AN LIMBAH
CAIR DI
RUMAH
SAKIT
Leonard Owen
Limantara (1015119)
Christian H. Marulitua
(1015121)
Puspa Saraswati
(1015124)
Hans Natanael
(1015129)
Sri Herlina Dalimunthe
(1015132)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN
MARANATHA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Dengan adanya kegiatan
tersebut, diharapkan adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dari kegiatan
tersebut juga rumah sakit juga menghasilkan sampah dan limbah medis maupun non
medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian
khusus. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan limbah yang tepat agar dapat
melindungi petugas kesehatan dan masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan
yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit, juga agar tidak
mengganggu aktifitas di lingkungan sekitar tempat sumber limbah dihasilkan.
Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat
bersifat racun,infeksius dan juga radioaktif. Limbah yang berasal dari rumah sakit
juga dapat berperan sebagai media penyebaran penyakit bagi masyarakat. Keadaan ini
berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap masyarakat di sekitar lingkungan
rumah sakit dengan adanya limbah rumah sakit yang dibuang ke saluran umum.
Dengan pertimbangan tersebut, rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana
pembuangan dan pengelolaan limbah padat maupun cair.
Oleh sebab itu, perlu dikembangkan pengolahan limbah rumah sakit yang
mudah diopersikan serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan
kapasitas kecil sampai sedang. Untuk itu, perlu disebarluaskan informasi mengenai
teknik-teknik pengolahan limbah rumah sakit beserta keunggulan dan kekurangannya
masing-masing. Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak pengelola limbah
rumah sakit dapat memilih teknik pengelolaan limbah rumah sakit yang sesuai
dengan karakteristik limbah yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis,
dan memenuhi standar lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
cair. Limbah padat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah
non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan
medis. Limbah medis ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan
beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika
pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya
terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah
domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan
limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat
dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada (Kelair, 2010).
Limbah cair rumah sakit adalah semua bahan buangan yang berasal dari
buangan domestik, buangan laboratorium, dan buangan limbah klinis berbentuk cair
yang umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi,
mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Limbah cair yang
berasal dari limbah domestik antara lain, yakni buangan kamar mandi, dapur, dan air
bekas cuci pakaian. Sedangkan limbah buangan klinis antara lain misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah, dan lain-lain. Ruang bersalin merupakan salah satu
penghasil limbah cair, yaitu limbah buangan klinis berupa darah dari hasil proses
persalinan. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) agar dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum sehingga tidak
mengandung zat-zat yang berbahaya lagi. Limbah cair rumah sakit mempunyai batas
maksimal kandungan yang diperbolehkan untuk membuang limbah tersebut ke
lingkungan ataupun saluran pembuangan air umum sehingga tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan manusia. Batas maksimal
kandungan limbah cair rumah sakit ini disebut baku mutu limbah cair rumah sakit.
Berikut baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit (Kelair, 2010; Pakasi, 2011)
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
Parameter
BOD
75
COD
100
TSS
100
pH
6,0-9,0
Domestik
Klinis
Lain-lain
Bak
penampu
ng
Proses
pengolaha
n biologis
Disinfeksi
Laboratorium
Pengolahan
fisika-kimia
Dibuang ke
saluran
umum
c) Equalisasi
Equalisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir dan memperbaiki
proses berikutnya. Di samping itu, equalisasi juga bermanfaat untuk mengurangi
ukuran dan biaya proses berikutnya. Adapun keuntungan yang diperoleh dari
peggunaan equalisasi sebagai berikut:
1. Pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak dapat dihindari dan
pH dapat diatur supaya konstan
2. Pengaturan bahan-bahan kimia lebih dapat terkontrol
3. Pencucian filter lebih dapat teratur
4. Performance filter dapat diperbaiki
Lokasi equalisasi harus dipertimbangkan pada saat pembuatan diagram alir
pengolahan limbah. Lokasi equalisasi yang optimal dan sangat bervariasi menurut
tipe pengolahan limbah yang dilakukan, karakteristik sistem pengumpulan, dan jenis
air limbah. Pada beberapa kasus, equalisasi dapat ditempatkan setelah pengolahan
primer dan sebelum pengolahan biologis. Equalisasi yang diletakkkan setelah
pengolahan primer biasanya disebabkan oleh masalah-masalah yang ditimbulkan oleh
lumpur dan buih. Dalam pelaksanaan equalisasi dibutuhkan pengadukan untuk
mencegah pengendapan dan aerasi untuk menghilangkan bau. Equalisasi biasanya
dilaksanakan bersamaan dengan netralisasi.
d. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Proses ini bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan mempermudah
proses penanganan lumpur. Dalam proses sedimentasi hanya partikel-partikel yang
lebih berat dari air yang dapat terpisah misalnhya, kerikil dan pasir. Bagian terpenting
dalam perencanaan unit sedimentasi adalah mengetahui kecepatan pengendapan dari
partikel-partikel yang akan dipindahkan. Kecepatan pengendapan ditentukan oleh
ukuran, densitas larutan, viskositas cairan, dan temperatur.
e) Floatasi
Floatasi atau pengapungan digunakan untuk memisahkan padatan dari air. Unit
floatasi digunakan jika densitas partikel lebih kecil dibandingkan dengan densitas air
sehingga cenderung megapung. Floatasi antara lain digunakan dalam proses
pemisahan lemak dan minyak serta pengentalan lumpur.
Tabel 2. Waktu yang Diperlukan oleh Partikel untuk Mengendap dengan Jarak
Satu Meter
Diameter pertikel (mm)
Material
10
Kerikil
1 detik
Pasir
10 detik
0,1
Pasir halus
2 menit
0,01
Tanah liat
2 jam
0,001
Bakteri
8 hari
0,0001
Partikel koloid
2 tahun
0,00001
Partikel koloid
20 tahun
Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap dan dialirkan
ke IPAL
Melakukan pengolahan limbah cair secara fisika, kimia dan biologi sehingga
limbah cair tidak melebihi baku mutu
Memasang alat ukur debit di outlet dan mencatat debit harian
Memeriksa limbahnya sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 bulan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan
termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan
2. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
agar dapat dibuang ke saluran pembuangan air umum sehingga tidak mengandung
zat-zat yang berbahaya lagi.
3. Pengelolaan limbah cair di rumah sakit dilakukan dua tahap, yakni pengolahan
terpisah (untuk mengurangi beban olah limbah di unit pengolahan terpusat ) dan
pengolahan terpusat (limbah dialirkan ke suatu tempat tertentu dan dilakukan
pengolahan secara bersamaan).
4. Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan
dengan cara fisika, kimia dan biologi atau gabungan dari ketiga sistem pengolahan
tersebut.
Saran
Disarankan agar petugas rumah sakit dalam mengolah limbah agar lebih
memperhatikan cara atau teknik-teknik dalam mengolah jenis limbah yang ada di
rumah sakit agar tidak mengganggu masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI,
1995.
Keputuan
Menteri
Lingkungan
Hidup
No.