Anda di halaman 1dari 60

DIABETES MELITUS TIPE 2

Oleh:
Aidillah Putri
1010070100197
Pembimbing
dr. Lidya Dewi, Sp.PD

DEFINISI

Diabetes

KLASIFIKASI ETIOLOGIS DM
DM

PREVALENSI DM TIPE II
Wanita
Tahun
Tahun

> laki-laki

2008, prevalensi DM di Indonesia 57%

2012 angka kejadian diabetes melitus


didunia: 371 juta jiwa (diabetes melitus tipe 2
adalah 95% dan hanya 5% diabetes melitus
tipe 1)

PATOGENESIS DM TIPE 2

PATOFISOLOGI

FAKTOR RISIKO
Obesitas

(kegemukan)
Hipertensi
Riwayat Keluarga Diabetes Melitus
Dislipidemia
Umur
Riwayat persalinan
Faktor Genetik
Alkohol dan Rokok

DIAGNOSIS
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita.

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:


- Keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan
glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL
dengan adanya keluhan klasik
- Tes toleransi glukosa oral (TTGO) 200 mg/dL.

Uji diagnostik DM gejala atau tanda DM,


Pemeriksaan penyaring risiko DM, namun tidak
menujukan adanya gejala DM.
Pemeriksaan
penyaring
bertujuan
untuk
menemukan pasien dengan DM, TGT, maupun
GDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini secara
tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut
sebagai intoleransi glukosa, merupakan tahapan
sementara menuju DM.

KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU DAN


GLUKOSA DARAH PUASA SEBAGAI
PATOKAN PENYARING DAN DIAGNOSIS DM

Kadar glukosa darah Plasma vena


sewaktu (mg/dL)

Darah kapiler

Kadar glukosa darah Plasma vena


puasa (mg/dL)

Darah kapiler

Bukan

Belum

DM

DM

pasti DM

<100

100-199

200

<90

90-199

200

<100

100-125

126

<90

90-99

100

PENATALAKSANAAN
Tujuan Penatalaksanaan:
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati
dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas
dan mortalitas DM.

EDUKASI
Pengetahuan tentang
a. pemantauan glukosa darah mandiri
b. tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya

TERAPI GIZI MEDIS


Makan berat dibagi 3 porsi: pagi 20%, siang 30% dan
sore 20%
Makan ringan dibagi 2-3 porsi (10-20%) diantara makan
berat

Komposisi makan:
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi
Lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.
Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi
Protein dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi
Natrium < 1 sendok teh per hari
Serat 25 gram/hari

Perhitungan jumah kalori ditentukan oleh status gizi


yang dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus
broca
Penentuan status gizi berdasarkan IMT
IMT= BB/(TB)2 , dimana satuan BB dalam kg dan TB
dalam meter
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT
- BB kurang <18,5
- BB normal 18,5-22,9
- BB lebih
23,0
dengan resiko 23-24,5
obes I
25-29,9
obes II
30

Penentuan status gizi berdasarkan rumus Broca


Berat Badan Ideal = (TBcm-100)-10%
Untuk laki-laki <160 cm dan wanita <150 cm,
perhitungan BB ideal tidak dikurangi 10%. Penentuan
status gizi di hitung dari:

Status Gizi = (BB aktual : BB ideal) x 100%


BB kurang: BB<90% BBI
BB normal: BB 90-110% BBI
BB lebih:
BB 110-120% BBI
Gemuk :
BB >120%

Penentuan kebutuhan kalori perhari:


Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30 kalori (laki-laki)
= BB ideal x 25 kalori (wanita)
Koreksi atau penyesuaian
Umur diatas 40 tahun
-5%
Aktivitas ringan
+10%
Aktivitas sedang
+20%
Aktivitas berat +30%
BB gemuk
-20%
BB lebih -10%
BB kurang +20%
Stress metabolik
+10%
Kehamilan trimester I,II +300 kalori
Kehamilan trimester III, menyusui +500 kalori

LATIHAN JASMANI
Prinsip
Frekuensi
: jumlah olahraga perminggu sebaiknya
dilakukan dengan teratur 3-5 kali per minggu
Intensitas
: ringan dan sedang
Durasi
: 30-60 menit
Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk
meningkatkan kemampuan kerdiorespirasi seperti
jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

TERAPI FARMAKOLOGI

PEMICU INSULIN (INSULIN SECRETAGOG)

PENINGKAT SENSITIVITAS TERHADAP INSULIN

Obatnya

PENGHAMBAT GLUKONEOGENESIS
Obatnya

PENGHAMBAT GLUKOSIDASE

DPP-IV INHIBITOR
Obat

2. Suntikan
Jenisnya berupa insulin dan agonis GLP-1.
Insulin diperlukan pada keadaan:
- penurunan BB yang cepat
- hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- ketoasidosis diabetic
- hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- hiperglikemia dengan asidosis laktat
- gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
- stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- kehamilan dengan DM/ diabetes mellitus gestational
yang tidak terkendali dengan perencanaan makanan
- kontraindikasi atau alergi terhadap OHO

Fungsi insulin
menaikkan pengambilan glukosa ke dalam
selsel sebagian besar jaringan
menaikkan penguraian glukosa secara
oksidatif
menaikkan pembentukan glikogen dalam
hati dan otot serta mencegah penguraian
glikogen
menstimulasi pembentukan protein dan
lemak dari glukosa.

Komplikasi Diabetes Melitus


a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia: kadar glukosa darah dibawah nilai
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi
pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2
kali/minggu.
Kadar gula darah rendah sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi tidak berfungsi/kerusakan.
- Hiperglikemia, kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis
diabetik, Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHNK)

b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler
trombosis otak, penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi

Pencegahan
Pencegahan Premordial
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tersier

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Koto baru
Tanggal/jam masuk: 27-07-2015/ 16.00 WIB
Ruangan
: Siti Nurbaya 5

Anamnesis
Keluhan Utama: muntah sejak 8 jam yang lalu
Keluhan Penyakit Sekarang:
Muntah sejak 8 jam yang lalu, frekuensi lebih
dari 15 kali, berisi apa yang dimakan/diminum,
jumlah lebih kurang gelas, tidak berdarah.
Muntah terjadi secara tiba-tiba tanpa pencetus,
sore kemarin pasien makan mie instan saja
tanpa makan nasi siangnya.
Badan terasa letih dan lesu sejak 1 minggu yang
lalu dan pasien mengurangi aktifitasnya
Sakit perut sejak 1 hari yang lalu, sakit disertai
rasa mendesak sampai ke ulu hati
Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu

Demam

sejak 2 hari yang lalu dan berkeringat

dingin
Sering merasa haus dan rasa ingin minum
BAK frekuensi sering dalam jumlah banyak
dan warna yang normal
Berat badan terasa menurun
Kesemutan pada ujung-ujung jari kaki dan
tangan
Pandangan sedikit kabur
Terdapat luka yang sulit sembuh pada kedua
lutut dan sekitar daerah payudara kiri, luka
sudah mulai mengering

Bengkak

pada lutut kiri sejak 1 hari yang


lalu, berwarna merah, terasa hangat dan
sakit jika digerakkan
Pruritus vulvae tidak ada, keputihan
tidak ada
Batuk dan pilek tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Nyeri dada dan jantung berdebar-debar
tidak ada
Pembengkakan pada tungkai tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami keluhan yang sama 2 bulan yang
lalu dan dirawat di rumah sakit
Riwayat DM sejak 7 tahun yang lalu, dengan
pemeriksaan gula darah sewaktu tertinggi >300 mg/dL.
Pernah makan obat glucodex tetapi tidak teratur, satu
tahun terakhir ditambah metformin 500 mg.
Riwayat operasi amputasi di regio cruris dextra.
Awalnya terdapat luka pada tumit yang sulit sembuh
akibat tertusuk paku. Setelah dua bulan kemudian
luka semakin menyebar hingga ke atas. Pernah
transfusi darah hingga 20 kantong untuk operasi

Riwayat maag ada


Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat hipertensi
Riwayat radang sendi disangkal
Riwayat TB dan riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung
Riwayat hepatitis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mendeita penyakit
yang sama.
Riwayat keturunan DM, hipertensi, asma dan TB
disangkal.

Riwayat Psikososial dan Kebiasaan


Perkerjaan ibu rumah tangga dengan 4 orang
anak
Status sosial ekonomi sedang
Kebiasaan minum teh manis 1 gelas besar/hari,
sejak pasien tahu bahwa dia menderita DM agak
dikurangi
Kebiasaan makan makanan berminyak,
bersantan, manis dan ngemil
Kebiasaan minum kopi, merokok dan minum
alkohol tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis kooperatif
Tekanan darah
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80x permenit
Nafas
: 20x permenit
Suhu
: 36,6 0C
Berat badan
: 60 kg
Tinggi badan
: 165 cm

Pemeriksaan Fisik Khusus


Kulit : normal, tidak kering, tidak ada sianosis dan
ikterik
Kepala
: bentuk bulat, normocephal, rambut hitam
sedikit beruban, tidak mudah dicabut
Mata : pupil isokor, palpebra edema (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik
(-), nyeri ketok proc. Mastoideus (-)
Hidung : normonasi, deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : bentuk normal, mukosa bibir basah, gusi tidak
berdarah, tidak ada sianosis, lidah tidak kotor
Leher
: JVP 5-2 cmH20, tidak ada pembesaran KGB
dan tiroid, deviasi trakea (-)

Thoraks
Paru
I: bentuk dada normal simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis)
P: tidak ada nyeri tekan, fremitus taktil normal kanan dan kiri sama
P: sonor dikedua lapang paru
A: suara nafas vesicular, rhonki -/-, wheezing -/Jantung
I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis kuat angkat
P: Batas kanan linea sternalis dextra RIC IV
Batas kiri linea midclavicularis sinistra RIC VI
Batas atas linea sternalis sinistra RIC II
Batas pinggang linea parasternalis sinistra RIC III
A: bunyi jantung I dan II murni regular, bising (-), suara tambahan
(-)

Abdomen
I: sikatrik (-), distensi (-)
P: nyeri tekan epigastrium (+), nyeri lepas (-), tidak ada
pembesaran hepar dan lien, bimanual (-/-), ballottement
(-/-), nyeri ketok CVA (-/-)
P: timpani
A: bising usus normal, 6x/menit

Anggota gerak
Terdapat luka yang sulit sembuh pada kedua lutut
Oedema pada lutut kiri
Regio cruris dextra post amputasi
Oedema tungkai (-), pitting oedema (-), akral hangat,
sianosis (-),

Pulsasi arteri
Dextra
A. dorsalis pedis
: tidak dapat dinilai
A. tibialis posterior: tidak dapat dinilai
A. poplitea : teraba
Sinistra
A.dorsalis pedis
: teraba
A. tibialis posterior: teraba
A. poplitea : teraba

Pemeriksaan Refleks
Refleks fisiologis
: +/+
Reflek patologis
: -/ Reflek sensitivitas rasa raba halus dan kasar : +/+

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 12,2 gr/dL N: 11,5 16,5 gr/dL
Hematokrit : 34,7 % () N: 37-45 %
Leukosit : 24.800/uL ()N: 4.000-11.000/uL
Trombosit
: 183.000/uL
N:150-400 x 103/uL
GD sewaktu (GDR) : 310 mg% () N: <180 mg%
Diagnosis Kerja
Diagnosis primer : Diabetes melitus tipe II tidak
terkontrol, normo weight dengan post op amputasi regio
cruris dextra
Diagnosis sekunder
: sepsis
gastritis
Diagnosis Banding DM: Hiperglikemia reaktif

Penatalaksanaan

Nonfarmakologi
Edukasi
Terapi gizi medis
Penentuan status gizi berdasarkan IMT
IMT= BBkg/ (TBmeter)2
IMT= 60/(1,65) 2 = 60/2,72= 22 BB normal (IMT 18,5-22,9)
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT
- BB kurang <18,5
- BB normal 18,5-22,9
- BB lebih
23,0
dengan resiko 23-24,5
obes I
25-29,9
obes II 30

Penentuan status gizi berdasarkan rumus Broca


Berat Badan Ideal = (TBcm-100)-10%
= (165-100)-10%
= 65-6,5 = 58,5 kg
Status Gizi = (BB aktual : BB ideal) x 100%
= (60:58,5) x 100%
= 102 %

Jumlah kebutuhan kalori perhari:


Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 kalori
= 58,5 x 25 kalori
= 1462,5 kalori

Koreksi:
umur diatas 40 tahun -5% x 1462,5 = -73 kalori
Aktivitas sedang
+20% x 1462,5
= 293 kalori
Stress metabolik
+10 % x 1462,5
= 146 kalori
= (1462,5 73 + 293 + 146) kalori
= 1828,5 kalori = 1829 kalori
Jadi total kebutuhan kalori perhari Ny. R 1829 kalori
Untuk mempermudah perhitungan dalam konsultasi
gizi digenapkan menjadi 1800 kalori

Distribusi makanan
Karbohidrat 60% = 60% x 1800 kalori = 1080 kalori
dari karbohidrat yang setara dengan 270 gram
karbohidrat (1080 kalori : 4 kalori/gram karbohidrat)
Protein 20% = 20% x 1800 kalori = 360 kalori dari
protein yang setara dengan 90 gram protein (360
kalori : 4 kalori/gram protein)
Lemak 20% = 20% x 1800 kalori = 360 kalori dari
lemak yang setara dengan 40 gram lemak (360 kalori
: 9 kalori/gram lemak)
Makanan

tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk


makan pagi (20%), makam siang (30%), makan
malam (25%) serta 2-3 porsi ringan (10-15%)
diantara makan besar.

Latihan

jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan
jalan santai.
Untuk menentukan intensitas latihan digunakan
Maximum Heart Rate (MHR)= 220 umur. Setelah
MHR didapatkan, dapat ditentukan Target Heart
Rate (THR). Pada pasien Ny. R berusia 50 tahun
disasarkan sebesar 75%, maka THR=75% x (22050)=120. Dengan demikian Ny.R dalam melakukan
latihan jasmani, sasaran denyut nadinya sekitar
120/menit.

Farmakologi
IVFD RL 8 jam/kolf
Ranitidine injeksi 2x1 ampul
Domperidon injeksi 3x1 ampul
Ceftriaxon injeksi 2x1
Ciprofloxacine infuse 2x100
Regular insulin 3x5 unit
Nucral syrup 3x1
Paracetamol tablet 3x1
Anjuran
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan rontgen thorak
Pemeriksaan GDP dan GD 2 jam PP

FOLLOW UP
Kamis, 30 Juli 2015
S: Mual (+) muntah (-)
Nafsu makan menurun
Badan terasa lemas, nyeri pada perut
Oedema pada lutut kiri, sakit jika digerakkan
BAB tidak ada, BAK lancar
O: Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran : compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 82x permenit
Nafas : 20x permenit
Suhu : 36,6 0C
Pemeriksaan Labor : GDP 179 mg%
GD 2 Jam PP 256 mg%

A: Diabetes melitus tipe II tidak terkontrol, normo


weight post op amputasi regio cruris dextra
P: Bed rest
IVFD RL 12 jam/kolf
Ranitidine injeksi 2x1 ampul
Ondansentron injeksi 3x1 ampul
Ceftriaxon injeksi 2x1
Ciprofloxacine infuse 2x100
Regular insulin 3x5 unit IV
Nucral syrup 3x1
Paracetamol tablet 3x1
Anjuran : cek ulang GDP dan GD 2jam PP

Jumat, 31 Juli 2015


S: Mual (-) muntah (-)
Nafsu makan mulai membaik
Badan terasa lemas, nyeri perut (-)
Oedema pada lutut kiri, sakit jika digerakkan (-)
BAB tidak ada, BAK lancar
O: Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi
: 73x permenit
Nafas
: 20x permenit
Suhu
: 36,7 0C

A: Diabetes melitus tipe II tidak terkontrol, normo


weight post op amputasi regio cruris dextra
P: bed rest
IVFD RL 12 jam/kolf
Ceftriaxon injeksi 2x1
Ciprofloxacine infuse 2x100
Regular insulin 3x5 unit IV
Paracetamol tablet 3x1
Anjuran : cek ulang GDP dan GD 2jam PP

Sabtu, 01 Agustus 2015


S: Oedema pada lutut kiri, sakit jika digerakkan (-)
O: Keadaan umum: sakit sedang
Kesadaran : compos mentis kooperatif
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78x permenit
Nafas : 21x permenit
Suhu : 36,6 0C
A: Diabetes melitus tipe II tidak terkontrol, normo weight post op
amputasi regio cruris dextra
P: bed rest
IVFD RL 12 jam/kolf
Ceftriaxon injeksi 2x1
Regular insulin 3x5 unit IV
Anjuran : cek ulang GDP dan GD 2jam PP
cek ulang darah rutin

PEMBAHASAN KASUS
Ny.R usia 50 tahun datang ke bangsal interne
wanita dengan keluhan muntah sejak 8 jam
yang lalu. Muntah frekuensi lebih dari 15 kali,
berisi apa yang dimakan/diminum, jumlah lebih
kurang gelas. Badan terasa letih dan lesu,
sakit perut, sakit kepala, demam, sering merasa
haus dan rasa ingin minum. BAK frekuensi
sering, berat badan terasa menurun, kesemutan
pada ujung-ujung jari kaki dan tangan,
pandangan sedikit kabur, terdapat luka yang
sulit sembuh pada kedua lutut dan sekitar
daerah payudara kiri, luka sudah mulai
mengering. Lutut kiri bengkak, merah, terasa
hangat dan sakit jika digerakkan.

Pasien punya pernah mengalami keluhan yang


sama 2 bulan yang lalu, riwayat DM dengan
post operasi amputasi dan riwayat maag ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran compos mentis kooperatif, status gizi
normal, tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80x
permenit, nafas 20x permenit, suhu 36,6 0C,
berat badan 60 kg dan tinggi badan 165 cm.
Tidak ada kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan kulit, kepala, mata, telinga,
hidung, mulut, leher dan thorak. Pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium.

Pada pemeriksaan ektremitas didapatkan


edema pada lutut kiri dan sakit jika
digerakkan.. Terdapat bekas luka yang sulit
sembuh pada kedua lutut, pulsasi arteri pada
ekstremitas di A. Poplitea, A. Dorsalis pedis dan
A. Tibialis posterior ada.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
hemoglobin: 12,2 gr/dL, hematokrit: 34,7% (),
leukosit: 24.800/uL (), trombosit:183.000/uL,
gula darah sewaktu (GDR): 310 mg% ().
Menurut teori dari pemeriksaan klinis dan hasil
pemeriksaan labor yang dilakukan Ny. R
menderita diabetes mellitus tipe II.

Untuk penatalaksaan pada pasien diberikan


terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis berupa edukasi, terapi nutrisi
medis dengan jumlah total kebutuhan kalori
perhari yaitu 1800 kalori dan latihan jasmani
sesuai kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.dengan sasaran denyut nadinya sekitar
120/menit.
Sedangkan
untuk
terapi
non
farmakologi dapat diberikan IVFD RL 8 jam/kolf,
ranitidine injeksi 2x1 ampul, domperidon injeksi
3x1 ampul, ceftriaxon injeksi 2x1, ciprofloxacine
infuse 2x100, regular insulin 3x5 unit, nucral
syrup 3x1 dan paracetamol tablet 3x1. Dengan
anjuran
melakukan
pemeriksaan
EKG,
pemeriksaan rontgen thorak dan pemeriksaan
GDP dan GD 2 jam PP.

DAFTAR PUSTAKA
Noor, Restyana. Diabetes Melitus Tipe 2, jurnal J
MAJORITY, Volume 4 Nomor 5, Februari 2015
Ozougwu
Jc, dkk. 2013. The pathogenesis dan
pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus.
Journal of physiology and pathophysiology 4(4):46-57.
Rudianto, Ahmad, dkk, 2011. Kosensus pengendalian dan
pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
Sudoyo, Aru W, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publising.
Suyono S. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus
terpadu. Jakarta: Penerbit FKUI.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai