Anda di halaman 1dari 13

Bahan Kimia Berbahaya di Industri

2015

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI INDUSTRI

Industri Sebagai Sumber Zat Kima

Industri memainkan peranan penting dalam kehidupan sebagian besar umat manusia.
Secara ekonomi, industri penting bagi Negara dan dapat memperkerjakan jutaan orang diseluruh
dunia. Walaupun di beberapa Negara diatur dengan baik, sector industri merupakan sumber dari
begitu banyak kontaminan dan zat kimia perlu diingat di sini bahwa sector industri bukan hanya
berkaitan dengan bagunan dan pabrik, tetapi juga mencakup industri pertanian, perkapalan dan
kendaraan laut lainnya, kilang minyak dan pengeboran minyak lepas pantai, serta truk-truk yang
digunakan untuk membawa barang-barang dan bahan mentah yang dibawa oleh pabrik. Dengan
demikian, industri ada disekeliling kita dan memegang peranan penting dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kegiatan pokok di dalam industri berpotensi menghasilkan emisi udara, limbah
buangan, dan sampah padat, yang kesemuanya dapat mengandung berbagai jenis polutan kimia.
Jika prosedur industri dan tindakan pencegahan yang tepat dijalankan dengan benar,
masyarakat umum akan terlindungi dari paparan zat kimia yang dikeluarkan oleh industri. Akan
tetapi, baik disengaja ataupun tidak, buangan kimiawi terkadang tidak dapat dihindari. Contoh
zat dari industri yang mencemari lingkungan adalah buangan limbah yang mengandug merkuri
anorganik ke lingkungan dan pemaparan manusia terhadap metilmerkuri yang terjadi kemudian.
Pemaparan yang parah terhadap zat kimia kemungkinan besar dialami oleh pekerja yang
mengoprasikan fasilitas pabrik. Hal semacam itu disebut pemaparan okupasioal (di tempat
kerja). Tidak mengejutkan apabila pada beberapa kasus ternyata ditemukan angka insidensi yang
tinggi dari penyakit yang berkaitan dengan zat kimia dilingkungan kerja.
A. Minamata dan toksisitas merkuri di lingkungan
Pada tahun 1950-an, kota Minamata yang
terletak di tepi pantai laut Yatsushiro pulau selatan
Jepang menjadi tempat berdirinya perusahaan Shin
Nihon Chisso Co, sebuah pabrik penghasil polivinil
klorida yang menggunakan merkuri sebagai katalis.
Dari tahun 1920-an sampai tahun 1960-an
perusahaan ini membuang ribuan ton merkuri ke
pantai Minamata Jepang. Merkuri kemudian diubah
menjadi metil oleh bakteri. Metil merkuri yang
terbentuk, adalah suatu bentuk merkuri yang sangat toksik, akhirnya mengkontaminasi ikan di
pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Kisaran dampak yang
berat pada korban yang muncul diantaranya kematiaan, tuli, penglihatan kabur, bicara tidak
jelas, dan cacat/defek lahir pada anak yang ibunya terpapar

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Merkuri metalik digunakan dalam industri klorin alkali untuk memproduksi klorin dan
natrium hidroksida yang bermuatan listrik. Zat tersebut digunakan untuk memproduksi
perangkat listrik dan saintifik, sebagai katalis dalam reaksi kima, dan untuk membuat
thermometer. Substansi perak berkilauan yang kita lihat dalam thermometer adalah unsure
yang umum ditemukan di alam. Para ilmuan memperkirakan bahwa dalan setiap tahunnya,
bumi secara alami melepaskan 30.000 ton merkuri ke alam. Sumber lainnya adalah buangan
air dari industri. Merkuri metalik ini merupakan kontaminan yang ada diseluruh dunia, tetapi
kebanyakan kasus keracunan merkuri terjadi akibat metilmerkuri, terutama yang terkandung
dalam ikan yang dikonsumsi manusia. Toksisitas merkuri dilingkungan merupakan salah satu
contoh yang baik tentang tiga sifat penting suatu zat. Ketiga sifat tersebut antara lain
toksisitas, volume penggunaan (sebagai substansi industri, aturan dan control pembuangannya
masih sangat buruk), dan mobilitas.
1. Gajala keracunan metilmerkuri
Gejala penyakit yang berkembang di pantai Minamaata mungkin disadari untuk
pertama kalinya pada kucing, baru kemudian pada manusia. Gajala yang dialami
manusia meliputi degenerasi system saraf yang disertai dengan menghilangnya
pendengaran, penglihatan, wicara dan control motorik. Gejala lainnya meliputi
sensasi kesemutan, lemah otot, langkah yang limbung, penglihatan kabur, wicara
tidak jelas, kehilangan pendengaran, dan perilaku yang abnormal. Sekitar 40% dari
mereka yang terpapar, merupakan kasus yang fatal. Neuro-toksisitas merupakan
masalah terbesar pada janin yang sedang berkembang yang terpapar sebelum
kelahiran. Pada banyak kasus, bayi yang lahir dari ibu yang mengkonsumsi
metilmerkuri, terutama selama trimester dua kehamilan, memperlihatkan adanya
kecacatan walau ibu yang terpapar hanya sedikit terpengaruh. Pada anak-anak,
beberapa hasil akhir yang berhasil diamati diantaranya lambat berjalan, lambat
berbicara, kejang, disfungsi system saraf, dan keterlambatan perkembangan mental.
Gejala serupa juga berhasil diamati pada kucing yang memperlihatkan perilaku
aneh/abnormal dan tremor.
2. Pengobatan keracunan
Alasan mengapa merkuri menjadi salah satu masalah kesehatan adalah karena
merkuri memiliki afinitas (daya ikat) khusus dengan otak dan jaringan saraf sehingga
paparaan dan asupan zat ini dapat menyebabkan kerusakan di lokasi tersebut. Tetapi
pengkelatan (pengkelat adalah sejenis zat kimia yang memiliki afinitas khusus pada
logam) sangat diperlukan karena pengkelat memiliki daya tarik yang lebih kuat
terhadap otak dan jaringan saraf daripada metilmerkuri. Oleh karena itu, jika
keracunan berhasil terdeteksi secara dini, pengobatan dapat berlangsung dengan
sukses.
3. Cara Mengatasi Permasalahan Pencemaran Air Laut Akibat Tragedi Minamata
Berbagai usaha restorasi dan rehabilitasi lingkungan teluk Minamata dan laut
Shiranui pada umumnya untuk mencegah terus menyebarnya metil merkuri tersebut

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

ke rantai makanan dan manusia, sejak tahun 1970 untuk merehabilitasi lingkungan.
Usaha-usaha tersebut mencakup 5 kategori, yaitu : (1) Kegiatan penelitian, (2)
Peraturan-peraturan dan administrasi (3), Pengobatan bagi korban, (4) Pemantauan
merkuri dan bahan berbahaya lainnya serta (5) Usaha perbaikan lingkungan.
Selain larangan bagi masyarakat untuk menangkap ikan di teluk ini, program
pembersihan sedimen dengan teknik remediasi dilakukan dari tahun1974-1990.
Limbah sedimen yang mengandung merkuri di teluk Minamata diperkirakan
sebanyak 70 - 150 ton. Sedimen yang ada di dasar teluk Minamata tersebut di keruk
dan ditaruh pada lokasi reklamasi menggunakan pompa yang didesain khusus untuk
mencegah kekeruhan di saat penggerukan. Kemudian sedimen yang terkontaminasi
tersebut ditimbun lagi/ditutupi dengan menggunakan tanah yang tidak terkontaminasi
secara hati-hati (diisolasi). Teknik remediasi ini dilakukan aktif antara tahun 19831987 dan berakhir di tahun 1990, teknik ini teruji efektif namun mahal dan memakan
waktu serta dapat saja bocor dan mencemari lingkungan lagi. Lewat program ini,
merkuri yang terkontaminasi di sedimen sebanyak 25 ppm di tahun 1977 menurun
menjadi 4,6 ppm (1990). Daerah yang direklamasi di teluk Minamata seluas 58
hektar dan menghabiskan anggaran 48 Milyar Yen. Chisso menanggung lebih dari
30.5 Milyar yen dan sisanya ditanggung oleh pemerintah. Berbagai alternatif teknik
selain remidiasi dan imobilisasi dikaji untuk digunakan seperti dengan treatment
tanah atau air yang terpolusi baik secara fisik atau kimia. Teknik ini lebih murah
namun tidak berlaku umum, hanya memindahkan dari polusi air ke polusi udara, dan
tetap berpotensi menimbulkan pencemaran lain. Teknik lainnya seperti fitoremediasi,
yakni dengan menggunakan tumbuhan penyerap metilmerkuri relatif murah dan
polutan yang telah terakumulasi dapat dikumpulkan dan digunakan bila perlu.
Namun proses ini relatif lambat dan belum cukup teruji serta kemungkinan terjadi
gangguan pada ekosistem.
Usaha lain yang dilakukan adalah memasang jaring sebagai batas mengelilingi
mulut teluk untuk menangkap ikan yang terkontaminasi (imobilisasi). Teknik ini
cukup efektif serta lebih murah, namun gangguan efek ekologis pada ekosistem
tempat batas dipasang dapat saja terjadi. Pemerintah telah mengizinkan kembali
penangkapan ikan di teluk Minamata di tahun 1997 dan menyatakan bahwa tingkat
merkuri di Laut Shiranui telah mencapai batas aman untuk dimakan. Bersama dengan
persetujuan nelayan setempat, jaring yang membatasi teluk Minamata diangkat dan
teluk Minamata dibuka kembali untuk umum. untuk pertama kalinya dalam 24 tahun,
penangkapan ikan dan promosi mengenai amannya ikan dari teluk minamata dan
Laut Shiranui pada umumnya dilakukan. Namun masyarakat sudah tidak mau lagi
mengkonsumsi ikan yang terdapat di teluk Minamata.
Pencemaran air oleh merkuri dalam skala yang lebih kecil pun tidak bisa diatasi
hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian
tawas. Hal ini karena merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

menghilangkan merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu
mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion merkuri hingga menjadi
jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga
Mercury bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya
termurah dan terbaik adalah dengan mencegah merkuri tidak masuk perairan. Cara
lain, yaitu penyulingan. Tapi setali tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk
penyulingan pun sangat mahal.
Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini
dapat digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite
(BAL), 2,3-dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic
acid (DMSA). Pada penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja yang
terkontaminasi air raksa diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara
memperkecil partikel air raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency
(EPA) memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri
di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.

Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi


untuk daerah-daerah tertentu.

Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri


dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah
pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di
dasar sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air
sekililingnya.
Kasus Minamata ini menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi masyarakat
Jepang, khususnya Pemerintah Jepang. Pasca bencana Minamata, secara bersamasama masyarakat Minamata, kalangan industri, pemerintah kota dan pemerintah
Jepang melakukan perbaikan lingkungan dengan upaya terpadu. Secara konsisten,
seluruh industri diharuskan mengolah limbah. Peraturan disusun dan dilaksanakan
secara konsisten. Pada saat bersamaan pemulihan lingkungan teluk Minamata
dilakukan, sehingga kualitas air di teluk Minamata kembali seperti sebelum
pencemaran. Limbah rumah tangga dari seluruh bangunan diolah secara sungguhsungguh, sehingga tidak ada lagi limbah industri dan limbah rumah tangga yang
mencemari perairan kota Minamata. Sejarah kemudian mencatat, bahwa Minamata
yang semula tercemar logam berat, kini menjadi kota kualitas lingungannya baik,
kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.
B. Industry penghasil tekstil

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Ribuan tahun lalu manusia sudah membuat


pakaian dan karpet, bukti tentang pakaian
peninggalan masa lampau telah ditemukan di
berbagai belahan dunia. Sejak tahun 8000 SM,
manusia sudah membuat benang, dan materi yang
berasal dari rumput dan pohon diyakini sebagai
substansi pertama yang digunakan untuk membuat
helaian benang pembentuk pakaian. Sememtara itu,
pembuatan tekstil secara mekanis baru dimulai pada abad ke-18 di inggris, industry pembuat
tekstil menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Kenyataannya, industry tekstil merupakan
salah satu industry pokok terbesar di dunia. Selama 20 tahun terakhir, sebagian industry
tekstil dasar telah beralih ke Negara-negara di Afrika dan Asa. Industry tekstil meliputi
pemintalan, penenunan, perajutan, dan finishing semua jenis serat baik alami maupun
buatan/sintesis. Mesinnyapun bervariasi mulai dari mesin tenun tangan yang dipakai dalam
industry perumahan sampai mesin yang rumit dan sangat mahal yang dipakai di pabrik
modern.
Selama pembuatan, pekerja dapat terpapar pada berbagai macam agens pemutih,
pembersih, dan pencelup (pewarna). Zat toksik biasanya tidak dipakai dalam pemintalan dan
penenunan serat-serat alami. Akan tetapi, masalah yang dihadapi adalah paparan terhadap
debu serat. Kapas mentah juga mungkin terkontaminasi zat pengawet, zat perontok dan
bakteri; sementara wol mentah mungkin tercemar pestisida yang sebelumnya disemprotkan
pada domba untuk disinfeksi maupun tindakan pengobatan. Pengaruh yang ditimbulkan
pada kesehatan masyarakat pada umumnya berasal dari udara yang bercampur debu, limbah
cair, dan emisi zat organic volatile.
1. Sumber dan paparan
Zat kimia toksik dipakai dalam pembuatan serat sinteis. Bahaya keracunan juga
dapat muncul saat pewarnaan dan penyelesaian akhir dalam industry tekstil. Dalam
pewarnaan dan pencetakan motif , pekerja seringkali terpapar pada zat yang dipakai
untuk pewarnaan , misalnya berbagai jenis asaam seperti asam formic, sulforik, dan
asam asetat, pencerah yang mengandung flor, solven organic, dan zat pengawet.
Paparan terhadap agens anti-kusut, anti-api, dan sejumlah solven toksik yang
digunakan untuk degreasing dan pencetakan motif harus dihadapi oleh pekerja di
bagian penyelesaian akhir. Oleh karena itu seseorang harus berhati-hati dalam
menggunakan zat ini untuk mencegah kontak langsung zat dengan kulit dan tindakan
yang tepat harus dilakukan untuk memastikan agar materi tersebut tidak terlepas ke
udara.
2. Efek
Penyakit kulit seperti dermatitis umum ditemukan pada pekerja dibagian
pemutihan, pewarnaan, dan finishing, saat penyiapan batang lenan/rami, dan saat
penggunaan solven untuk membuat serat sitesis. Beberapa zat pewarna dapat

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

menyebabkan kanker kandung kemih. Ekzema krom atau keracunan krom


merupakan hazard yang muncul akibat penggunaan kalium atau natrium bikromat
dalam industry tektil.
Efek pada kesehatan kerja meliputi bissinosis, bronchitis kronis, kanker kandung
kemih serta kanker rongga hidung diantra para penenun dan pekerja lain dalam
pabrik tekstil.
Berdasarkan evaluasi menyeluruh, The Internationl for Research on cancer
menyimpulkan bahwa pekerja dipabrik pembuat tekstil menyebabkan timbulnya
paparan yang kemungkinan karsinogenik bagi manusia.
Berbagai jenis zat yang ada dalam pabrik tekstil dimana pekerjanya mungkin
terpapar zat tersebut disajikan dalam table berikut:
Materi
Prinsip penggunaan atau sumber emisi
Asam asetat
Control pH pewarna
Bifenil
Carrier pewarnaan
Debu kapas
Pencampuran, pemutaran dan penenunan
Urea etilen siklik
Anti kusut
Dekabromodifenil oksida
Tahan api
Diamonium fosfat
Control pH
Diklorometana
Penggosokan bahan atau kain
Dimetilformamida
Penyelesaian akhir kain
1,3-difenil-2-pirazolin
Pencerah mengandung klor
Resin formaldehid
Anti kusut
Asam formic
Kontrl pH pewarnaan
Hidrogen peroksida
Pewarnaan kain
Hipoklorit
Pewarnaan, perebusan kain
Monoklorobenen
Pencetakan motif kain
Pewarna mordan
Pewarnaan
Fenol
Pencetakan motif
Polivinil alcohol
Penyiapan, pelunakan kain
Natrium asetat
Pewarnaan polyester
Natrium bikromat
Proses pewarnaan dengan krom
Natrium hidroksida
Pemutihan, pelunakkan kain
Natrium perborat
Agens anti-kotor
Minyak pemutar
Pelumas
Kanji/zat tepung
Agens pengecil
Pewarna sulfur
Pewarnaan
Asam sulfat
Proses karbonisasi, pengecilan ukuran
Tetrakloroetilen
Penggosokan kain, carrier pewarnaan
Tetranatrium pirofosfat
Control pH pewarnaan
Trikloroetilen
Carrier pewarnaan, penggosok

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Tris(2,3-dibromopropil) fosfat
Pewrna vat

Anti api
Pewarnaan

Paparan itu dapat terjadi secara bersamaan dengan hazard fisik misalnya
kebisingan, panas dan getaran. Hanya sedikit data yang ada tentang zat kimia yang
digunakan, tingkat paparan dan jumlah pekerja yang dilibatkan dalam proses tertentu
di Negara-negara yang menghadapi masalah tersebut. Tingkat paparan dan zat kimia
yang digunakan mungkin berlainan dari satu Negara dengan Negara lain. Dalam
banyak proses, selalu ada kemungkinan untuk menggunakan solven yang tidak
beracun yang hanya sedikit, itupun kalau memang ada, berdampak pada kesehatan
manusia dan lingkungan.
Umumnya sering dilakukan pembuangan udara berdebu yang dikeluarkan dari
pabrik tekstil ke atmosfer. Pada pabrik tekstil, resirkulasi dan filtrasi sekarang
digunakan tetapi tindakan ini mungkin tidak ada di beberapa Negara. Emisi organic
berbahaya (dari minyak yang ditambahkan selama proses pengeringan dan dari
pelartnya) sangat tidak terkontrol dan digunakan dalam pembuatan tekstur,
pengaturan panas, finishing, ppewarnaan dan tindakan printing.
C. Asbestos dan serat lain
Asbestos banyak digunakan sebagai bahan
pembuat atap (genteng) dan sekat, semen
asbestos, pelapis rem, perangkat listrik, dan
materi tahan api serta materi pengemas. Asbestos
merupakan nama umum sekelompok silikat alami
yang akan terpecah menjadi serat-serat yang
fleksibel. Paparan bias berasal dari sumber alami
dan pemakaian industry. Ada dua jenis serat
fleksibel, krisotil dan krosidolit. Krisotil
merupakan jenis yang sangat penting dalam dunia
perdagangan dan 90%-nya terdiri dari asbestos.
Krosidolit (asbestos biru) tersusun dari serat-serat berbentuk batang yang pendek-pendek
dan lebih berbahaya dari serat krisotil. Inhalsi serat asbestos ke dalam paru-paru
menyebabkan kerusakan fisik , dan dihubungkan dengan terjadinya mesotelioma, suatu
bentuk kanker paru. Asbestosis, suatu penyakit pernapasan, ditandai dengan munculnya
fibrosis dan pengapuran/kalsifikasi paru, yang kemudian dapat menyebabkan kanker paru.
Oleh karena itu, inhalsi serat asbestos harus dihindari, dan petugas yang cukup terlatih/ahli
harus dihubungi jika ingin membuang asbestos dari perangkat seperti genteng dan sekat

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

D. Petroleum
Asal - usul Minyak Bumi dan gas alam berasal dari
binatang - binatang laut yang kecil atau pun besar hidup
dilaut dangkal yang selanjutnya mati dan kemudian
terendapkan, sehingga dalam kurun waktu yang lama akan
tertutup oleh lapisan yang tebal. Karena pengaruh waktu,
tekanan, temperature yang Tinggi. endapan makhluk hidup
tersebut berubah menjadi Petroleum ( minyak bumi )
MIGAS.
Minyak Bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak
bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Minyak Bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi
sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,
karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak Bumi
akan diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan
minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat
plastik dan obat-obatan. Minyak Bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam
barang dan material yang dibutuhkan manusia.
Minyak petroleum selama berabad-abad telah banyak dipakai di Mesir, Irak dan Iran utuk
pemanasan, penerangan, pembuatan jalan, dan bangunan. Dewasa ini industry kilang minyak
petroleum di dunia menghasilkan lebih dari 2500 produk yang mencakup nafta, hasil
sulingan, bahan bakar residu, aspal, gas petroleum cair, petrol, bensin, bahan bakar pesawat,
dan bahan bakar diesel, berbagai jenis bahan bakar inyak, dan minyak pelumas.
Minyak mentah merupakan campuran dari beribu hidrokarbon yang beranekaragam
dengan rentang titik didih yang cukup lebar. Selain itu, senyawa-senyawa di dalam minyak
mentah mengandung sulfur, oksigen, garam, logam renik, dan air dalam berbagai jumlah.
Pabrik penyulingan petroleum menghasilkan berbagai jenis polutan udara dan air serta
limbah padat berbahaya. Campuran khusus polutan bervariasi bergantung aktivitas dan
proses yang dilakukan. Sering kali, polutan yang dilepaskan mengandung semua produk
penyulingan kilang minyak (bahan bakar, solven, minyak, zat lilin, pelumas, aspal) dan
khususnya hydrogen sulfide, hidrokarbon polisiklik aromatic, karbon monoksida, karbon
dioksida, dan benzene. Karena fasilitas ini biasanya terletak di zona industry yang luas dan
memakai banyak fasilitas petrokimia, maka pencemaran air dan udara secara signifikan
dikaitkan dengan keberadaan fasilitas itu. Penduduk yang tingggal berdekatan dengan
fasilitas tersebut beresiko untuk menghirup udara yang tercemar dan mengkonsumsi air yang
tercemar. Banyak limbah berbahaya yang dihasilkan dan harus dibuang dengan tepat, karena

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

jika tidak limbah tersebut akan berdampak buruk pada kesehatan akibat mencemari tanah
dan air tanah.
Penduduk yang tinggal dekat dengan pabrik penyulingan, ternyata beresiko cukup tinggi
untuk mengalami gejala sakit pernapasan (batuk dan mengi). Peningkatan resiko kanker otak
pun telah diperlihatkan melalui hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada
penduduk yang tinggal di dekat pabrik petrokimia, dan pada kenyataannya, ada laporan yang
menyatakan bahwa bertempat tinggal di dekat pabrik petroleum di Louisiana selama lebih
dari 10 tahun apat meningkatkan risiko kanker paru.
Berbagai macam bahaya kesehatan kerja juga ditemukan dalam pabrik penyulingan
minyak. Paparan berasal dari kontak kulit dan inhalasi gas dan uap, terutama terhadap
hidrokarbon yang secara alami ada didalam minyak mentah dan diepas selama penyulingan
atau terbentuk dan teremisikan selama proses. Senyawa gas yang mengandung sulfur seperti
hydrogen sulfide, sulfur dioksida, dan merkaptan diemisikan selama pemindahan dan
penanganan sulfur. Paparan terhadap debu dank abut uap berasal terutama dari aktivitas
pemeliharaan seperti abrasive blasting, penggunaan katalis dan penanganan produk kental
dan padat seperti bitumen dan arang.
Berdasarkan hasil evaluasi menyeluruh, the International Agency for Research on Cancer
menyimpulkan bahwa paparan okupasional dalam pabrik penyulingan petroleum
kemungkinan karsinogenik bagi manusia.
E. Solven
Solven organic dan uapnya biasa kita temukan di
lingkungan yang modern. Kalangan industri menggunakan
dalam jumlah yang besar pada proses pembuatan berbagai
jenis produk. Kita juga dapat terpapar pada materi seperti
bensin, petrol, uap, sprai aerosol, dan penghilang cat.
Contoh yang baik dari solven adalah benzene. Benzene
adalah solven yang sangat baik untuk lateks karet, dan
digunakan secara besar-besaran dalam industri karet di
sepanjang abad ke-19. Pada tahun 1930-an, banyak kasus
toksisitas benzene yang terjadi dalam industri percetakan
dimana benzene dipakai sebagai solven (pelarut) tinta.
Kenyataannya, sampai sekarang benzene masih digunakan
sebagai solven dengan angka estimasi yang masih mencapai
42 juta m3 pertahun. Paparan menahun terhadap benzene dapat menimbulkan kerusakan
yang hebat pada sumsum tulang dan anemia aplastik. Paparan terhadap benzene juga dapat
dikaitkan dengan kasus leukemia. Perlu diingat bahwa banyak solven yang berbahaya
sehingga didalam penggunaan solven apapun, peralatan perlindungan personal harus
dikenakan. Mintalah nasihat ahli sebelum memilih peralatan yang paling tepat.

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Sistem Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun (B3)


Secara umum unsur pengelolaan/manajemen B3 sama adalah: Perencanaan (Planing),
Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengendalian (Controlling).
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak sesuai
dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan bahan kimia
yang berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain yang dapat
mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan bahan khususnya B3
akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan, serta dapat menimbulkan kecelakaan
khususnya bahan-bahan yang sudah kadaluarsa/habis masa penggunaannya.
Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu (1 tahun) mulai dari perencanaan
pengadaan, penyimpanan/penggudangan, dan penggunaannya. Dalam perencanaan ini
meliputi identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan. B3
dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yakni bahan berbahaya dan bahan beracun.
Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan seperti dalam Tabel 1

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Kekuatan racun (toksisitas) dari suatu bahan kimia dapat diketahui berdasarkan angka
LD50 (Lethal Dose 50) yaitu dosis (banyaknya zat racun yang diberikan kepada sekelompok
binatang percobaan sehingga menimbulkan kematian pada 50% dari binatang tersebut. LD50
biasanya dinyatakan dalam satuan bobot racun persatuan bobot binatang percobaan, yaitu
mg/Kg berat badan. Makin kecil angka LD50 makin toksik zat tersebut
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan wewenang personil
pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar
berbagai pihak yang berkepentingan dengan B3 tersebut. Selain itu juga dilakukan penetapan
persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat penyimpanan
tertentu. Persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya,
dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.
Interaksi dapat berupa tiga hal yaitu :
1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya
2. Interaksi antara bahan dan wadah

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

3. Interaksi antar bahan


3. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan), pemakaian dan
pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur harus digunakan
untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan B3 oleh semua personil, baik
sebagai pengelola, pemakai maupun pengawas. Prosedur yang telah ditetapkan harus telah
teruji dan mengacu pada informasi yang telah ada pada setiap bahan kimia. Informasi ini
biasanya tercantum pada label yang menjelaskan 4 hal terpenting, yaitu :
a. Nama bahan dan formula
b. Bentuk fisik yakni gas, cair, atau padat
c. Sifat fisik, yakni titik didih, titik lebur, berat jenis, tekanan uap, dan lain-lain
d. Sifat kimia dan bahaya yakni korosif, mudah terbakar, beracun dan lain-lain.
Untuk tujuan praktis, maka bahan bahan kimia berbahaya dibagi dalam tiga kelompok
besar yaitu
a. Bahan beracun dan korosif
b. Bahan mudah terbakar
c. Bahan kimia reaktif
Penanganan B3 ini berdasarkan jenis bahan dapat dilihat seperti dalam Tabel 5.

Bahan Kimia Berbahaya di Industri


2015

Selain itu dalam melakukan kegiatan penanganan B3 harus tercatat dalam suatu rekaman
sehingga mudah untuk mengetahui status dan keberadaannya serta mudah untuk dilakukan
penelusuran.
4. Pengendalian
Pengendalian(controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan pada
setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian (organizing),
dan pelaksanaan (actuating). Controlling dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit
terhadap dokumen dan rekaman yang ada.

Anda mungkin juga menyukai