2. Penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan
pengaruhnya terhadap pembukaan serviks)
3. Pemantauan tanda vital ibu
4. Pemantauan bunyi jantung janin
5. Pemeriksaan tambahan: usg untuk menilai presentasi, biometri janin, anomali,
indeks cairan ketuban, pemeriksaan plasenta, morfologi serviks
6. Tirah baring (lateral ke kiri atau semi fowler)
7. Bila diduga ada korioamnionitis, lakukan kultur dan berikan antibiotika
8. Pemberian obat-obat tokolitik
9. Pemberian obat-obatan pematangan paru-paru janin, diberikan pada semua
wanita hamil antara 24-34 minggu:
Obat tokolitik yang biasa diberikan nifedipine 3 x 30 mg dilanjutkan 2 x
25 mg sampai 2 x 24 jam. Atau diberilan duvadilan 4 x 10 mg dengan syarat nadi
12
< 100 x/permenit. Antibiotika juga perlu diberikan mengingat 70-80% persalinan
prematur dipicu oleh infeksi genealia.
Pematangan paru pada bayi yang akan dilahirkan prematur sangatlah
penting mengingat fungsi paru dan jumlah surfaktan yang belum mencukupi.
Obat-obat yang dapat diberikan antara lain betamethasone 12mg/im sehari selama
2 hari, atau dexamethasone 20 mg/im tiap 12 jam selama 2 hari, atau TRH 400
mcg tiap 8 jam selama 2 hari.
Kelahiran :
13
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Champan, Vicky. The Midwifes Labor and Birth Handbook. H. Y. 2011.
2. Cunningham FG et al. Preterm Labor in Williams Obstetrics , 22nd ed,
McGraw-Hill, 2011.
3. Goepfert A.R. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill. 2010.
4. Hacker, Neville. F. Obstetri dan Ginekologi Esensial. Jakarta: Hipocrates,
2011.
5. Manuaba, Ida, B.G. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
EGC. 2007.
6. Raymond. Obstetri and Ginecology. Jakarta: Hipocrates. 2010.
15