Anda di halaman 1dari 45

12

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Konsep Terkait
1. Motivasi
a. Pengertian.
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri
seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan
mengarahkan perilaku seseorang. Motivasi itu ada dalam diri seseorang
dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya keinginan
untuk hidup, keinginan untuk memiliki sesuatu, keinginan akan
kekuasaan, keinginan akan adanya pengakuan, sehingga secara singkat
motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau
dicapai

dengan

perilaku

tertentu

dalam

keinginan yang dapat


suatu

usahanya.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/)
Motivasi merupakan dorongan (misal: ide, emosi, ataupun kebutuhan
fisik) yang menyebabkan seeseorang mengambil suatu tindakan. Motivasi
dapat berasal dari motif sosial,tugas, atau fisik.motivasi sosial dibutuhkan
untuk berhubungan, penampilan sosial, atau harga diri. Individu secara
umum mencari orang lain untuk membandingkan pendapat, kemampuan,
dan emosi (Potter, 2005 ).

13

Motivasi adalah fenomena kejiwaan yang mendorong seseorang untuk


bertingkah laku demi mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang
dituntut oleh lingkungannya. Motivasi dapat bersumber dari fungsi
kognitif dan fungsi afektif. Motif kognitif lebih menekankan pada
kebutuhan manusia akan informasi dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motif ini mendorong manusia untuk belajar dan ingin mengetahui. Motif
afektif lebih menekankan aspek perasaan dan kebutuhan individu untuk
mencapai tingkat emosional tertentu. Motif ini akan mendorong manusia
untuk mencari dan mencapai kesenangan dan kepuasan baik fisik, psikis
dan sosial dalam kehidupannya dan individu akan menghayatinya secara
subyektif. (http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=179)
Motivasi merupakan hasil dari sejumlah proses yang bersifat internal atau
eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persentesis dalam hal melaksanakan kegiatan tertentu
(Gray, dkk. 1984. Dlm Winardi J, 2004). Menurut Singgih (1996)
motivasi adalah aspek yang mempengaruhi tingkah laku yang mengarah
pada suatu tujuan disamping itu terlihat pula adanya hal yang mendorong
seseorang untuk betingkah laku mencapai keseimbangan dana dorongan
ini timbul karena adanya kebutuhan.
Standfard dikutip dari Nursalam (2002), menambahkan adanya tiga poin
utama dalam pengertian motivasi adalah hubungan antara kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang
kurang dirasakan oleh seseorang baik secara fisiologis maupun. Dorongan

14

merupakan tenaga dalam diri manusia yang mengarahkan tingkah laku


untuk berbuat memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan tujuan adalah
hasil akhir yang diharapkan dari siklus motivasi. Hubungan ketiga hal
tersebut sesuai dengan lingkungan motivasi (motivasi cyrcle) dari Singgih
(1996).

Motivasi

Kebutuhan

Tingkah laku

Tujuan

Skema 2.1 lingkaran motivasi


Menanggapi hal diatas, Subardi (2001) menyatakan motivasi berupa
kebutuhan mendorong perbuatan kearah tujuan tertentu. Sedangkan
Sudarmo dan Mulyono (1997) lebih mengartikan sebagai pendorong
perilaku.
b. Teori-Teori Motivasi
Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan
berdasarkan

sudut

pandangnya,

yaitu

behavioral,

cognitive,

psychoanalytic, humanistic, social learning, dan social cognition.

15

1) Teori Behavioral
Pada tahun 1943, Hull mengemukakan Drive Reduction Theory yang
menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul
mungkin bermacam-macam bentuknya (Budiningsih, 2005).
Masih menurut Hull, suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup
menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas
memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan
bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi
kebutuhan (need reduction response). Menurut teori Hull, dorongan
(motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama
untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai
(Wortman, 2004). Lebih jauh Hull merumuskan teorinya dalam
bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arah)
sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk:
Behaviour = Drive x Habit
Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian,
maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama
sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner
& Calfee, 1996).

16

2) Teori Cognitive
Pada tahun 1957 Festinger mengajukan Cognitive Dissonance Theory
yang menyatakan jika terdapat ketidakcocokan antara dua keyakinan,
dua tindakan, atau antara keyakinan dan tindakan, maka kita akan
bereaksi untuk menyelesaikan konflik dan ketidakcocokan ini.
Implikasi dari hal ini adalah bahwa jika kita dapat menciptakan
ketidakcocokan dalam jumlah tertentu, ini akan menyebabkan
seseorang mengubah perilakunya, yang kemudian mengubah pola
pikirnya, dan selanjutnya mengubah lebih jauh perilakunya (Huitt,
2001).
3) Teori Psychoanalytic
Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah
Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan
oleh Freud (1856 - 1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan
atau perilaku merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal
yang terdiri dari dua kategori, yaitu hidup (sexual) dan mati
(aggression). Erik Erikson yang merupakan murid Freud yang
menentang

pendapat

Freud,

menyatakan

dalam

Theory

of

Socioemotional Development (atau Psychosocial Theory) bahwa yang


paling mendorong perilaku manusia dan pengembangan pribadi
adalah interaksi sosial (Huitt, 1997).

17

4) Teori Humanistic
Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah
Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham
Maslow (1954). Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan
manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency needs
dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling
bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan
cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam
deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi
lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya. Growth needs
meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi
diri, dan kebutuhan self-transcendence. Menurut Maslow, manusia
hanya dapat bergerak ke growth needs jika dan hanya jika deficiency
needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan Maslow merupakan cara
yang menarik untuk melihat hubungan antara motif manusia dan
kesempatan yang disediakan oleh lingkungan (Atkinson, 1983).
5) Teori Social Learning
Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter
menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan
pada

sejumlah

menjelaskan

alternatif

pilihan,

atau

bagaimana
arah

akan

tindakan,

bertindak.
Rotter

Untuk

mencoba

menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu


pendekatan stimulus-response atau reinforcement dan pendekatan

18

cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari


expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk
pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner &
Calfee, 1996).
6) Teori Social Cognition
Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui
berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan
konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran
dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas
orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4
langkah yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan
belajar operan, yaitu :
a) Attention, memperhatikan dari lingkungan,
b) Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh,
c) Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa
yang

dilihat

d) Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah


kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and
punishment) (Huitt, 2004).

19

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor instrinsik
dan faktor ekstrinsik.

Menurut Stoner dan Fredman (1995, dalam

Nursalam 2002) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah


motivasi yang berasal dari diri seseorang; sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang. Menanggapi hal
diatas, Marquis (2000) mengemukakan bahwa faktor intrinsik adalah
umur, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan sedangkan yang
termasuk faktor ekstrinsik adalah ekonomi, social budaya, lingkungan
yang terdiri dari lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Elder (1998)
& Notoatmodjo (2005) mendefinisikan motivasi sebagai interaksi antara
perilaku

dan

lingkungan

sehingga

dapat

meningkatkan

atau

mempertahankan perilaku. Berdasarkan teori diatas maka lingkungan


dapat mempersulit motivasi seseorang untuk berperilaku hidup sehat jika
keluarga tidak mendukung perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2005).

2. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Menurut

Federasi

Obstetri

Ginekologi

Internasional,

kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan


ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

20

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut


kalender internasional. (Prawihardjo, 1997).
Menurut Manuaba (1998), proses kehamilan merupakan mata rantai
yang berkesinambungan dan terdiri dari :Ovulasi pelepasan ovum,
terjadi

migrasi

spermatozoa

dan

ovum,

terjadi

konsepsi

pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus,

dan
dan

pembentukan plasenta, serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai


aterm.
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280
hari) dan tidak lebih 42 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila
lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan dibagi
menjadi tiga triwulan, yaitu :
1) Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu
2) Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu
3) Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu
b. Karakteristik ibu hamil
Ibu hamil adalah wanita yang berada dalam kondisi dimana terjadi
perkembangan embrio atau fetus didalam tubuhnya setelah fertilisasi sel
telur dan sel sperma (Duman E, 1995). Menurut Martosoebroto (2004)
ibu hamil tidak hanya berfokus pada kehamilan dan proses melahirkan
saja tetapi juga memikirkan upaya untuk menuju keluarga yang

21

berkualitas. Dalam hal ini ia mengemukakan bahwa karakteristik


demografi seperi umur, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi, dukungan
keluarga merupakan elemen penting dari karakteristik ibu hamil yang
mempengaruhi proses pemikiran tersebut. Hamilton (1995) menyatakan
bahwa karakteristik ibu hamil adalah usia, pengetahuan dan pendidikan,
dukungan keluarga dan informasi tentang pelayanan ANC.
Reeder (1997) menjelaskan bahwa karakteristik ibu hamil adalah usia,
pengetahuan, ekonomi dan

dukungan keluarga. Reeder (1997)

menyatakan bahwa kehamilan sangat dengan berhubungan umur. Ia


mengaitkan hal ini dengan kehamilan yang kejadiannya meningkat pada
20 tahun terakhir ini. Kehamilan remaja mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya komplikasi fisiologis maupun psikologis. Pada kondisi ini,
sangat membutuhkan banyak penanganan medis dan sumber dukungan
sosial.
Dunnihoo (1992, dalam Reeder, 1997) juga menjelaskan bahwa wanita
yang berumur lebih dari 35 tahun beresiko tinggi mengalami aborsi
spontan, terjadinya kelainan kelahiran dan komplikasi kehamilan
lainnya. Sedangkan wanita usia

40 tahun dilaporkan sering terjadi

insiden BBLR atau kelahiran prematur dikarenakan fertilitas yang sudah


menurun dan terjadinya abnormalitas genetik pada fetus juga meningkat.
Konseling genetik sangat diperlukan pada pasangan tua yang
merencanakan kehamilan dan ANC yang berkualitas sangat diperlukan
bagi mereka yang sedang menjalani kehamilannya

22

3. Perawatan antenatal (ANC)


a. Pengertian
Perawatan antenatal adalah perawatan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba, 1998). Bennet & Brown (1999) mengemukakan bahwa
Antenatal Care adalah perwatan rujukan yang diberikan kepada wanita
hamil mulai dari waktu konsepsi sebagai konfirmasi kehamilan sampai
tiba waktu persalinan. Farrer (1999) menyatakan

perawatan ANC

mencakup perawatan kehamilan untuk melihat apakah segalanya


berlangsung normal, untuk mendeteksi dan mengatasi setiap kelainan
yang timbul, dan untuk mengantisipasi semua masalah selama
kehamilan, persalinan, dan periode postnatal, penyuluhan atau
pendidikan mengenai kehamilan dan bagaimana cara-cara mengatasi
gejalanya, mengenai diet, perawatan gigi, serta gaya hidup, persiapan
(baik fisik ataupun psikologis) bagi persalinan serta kelahiran dan
pemberian petunjuk mengenai segala aspek dalam perawatan bayi,
dukungan jika terdapat masalah-masalah sosial atau psikologis.
ANC adalah pemeriksaan/ pengawasan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(http://siaksoft.net/?p=469)

23

b. Tujuan Perawatan Antenatal (ANC)


Kunjungan pertama wanita hamil ke pelayanan kesehatan sangat
penting. Menurut Hamilton (1995) tujuan perawatan antenatal adalah
untuk memberikan kesehatan maksimal bagi calon ibu dn bayinya.
Menurut Bennet & Brown (1999), selain memonitor proses kehamilan,
tujuan ANC juga untuk menyediakan dukungan yang tepat untuk
wanita hamil dan keluarganya terhadap apapun hasil dari kehamilan
dan informasi sehingga wanita hamil dan keluarganya dapat membuat
keputusan dan berpikir sehat untuk menentukan pilihan mereka.

Tujuan perawatan antenatal yang dikemukakan berbagai sumber pada


dasarnya sama Secara khusus perawatan antenatal menurut Manuaba
(1998) bertujuan untuk:
1) Mengenal dan memahami sedini mungkin penyulit yang terdapat
saat kehamilan, persalinan, dan nifas
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan nifas
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana
4) Menurunkan angka kesakitan, kematian ibu dan bayi

24

c. Kebijaksanaan Program ANC


1) Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu :
a) 1 kali pada trimester I
b) 1 kali pada trimester II
c) 2 kali pada trimester III
2) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat
haid.
3) Kunjungan ANC yang ideal adalah :
a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu.
b) Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu.
c) Setiap 1 minggu sejak umur hamil 32 minggu sampai terjadi
persalinan.
4) Pemeriksaan khusus jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.
5) Pelayanan Asuhan Standar Minimal 7 T yaitu :
a) Timbang berat badan.
b) Ukur tekanan darahn.
c) Ukur tinggi fundus uteri.
d) Imunisasi TT lengkap.

25

e) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.


f) Tengok/ periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan
ujung kaki.
g) Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan.
6) Jadwal pemeriksaan antenatal care menurut Manuaba (1998)
adalah sebagai berikut:
a) Trimester I dan II
(1) Setiap bulan sekali
(2) Diambil data tentang laboratorium
(3) Nasehat diet empat sehat lima sempurna, tambahan protein
gr/kgBB = satu telur/hari
(4) Pemeriksaan USG
(5) Oservasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi
kehamilan, komplikasi kehamilan
(6) Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari
terjadinya komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetenus I
b) Trimester III
(1) Setiap 2 minggu sekali sampai ada tanda kelahiran
(2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
(3) Diet empat sehat lima sempurna
(4) Pemeriksaan USG
(5) Imunisasi tetanus II

26

(6)Observasi adanya penyakit yang dapat menyertai kehamilan,


komplikasi kehamilan trimester III
(7) Rencana pengobatan
(8) Nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang
untuk melahirkan
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai
13 kali selama hamil. Di negara berkembang pemeriksaan antenatal
dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui
berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat
diarahkan untuk melakukan rujukan ke RS. Untuk evaluasi
keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan partograf menurut
WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah
dapat dirujuk ke RS. Dengan jalan demikian diharapkan angka
kematian ibu dan perinatal yang sebagian besar terjadi pada saat
pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna.
d. Pemeriksaan Kehamilan
1) Anamnesa
a) Nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama dan alamat.Maksud
pertanyaan ini adalah :
(1) Untuk identifikasi (mengenal) penderita dan menentukan
status sosial ekonominya yang baru kita ketahui misal :

27

untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang


akan diberikan.
(2) Umur penting karena ikut menentukan prognosa kehamilan,
bila umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan
akan lebih banyak resiko ( < 20 / > 35 tahun ).
b) Keluhan Utama
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan
ataukah pada pengaduan lain yang penting.
c) Riwayat Haid
(1) Menarche
(2) Haid teratur atau tidak dan siklus yang dipergunakan untuk
memperhitungkan tanggal persalinan.
(3) Lamanya haid.
(4) Banyaknya darah.
(5) Sifatnya darah : cair atau beku, warnanya, baunya.
(6) Haid nyeri atau tidak.
(7) HPHT.
d) Tentang Perkawinan
(1) Kawin atau tidak.
Untuk

mengetahui apakah anak yang dikandungnya

diinginkan.

28

(2) Berapa kali kawin.


Untuk mengetahui penyakit kelamin.
(3) Berapa lama kawin
Bila orang sudah lama kawin nilai anak tentu besar sekali
dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan
(anak mahal).
e)

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.


(1) Kehamilan
Adakah ganguan seperti pendarahan, muntah yang sangat
toxemis gravidarum.
(2) Persalinan
(a) Spontan atau buatan.
(b) Aterm (cukup bulan) atau preterm.
(c) Perdarahan.
(d) Ditolong oleh siapa (bidan, dokter atau dukun terlatih).
(3) Nifas
(a) Adakah panas.
(b) Perdarahan.
(c) Bagaimana laktasi.

29

(4) Anak
(a) Jenis kelamin.
(b) Hidup atau tidak.
Bila meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal,
berat badan waktu lahir. Pertanyaan ini sangat
mempengaruhi prognosa persalinan dan pimpinan
persalinan, karena jalannya persalinan yang lampau
adalah

hasil

ujian

dari

segala

faktor

yang

mempengaruhi persalinan.
f) Kehamilan sekarang
(1) Hamil muda
(a) Keluhan mual, muntah, perdarahan, sakit kepala.
(b) Pemeriksaan pertama kali kehamilan, dimana dan
frekuensi.
(c) Apakah sudah imunisasi TT1, bila sudah tanggal berapa,
TT2 tanggal berapa, interval pemberian 4 mg.
(d) Apa sudah mulai merasa pergerakan anak.
(2) Hamil lanjut
(a)

Keluhan

pusing,

muntah,

oedem,

nyeri

perut,

penglihatan kabur.
(b) Merasakan gerakan janin pertama kali pada umur
kehamilan berapa.

30

(c) Rasa gatal di vulva, pengeluaran cairan.


(d) Oedem hipertensi.
g) Riwayat penyakit keluarga.
(1) Adakah penyakit keturunan dalam keluarga.
Misal : DM, hipertensi, jantung, asma.
(2) Apakah ada yang berpenyakit menular. Misal TBC.
(3) Riwayat kehamilan kembar.
h) Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Pernahkah sakit keras atau dioperasi.
i) Pola makan/ diet, pola eliminasi dan pola istirahat.
j) Riwayat kesehatan
(1) Perilaku yang merugikan kesehatan :
(2) Ketergantungan obat.
(3) Merokok.
(4) Penggunaan alkohol.
(5) Irigasi vagina.
(6) Ganti pakaian dalam beberapa kali.
Semua pertanyaan ini kita dapat memperkirakan pertumbuhan dan
perkembangan janin.

31

2) Pemeriksaan :
a) Pemeriksaan umum
(1)

Bagaimana

keadaan

umum,

kesadaran

keadaan

emosional, gizi, kelainan bentuk badan.


(2) Observasi tanda-tanda vital ( Td, Nd, Sh, RR).
(3) Tinggi badan, lila.
(4) Berat badan sekarang, kenaikan berat badan.
b)

Pemeriksaan Fisik.
(1) Kepala : dilihat kebersihan dan kelainan pada kepala.
(2) Muka :
(a) Kelopak mata : oedema atau tidak.
(b) Konjungtiva : anemis atau tidak.
(c) Sklera : ikterik atau tidak.
(d) Apakah ada doasma gravidarum.
(3) Mulut dan lidah.
(a) Bersih apa tidak.
(b) Apakah ada caries, epulis dan stomatis.
(4) Hidung : Apakah ada polip.
(5) Kalenjar tiroid.

32

(a) Apakah ada pembesaran.


(b) Apakah ada pembendungan vena di leher.
(6) Dada
(a) Jantung : normal atau tidak, diperhatikan irama dan
frekuensinya.
(b) Paru-paru : Apakah ada suara Ronkhi, Whezzing &
frekwensi pernafasan
(7) Payudara
(a) Pembesarannya bagaimana, putting susu menonjol atau
tidak
(b) Simetris atau tidak
(c) Apakah ada tumor
(d) Apakah colostrums sudah keluar
(e) Apakah ada rasa nyeri
(f) Kebersihan payudara
(8) Extremitas atas dan bawah
(a) Apakah terdapat oedem, kekakuan sendi dan varices
(b) Patella reflex

33

c) Pemeriksaan khusus obstetri


(1) Abdomen
(a) Inspeksi
1. Apakah pembesaran sesuai dengan kehamilan.
2. Perut membesar ke depan atau ke samping
3. Adakah benjolan yang mencurigakan
4. Adakah pigmentasi linea alba
(b) Palpasi
1.Leopold I
Untuk menentukan tua kehamilan dan bagian apa
yang terdapat di bagian fundus.Caranya :
a. Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat
paha.
b. Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan
melihat kearah muka penderita.
c. Rahim di bawa ke tengah
d. Tingginya fundus uteri ditentukan.
e. Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam
fundus.
f. Bila kepala : Bulat, keras dan melenting.

34

g. Bila bokong : Lunak, kurang bundar dan kurang


melenting
Tabel 2.2 Pemeriksaan tuanya kehamilan dari Tinggi
Fundus Uteri (TFU) Sumber :(Manuaba, 1998)
Usia
kehamilan
Sebelum bulan
III
12 minggu
16 minggu
20 minggu
22 minggu
28 minggu
34 minggu
36 minggu
40 minggu

Letak TFU
TFU belum dapat teraba dari luar
TFU 1-2 jari diatas symphisis
TFU pertengahan antara symphisispusat
TFU 3 jari dibawah pusat
TFU setinggi pusat
TFU 3 jari diatas pusat
TFU pertengahan pusat-px
TFU setinggi px
TFU 3 jari dibawah px

Untuk mengikuti pertumbuhan anak dengan cara mengikuti


pertumbuhan rahim, maka sekarang sering ukuran rahim
ditentukan dengan cm yaitu mengukur jarak Symphysis fundus
dengan Aturan McDonald (Bobak, 2004). Aturan McDonald
dapat digunakan oleh beberapa pemeriksa untuk menguatkan
ketepatan pengukuran tiggi fundus selama trimester II dan III.
Perhitungan dikalkulasi sebagai berikut :
Tinggi fundus (cm) x 2/7 (atau + 3,5) =
Durasi kehamilan dalam bulan
Tinggi fundus (cm) x 8/7 =
Durasi kehamilan dalam minggu

35

Tabel 2.3 TFU Menurut Aturan McDonald


Tingginya
Fundus Umur
Uteri (cm) bulan )
20
23
26
30
33

kehamilan

5
6
7
8
9

2. Leopold II
Untuk menentukan di mana letaknya punggung
anak dan di mana letaknya bagian-bagian kecil,
caranya :
a. Kedua tangan pindah ke samping.
b. Tentukan di mana punggung anak.
Punggung

anak

terdapat

di

pihak

yang

memberikan rintangan yang terbesar, carilah


bagian-bagian

kecil

yang

biasanya

terletak

bertentangan dengan pihak pemberi rintangan


yang terbesar.
c. Kadar di samping terdapat kepala atau bokong
ialah pada letak lintang.

36

3. Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak ini sudah
atau belum terpegang oleh pintu atas symphysis.
a. Digunakan satu tangan saja.
b.Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari
lainnya.
c.Cobalah apakah tangan bawah

masih bisa

digoyangkan.
4. Leopold IV
Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah
dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul.
a. Bila kedua tangan itu convergent (bertemu) hanya
bagian

kecil dari kepala yang turun ke dalam

rongga.
b. Jikakedua tangan itu sejajar, maka separuh dari
kepala masuk ke dalam rongga panggul.
c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian
terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah
melewati PAP.

37

(c) Auskultasi
1. Dari anak : denyut jantung janin, frekwensi,
teratur/tidak.
2. Dari ibu : bising rahim, bunyi aorta, bising usus
3. Puncktum maksimum terletak di mana
(2) Pemeriksaan Panggul Luar
(a) Distentia Spinarum : 23-26 cm
(b) Distentia Cristarum : 26-29 cm
(c) Conjungga Externa : 18-20 cm
(d) Lingkar Panggul

: 80-90 cm

(3) Anogenitalia
(a) Inspeksi
1. Apakah ada luka perut di perineum
2. Keadaan vagina : warnanya, varices vagina, flour
albus,

candiloma

3.Pengeluaran pervaginam: Bagaimana warnannya,


konsistensi dan jumlah
4. Apakah terdapat haemoroid

38

(b) Pemeriksaan Dalam


Pemerikisaan dalam dilakukan pada kehamilan + 8
bulan untuk menentukan keadaan panggul. Pada
kehamilan + 8 bulan yang diperiksa adalah :
1. Conjunggata diagonalis
2. Apakah linea inominata konkaf dalam arah atas atau
bawah dan dari kiri ke kanan.
3.Keadaan dinding samping panggul apakah lurus atau
convergen
4. Apakah spina ischiadica menonjol.
5. Keadaan arcus pubis (normal 90o)
d) Pemeriksaan Penunjang
(1) Laboratorium
(a) Darah :
1. HB
2. Golongan darah
3. Waktu perdarahan
4. Waktu pembekuan darah
(b) Urine :
1. Protein

39

2. Reduksi
3. Pregnant test
(2) USG
3) Diagnosis/ kesimpulan
Setelah melakukan pemeriksaan dengan seksama, hasil akhir harus
menjawab pertanyaan berkaitan dengan keadaan hamil sebagai
berikut :
a) Bagaimana keadaan kesehatan umum ibu.
b) Apakah primigravida / multigravida
c) Bagaimana keadaan jalan lahir
d) Apakah benar hamil
e) Berapa umur kehamilan saat ini
f) Apakah janin hidup
g) Apakah janin tinggal / kembar
h) Bagaimana letak janin
i) Apakah Intrauterin / Ekstrauterin
4) Diagnosis banding.
a) Pseudosiosis
Terdapat amenorea, perut membesar, tetapi tanda-tanda
kehamilan lain dan reaksi kehamilan negative, uterus sebesar

40

biasa.

Wanita

tersebut

mengaku

dirinya

hamil

tetapi

sebenarnya tidak hamil. Hal ini biasanya terjadi pada wanita


yang ingin sekali hamil.
b) Kista ovari
Mungkin ada emenorea, perut penderita malin besar, tetapi
ueterusnya sebesar biasa.
c) Mioma uteri
Dapat terjadi amenorea, perut penderita makin besar, uterusnya
makin besar, kadang-kadang tidak merata, akan tetapi tandatanda kehamilan seperti tanda brakton hiks dan reaksi
kehamilan negatif.
d) Vesika urinaria dengan retensio urine
Uterus sebesar biasa, tanda-tanda kehamilan dan rekasi
kehamilan negatif.
e) Menopause
Terdapat amenorea, umur wanita kira-kira di atas 43 tahun.
Uterus sebesar

biasa, tanda-tanda kehamilan dan reaksi

kehamilan negatif.
5) Prognosis.
a) Kehamilan normal dengan resiko rendah. Sikap yang diambil :
(1) Lanjutkan pemeriksaan rutin sesuai dengan jadwal.
(2) Pemberian obat suportif seperti vitamin dan Fe.

41

(3) Memberi pendidikan kesehatan tentang gizi, personal


hygiene dan sebagainya.
b) Kehamilan disertai komplikasi hamil. Sikap yang diambil :
(1) Mengatasi komplikasi, kehamilan dilanjutkan

hingga

mencapai well born baby dan well health mother.


(2) Pemeriksaan rutin dipercepat.
(3) Beri nasehat segera datang bila dijumpai gejala yang
memberatkan.
(4) Konsultasi dengan dokter spesialis yang terkait.
(5) Merujuk penderita ke RS.
c) Kehamilan disertai penyakit lain. Sikap yang diambil :
(1) Konsultasi dengan dokter ahli yang terkait.
(2) Pemeriksaan hamil rutin dipercepat.
d) Kehamilan yang resti. Sikap yang diambil :
(1) Memberikan perhatian dengan seksama terhadap jalannya
kehamilan.
(2) Mempercepat pemeriksaan hamil rutin.
(3) Memberikan nasehat segera datang jika terjadi keadaan
abnormal.
(4) Melakukan rujukan ke RS.

42

(5) Rencana persalinan sebaiknya di RS.


(http://siaksoft.net/?p=469)
f. Pendidikan Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Perawatan antenatal komprehensif telah berkembang dengan maksud
mengidentifikasi ibu dengan resiko tinggi mengalami kelainan dalam
masa kehamilannya. Oleh karena itu tenaga harus memberikan
pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dengan cara :
1) Diet seimbang, intake protein dan kalsium meningkat, suplementasi
besi dan vitamin secara rutin.
2) Menghentikan kebiasaan merokok, bekerja sampai umur kehamilan
32 minggu, jumlah latihan dibatasi, istirahat cukup, melakukan
hubungan seksual sesuai kebutuhan.
3) Perawatan gigi dengan cara melakukan pemeriksaan ke dokter gigi
4) Nasehat umum tentang kehamilan, rujuk, persiapan persalinan dan
nifas.
5) Obat-obatan
Hindari obat-obatan pada waktu hamil terutama trimester I. Obat
yang aman bagi ibu hamil antara lain : anti emetik, antibiotik
(penicillin), sedatif, anti koagulan (heparin), transquilizer, anti
hipertensi seperti methildopa, labetalol.
Pendidikan dan pengetahuan sangatlah penting dan berpengaruh pada
ibu hamil untuk menentukan sikap dan koping terhadap kehamilannya,

43

agar kehamilannya normal dan memperoleh kesejahteraan bagi diri dan


bayinya. Hamilton (1995), mengaitkan pendidikan dan pengetahuan
dengan teori krisis. Kehamilan juga merupakan saat-saat kritis yaitu saat
terjadinya gangguan, perubahan identitas dan peran bagi setiap orang.
Teori krisis menjelaskan bahwa ibu hamil berespon terhadap krisis
dengan cara yang khas, sesuai dengan sifat dari kejadian yang
mengganggu kehidupan mereka. Terjadi suatu ketidakseimbangan
psikologis yang mungkin disebabkan oleh situasi atau oleh tahap
perkembangan. Diawali dengan periode syok dan menyangkal,
kemudian kebingungan dengan berbagai masalah yang diperkirakan
sebagai penyebabnya. Kondisi ini selanjutnya diikuti oleh aksi untuk
mencari solusi dan akhirnya terjadi proses belajar dari pengalaman. Cara
ibu hamil bereaksi terhadap krisis tergantung pada 3 faktor yaitu :
persepsi terhadap kejadian (perubahan-perubahan dimasa kehamilan),
dukungan situasional (pasangan dan keluarga), dan mekanisme koping
ibu hamil. Dapat disimpulkan bahwa saat-saat kritis dengan segala
perubahan dan gangguan membentuk karakter ibu hamil, ibu hamil
sangat dipengaruhi oleh pola pikir dan pengalamannya yang diperoleh
dari pendidikan , dukungan dari pasangan dan keluarga dan mekanisme
koping dari dalam diri ibu hamil itu sendiri sehingga mendorong dirinya
untuk berespon dengan mencari berbagai solusi. Oleh karena itu, ANC
adalah salah satu solusi yang tepat bagi ibu hamil tersebut.

44

Reeder (1997) mengungkapkan bahwa dukungan dari keluarga


merupakan hal yang penting dalam ANC. ANC tidak hanya
menekankan pada kesehatan fisik dan emosional ibu hamil saja tetapi
juga kebutuhan sosial ibu hamil seperti dukunga dari suami, anak yang
lain yang ada dalam keluarga. Reeder juga menyatakan bahwa ANC
mempertimbangkan kondisi sosial kultural dalam kehidupan keluarga
seperti sosial ekonomi, tingkat pendidikan, struktur komunitas, nutrisi,
support system dan culture perspective. Oleh karena itu, dukungan
keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu hamil, karena masa kehamilan
adalah masa penuh dengan perubahan baik fisik maupun psikologis
dan perubahan tersebut akan menimbulkan berbagai dampak terhadap
diri ibu hamil. Dengan adanya dukungan dari keluarga, ibu hamil
terfasilitasi untuk mencurahkan keluhan dan perasaannya, tempat
bertanya dan meminta saran serta perhatian.

4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi untuk melakukan ANC adalah


sebagai berikut (Jenny, 2004) :
a. Faktor Internal
1) Usia ibu
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan adalah 20-30 tahun (Prawihardjo,1997).Dimana wanita
disaat usia 20-30 tahun, fisik, terutama organ reproduksi , dan

45

psikologis secara keseluruhannya telah siap untuk bereproduksi.


Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia
dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebuh tinggi daripada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudahusia 30-35 tahun. Lebih lanjut menurut
Depkes(2000), dari segi kesehatan ibu yang berumur kurang dari20
tahun, rahim dan panggul belumberkembang dengan baik. Begitu
sebaliknya yang berumur diatas 35 tahun, kesehatan dan keadaan
rahim ibu tidak sebaik seperti pada saat ibu berusia 20-35 tahun,
sehingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan sulit
dan keracunan kehamilan terutama pada kelompok umur kurang dari
20 tahun dan ibu berumur lebih dari 35 tahun. Dengan demikian umur
sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi.
2) Pendidikan ibu
Rendahnya tingkat pendidikan ibu yang melahirkan merupakan salah
satu penyebab tingginya kematian ibu. Akibatnya penyampaian KIE
(Konseling Information and Education) pada ibu hamil saat
pemeriksaan pertama sulit diterima dengan terbuka. Mereka pada
umumnya masih terbelenggu dengan tradisi dan menurut kepada
perintah sesepuh atau orang yang dituakan (Prabowo, 2003). Ibu yang
berpendidikan tinggi lebih sedikit dipengaruhi oleh praktek-praktek
tradisional yang merugikan ibu hamil terutama hal kualitas maupun
kuantitas dalam peningkatan pengetahuan .Dalam hal ini dimisalkan

46

pengetahuan keamanan harus memeriksakan

kehamilannya untuk

meningkatkan rasa aman dalam masa kehamilan yang sedang


dijalankan.
3) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan
asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berncana. Sebagian kehamilan
pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Prawihardjo, 1997).
4) Pekerjaan ibu
Pekerjaan merupakan sesuatu hal yang dikerjakan untuk mendapatkan
imbalan atau balas jasa. Ibu hamil yang bekerja mempengaruhi
frekuensi pemeriksaan kehamilan, efektif dilihat dari waktu luang yang
dimiliki

untuk

memanfaatkan

pemeriksaan

kehamilan,

maka

diharapkan ibu yang tidak bekerja lebih banyak memeriksakan diri dan
kehamilannya secara lengkap.
5) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

47

terjadi melalui panca indra manusia yakni: indera penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo,

2005).

Menurut

Notoatmodjo

(2005)

tingkat

pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: tahu,


memahami,

aplikasi, analisis,

sintesis, dan

evaluasi.

Tingkat

pendidikan adalah upaya untuk memberikan pangetahuan sehingga


terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan
menunjukkan korelasi positif yang meningkatkan dan demikian
pengetahuan juga meningkat (Notoadmojo, 2005). Pengetahuan yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah pengetahuan ibu-ibu tentang
pelayanan antenatal care.
6) Sikap
Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude)
yaitu suatu tingkat afek (perasaan) baik yang positif (menguntungkan)
maupun negative (merugikan). Sikap belum tentu merupakan tindakan
atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku
(Notoatmodjo, 1997). Menurut Sarwono (1994) sikap merupakan
potensi tingkah laku seseorang terhadap sesuatu keinginan yang
dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu hamil yang bersikap
positif

terhadap

perawatan

antenatal

(ANC)

cenderung

akan

mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan ANC. Hal ini

48

dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang


baik mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan dan ANC selama
kehamilan dalam mencegah bahaya-bahaya dan resiko yang terjadi
selama hamil. Sikap ibu terhadap pelayanan antenatal care berperan
dalam keikutsertaannya untuk melakukan pemeriksaan.
b. Faktor Eksternal
1) Sarana/fasilitas
Sebagian masyarakat Indonesia selama ini diyakini telah menerima
pelayanan kesehatan dasar yang disediakan pemerintah melalui
puskesmas. Namun diduga hanya sebagian kecil masyarakat yang
paham tentang pelayanan yang tersedia di puskesmas. Dalam
membahas mengenai akses pelayanan, ada dua aspek utama, yaitu
ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya
fasilitas pelayanan kesehatan sdengan jumlah dan kualitas yang
memadai. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu
dan biaya (Oktavinola, 2009).Ketersediaan sarana /fasilitas pelayanan
tentang keaadaan atau tempat pelayanan yang menunjang untuk
kelancaran pemeriksaan antenatal atau kesehatan lainnya sebagai
alternative

pilihan

lain

sedangkan

fasilitas

terkadang

menentukan bagi ibu hamil yang beresiko untuk memilihnya.

sangat

49

2) Jarak ke tempat fasilitas pelayanan


Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu dan
biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis/sulit dicapai
oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap
pelayanan kesehatan. Walaupun ketersediaan pelayanan kesehatan
sudah memadai, namun penggunaannya tergantung dari aksesibilitas
masyarakat terhadap informasi (Oktavinola, 2009). Dibeberapa daerah,
terutama di pedesaan pada saat, akses ke pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan persalinan yang aman masih sangat terbatas.
Jarak yang harus ditempuh oleh ibu untuk mendapatkan pelayanan
kebidanan masih cukup jauh. Biasanya semakin jauh jarak/letak
fasilitas kesehatan akan semakin enggan mereka datang.
3) Perilaku petugas
Survey Semeru (2004), ditemukan dokter kepala puskesmas dan
tenaga medis lainnya memberikan pelayanan pasien pribadi pada jam
kerja puskesmas. Pasien yang ingin mendapat pelayan dan obat yang
lebih baik umumnya memilih berobat ke dokter kepala puskesmas
meskipun harus membayar lebih tinggi. Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan fungsi puskesmas yaitu sebagai tempat alternative
berobat bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
Hubungan yang telah lama dilakukan antara seseorang sebagai
pasien, bidan atau dokter sebagai tenaga kesehatan, akan memiliki

50

pengaruh terhadap tingkat kepatuhan yang diberikan kepada tenaga


kesehatan. Pasien yang telah mengenal dengan baik terhadap tenaga
kesehatan tempat berobat, maka ia akan cenderung lebih patuh
daripada terhadap mereka yang belum begitu kenal. Begitu pula
penanganan oleh tenaga kesehatan terhadap pasiennya. Tenaga
kesehatan yang ramah, sopan, bijaksana, dan suka membesarkan hati
pasien akan cenderung dipatuhi saran-sarannya daripada mereka yang
suka menakuti pasien, kurang ramah dan sebagainya (Shintha,2008).
Sikap bidan yang baik selama memberikan pelayanan kebidanan
kepada setiap ibu hamil merupakan strategi nyata dalam upaya
meningkatkan motivasi ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan
kehamilan secara teratur (Vikar, 2008, dalam Syaifudin, 2001).
4) Dukungan keluarga atau orang terdekat
Menurut Notoatmodjo (1997), yang dimaksud dukungan keluarga
adalah untuk mendapatkan tingkat pemeriksaan yang benar tentang
pemanfaatan layanan kesehatan diperlukan factor-faktor eksternal
antar lain. Reeder (1997) mengungkapkan bahwa dukungan dari
keluarga merupakan hal yang penting dalam ANC. ANC tidak hanya
menekankan pada kesehatan fisik dan emosional ibu hamil saja tetapi
juga kebutuhan sosial ibu hamil seperti dukungan dari suami, anak
yang lain yang ada dalam keluarga.

51

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Umy Habibah pada tahun 2004 dengan judul
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kelengkapan Kunjungan
Pelayanan Antenatal Di Puskesmas Pembina Kebon Jeruk Jakarta Barat
2004, penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel
sebanyak 144 orang. Hasil penelitiannya adalah bahwa hanya 48,6%
responden yang melakukan kunjungan pelayanan antenatal lengkap.
Responden yang melakukan kunjungan pelayanan antenatal ada sebanyak
85,4% yang berada pada umur aman reproduksi (20-35 tahun), 52,8% yang
berada pada paritas kategori aman (1-4), 37,5% yang jarak kehamilan
dengan kehamilan sebelumnya masuk kedalam kategori aman (2 tahun),
60,4% ibu yang tidak bekerja/sebagai IRT dan ada sebanyak 90,3% ibu yang
memiliki suami dengan jenis pekerjaan karyawan dan 9,7% yang berprofesi
sebagai wiraswasta. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan
kelengkapan kunjungan pelayanan antenatal yaitu pekrjaan ibu hamil dan
pekerjaan suami.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jenny dan Rika Fatmadona pada tahun 2004
dengan judulFaktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
ANC Di Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi tahun 2004, penelitian ini
menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel sebanyak 70
orang. Hasil penelitiannya adalah bahwa 66% responden memenuhi target
pemanfaatan pelayanan ANC, 68% responden yang berumur 20-35 tahun,
sebanyak 57% responden berpendidikan SLTP, sebanyak 79% responden

52

tidak bekerja, sebanyak 76% responden berpengetahuan tinggi tentang


pemanfaatan pelayanan ANC, sebanyak 77% responden berpendapat baik
tentang sarana dan fasilitas dalam pemanfaatan pelayanan ANC, sebanyak
76% responden menyatakan mudah menuju fasilitas pemeriksaan, sebanyak
83% responden menyatakan bahwa perilaku petugas pemberi pelayanan
adalah baik. Sebanyak 86% responden menyatakan memperoleh dukungan
yang positif dari orang terdekat.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Purnomo pada tahun 2005 dengan
judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil Tidak
Melakukan ANC Secara Rutin Selama Kehamilan Di RSIA Citra Insani
Parung Bogor, penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif
dengan sampel sebanyak 45 orang. Hasil penelitiannya adalah bahwa
motivasi ibu hamil 75,6% bermotivasi baik, 17,8 bermotivasi sedang, dan
6,7% bermotivasi buruk dengan distribusi data demografi sejumlah 22,2%
berlatarbelakang pendidikan tinggi, 44% berlatarbelakang pendidikan SMA,
71,9% ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC berusia produktif (20-34
tahun). Uji analisa chi-square dihasilkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan motivasi ibu hamil tidak melakukan ANC secara rutin
selama kehamilan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yulhana Rahmadani dan Nurhayati pada
tahun 2005 dengan judul Karakteristik Ibu Hamil Dan Hubungannya
Dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan ANC Di Poliklinik Kebidanan RS
Haji Jakarta, penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan

53

sampel sebanyak 88 orang. Hasil penelitiannya adalah bahwa motivasi ibu


hamil 59,1% bermotivasi tinggi dan 40,9% bermotivasi rendah dengan
distribusi data demografi sejumlah 54,56% yang memiliki pendidikan tinggi,
79,54% ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC berusia produktif,
98,4% mendapatkan informasi tentang pelayanan ANC dari petugas
kesehatan. Tetapi dari uji chi-square dihasilkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara karakteristik ibu hamil dengan motivasi melakukan
ANC dengan P value 0,25.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Teni Hayatini pada tahun 2002 dengan judul
Karakteristik Ibu Hamil Yang Memanfaatkan Pelayanan Antenatal Care
(ANC) Serta Hubungannya Dengan Kelengkapan Kunjungan ANC di
Puskesmas Kota Bandung Jawa Barat tahun 2001, penelitian ini
menggunakan desain studi epidemiologi deskriptif dengan menggunakan
jenis penelitian cross sectional, jumlah sampel sebanyak 1565 orang. Hasil
penelitiannya adalah bahwa pemanfaatan ANC puskesmas paling banyak
dipergunakan oleh ibu hamil dengan umur 20-35 tahun (70,5%) yang
memanfaatkan ANC lengkap (66,5%), pendidikan ibu 7-12 tahun (70,9%)
dengan ANC lengkap (64,9%), suami bekerja (89,8%) ANC lengkap
(64,3%), ibu tidak bekerja (96,5%) ANC lengkap (64%), kondisi fisik ibu
hamil yang normal (69,7%) ANC lengkap (65,1%), paritas 2-4 (56,5%)
ANC lengkap (63,3%), jarak yang ditempuh ibu hamil dari tempat tinggal ke
pelayanan puskesmas <1500 m (67,9%) ANC lengkap (81,5%). Dari uji
statistik yang dilakukan dengan chi-square, ternyata karakteristik yang

54

berhubungan makna adalah umur ibu hamil, kondisi fisik ibu hamil, umur
kehamilan waktu bayi dilahirkan, paritas, dan jarak tempuh ibu hamil dari
tempat

tinggalnya

ke

pelayanan

antenatal

puskesmas.

Sedangkan

karakteristik yang tidak berhubungan makna adalah pendidikan ibu,


pekerjaan suami dan pekerjaan ibu hamil.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Faridah pada tahun 1999 dengan judul
Hubungan Faktor-Faktor Pada Ibu Hamil Dengan Frekuensi Pemeriksaan
Kehamilan Di Kabupaten Dati II Pada Tahun 1997, penelitian ini
menggunakan desain studi epidemiologi deskriptif dengan menggunakan
jenis penelitian cross sectional, jumlah sampel sebanyak 300 orang. Hasil
penelitiannya adalah bahwa responden yang frekuensi pemeriksaan
kehamilan 1-3 kali sebanyak 177 orang (59%), umur ibu hamil 20-35 tahun
sebanyak 238 orang (79,3%), pendidikan ibu SD sebanyak 182 orang
(60,7%), paritas 1-2 anak sebanyak 45%, usia kehamilan saat pemeriksaan
awal (1-3 bulan ) sebanyak 78,3%, usia kehamilan saat pemeriksaan akhir
(4-6 bulan dan 7-9 bulan ) sebanyak 38,6%, tidak bekerja sebanyak 84,3%,
pengeluaran keluarga perhari <Rp10.000 sebanyak 78%, tenaga pemeriksa
kehamilan sebanyak 86,4% memeriksakan kehamilan pada bidan, tempat
pemeriksaan kehamilan sebanyak 37,9% memeriksakan kehamilan ke
tempat bidan praktek swasta. Dari analisa bivariat diperoleh hasil bahwa
faktor-faktor pada ibu hamil yang berhubungan makna dengan frekuensi
kehamilan adalah pendidikan, paritas, usia kehamilan saat pemeriksaan
akhir, dan tempat pemeriksaan kehamilan. Sedangkan yang tidak

55

mempunyai hubungan bermakna adalah umur, status pekerjaan, pengeluaran


perhari, usia kehamilan saat pemeriksaan awal, dan tenaga pemeriksa
kehamilan.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan yang dibuat oleh peneliti,
dimana factor internal dan faktor eksternal sebagai variabel X dan motivasi
ibu melakukan ANC secara rutin selama kehamilan sebagai variabel Y
Faktor predisposisi:

Faktor pemungkin:

Faktor penguat:

a.Karakteristik ibu hamil


(usia, pendidikan,
pekerjaan)

a.sarana/fasilitas di tempat
pelayanan

Lingkungan (rumah, RS):

b.Sosial budaya (suku,


agama)

b.jarak ke tempat
pelayanan

a.Perilaku petugas
b.Dukungan
keluarga/orang terdekat

c.Ekonomi
(penghasilan/pendapatan)
d.Paritas
d.Pengetahuan, pengalaman
e.Sikap
Motivasi ibu
hamil untuk
melakukan ANC
secara rutin

Skema 2.2 Kerangka Teori

a.Motivasi
tinggi
b.Motivasi
rendah

56

Skema diatas menggunakan model pendekatan sistem yang merupakan modifikasi


Teori Benjamin Bloom (1987) dan Swansburg (2000). Dari kerangka diatas dapat
dijelaskan bahwa motivasi ibu hamil untuk melakukan ANC dipengaruhi oleh 3
factor yaitu : factor predisposisi yang meliputi karakteristik (usia, pendidikan,
pekerjaan), ekonomi (penghasilan/pendapatan), sosial budaya (suku, agama),
paritas, pengetahuan, dan sikap. Faktor pemungkin meliputi sarana/fasilitas dan
jarak ke tempat pelayanan. Sedangkan faktor penguat yaitu lingkungan (rumah,
RS) meliputi perilaku petugas dan dukungan keluarga. Apabila faktor
predisposisi, pemungkin, dan penguat menunjang, maka motivasi ibu hamil tinggi
untuk melakukan perawatan ANC. Namun sebaliknya apabila faktor-faktor
tersebut tidak/kurang menunjang maka motivasi ibu hamil rendah untuk
melakukan perawatan ANC.

Anda mungkin juga menyukai