Bimbinganjghghufufhgfg
Bimbinganjghghufufhgfg
ASMA
BRONKIAL
Company Logo
KELUHAN
Sesak napas yang episodik.
Batuk-batuk berdahak yang
sering memburuk pada malam
dan pagi hari menjelang
subuh.
Mengi.
TANDA PATOGNOMONIS
Sesak napas
Mengi pada auskultasi
Pada serangan berat digunakan
otot bantu napas (retraksi
supraklavikula, epigastrum)
FAKTOR PREDISPOSISI
Riwayat bronkitis atau pneumoni
yang berulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Arus Puncak Ekspirasi (APE)
menggunakan Peak Flowmeter
Pemeriksaan darah (eosinofil
dalam darah)
DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, yaitu
terdapat kenaikan 15 % rasio APE
sebelum dan sesudah pemberian
inhalasi salbutamol.
Derajat Asma
DIAGNOSIS BANDING
Obstruksi Jalan Napas
Bronkitis Kronik
Bronkiektasis
PENATALAKSANAAN
Manajemen Asma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LANJUTAN
Foto toraks
Uji sensitifitas kulit
Spirometri
Uji provokasi bronkus
BRONKITIS AKUT
Bronkhitis akut adalah peradangan
pada bronkus yang disebabkan oleh
infeksi saluran napas yang ditandai
dengan batuk (berdahak maupun tidak
berdahak) yang berlangsung hingga 3
minggu.
Diagnosis
Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan ronki
basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk), wheezing dengan
berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi
hingga ngik-ngik) dan krepitasi
Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest
Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih rendah, tukak
jantung berkurang.Suara nafas berkurang
dengan
ekpirasi
panjang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram
akan banyak didapat leukosit PMN dan
mungkin pula bakteri.
Foto thorax pada bronkitis kronis
memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis- garis yang parallel keluar dari
hilus menuju apex paru dan corakan paru yang
bertambah.
Tes fungsi paru dapat memperlihatkan
obstruksi jalan napas yang reversibel dengan
menggunakan bronkodilator
PRINSIP PENATALAKSANAAN
GIZI
Assessment
Pada tahap ini penilaian dilakukan berdasarkan data subyektif
dan obyektif. Hal-hal yang dinilai pada bagian ini adalah
keadaan metabolisme pasien, keadaan saluran cerna dan
status gizi. Penilaian status gizi paling sederhana pada orang
dewasa adalah dengan menggunakan IMT, yaitu dengan
menggunakan rumus: (BB)/(TB*TB), dimana berat badan
dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter. Hasilnya
kemudian diklasifikasin menjadi:
< 18,5 = gizi kurang
18,5 22,9 = gizi normal
23 24,9 = gizi lebih (berisiko)
25 29,9 = obesitas I
30 = obesitas II
Assessment
Selain dengan IMT, tanda klinis hasil pemeriksaann fisik juga dapat
digunakan untuk menentukan status gizi. Pada pasien anak
malnutrisi berat misalnya, adanya edema anasarka disertai dengan
riwayat asupan protein yang tidak adekuat menjadi ciri khas dari
kwarshiorkor, sedangkan malnutrisi yang terjadi akibat asupan
energi yang tidak adekuat dalam waktu yang lama dengan tanda
klinis wasting pada tubuh serta wajah yang terlihat tua merupakan
tanda marasmus . Bila kedua tanda tersebut ditemukan maka tipe
malnutrisinya adalah marasmic kwarshiorkor
Assessment
Selain menilai status gizi, assessment juga dilakukan untuk menilai
keadaan metabolisme pasien. Hal ini penting untuk menentukan
besarnya energi yang diberikan.
Pada keadaan hipometabolisme, pemberian energi yang terlalu
tinggi pada awal terapi akan membahayakan jiwa pasien, oleh
karena dapat terjadi hipofosfatemia yang akan berakhir pada
kematian. Demikian halnya pada hipermetabolisme, pemberian
energi yang tidak adekuat tidak akan dapat mengkompensasi
kebutuhan tubuh. Pada keadaan ini biasanya pasien memiliki faktor
stress yang tinggi.
Keadaan saluran cerna yang dinilai sebelum terapi gizi ditujukan
untuk menetapkan jalur pemberian nutrisi. Bila saluran cerna tidak
memungkinkan, seperti pada ileus paralitik, maka pemberian
makanan dilakukan via IV. Atau bila terdapat gangguan menelan,
maka perlu dilakukan pemasangan NGT.
Planning
Seperti telah dijelaskan dalam slide sebelumnya, perencanaan
pemberian terapi dilakukan berdasarkan hasil assessment. Pada
bagian ini kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus harris
benedict dan mengalikannya dengan faktor stress dan faktor
aktifitas.
Komposisi makronutrien ditentukan berdasarkan kondisi dan
diagnosis klinis pasien. Pada penderita gagal ginjal kronik misalnya,
pemberian protein menjadi fokus perhatian. Pada gagal ginjal tahap
akhir yang tidak menjalani dialisis besarnya protein adalah 0,6/kg
berat badan ideal/hari. Sedangkan bagi mereka yang menjalani
dialisis pemberiannya dapat lebih liberal hingga 1,5 g/kg berat
badan ideal/hari.
Planning
Pada penderita DM, fokus terletak pada jumlah dan jenis
karbohidrat. Persentase karbohidrat dari total energi biasanya
tidak lebih dari 55%. Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah
dengan nilai indeks glikemik rendah. Nilai indeks glikemik
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adanya serat,
kandungan protein dan lamanya serta metode memasak.
Beberapa contoh jenis makanan dengan indeks glikemik tinggi
yang harus dihindari oleh pasien adalah nasi putih, roti putih,
biskuit, kue bolu, dan beberapa jenis buah. Meskipun
mengandung serat, buah-buahan yang rasanya sangat manis
cenderung memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi seperti,
magga manis, durian, semangka, melon, rambutan atau duku.
Kesemua jenis makanan ini sebaiknya dibatasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan klinis pasien,
misalnya ada atau tidaknya edem. Bila ditemukan edem,
pembatasan asuapan natrium dan cairan mutlak dilakukan.
Anemia
Anemia
Keluhan
lemah, lesu, letih, lelah, penglihatan
berkunangkunang, pusing, telinga
berdenging dan penurunan konsentrasi.
Faktor Risiko
Ibu hamil, Remaja putri, Pemakaian
obat cephalosporin, chloramphenicol
jangka panjang, Status gizi kurang,
Faktor ekonomi kurang
Anemia
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Mukokutaneus: pucatindikator yang cukup baik, sianotik, atrofi papil lidah (anemia defisiensi besi dan anemia
pernisiosa), alopesia (anemia defisiensi besi), ikterik (anemiahemolitik), koilonikia (anemia defisiensi besi), glositis
(anemia pernisiosa), rambut kusam, vitiligo (anemia pernisiosa).
Kardiovaskular: takikardi, bising jantung
Respirasi: frekuensi napas (takipnea)
Mata: konjungtiva pucat
Faktor Predisposisi
Infeksi kronik
Keganasan
Pola makan (Vegetarian)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah: Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, jumlah eritrosit,
morfologi darah tepi (apusan darah tepi), MCV, MCH, MCHC, retikulosit.
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO:
Laki-laki: > 13 g/dl
Perempuan: > 12 g/dl
Perempuan hamil: > 11 g/dl
Anemia
Penatalaksanaan
Atasi penyebab yang mendasarinya. Jika didapatkan kegawatan (misal: anemia gravis
atau
distres pernafasan), pasien segera dirujuk.
Pada anemia defisiensi besi:
Anemia dikoreksi peroral: 3 4x sehari dengan besi elemental 50 65 mg
Sulfas ferrosus 3 x 1 tab (325 mg mengandung 65 mg besi elemental, 195; 39)
Ferrous fumarat 3 x 1 tab (325; 107 dan 195; 64)
Ferrous glukonat 3 x 1 tab (325; 39)
HIPERTENSI
ESSENSIAL
Company Logo
PENATALAKSANAAN
GAGAL
JANTUNG
Company Logo
Faktor Resiko :
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Obesitas
- Merokok
- Diabetes melitus
- Riwayat gangguan jantung sebelumnya
- Riwayat infark miokard
Pemeriksaan Fisik :
- Peningkatan tekanan vena
jugular
- Frekuensi pernapasan
- Frekuensi nadi dan
regularitasnya
- Tekanan darah
- Kardiomegali
- Gangguan bunyi jantung
(gallop)
- Ronkhi
- Hepatomegali
- Asites
- Edema perifer
Pemeriksaan penunjang
essential :
- Rontgen thorax
(Kardiomegali, gambaran
edema paru/alveolar
edema/butterfly
appearance)
- EKG (Hipertrofi ventrikel
kiri, atrial fibrilasi,
perubahan gelombang T,
dan gambaran abnormal
lainnya.
- Darah perifer lengkap
PENATALAKSANAAN
Modifikasi Gaya Hidup
Aktivitas fisik
HIPOGLIKEMI
A
Company Logo
Keluhan
Tanda dan gejala hipoglikemia dapat
bervariasi pada setiap individu dari yang
ringan sampai berat, sebagai berikut: rasa
gemetar, perasaan lapar, pusing, keringat
dingin, jantung berdebar, gelisah, terjadi
penurunan kesadaran bahkan sampai koma
dengan
atau
tanpa
kejang.
Koma
hipoglikemi dapat mengakibatkan kerusakan
sel otak permanen sampai meninggal.
DIABETES
MELLITUS
Company Logo
DIAGNOSIS
Keluhan
1. Polifagia
2. Poliuri
3. Polidipsi
4. Penurunan Berat
badan
Faktor Predisposisi
1. Usia > 45 tahun,
2. Diet tinggi kalori dan
lemak
3. Aktifitas fisik yang kurang
4. Hipertensi ( TD 140/90
mmHg ).
5. Riwayat TGT atau GDPT
6. Penderita
penyakit
jantung
koroner,
tuberkulosis,
hipertiroidisme
7. Dislipidemia
Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Puasa
2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
3. HbA1C
GASTRITIS
Company Logo
DIAGNOSIS
Tanda Patognomonis
Nyeri tekan epigastrium dan bising usus
meningkat.
Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat
ditemukan pendarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena.
Biasanya pada pasien dengan gastritis
kronis, konjungtiva tampak anemis.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, kecuali pada
gastritis kronis dengan melakukan
pemeriksaan:
Darah rutin.
Untuk mengetahui infeksi Helicobacter
pylori: pemeriksaan breathe test dan
feses.
Rontgen dengan barium enema.
Endoskopi
PENATALAKSANAAN
Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari
pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan makan
tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan hindari
dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau
perut kembung seperti kopi, the, makanan pedas dan kol.
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2
Bloker2 x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20
mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari
(Omeprazole 20 mg/kali, Lansoprazole 30 mg/kali), serta
Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hr.
Konseling
&
Edukasi
Menginformasikan pasien dan keluarga mengenai faktor
risiko terjadinya gastritis.