REPUBLIK INDONESIA
DIREKCTORAT JENDERAL BINA MARGA
DIREKTORAT BINA JAlAN KOTA (BINKOT)
MANUAL KAPASITAS
JALAN INDONESIAN (MKJI)
...
Februari1997
~.---~--.-~r-~~~~~~-.~-.~~~--.-~.-~
oo 0o o o
'-
oo\oo
ooloo
~~+-~~~~~~-~~.-+~0-r~-~:;~.r--.~~-i~-t--~
-~
0,
~----+--~~+---~~~~~-+-+-+~-r--~--~~
Arusl:lulinl:L~
~
~
(kc:ndlj:un)
L ;.
0<
_.0, 'l)
~-
...
If 0
"i
OAAIS REGRESI
REGIM TUNOGAL
Vbebas
781an/'pm
ISO smpllcm
0-macct
I
m
Ka_pasitas
12.1563
O.SS6S
J.BSS smpf10m
I
0
5CO
'"
'
g. -
-- -
,o
;u b$!; o"'l
I
I
I
I
.. .!
.....1"--..
--
_.,..
--'
.I
..,. -..;
I
rt...r
lOCO
- j_
--
f\
J
/
v
"'c
100
1500
, Arus (smp/jam/lajur]
300
oOl
.lOO
600
Azul lalu-mras ~..end lj)
lOO
SWEROAD
BEKERJA SAMA DENGAN
708
800
2f.!UO.IO m
BABl
PENDAHULUAN
BAB 2
SIMPANG BERSINYAL
BAB3
SIMPANGTAK BERSINYAL
BAB4
BAGIAN JALINAN
BABS
JALAN PERKOTAAN
BAB 6
BAB 7
MKJJ: PENDAHlJLIIAN
BAB 1
PENDAHULUAN
e
~
1 -2
1.
LATAR BELAKANG
2.
3.
4.
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
6.
UMUM ...............................................
PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS ....................
ANALISA RINCI KAPASITAS ..... - .................. - ...
PENGGUNAAN PROGRAM KAJI (Kapasitas Jalan Indonesia) . ...
1 -10
1- 10
1 - 14
1 - 14
1- 1
MK.II: PEI\.'DAHUUIAN
1.
LATAR BELAKANG
Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan
bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumberdaya untuk pembangunan jalan raya,
dan belum optimalnya pengopemc;ian fasilitas lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di
banyak negara. Telah diakui bahwa usaha besar diperlukan bagi penambahan kapasitas, dimana
akan diperlukan metode efektifuntuk perancangan dan perencanaan agar didapat nilai terbaik bagi
suatu pembiayaan dengan mempertimbangkan biaya langsung maupun keselamatan dan dampak
lingkungan. Manual Kapasitas jalan dengan metode perhitungan perilaku lalu lintas yang benar,
yang merupakan fungsi dari rencana jalan dan kebutuhan lalu lintas, diperlukan untuk maksud
diatas, juga untuk perancangan lalu-lintas umum. Pe::ngetahuan dasar tentang karakteristik lalu
lintas yang terdapat dalam manual tersebut, juga merupakan masukan yang penting bagi model
manajemen tepat biaya bagi pembinaan jaringan jalan ,peramalan lalu lintas dan distribusi
perjalanan dengan keterbatasan kapasitas. Karena itu pembina Jalan Raya di negara-negara maju
menyediakan biaya besar untuk menerbitkan manual dan pedoman yang sesuai dengan kondisi
mereka.
Kapasitas dan hubungan kecepatan-arus yang digunakan untuk perancangan, perencanaan dan
operasional jalan raya di Indonesia terutama berdasarkan pada manual dari Eropah dan USA.
Penelitian yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung (ITB S2 STJR) pada tahun delapan
puluhan sering menunjukkan bahwa penggunaan manual barat sering menimbulkan hasil yang
tidak sesuai oleh karena komposisi lalu lintas, perilaku pengemudi dan perkembangan samping
jalan di Indonesia yang sangat berbeda. Proyek Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) oleh
karena itu dilaksanakan pada tahun 1991 sampai dengan 1996 untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian dibalik penerbitan Manual ini telah me::neliti dan membuat model perilaku pengemudi
dan karakteristik dasar lalu lintas jalan raya berdasark:m pada pengumpulan data lapangan secara
menyeluruh dan analisa kinerja lalu lintas sebagai fungsi kondisi jalan dan interaksi antar elemen
lalu Iintas. Pengumpulan data fasilitas lalu lintas perkotaan dilaksanakan antara bulan Mei dan
Desember 1991, dan data jalan luar kota antara bulan April dan November 1993. Survei
tambahan dilaksanakan pada tahun 1994 dan 1995 untuk memeriksa kehenaran aspek tertentu dari
perilaku lalu lintas dan model kapasitas yang tdah dike::mbangkan.
Tabel 1:1 menunjukkan lokasi-lokasi pe::ngumpulan data diperkotaan ten tang berbagai jenis
fasilitas jalan dan kota. Sebanyak 147 lokasi di 16 kota diseluruh Indonesia disurvei seperti yang
tercantum dalam tabel tersebut. Pada setiap lokasi diperoleh rekaman video yang menerus dari
semua gerakan lalu lintas pada suatu fasilitas jalan dari pagi sampai sore, untuk selanjutnya diolah
serta dianalisa dilaboratorium proyek HCM di Bandung.
Tabel 1:2 menunjukkan sejumlah lokasi pengumpulan data jalan luar kota dan jalan bebas
hambatan. Sebanyak 128 Jokasi disurvei masing-masing selama sehari penuh. Pada setiap Jokasi,
waktu perjalanan, kecepatan, tipe kendaraan, arah perjalanan dan waktu antara dikumpulkan
untuk analisa lebih lanjut. Kedua survei diperkotaan dan diluar kota meliputi pencatatan rinci
yang menerus dari semua kejadian di sam ping jalan (disebut hambatan samping) yang mungkin
menyebabkan pengurangan kapasitas dan kecepatan.
Jumlah lokasi yang disurvei dalam proyek I HCM adalah 275, yang membuat manual benar-benar
empiris bila dibandingkan dengan manual kapasitas yang ada sekarang dari banyak negara lain.
1- 2
MKJI: PENDAHULUAN
Kota
Simpang
bersinyal
Bandung
20
Cianjur
Sukabumi
Tasikmalaya
Yogyakarta
1
1
Serna rang
0
3
2
3
Malang
Ujung Pandang
2
2
2
2
1
2
Denpasar
Kupang
Ambon
Palembang
Medan
2
52
0
33
Pontianak
Total
Tabel 1:1
5
12
0
0
0
0
3
3
0
0
0
2
0
0
2
0
27
Jakarta
Surabaya
Jalan
Perkotaan
Bagian
Jalinan
Jumlah
17
51
32
1
4
0
2
10
1
0
5
3
2
1
8
4
1
35
147
Dua-Jajur
dua-arah
tak terbagi
(2/2 UD)
Empat-lajur
dua-arah
tak terbagi
(4/2 UD)
Empat-lajur
dua-arah
terbagi
(4/2 D)
Jalan
bebas
hambatan
(jalan tol)
Jumlah
61
70
Jawa Tengah
16
Jawa Timur
Bali
11
12
Lampung
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
106
10
128
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Total
Tabel 1:2 Pengumpulan data lapangan untuk jalan Juar kota dan jalan bebas hambatan.
1-3
MKJI: PENDAHULliAN
2.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia memuat fasilitas jalan perkotaan dan semi perkotaan dan juga
jalan luar kota dan jalan bebas hambatan. Manual ini menggantikan manual sementara untuk
fasilitas lalu-Iintas perkotaan (Januari 1993) dan jalan luar kota (Agustus 1994) yang telah
diterbitkan lebih dahulu dalam proyek MKJI. Tipe fasilitas yang tercakup, dan ukuran penampilan
lalu-lintas (perilaku lalu-lintas) selanjutnya disebut perilaku Ialu-lintas atau kualitas Ialu-Iintas,
yang dapat dihitung dengan menggunakan manual terangkum pada Tabel 2:1 dibawah.
JENIS FASILITAS
LALU-LINTAS
Simpang bersinyal
BAB
Bagian Jalinan
Jalan Perkotaan
--
Tabel2:1
Manual memuat juga pedoman teknik Jalu-linta-; (panduan rekayac;a lalu-Iintas) yang menyarankan
pengguna sehubungan dengan pemilihan tipe fasilitas dan rencana sebelum memulai prosedur
perhitungan rinci untuk menentukan perilaku lalu-Iintasnya.
Manual ini dapat digunakan juga untuk menganalisa rute atau jaringan jalan pada suatu kawasan
perkotaan yaitu dengan penerapan berurutan dari bab yang sesuai tipe fasilitas lalu-Iintasnya.
Kemudian waktu tempuh total dapat diperoleh sehagai jumlah waktu tempuh dan tundaan pada
setiap ruas jalan dan titik simpul sepanjang rute yang dipelajari.
1-4
MKJI: PENDAHULUAN
3.
Bab 1 (bab ini) memuat Jatar belakang, ruang lingkup, definisi umum I istilah, pedoman
penggunaan, dan rujukan kepustakaan umum.
Bab 2 sampai hab 7 mencakup berbagai jenis tasilitas lalu lintas seperti yang diuraikan dalam tabel
2:1 di atas. Masing-masing hab mempunyai struktur dan organisasi yang serupa tetapi dengan
berbagai variasi:
Lingkup dan tujuan.
Karakteristik dari fasilitas lalu Iintas yang dipelajari.
Istilah dan defi nisi khusus.
Panduan rekayasa Jalu-Iintas.
Metodologi umum perhitungan.
Prosedur analisa operasional dan perencanaan (design).
Prosedur perancangan (planning)
Contoh perhitungan/persoalan dengan herhagai macam penggunaan .
Kepustakaan khusus.
Formulir perhitungan.
1-5
MK./1: PENDAI-IULIJAN
4.
Notasi, istilah dan definisi dari kondisi dan karakteristik yang hersifat umum diherikan dibawah.
Definisi yang lebih khusus diuraikan pada Bah 2 sampai dengan 7 untuk masing-masing fasilitas
lalu lintas.
kend
KENDARAAN
LV
KENDARAAN RINGAN
HV
KENDARAAN BERAT
MC
SEPEDA MOTOR
UM
emp
EKIVALENSI MOBIL
PENUMPANG
smp
SATUAN MOBIL
PENUMPANG
1- 6
MKJI: I'ENDAHlJLUAN
ARUS LALU-LINTAS
Fsmp
FAKTOR SMP
FAKTOR LHRT
Q0 "
SP
PEMISAHAN ARAH
PHF
LoS
TINGKATPELAYANAN
(KINERJA JALAN)
KAPASITAS
OS
DERAJAT KEJENUHAN
MK.JI: PENDAHIJLI/AN
FV
KECEPATAN ARUS
BE BAS
TT
WAKTUTEMPUH
(WAKTU PERJALANAN)
IRINGAN
(PELETON)
DB
DERAJAT IRINGAN
TUNDAAN
P5v
RASIO KENDARAAN
TERHENTI
Karakteristik geometrik
TIPEJALAN
Wc
LEBAR JALUR
Lalu-lintas
W5
LEBAR BAHU
MEDIAN
TIPE ALINYEMEN
MIUI: l'ENDAHUUJAN
LEBAR
PENDEKAT
WMASUK
LEBARMASUK
WKFJ.JJAR
LEBAR KELUAR
Kondisi lingkungan
LU
GUNALAHAN
COM
KOMERSIAL
RES
PERMUKIMAN
RA
AKSES
TERBATAS
cs
UKURAN KOTA
SF
HAMBATAN
SAM PING
I -9
MKJI: PENDAHULIJAN
5.
PANDUANPENGGUNAAN
5.1
UMUM
Manual Kapasitas Jalan Idonesia ini dapat diterapkan sebagai sarana dalam perancangan, perencanaan dan analisa operasional fasilitas lalu-lintas. Pe::ngguna manual akan meliputi para Perancang Transportasi, para Akhli Teknik Lalu-lintas dan Teknik Jalan Raya yang bertugas dalam
Badan Pembina Jalan dan Transportasi, juga Perusahaan-perusahaan pribadi dan Konsultan.
Manual direncanakan terutama agar pen~TUna dapat me::mperkirakan perilaku lalu-Iintas dari suatu
fasilitas pada kondisi lalu-Iintas, geometrik dan keadaan lingkungan tertentu. Nilai-nilai perkiraan
dapat diusulkan apabila data yang diperlukan tidak tersedia. Karena itu Manual dapat dipergunakan dalam berbagai keadaan seperti dicontohkan dibawah:
a)
Perancan~:an
Penentuan denah dan rencana awal yang sesuai dari suatu fasilitas jalan yang baru
berdasarkan ramalan arus lalu-lintas.
b)
Perencanaan
Penentuan rencana geometrik detail dan parameter pengontrol lalu-lintas dari suatu
fasilitas jalan baru atau yang ditingkatkan berdasarkan kebutuhan arus lalu-lintas yang
diketahui.
c)
Analisa Operasional
Penentuan perilaku lalu-lintas suatu jalan pada kebutuhan lalu-lintas tertentu. Penentuan
waktu sinyal untuk tundaan terkecil. Peramalan yang akan terjadi akibat adanya perubahan kecil pada geometrik, aturan lalu-lintas dan kontrol sinyal yang digunakan.
5.2
Dengan perhitungan bersambung yang menggunakan data yang disesuaikan, untuk keadaan lalulintas dan lingkungan tertentu dapat ditentukan suatu rencana geometrik yang menghasilkan
perilaku lalu-lintas yang dapat diterima. Dengan cant yang sama, penurunan kinerja dari suatu
fasilitas lalu-lintas sebagai akibat dari pertumbuhan lalu-lintas dapat dianalisa, sehingga waktu
yang diperlukan untuk tindakan turun tangan seperti peni ngkatan kapasitas dapat juga ditentukan.
Banyak persoalan Jain yang berhubungan dengan Akhli Teknik Lalu-lintas dan Teknik Jalan Raya
dapat diselesaikan dengan cara "coba-coba" yang sama dengan menggunakan sejumlah kumpulan
data yang berbeda. Karena tugas ini dapat memerlukan agak banyak waktu, yang tidak selalu
menghasilkan penyelesaian terbaik, bagian panduan rekayasa lalu-lintas telah dibuat pada setiap
bagian. Pedoman ini harus dipelajari sebelum men!,TUnakan metode perhitungan rinci untuk setiap
tipe fasilitas lalu-Iintas, karena berisi saran yang dapat membantu pengguna untuk memilih rencana
sementara sebelum memulai analisa terinci. Panduan meliputi:
a)
Ambang arus lalu-lintas untuk menentukan tipe dan rencana ruas jalan dan simpang yang
paling ekonomis berdasarkan ana lisa, pem:-~kai jalan dan biaya pemhuat<m jalan, sepanjang
umur fasilitas (analisa biaya siklus hiclup).
b)
Perilaku lalu-lintas dari berbagai tipe simpang clan jalan dengan rentang kondisi yang luas.
1 - 1()
MK.II: I'ENDAIIULUAN
c)
Dampak perubahan rencana geometrik dan hentuk pengaturan lalu lintas pada keselamatan
lalu lintas dan polusi kendaman;
d)
Saran mengenai rencana geometrik terinci dan peralatan pengaturan Ialu lintas yang
mempengaruhi kapasitas dan keselamatan lalu Iintas.
5.2.1
a)
Metodologi
Ambang arus lalu lintas yang menentukan tipe jalan dan simpang yang paling ekonomis untuk
masing-masing arus telah didapatkan dari analisa "biaya siklus-hidup" (BSH) dengan sekumpulan
anggapan yang biasa digunakan oleh Bina Marga seperti umur, laju pertumbuhan Ialu Iintas, suku
bunga dan tujuan dari pembina jalan. Seluruh biaya pemakai jalan yang relevan (biaya operasi
kendaraan, biaya waktu, biaya kecelakaan, biaya polusi) dan biaya pembuatan jalan (pembebasan
lahan, pembangunan jalan, perawatan jalan dan operasional) telah diperhitungkan. Analisa BSH
menghitung biaya total yang diproyeksikan ke tahun 1 (Nilai bersih sekarang) untuk setiap
perencanaan yang dipelajari sebagai fungsi dari arus lalu lintas. Dengan membandingkan
biaya-biaya yang dinyatakan sebagai biaya per kendaraan per kilometer tersebut, rencana altematif
yang mempunyai biaya total terendah adalah paling ekonomis untuk anggapan-anggapan yang
diberikan, dapat dilihat, seperti dicontohkan pada Gambar 5.2:1 dibawah
BIAYA STia.US HIDUP SELA1VL\. 23 TAHUN
JALAN 212 UD, Datar, Hambatan rendah
1,9
~1
I
.,.,
------- - -
]'1,8
--:-----t-----
----~----~-----~-I
I
I
---~----~-----~o
o
--~----~-----~
I
t
I
I
I
--------~----I
I
I
-------------I
1,7
~16
<'
>-<
;::S
,:1:1
l,j
1,4
----~-----i----~----~-----~----~-----t----1
1,3
0
100
200
300
4))
XJO
600
Arus !alu-hntas (kend./j)
700
800
Gam bar 5.2:1 "Nilai bersih sekarang" dari biaya total per kendaraan per kilometer pada berbagai
potongan melintangjalan
1 - 11
MKJI: PENDAHULUAN
Ambang arus lalu lintas yang diperoleh dengan analisa BSH peka terhadap anggapan yang diambil
tentang umur rencana (Dalam manual ini konstruksi jalan baru: 23 tahun; peningkatan jalan raya
dan pembuatan simpang di kawasan perkotaan 10 tahun), angka pertumbuhan lalu lintas (6,5%),
suku bunga (15%) dan tujuan kesejahteraan (semua waktu tempuh dihitung biaya per kecelakaan
Rp.28 juta). Umur rencana yang lebih pendek, laju pertumbuhan lalu lintas lebih rendah, suku
bunga yang lebih rendah dan tujuan kesejahteraan yang lebih rendah akan menghasilkan ambang
nilai yang lebih tinggi dan sebaliknya. Rekomendasi tentang pemilihan potongan melintang dan
tipe simpang yang diberikan dalam manual ini, karena itu harus diartikan sebagai indikasi saja dan
bukan sesuatu yang mutlak.
b)
Analisa BSH telah diterapkan pada semua tipe simpang seperti terlihat pada Bab 2, 3 dan 4 di
bawah untuk masing-masing tipe simpang (misalnya simpang bersinyal) mungkin dicari rencana
dan pengaturan sinyal yang memberikan "nilai bersih sekarang" terkecil, yang merupakan altematif
terbaik untuk rentang arus lalu-lintas yang diteliti. Dengan memperbandingkan basil berbagai tipe
simpang seperti pada Gambar 5.2:2 dibawah, juga mungkin untuk mendapatkan petunjuk
mengenai simpang mana yang harus dipilih untuk analisa rinci sebagai fungsi dari arus masuk
persimpangan total. Tipe dengan biaya terendah yang sesuai dengan ruangan yang tersedia dan
keperluan yang lain, sebaiknya dipilih untuk penelitian lebih lanjut. Pengguna manual selanjutnya
dapat membahas panduan tipe simpang tersebut untuk mendapatkan rencana yang mana yang
harus dipilih bagi analisa rinci tipe simpang tersebut.
c)
1 - 12
MKJI: PENDAHULUAN
'0'
c:
'
' I
'
-----:------- -;- --3jmp'!l!!g-beajrrylt
~0.16
~I
..
.
~
&
/:'
,
:'
'
............. r-
0-0.12
g.
""'
:f!O.OS
lfl
~O.D4
j:i:i
0
100'1
DXl
3000
6000
$ODD
GJ)
7000
Gambar 5.2:2 Perbandingan biaya total berbagai tipe simpang sebagai fungsi arus lalu-lintas
,..._3.5
....,;
.,c:
&2.5
......
.'
I
.'
I
.'
I
I
0
0
I
0
I
I
I
0
0
I
.
I
I
I
I
I
o
o
0
0
I
0
o
o
o
o
I
0
I
t
0
'"'4'"'""'"''"''"''"''"''"''"'r---------
'
''
''
'
t
.
;;-
I
0
0
I
I
0
~:::> 1.5
lfl
o
o
o
o
-------------~----------------~--------------------------o
1),
0-
'
f
--------4-----~-----------------------------------I
I
I
I
'I
I
'
'
'
I
I
I
I
t
t
t
f
--------4---------~-------------------------------------
.''
--------i-------t------t------i---------r--------i-------.
.
.
.
.'
l
'
'
'
j:i:i 0.5
0
0
j()Q
tOOl
lj()()
2m1
2m
Gambar 5.2:3 Perbandingan biaya total berbagai tipe jalan sebagai fungsi arus lalu-lintas
1- 13
MK.II: I'ENDAIIlJLil/\N
=
=
=
=
Simpang bersinyal
Bundaran
Tabel 5.2:1
5.3
0,43
0,30
Formulir standar telah disiapkan untuk setiap jenis fasilitas lalu-Jintas, untuk pengumpulan data
dan juga langkah-langkah perhitungannya. Contoh-contoh persoalan yang dilampirkan pada
bagian akhir setiap bab tentang fasilitas jalan juga memberikan petunjuk yang bermanfaat
mengenai cara mener.apkan Manual ini.
Manual terutama didasarkan pada analisa statistik dari data empiris, dan hanya sedikit dari
penjelasan model dan simulasi. Kehati-hatian yang ~sar karena itu harus dilakukan jika pengguna
ingin menganalisa rencana dan/atau kondisi lalu !iotas yangjatuh diluar ambang nilai yang terdapat
dalam tabel dan diagram dalam manual ini. Selnlu dapat disarankan pada pembaca untuk membuat
penilaian kritis sendiri terhadap hasil-hasilnya, dan melengkapi dengan pengukuran lapangan
sendiri mengenai kapasitas dan ukuran kinerja lainnya hila mungkin.
5.4
Sebuah program komputer bemama KAJI yang mencakup semua metode perhitungan rinci dalam
manual ini (yang bukan panduan rekayasa Jalu lintas) juga tersedia. Program ini sangat
menyerupai metode manual dalam hal formulir data masukan dan penampilan hasilnya. KAJI juga
1 14
secara tepat hasil yang sama seperti metode perhitungan manual. Karena itu pengguna disarankan
untuk mempelajari manual tertulis sebelum menerapkan KAJI, agar dapat meningkatkan
pengertian tentang prosedur perhitungan dan hasil akhirnya.
Tanggapan mengenai kemungkinan kesalahan dalam manual dan program pendukungnya (KAJI),
dan saran-saran perbaikan dan pengembangan lebih lanjut manual ini sangat dihargai. Pendapat
dan Saran dapat dibuat dalam formulir pad a Iampi ran 1:1 dibawah.
1 - 15
MKJI: PENDAJ-IULUAN
6.
KEPUSTAKAAN UMUM
Kepustakaan umum yang digunakan dalam pengembangan manual diberikan dibawah. Untuk
kepustakaan yang berhubungan dengan fasilitas jalan tertentu, lihat daftar kepustakaan di bagian
akhir masing-masing bab.
Undang-undang lalu-lintas
1. PRI
2. PRI
3. PRJ
4. PRI
5. PRI
6. PRI
7. PRI
Standar-standar
8. DJBM
9. DJBM
Manual-manual
10. TRB
1 - 16
MKJI: PENDAHUUJAN
11. SNRA
Teori
12. May, A.D.
14.McShane, VV.R.
Roess, R.P.
Traffic Engineering.
Prentice-Hall, Englewood Cliffs; 1990.
16.NAASRA
1 - 17
Lampiran 1:1
Dari:
Nama:
Alamat:
Telepon/faks: - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1 - IX
BAB2
SIMPANG BERSINYAL
DAITAR lSI
1.
1.1
1.2
1.3
2-2
PENDAHULUAN
2.
METODOLOGI
2- 10
2.1
2.2
2- 10
2-19
2- 19
2 - 20
2-23
2- 35
2.3
2.4
3.
PROSEDUR PERHITUNGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 - 38
LANGKAHA:
DATAMASUKAN .................................
A-1: Geometrik, pengaturan lalu-lintas dan kondisi lingkungan.
A-2: Kondisi arus lalu-lintas ..........................
LANGKAH B:
PENGGUNAAN SINYAL ...........................
B-1: Fase sinyal ...................................
B-2: Waktu antar hijau dan waktu hilang . . . . . . . . . . . . . . . .
LANGKAH C:
PENENTUAN WAKTU SINYAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C-1: Tipe pendekat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
- C-2: Lebar pendekat efektif ..........................
C-3: Arus jenuh dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C-4: Faktor penyesuaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C-5: Rasio arus/arus jenuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C-6: Waktu siklus dan waktu hijau .....................
LANGKAH D:
KAPASITAS ......................................
D-1: Kapasitas ....................................
D-2: Keperluan untuk peruhahan .......................
LANGKAH E:
PERILAKU LALU-LINTAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E-1: Persiapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E-2: Panjang Antrian ...............................
E-3: Kendaraan terhenti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
E-4: Tundaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2-39
2- 39
2- 41
2- 42
2- 42
2 - 43
2 - 45
2 - 45
2- 47
2 - 49
2 - 53
2 - 58
2- 59
2- 61
2- 61
2- 62
2 - 63
2 - 63
2- 64
2 - 67
2 - 68
4.
CONTOH PERHITUNGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 - 70
S.
........................................ 2- 104
2 - 1
1.
PENDAHULUAN
1.1
Bab ini menguraikan tata cara untuk menentukan waktu sinyal, kapasitas, dan perilaku lalu-Iintas
(tundaan, panjang antrian dan rasio kendaraan terhenti) pada simpang bersinyal di daerah perkotaan
dan semi perkotaan.
Manual ini terutama berhubungan dengan simpang hersinyal terisolir, dengan kendali waktu tetap
(definisi lihat Bagian 1.3 di bawah) dengan bentuk genmetrik normal (empatlengan dan tiga-lengan)
dan peralatan sinyal pengatur lalu-lintas. Dengan beberapa pertimbangan dapat juga digunakan untuk
menganalisa bentuk geometrik lainnya.
Simpang-simpang bersinyal yang merupakan bagian uari sistem kendali waktu tetap yang dirangkai
atau 'sinyal aktuasi kendaraan' terisolir, biasanya mernerlukan metoda dan perangkat lunak khusus
dalam analisanya. Walau demikian masukan untuk waktu sinyal dari suatu simpang yang berdiri
sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan manual ini, lihat Bagian 2.2:1.
Pada umumnya sinyallalu-lintas dipergunakan untuk satu atau Jebih dari alasan berikut :
untuk menghindari kemacetan simpang akihat adanya kontlik arus lalu-lintas, sehingga
terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu-lintas
jam puncak;
untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki c.lari jalan simpang (kecil)
untuk /memotongjalan utama;
untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu-lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan
dari arah yang bertentangan.
Penggunaan sinyal tidak selalu meningkatkan kapasitas dan keselamatan dari simpang seperti dibahas
dalam bab 1 bagian 5. Dengan menerapkan metoda-metoda yang diuraikan dalam bab ini atau bab
lainnya dari manual ini adalah mungkin untuk memperkirakan pengaruh penggunaan sinyal terhadap
kapasitas dan perilaku lalu-lintas jika dibandingkan dengan pengaturan tanpa sinyal atau pengaturan
bundaran.
1.2
Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu-lintas terutama adalah fungsi dari
keadaan geometrik dan tuntutan lalu-lintas. Dengan menggunakan sinyal, perancang/insinyur dapat
mendistribusikan kapasitas kepada berbagai pendekat melalui pengalokasian waktu hijau pada
masing-masing pendekat. Maka dari itu untuk menghitung kapasitas dan perilaku lalu-Iintas, pertamatama perlu ditentukan fase dan waktu sinyal yang paling sesuai untuk kondisi yang ditinjau.
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga-warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan
lintasan dari gerakan-gerakan lalu-lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu. Hal ini
adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu-lintas yang datang dari jalan jalan yang sating
berpotongan = konflik- konf1ik utama. Sinyal-sinyal dapat juga digunakan untuk memisahkan
gerakan membelok dari lalu-lintas lurus melawan, atau untuk memisahkan gerakan lalu-lintas
membelok dari pejalan-kaki yang menyeberang = knnllik-konflik kedua, lihat Gbr 1.2:1 di bawah.
2 - 2
fJ
Konflik utama
Konflik kedua
Gambar 1.2:1 Kontlik-kontlik utama dan kt!dua pada simpang bt!rsinyal dengan empat lengan
Jika hanya konflik-konflik primer yang dipisahkan, maka ad<Jlah mungkin untuk mengatur sinyallampu
lalu-lintas hanya dengan dua fase, m<~sing-m<~sing sehuah untuk jal<~n yang berpotongan, sebagaimana
ditunjukan dalam Gambar 1.2:2. Metoda ini sdalu dapat diterapkan jika gerakan belok kanan dalam
suatu simpang telah dilarang. Karena peng<Jturan dua fase memberikan kapasitas tertinggi dalam
beberapa kejadian, maka pengaturan tersehut disarankan sebagai dasar dalam kebanyakan analisa A
lampu lalu-lintas.
Gam bar 1.2:2 juga memberikan penjelasan tentang urutrm perubahan sinyal dengan sistim dua fase,
termasuk definisi dari waktu siklus, waktu hijau dan periode antar hijau (lihat juga Bagian 1.3).
Maksud dari periode antar hijau (IG = kuning + merah semua) di antara dua fase yang berurutan
adalah untuk:
.1
.2
menjamin agar kendaraan terakhir pada fast! hijau yang baru saja diakhiri memperoleh waktu
yang cukup untuk ke luar dari daerah kontlik St!hdum kendaraan pertama dari fase berikutnya
memasuki daerah yang sama.
Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu ktming, sedangkan yang kedua dipenuhi oleh waktu merah
semua yang berguna sebagai waktu pengosongan antara dua fase.
2 - 3
Waktu merah semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya dan tidak berubah
selama periode operasi. Jika waktu hijau dan waktu siklus juga ditetapkan sebelumnya, maka
dikatakan sinyal tersebut dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap.
FueA
FaseB
JalanA
L
I I
_j
JalanB
p~ngaturan
sinyal
d~ngan
dua-fase.
Dalam sistem lama, pol a waktu yang s<~ma digun<1bn s~panj<~ng hari/minggu; pada sistim yang lebih
modem, rencana waktu sinyal yang b~rh~dn yang ditdapkan sebelumnya, dan digunakan untuk
kondisi yang berbeda pula, sebagai contoh, knndisi lalu-lintas puncak pagi, puncak sore dan lewat
puncak. Dengan tersedianya data lalu-lintas, manu<~l ini dapat digunakan untuk menghitung
waktu-sinyal terbaik bagi setiap kondisi.
Jika pertimbangan keselamatan lalu-lintas <~tau pemhatasan-pembatasan kapasitas memerlukan
pemisahan satu atau lebih gerakan belok kanan, maka hanyaknya fase harus ditambah. Gambar 1.2:3
menunjukan contoh-contoh rencana fa.-;~ yang berlainan untuk keperluan tersebut. Penggunaan lebih
dari dua fuse bias<lnya akan menambah waktu siklus dan m-;io waktu yang disediakan untuk pergantian
antara fuse (kecuali untuk tipe tertentu dari Sinylll aktuasi kendaralln yang terkendali). Meskipun hal
ini memberi suatu keuntunglln dari sisi keselamatnn lalu-lintas, pnda umumnya berarti bnhwa kapasitas
keseluruhan dari simpang tersebut nkan berkurang.
Berangkatnya arus lalu-lintas selama waktu hijau snngat dipengaruhi oleh rencana fase yang
memperhatikan gerakan belok knnnn. Jika nrus helnk kanan dnri suatu pendekat yang ditinjau
dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fas~ ynng sama dengan arus berangkat lurus dan belokkiri dari pendekat tersebut (seperti Kasus 1 dalam Gamhnr 1.2:3), maka arus berangkat tersebut
2 - 4
.._
dianggap sebagai terlawan. Jika tidak ada arus helnk kanan dari pendekat-pendekat tersebut, atau
jika arus belok kanan diherangkatkan ketika lalu-lint<L<; lur us dari arah berlawanan sedang menghadapi
. merah (seperti dalam kasus 5 dan 6 pada Gambar 1.2:3), arus berangkat tersebut dianggap sebagai
terlindung. Pada kasus 2 dan 3 arus berangkat dari p endekat Utara adalah terlawan sebagian dan
terlindung sebagian. Pada kasus 4 arus berangkat dari pe ndekat Utara dan Selatan adalah terlindung,
sedangkan dari pendekat Timur dan Barat adalah terla-.::v<m.
T
Kasus
1.
t~.\
\HH--1:1
[]
-~
-!=--;
-' - - - { -
(
Gam bar 1.2:3 Pengaturan-pengaturan
t~1se
...
Karakteristik
Pengaturan dua fase,
hanya kontlik-kontlik
primer yang dipisahkan.
2.
3.
4.
5.
6.
e-
sinyal
2 - 5
1.3
Notasi, istilah dan detinisi khusus untuk simpang bersinyal terdapat dibawah (lihat juga definisi umum
pada Bab l,Bagian 4).
emp
EKIVALEN MOBIL
PENUMPANG
smp
SATUAN MOBIL
PENUMPANG
Type 0
ARUS BERANGKAT
TERLAWAN
Type P
LT
BELOK KIRI
LTOR
ST
LURUS
RT
BELOKKANAN
PEMBELOKAN
PRT
2 - 6
ORro
ARUS MELAWAN, BELOK Arus dari lalu-lintas belok kamm dari pendekat yang
KANAN
berlawanan (kend./jam; smp/jam).
ARUSJENUH
Besarnya keberangkatan antrian didaJam suatu pendekat selama knndisi yang ditentukan (smp/jam hijau).
DS
DERAJAT KEJENUHAN
FR
RASIO ARUS
IFR
PR
RASIO FASE
KAPASITAS
FAKTOR PENYESUAIAN
TUNDAAN
QL
PANJANG ANTRIAN
NQ
ANTRIAN
NS
ANOKA HENTI
2 -
e-
Psv
RASIO KENDARAAN TER- Rasio dari arus lalu-lintas yang terpaksa berhenti
HENTI
sebelum mdewati garis henti akibat pengendalian
sinyal.
PENDEKAT
WA
LEBARPENDEKAT
WMASUK
LEBAR MASUK
WKELUAR
LEBAR KELUAR
We
LEBAR EFEKTIF
JARAK
GRAD
LANDAI JALAN
KONDISI LINGKUNGAN
COM
KOMERSIAL
RES
PERMUKIMAN
RA
AKSES TERBATAS
cs
UKURAN KOTA
2 - 8
SF
HAMBATAN SAMPING
WAKTU SIKLUS
WAKTU HIJAU
gmax
WAKTUHIJAU
MAKSIMUM
gmin
WAKTUHIJAU
MINIMUM
GR
RASIO HIJAU
ALL-
RED
IG
ANTAR HIJAU
LTI
WAKTU HILANG
2 - 9
2.
METODOLOGI
2.1
PRINSIP UMUM
Metodologi untuk analisa simpang bersinyal yang diuraikan di bawah ini, didasarkan pada
prinsip-prinsip utama sebagai berikut :
a) Geometri
Phase A
secara
Perhitungan
dikerjakan
terpisah untuk setiap pendekat. Satu
lengan simpang dapat terdiri lebih
dari satu pendekat, yaitu dipisahkan
menjadi dua atau lebih sub-pendekat.
Hal ini terjadi jika gerakan belokkanan dan/atau belok-kiri mendapat
sinyal hijau pada fase yang berlainan
dengan Jalu-lintas yang lurus, atau
jika dipisahkan secara fisik dengan
pulau-pulau
lalu-lintas
dalam
pen de kat.
+
Phase 8
).ci
Phase C
.f
.'.,.
t.;..
I
I
;;
~
~,
r
----.
I
I
Untuk masing-masing pendekat atau suh-pendt:kat Iebar efektif (WJ ditetapkan dengan
mempertimbangkan denah dari bagian masuk dan ke luar suatu simpang dan distribusi dari
gerakan-gerakan membelok.
b)
Arus lalu-lintas
Perhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu at au lt:hih peri ode, misalnya didasarkan pada kondisi
arus lalu-lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sort:.
Arus Jalu-lintas (Q) untuk setiap gerakan (helnk-kiri Q1:r lurus QST dan belok-kanan QRT) dikonversi
dari kendaraan per-jam menjadi s~ttuan mobil pt:numpang (smp) per-jam dengan menggunakan
ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pt:ndekat terlindung dan terlawan:
Jenis Kendaraan
Terlawan
1,0
1,0
1,3
0,4
1,3
0,2
2 - 10
c)
Model dnsCir
C=
S xg/c
(1)
di mana:
C=
Kapasitas (smp/jam)
S
Arus Jenuh, yaitu ams berangkat rata-rata dari antrian dalam pendekat selama sinyal
hijau (smp/jam hijau smp per-jam hijau)
Waktu hijau (det).
g
Waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang Jengkap (yaitu
c=
antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama)
Oleh karena itu perlu diketahui atau ditentukan waktu sinyal dari simpang agar dapat menghitung
kapasitas dan ukuran perilaku Jalu-Jintas Jainnya.
Pada rumus (I) di atas, arus jenuh dianggap tetap selama waktu hijau. Meskipun demikian dalam
kenyataannya, arus berangkat mulai dari 0 pada awal waktu hijau dan mencapai nilai puncaknya
setelah 10-15 detik. Nilai ini akan menurun sedikit sampai akhir waktu hijau, lihat Gambar 2.1:1 di
bawah. Arus berangkat juga terus berlangsung selama waktu kuning dnn merah-semua hingga turun
menjadi 0, yang biasanya tt::rjadi 5- 10 t.lc::tik setdah awal sinyal merah.
,_
::::>
<
:::::;.
7~r-----------------~----------------~----------~~----------------~----~--------~----~-----,
!:!=
<
~
::E
fJ)
3W7
Gambar 2.1:1 Arus jenuh yang diamati per selang waktu enam detik
2 - 11
..
...'
Permulaan arus berangkat menyebabkan terjadinya apa yang disebut sebagai 'Kehilangan awal' dari
waktu hijau efektif, arus berangkat setelah akhir waktu hijau menyebabkan suatu 'Tambahan akhir'
dari waktu hijau efektif,lihat Gambar 2.1 :2. Jadi besarnya waktu hijau efektif, yaitu lamanya waktu
hijau di mana arus berangkat terjadi dengan besaran tet;~p sebesar S, dapat kemudian dihitung sebagai:
Waktu Hijau Efektif = Tampilall M'aktu hijau - Kehilangan awal + Tambahan akhir
(2)
tU
-g..c
a. ::I
c
c Q)
a.
.!
--...
c ::1
c
Ill Q)
c
-,
I
Leagkuo. aJUS
sesuugg uya
...
Q)
.J:J
'i:
Anasjeuull
Ill "0
Q) 0
- :';!~-~:i
Tambabaa akhir
~ a.
Q)
...tU
g)
Q)
Leagkua& ~arasefeklif
Ill ::1
I ll Ill
.:.t
Cl
::1
I ll
::1
g)
~\
J
Ultar hija u,
Waktu
-1
Fase-fase
autuk ger.akaa
Fase-fase uatuk
gerakaa r.aag
llerkouflik
Fi (waktu g nti
awal fa, e)
J
T
c:::=:J
111111111111111
merah
hijau
kuning
Melalui analisa data lapangan dari seluruh simpang yang disurvai telah ditarik kesimpulan bahwa
rata-rata besarnya Kehilangan awal dan Tamhahan akhir, keduanya mempunyai nilai sekitar 4,8 detik.
Sesuai dengan rumus (1a) di atas, untuk kasus standard, hesarnya waktu hijau efektif menjadi sam a
dengan waktu hijau yang ditampilkan. Kesimpulan dari analisa ini adalah bahwa tampilan waktu hijau
dan besar arus jenuh puncak yang diamati dilapangan untuk masing-masing lokasi, dapat digunakan
pada rumus (1) di atas, untuk menghitung kapasitas pendekat tanpa penyesuaian dengan kehilangan
awal dan tambahan akhir.
2 - 12
Arus jenuh (S) dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian uari arus jenuh dasar (S 0 ) yaitu arus jenuh
pada keadaan standar, dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi sebenamya,
dari suatu kumpulan kondisi-kondisi (ideal) yang telah ditetapkan sebelumnya
(3)
Untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari Iebar efektif pendekat (WJ:
(4)
Penyesuaian kemudian dilakukan untuk kondisi-kondisi berikut ini :
Ukuran kota
CS, jutaan penduduk
Hambatan samping SF, kelas hambatan samping dari lingkungan jalan dan kendaraan tak
bermotor
G,% naik(+) atau turun (-)
Kelandaian
Parkir
P, jarak garis henti - kendaraan parkir pertama.
Gerakan membelok RT, % belok-kanan
LT, % belok-kiri
Untuk pendekat terlawan, keberangkatan dari antrian sangat dipengaruhi oleh kenyataan bahwa
sopir-sopir di Indonesia tidak menghormati "aturan hak jalan" dari sebelah kiri yaitu
kendaraan-kendaraan belok kanan memaksa menerohos lalu-Iintas lurus yang berlawanan. Modelmodel dari negara Barat tentang keberangkat<m ini, yang didasarkan pada teori "penerimaan celah"
(gap - acceptance), tidak dapat diterapkan. Suatu model penjelasan yang didasarkan pada pengamatan perilaku pengemudi telah dikembangkan dan diterapkan dalam manual ini. Apabila terdapat
gerakan belok kanan dengan rasio tinggi, umumnya menghasilkan kapasitas-kapasitas yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan model Barat yang sesuai. Nilai-nilai smp yang berbeda untuk
pendekat terlawan juga digunakan seperti diuraikan diatas.
Arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari Iebar efektif pendekat (We) dan arus lalu-lintas belok
kanan pada pendekat tersebut dan juga pada pendekat yang berlawanan, karena pengaruh dari
faktor-faktor tersebut tidak linier. Kemudian dilakukan penyesuaian untuk kondisi sebenamya
sehubungan dengan Ukuran kota, Hambatan samping, Kel<mdaian dan Parkir sebagaimana terdapat A
dalam rumus 2 di atas.
,.,
d)
Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metoda
Webster (1966) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang. Pertama-tama ditentukan
waktu siklus (c), selanjutnya waktu hijau (g;) pada masing-masing fase (i).
WAKTU SI KLUS
(5)
2 - 13
di mana:
c
LTI
FR
Jika waktu siklus tersebut lebih kecil dari nilai ini maka ada risiko serius akan terjadinya lewat jenuh
pada simpang tersebut. Waktu siklus yang terlalu panjang akan menyebabkan meningkatnya tundaan
rata-rata. Jika nilai ~(FRcri.) mendekati a tau lebih dari 1 maka simpang tersebut aaalah Iewat jenuh
dan rumus tersebut akan menghasilkan nilai waktu siklus yang sangat tinggi a tau negatif.
WAKTUHIJAU
(6)
di mana:
Kinerja suatu simpang bersinyal pada umumnya lehih peka terhadap kesalahan-kesalahan dalam
pembagian waktu hijau daripada terhadap terlalu panjangnya waktu siklus. Penyimpangan kecilpun
dari rasio hijau (g/c) yang ditentukan dari rumus 5 dan 6 diatas menghasilkan bertambah tingginya
tundaan rata-rata pada simpang tersebut.
e)
Kapasitas pendekat diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c) pada masingmasing pendekat, lihat Rumus (1) di atas.
Derajat kejenuhan diperoleh sebagai:
(7)
t)
Berbagai ukuran perilaku lalu-Iintas dapat ditentukan berdasarkan pada arus lalu-Iintas (Q), derajat
kejenuhan (DS) dan waktu sinyal (c dan g) sebagaimana diuraikan di bawah:
PANJANG ANTRIAN
Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa
dari fase hijau sebelumnya (NQ 1) ditambah jumlah smp yang datang selama fase merah (NQ 2) :
(8)
2 - 14
dengan
NQ, 0,25
[(DS - 1)
(DS-1)'
8><~-0,5)]
(8.1)
jika
NQ
1 - GR
1 - GR X DS
_g_
3600
(8.2)
dim ana:
NQ 1 jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.
NQ 2 jumlah smp yang datang selama fase merah.
DS
derajat kejenuhan
GR rasio hijau
c
waktu siklus ( det)
C
kapasitas (smp/jam) = arus jenuh kali rasio hijau (S x GR)
Q
arus lalu-lintas pada pendekat tersebut (smp/det)
Untuk keperluan perencanaan, Manual memungkinkan untuk penyesuaian dari nilai rata-rata ini
ketingkat peluang pembebanan lebih yang dikehendaki.
Panjang antrian (QL) diperoleh dari perkalian (NQ) dengan luas rata-rata yang dipergunakan per smp
(20m~ dan pembagian dengan Iebar masuk.
QL NQMAX
20
(9)
X ---
WMASUK
ANGKAHENTI
Angka henti (NS), yaitu jumlah berhenti rata-rata per-kendaraan (termasuk berhenti terulang dalam
antrian) sebelum melewati suatu simpang, dihitung sebagai
NS 0,9
NQ
Qxc
3600
(10)
dimana c adalah waktu siklus (det) dan Q arus lalu-lintas (smp/jam) dari pendekat yang ditinjau.
Psv
(11)
= min (NS,l)
2 - 15
TUNDAAN
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal:
1)
TUNDAAN LALU LINTAS (DT) karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya pada
suatu simpang.
2)
TUNDAAN GEOMETRI (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada
suatu simpang dan/atau terhenti karena lampu merah.
(12)
dim ana:
o.
DTj
DGj
Tundaan lalu-lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut (didasarkan pada Akcelik 1988):
DT c
0,5 X (1 - GRJl
(1- GR X DS)
NQJ
3600
(13)
dim ana:
DTj
= Tundaan lalu-lintas rata-rata pada pendekatj (det/smp)
GR
= Rasio hijau (g/c)
OS
= Derajat kejenuhan
= Kapasitas (smp/jam)
C
NQ 1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya (Rumus 8.1 diatas).
Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh
faktor-faktor "luar" seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir, pengaturan
oleh polisi secara manual dsb.
Tundaan ~eometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut :
(14)
dim ana:
Tundaan geometri rata-rata pad a pendekat j (det/smp)
DGj
Psv
= Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT
= Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti dan 4 detik untuk yang berhenti didasarkan
anggapan-anggapan: 1) kecepatan =40 km/jam; 2) kecepatan belok tidak berhenti = 10 km/jam;
3) percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det 2; 4) kendaraan berhenti melambat untuk meminimumkan
tundaan, sehingga menimbulkan hanya tundaan percepatan.
2 - 16
Arus berangkat terlindung dari pendekat ht:rsinyal y:1itu tidak adanya knntlik antara kend;Jraan hdnk
kanan dengan lalu-lintas d;Jri arah yang herlawan;lll.
Pada pt:ndekat terlindung tanpa mt:dian, kendar;Ian heiPk kanan sering kali menggunakan lajur-lawan
ketib meng;1mhil gilir;Jnnya.
2 -
17
Pada pendekat terl<twan, kendaraan hdok kanan hiasanya tidak menghnrmati hak pemakaian jalan hagi
lalu-lintas lurus.
Jika tidak ada median, kendaraan-kendaraan helok k;tn;tn menutup linta.san dari gerakan lalu-lintas
Jurus dengan "memotong" jalur yang herlawan;m.
2 -
18
2.2
PEDOMAN PENGGUNAAN
2.2.1
Manual dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan dan jenis perhitungan untuk simpang bersinyal
sebagaimana dicontohkan di bawah:
a)
Perancangan
Diketahui:
Tugas:
Contoh:
b)
Perencanaan
Diketahui:
Tugas:
Contoh:
c)
Pengoperasian
Diketahui:.
Tugas:
Contoh:
Waktu sinyal yang dihitung dengan manual ini disarankan untuk sinyal dengan kendali waktu-tetap
bagi kondisi Jalu-lintas yang digunakan sebagai data masukan. Untuk keperluan pemasangan di
Japangan, supaya berada pada sisi yang aman terhadap fluktuasi lalu-lintas, maka disarankan suatu
penambahan waktu hijau sebesar 10% seec1ra proporsional dan penambahan waktu siklus yang
sepadan. Jika penentuan waktu digunakan untuk pengaturan aktuasi lalu-lintas waktu hijau
maksimum sebaiknya ditentukan 25-40% Jebih besar dari pada waktu hijau jika menggunakan kendali
waktu-tetap.
Metoda penentuan waktu sinyal dapat juga digunakan untuk menentukan waktu siklus minimum pada
suatu sistem koordinasi sinyal dengan waktu tetap (yaitu seluruh sistem akan beroperasi dengan
waktu siklus tertinggi y<mg dibutuhkan untuk saiHh SHtu simpangnya).
Bagian 2.3 PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS memberikan saran tentang pemilihan tipe
pengaturan dan situasi sebagHi masukan untuk herbagai tingkat analisa rinci yang berbeda.
Metodologi yang digunakan padH mHsing-masing tingkHt pHda dasamya adalah sama, yaitu
menghitung waktu sinyal, kapasitas dan kualitas lalu-lintas untuk kumpulan data masukan yang
berurutan sampai diperoleh suntu penyelesnian yHng memuaskan bagi persoalan yang diberikan.
2 - 19
2.2.2
Nilai Normal
Pada tingkat operasional (c di atas) semua data masukan yang diperlukan pada umumnya dapat
diperoleh karena perhitungan-perhitungan merujuk ke pada simpang bersinyal yang telah ada. Tetapi
untuk keperluan perancangan dan perencanaan sejumlah anggapan harus dibuat agar dapat
menerapkan prosedur-prosedur perhitungan yang diuraikan pada Bagian 3. Pedoman awal
sehubungan dengan anggapan dan nilai nonnal untuk digunakan dalam kasus-kasus ini diberikan
dibawah:
a)
Arus lalu-lintas
Jika hanya arus lalu-lintas harian (LHRT) saja yang ada tanpa diketahui distribusi lalu-lintas pada
setiap jamnya, maka arus rencana per jam dapat diperkirakan sebagai suatu persentase dari LHRT
sebagai berikut:
Tipe kota danjalan
Faktor persen k
k x LH RT = arus rencana/jam
7-8%
8-9%
8- 10%
9-12%
Jika distribusi gerakan membelok tidak diketahui dan tidak dapat diperkirakan, 15% belok-kanan
dan 15% belok-kiri dari arus pendekat total dapat dipergunakan (kecuali jika ada gerakan membelok
tersebut yang akan dilarang):
Nilai-nilai normal untuk komposisi lalu-lintas herikut dapat digunakan bila tidak ada taksiran yang
lebih baik:
Ukuran kota
Juta penduduk
> 3 juta
1 - 3 juta
0,5- 1 juta
0,1 - 0,5 juta
< 0,1 juta
Rasio
kendaraan
Kendaraan ringan
Kendaraan berat
LV
HY
MC
tak bermotor
(UM/MV)
60
55,5
40
63
63
4,5
3,5
3,0
2,5
2,5
35,5
41
57
34,5
34,5
0,01
0,05
0,14
0,05
0,05
2 -
20
Sepeda motor
b)
Jika jumlah dan jenis fase sinyal tidak diketahui, maka pengaturan dengan dua-fase sebaiknya
digunakan sebagai kasus dasar. Pemisahan gerakan-gerakan belok kanan biasanya hanya dapat
dipertimbangkan kalau suatu gerakan membelok melebihi 200 smp/jam.
Wnktu nntnr hijau sebaiknya ditentukan dengan menggunakan metodologi yang diuraikan pada
langkah B-2. Untuk keperluan perancangan dan simpang simetris nilai normal berikut dapat
digunakan (lihat juga langkah C dibawah):
Ukuran simpang
Kecil
Sedang
Besar
c)
6-9 m
10- 14m
>15m
Lebar pendekat
Panduan rekayasa lalu-lintas pada bagian 2.3 di bawah memberikan saran pemilihan tipe simpang,
jumlah lajur dan fuse sinyal yang dapat digunakan sebagai anggapan awal dalam ailalisa rinci. Untuk
perencanaan simpang baru, pemilihnn sebaiknya clidasmkan terutama pada pertimbangan ekonomis
(bagian 2.3.3b). Untuk analisa operasional 'simpang yang sudah ada' pemilihan terutama didasarkan
pada perilaku lalu-lintas (hagian 2.3.3c), biasanya dengan tujuan untuk memastikan agar derajat
kejenuhan pada jam puncak tidak lebih besar dari 0,75.
2 - 21
-~----
---
-----:-.--~~~.:-:7-
.. -:::---:-..----- . . -
.:-~ __-. ~:
Rasio sepeda motor yang sangat tinggi di kota-kota di Indonesia menyebahkan timbulnya kdompok
sepeda motor yang besar, mengumpul pada garis henri sehdum awal sinyal hijau.
2 -
22
2.3
2.3.1
Tujuan
Tujuan Bagian ini adalah untuk membantu para pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang
sesuai dengan masalah-masalah umum perancangan, perencanaan, dan operasional dengan
menyediakan saran-saran mengenai tipe dan denah standar simpang bersinyal yang layak dan
penerapannya pada berbagai kondisi arus. Disarankan untuk perencanaan simpang baru sebaiknya
didasarkan pada analisa biaya siklus hidup dari perencanaan yang paling ekonomis pada arus lalu-lintas
tahun dasar yang berbeda, lihat bagian 2.3.3b. Infonnasi ini dapat digunakan sebagai dasar pemilihan
asumsi awal tentang denah dan rencana yang diterapkan jika menggunakan metodeperhitungan rinci
seperti diterangkan pada Bagian 3 dari Bab ini.
Untuk analisa operasional dan peningkatan simpang yang sudah ada, saran diberikan dalam bentuk
perilaku lalu-Iintas sebagai fungsi arus pada keadaan standar, lihat Bagian 2.3.3c. Rencana dan bentuk
pengaturan lalu-Iintas harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi nilai yang
dapat diterima (biasanya 0,75). Saran-saran juga diberikan mengenai masalah berikut yang berkaitan
dengan rencana detail dan pengaturan lalu-lintas:
Dampak terhadap keselamatan lalu-lintas dan asap kendaraan akibat perubahan perencanaan
2.3.2
Buku Standar Spesifikasi Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Direktorat Jenderal Bina
Marga, Maret 1992) mencantumkan panduan umum untuk perencanaan simpang sebidang. Infonnasi
lain yang berhubungan terutama tentang marka jalan terdapat pada buku "Produk Standar untuk Jalan
Perkotaan" (Direktorat Jenderal Bina Marga, Februari 1987).
Dokumen ini mencantumkan parameter-parameter pere_ncanaan untuk simpang-simpang berbagai
kelas jalan, tetapi tidak menentukan jenis simpang tertentu. Sejumlah jenis-jenis simpang ditunjukkan
pada Gambar 2.3.2:1-2 dan Tabel 2.3.2:1 dibawah untuk penggunaan khusus pada Bagian panduan
ini.
Semua jenis simpang dianggap mempunyai kereb dan trotoar yang cukup, dan ditempatkan pada
daerah perkotaan dengan hambatan samping yang sedang.
Semua gerakan membelok dianggap diperbolehkan dan beberapa gerakan membelok adalah gerakan
yang terus menerus (Belok kiri langsung = LTOR) jika ditunjukkan seperti pada Tabel 2.3.2:1.
Metode perhitungan rinci dalam manual ini juga mernungkinkan analisa jalan satu arah.
Pengaturan lalu-lintas (pada simpang terisolir) dengan waktu tetap dianggap menggunakan fase sinyal
seperti disarankan dalam Tabel 2.3.2:1 (lihat Gam bar 2.3.2:3). Lihat juga Bagian 2.3.5 untuk
penjelasan jenis-jenis pengaturan sinyal.
2 - 23
MKJI:SIMPANG BERSINYAL
412
422
422L
444
i;;;
- -
II
- - ....
!31..-
-~-
...... IE
-~
~=
-- --
~~
II
'II
II
II
433
~
mlo
......
- -- --
~ 1"!111'
I
i
I
4Z3
II
II
iij-
8-
-a
-EJ
Gambar 2.3.2:1
.322
312
311
.,...
0
323
.., -
333:,
333
=>
II
&=
2 - 24
Pend~kat !alan
lmh,fa!Cf!'
Kod~
Jumlah
LT/RTllo
jmls
lalur
laju_r
Jumlah
minor
M<'dlan LTOR
Pmdf'kat alanutama
MNian LTOR
Jumlah
Jumlah
liur
lalur
10/10
'151'15
N
N
N
N
42
42
311
42
42
312
42
42
322
42
42
43A
44C
43C
448
323
333
2
2
y
y
y
333L
3'
y
y
y
y
y
y
y
3
3
y
y
y
N
44C
44C
y
y
y
y
N
y
y
y
y
y
N
y
44C
y
y
44C
44C
411
412
422
422L
423
433
2
3
y
y
y
434
3
4
444
444L
4451.
4551.
5
5
4331.
N
N
y
y
44C
~
~.
.l
~!'-.
:;~
--1-{ I~
1l
~I\.
10/10
25/25
N
N
N
N
32
32
32
32
32
2
3
y
y
y
33
33
33
33
33
33
N
N
448
448
448
448
448
448
:=:1=..:::;
\_
==-F --+
l
!'-.
--1-{ r- -(--(
'J-1--
!Jenlsfa~
LT/RTllo
Tabel2.3.2:1
1-t---
f-
-1-{
=-=-F
/[ ~ r: ~ ~ A~ r: ~
,11rB0rn~ ~rn~ I!
42
Gambar 2.3.2:3
44A
44B
44C
2 - 25
Legenda:
_ gerakan kendaraan
----- gerakan pejalan kald
32
2.3.3
a)
Urn urn
Pada umumnya sinyallalu-lintas digunakan dengan satu atau lebih alasan berikut ini:
Untuk menghindari kemacetan sebuah simpang oleh arus lalu-lintas yang berlawanan, sehingga
kapasitas simpang dapat dipertahankan selama keadaan lalu-lintas puncak.
Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu-lintas yang disebabkan oleh tabrakan antara
kendaraan-kendaraan yang berlawanan arah. Pemasangan sinyal lalu-Iintas dengan alasan
keselamatan lalu-Iintas umumnya diperlukan hila kecepatan kendaraan yang mendekati
simpang sangat tinggi dan/atau jarak pandang terhadap gerakan lalu-Iintas yang berlawanan
tidak memadai yang disebabkan oleh bangunan-bangunan atau tumbuh-tumbuhan yang dekat
pada sudut-sudut simpang.
Untuk mempermudah menyeberangi jalan utama bagi kendaraan dan/atau pejalan kaki dari
jalan minor.
Pemasangan sinyallalu-lintas tidak selalu menambah kapasitas dan keselamatan pada sebuah simpang.
Penggunaan metoda yang ditunjukkan pada bab ini dan bab-bab lainnya dalam manual ini
memungkinkan perkiraan dampak pemasangan sinyal terhadap kapasitas dan ukuran kinerja bila
dibandingkan dengan pengaturan simpang tak bersinyal atau bundaran.
b)
Pertimban~an
ekonomi
Saran mengenai tipe simpang yang paling ekonomis (simpang bersinyal, simpang tak bersinyal
atau bundaran) yang berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) ditunjukkan dalam bab 1, bagian
5.2.1b.
Perencanaan simpang bersinyal baru yang paling ekonomis ( empat lengan atau tiga lengan) sebagai
fungsi arus total tahun-1 (kend/jam), rasio jalan utama I minor, rasio belok kiri/kanan dan ukuran kota
ditunjukkan pada Tabel2.3.3:1 dibawah.
Gambar 2.3.3:1 menunjukkan informasi yang sam a sebagai fungsi arus lalu-lintas tahun-1 pada jalan
yang perpotongan (dua-arah) untuk keadaan dengan ukuran kota 1-3 juta dan rasio arus belok kiri
dan kanan 10 %. Gambar menunjukkan bahwa simpang empat lengan yang simetris dengan 1lajur
tiap pendekat adalah yang paling ekonomis untuk arus dibawah 2.000 kend/jam (1.000 kend/jam pada
masing-masingjalan). Untuk arus antara 2.000 dan 3.400 kend/jam, simpang sebaiknya mempunyai
2lajur per pendekat. Untuk arus antara 3.400 dan 3.800 kend/jam, diperlukan 3 lajur per pendekat,
untuk arus antara 4.000 dan 4.600 kend/jam, diperlukan empat lajur per pendekat dan seterusnya.
Diluar daerah perkotaan harga pembebasan tanah lebih rendah, yang memungkinkan simpang yang
lebih besar, tetapi kecepatan rencana biasanya lebih tinggi, yang menyebabkan rencana simpang yang
lebih luas untuk tipe yang sama menurut pedoman standar Bina Marga.
2 - 26
Kondisi
m.-uran
kota
Quia)
(Q,./0;)
1,0-3,0
1/1
0,5-1,0
0,1-0,5
1,5/1
2/1
1/1
1/1
LT/RT
Jenis simpang
412
422
422L
<2.050
<1.800
<1.900
<1.900
<2.050
<2.050
2.850
1.900
1.900
2.050
1.800
2.400
2.300
2.050
2.050
3.000
2.950
2.850
3.100
311
312
322
323
333L
1.500
1.600
1.500
1.350
2.200
2.200
1.500
1.500
2.550
2.550
2.550-3.900
1.900-3.650
3.000
3.150
2.550-4.300
. 2.550-3.900
411
1,0-3,0
1/1
0,5-1,0
0,1-0,5
1,5/1
2/1
1/1
1/1
10/10
25!25
10/10
10/10
10!10
10/10
10/10
25!25
10/10
10/10
10/10
10/10
..:1.500
<1.350
<1.350
<1.600
<1.500
<1.500
423
433
433L
3.100
2.300
3.250
3.100
3.100
3.350
2.700
3.400
3.500
3.900
3.350
434L
444
3.900
3.900
3.900
4.100
4.300
4.100
3.900
444L
.
.
.
.
445L
455L
.
.
4.600-5.050
4.100-5.850
4.750-5.050
4.750-5.250
5.050-5.700
4.600~5.050
333
.
.
3.800-4.100
3.900-4.100
Penjelasan:
Rasio
LT/RT
Persen arus hdok kiri dan kanan (10/10 artinya pada masing-masing pendekat 10%
belok kiri dan 10% belok kanan)
Tipe simpang Jumlah lengan simpang/jumlah lajur per pendekat jalan minor/jumlah lajur per
pendekat jalan utama.
Contoh 412 artinya simpang4-lengan dengan 1 lajur pada pendekat minor dan 2 lajur
pada pendekat utama.
Tabel2.3.3:1 Panduan pemilihan simpang bersinyal yang paling ekonomis di daerah perkotaan,
konstruksi baru
2 - 27
CfJ
<
1000
1500
2000
2500
3000
3500
li
:::1
..5.
o~--~~-r~~~~~~~~~~~~4-~~~-+~~~~~~~~4-~~~~
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
28
c)
Tujuan analisa perencanaan dan operasional (untuk meningkatkan) simpang bersinyal yang
sudah ada, biasanya untuk penyesuaian waktu sinyal dan untuk perbaikan kecil pada geometri
simpang agar perilaku lalu-lintas yang diinginkan dapat dipertahankan baik pada ruas jalan maupun
padajaringanjafan bersinyal. Tundaan rata-rata (det/smp) sebagai fungsi rasio arus/kapasitas simpang
bersinyal diberikan dalam Tabel 2.3.3:2 dan Gam bar 2.3.3:2-3 dibawah, dengan anggapan fase sinyal
dan pengendalian waktu tetap yang terisolir seperti diterangkan pada bagian 2.3.2. Hasilnya
menunjukkan kapasitas kira-kira, faktor-smp, dan rentang perilaku lalu-lintas masing-masing tipe
simpang. Hasil tersebut dapat digunakan untuk perancangan atau untuk pemilihan anggapan; misalnya
dalam analisa perencanaan dan operasional untuk peningkatan simpang yang sudah ada. Dalam hal
demikian sebaiknya perlu berhati-hati untuk tidak mdewati rasio arus/kapasitas = 0,75 selama jam
puncak tahun rencana.
IKeadaan
LT/RT
10/10
25/25
10110
25/25
QIC
423
411
412
422
422L
433
2700 3500 4200 4500 4300 4400
0 7645 0 7645 0 7645 0 7645 0.7372 0 6825
9
9
9
9
13
25
0
9
9
0,25
10
10
13
26
13
12
17
0,50
10
II
34
17
17
0,75
18
19
43
25
47
61
70
.84
42
59
1
2300 2900 3400 4400 3900 4100
0,7645 0 7645 0 7645 0,7645 0.7098 0,6825
9
17
10
10
10
25
0
9
10
18
0,25
10
10
26
10
12
12
22
30
0,50
11
]l)
)I{
41}
34
II
0,75
15
(l()
XX
39
43
43
124
1
322
323
333
333L
311
312
2200 3200 3600 4100 5100 5 )()(}
0 7235 0 7235 0 7235 0,6825 0,6825 0,6825
15
17
9
10
10
15
0
}C)
0,25
10
10
16
16
10
12
13
19
23
0,50
11
18
20
33
0,75
18
20
28
26
48
83
63
62
65
66
1
1900 2500 2800 3900 4400 4900
0 7235 0 7235 0 7235 0 6H25 0 6H25 0 6825
14
18
14
0
10
10
10
11
15
18
0,25
10
10
15
IX
11
11
22
0,50
12
18
17
27
34
0,75
16
17
26
78
48
38
38
62
68
1
433L''
5100
0.6825
23
24
31
38
93
5400
0 6825
20
21
24
3H
82
434
444
444L 445L
5400 6100
5100 6000
06825 06825 0.6825 0 6825
24
23
25
23
24
27
26
24
33
31
31
30
40
42
42
38
84
94
87
93
4800 5400 5400 6800
0,6825 06825 0.6825 0 6825
20
25
26
20
27
21
21
26
24
25
33
32
38
40
52
51
82
83
133
128
455L
6800
0,6825
24
25
29
40
88
8200
0,6825
21
22
26
37
83
Tabel 2.3.3:2 Perilaku lalu-lintas pada simp;mg 4 dan 3 lengan, ukuran kota 1 - 3 juta rasio arus
utama/minor = 1/1
2 - 29
+
"' ...
f--+ . -! ----+-f--+
..
..
. -::::.
:2.~.
r--
-f--
.lo ..
:2.!!
:!
4 ..
~.
"":1
'tl
....
..
e- ..
~ ...
.
c
=
c
.:
:J.
r-.
- - - - -
- -
..
1--r-
-~-
a--
-+--
i*
c..-
E,..
.... ..
-e
:2.
.!!
!!.
:!
4 ..
';
.... .
c
=..
.: ..
- - - - - -
~
.:-
-...
--
t: ..
e ..
c.
---
!-
!!
l!
~-
!!
!!
:!
:!!
.. .
c
:!
:!!
c.
"":1 ..
'tl
c ..
.:
- -
- -
Gambar 2.3.3:2
30
e-
:J
- - -
!-
Ukuran
~ota:
E,.
"'. ...
:;:,
.3
---+
. .
..
~
.. ..
.: .
..
..3
+--- ... L.
.. .. ---+-- --+--." ..
--+-
-:;"
';-
c:
c:
;:
-~
c: ..
f -- h
c:
-t--+-
1-
......
...... ...
;.....
g-..
i
'"
....
l! ..
.. ...
..
.: ....
~
..3
:!
:.!
c:
""
'tl
c:
!-.
c:
:s
..
- -
--
.......
t-...
....
. ...
~
'tl
.!!
..3
:.!
:!
..; ,.
l!
:!
""
- ............. -
'tl
.3 ..
:!
c:
c:
- .. - - -
t
....
..
U)
':::>
.3
:.!
.... ..
..
c:
:s
!-
.: .
'tl
- - - - Arus
Gambar 2.3.3:3
--
31
ur- (kenol/)am)
d)
Pertjmban~an
keselamatan lalu-lintas
Angka kecelakaan lalu-lintas pada simpang bersinyal diperkirakan sebesar 0,43 kecelakaan/juta
kendaraan dibandingkan dengan 0,60 pada simpang tak bersinyal dan 0,30 pada bundaran.
DAMPAK PERENCANAAN GEOMETRI
Sinyal lalu-lintas mengurangi jumlah kecelakaan pada simpang dengan empat lengan
dibandingkan dengan simpang dengan tiga lengan
Kanalisasi gerakan membelok (lajur terpisah dan pulau-pulau) juga mengurangi jumlah
kecelakaan
DAMPAK KESELAMATAN AKIBAT PENGATURAN SINYAL
Pertjmban~an lin~kun~an
Tidak ada data empiris dari Indonesia tentang emisi kendaraan pada saat pembuatan manual ini. Asap
kendaraan dan emisi kebisingan umumnya berkurang dalam keadaan-keadaan berikut:
Pengaturan sinyal terkoordinasi dan/atau sinyal aktuasi kendaraan akan mengurangi asap
kendaraan dan emisi kebisingan bila dibandingkan dengan pengaturan sinyal waktu tetap untuk
simpang terisolir.
Waktu sinyal yang efisien akan mengurangi emisi.
2.3.4
Perencanaan rinci
Sebagai prinsip umum, simpang bersinyal bekerja paling efektif apabila simpang tersebut dapat
beroperasi dengan moda dua fase Uenis fase 42 dan 32) dan bila keadaan-keadaan berikut dipenuhi:
Daerah kontlik didalam daerah simpang adalah kecil
Simpang tersebut simetris, artinya jarak dari garis stop terhadap titik perpotongan untuk
gerakan Jalu-lintas yang berlawanan adalah simetris
Lajur bersama untuk lalu-Jintas lurus dan membelok digunakan sebanyak mungkin
dibandingkan dengan lajur terpisah untuk lalu-lintas membelok
2 - 32
Gambar 2.3.4:1
23.5
Pen~aturan waktu tetap umumnya dipilih hila simpang tersebut merupakan bagian dari sistim sinyal
lalu-Iintas terkoordi nasi.
Pengaturan sinyal semi aktuasi (detektor hanya dipasang p;:1da jalan minor a tau tombol penyeberangan
pejalan kaki) umumnya dipilih hila simpang tersehut terisolir dan terdiri dari sebuah jalan minor atau
penyeberangan pejalan kaki dan berpotnngan dengan sehuah jalan arteri utama. Pada keadaan ini
sinyal selalu hijau untukjalan utam;:J hila tidak ada kehutuhan dari jalan minor.
Pen~aturan sinyal aktuasi penuh adalah mnda pengaturan yang paling etisien untuk simpang terisolir
diantara jalan-jalan dengan kepenting;m dan kehutuhan lalu-lintas yang sam a atau hampir sam a.
2 - 33
e
'
Pen~aturan
sjnyal terkoordinasj umumnya diperlukan bila jarak antara simpang bersinyal yang
berdekatan adalah kecil (kurang dari 200 m). Manual ini tidak dapat digunakan pada koordinasi
simpang. Meskipun waktu sinyal untuk simpang tunggal pada sistim terkoordinasi umumnya
berdasarkan waktu sinyal dari pengaturan waktu tetap.
Ease sjnyal umumnya mempunyai dampak yang besar pada tingkat kinerja dan keselamatan lalu-lintas
sebuah simpang daripadajenis pengaturan. Waktu hi lang sebuah simpang bertambah dan rasio hijau
untuk setiap fuse berk-urang bila fase tambahan diberikan. Maka sinyal akan efisien bila dioperasikan
hanya pada dua fuse, yaitu hanya waktu hijau untuk konflik utama yang dipisahkan. Tetapi dari sudut
keselamatan lalu-lintas, angka kecelakaan umumnya berkurang bila konflik utama antara lalu-lintas
belok kanan dipisahkan dengan lalu-lintas terlawan, yaitu dengan fase sinyal terpisah untuk lalu-lintas
belok kanan.
Jika arus belok kanan terlalu besar untuk dilayani dengan sistem 2 fase, langkah selanjutnya adalah
menerapkan hijau awal untuk pendekat ini (dan hijau akhir untuk pendekat lawannya)
Ease (dan lajur) terpisah untuk lalu-lintas belok kanan disarankan terutama pada keadaan-keadaan
berikut:
Pada jalan-jalan arteri dengan batas kecepatan diatas 50 km/jam, kecuali bit a jumlah kendaran
belok kanan kecil sekali (kurang dari 50 kendaraan/jam per arah)
Bila terdapat Jebih dari satu lajur terpisah untuk Ialu-lintas helok kanan pada salah satu
pendekat.
Bila arus belok kanan selamajam puncak melehihi 200 kendaraan/jam dan keadaan-keadaan
berikut dijumpai:
Jumlah lajur mencukupi kebutuhan kapasitas untuk lalu-lintas lurus dan belok kiri
sehingga lajur khusus lalu-lintas helok kanan tidak diperlukan
Jumlah kecelakaan untuk kendaraan belok kanan diatas normal dan usaha-usaha
keselamatan lainnya tidak dapat diterapkan
Belok kjrj lan~sun~ sedapat mungkin digunakan hila ruang jalan yang tersedia mencukupi untuk
kendaraan belok kiri melewati antrian lalu-lintas lurus dari pendekat yang sama, dan dengan aman
bersatu dengan lalu-lintas lurus dari fase lainnya yang masuk ke lengan simpang yang sama.
Pemeriksaan ulan~ waktu sinyal yan~ serin~ (menggunakan program KAJI) adalah tidak mahal bila
untuk menurunkan tundaan dan gas buangan.
Waktu )runin~ sebaiknya dijadikan 5 detik pada sinyal dijalan kecepatan tinggi.
Penempatan tian~ sinyal dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap gerakan lalu-lintas pada simpang
mempunyai dua tiang sinyal:
2 - 34
sebuah sinyal utama ditempatkan dekat garis stop pada sisi kiri pendekat
sebuah sinyal kedua ditempatkan pada sisi kanan pendekat
Denah-denah khas dan penempatan sinyal ditunjukkan pada Figure 2.3.5:1 dibawah.
I
I
~ ~~
lijffi]~
"1m
rn
-[
!::=
=~
......
....
~ ~
ill
I
I
c:>
Q
~
I I
Sinyal kendaraan
Sinyal kendaraan dengan panah
Sinyal pejalan kaki
Gambar 2.3.5:1
Contoh penempatan sinyal utama dan sinyal kedua pada simpang bersinyal
2 - 35
2.4
A-1:
A-2:
sep~rti
~--~t_------~
LANGKAH B: PENGGUNAAN SIGNAL
B-1: Fasc:: sinyal
B-2: Waktu antar hijau dan waktu hi lang
PERUBAHAN
Ubah penentuan fase
sinyal, Iebar pendekat,
aturan membelok dsb.
D-1:
.....
L . - - -.........
~---1 D-2:
LANGKAH D: KAPASITAS
Kapasitas
Keperluan untuk p~rubahan
P~rsiapan
Panjang antrian
Kc::nd(Jraan terh~nti
Tundaan
2 - 36
SIG-11
ARUS Lalu-lintas
SIG-III
SIG-IV
SIG-V
Formulir-formulir tersebut diberikan dalam Iampi ran 2: I pada akhir bab mengenai simpang bersinyal.
2 -
37
MK.Il:SIMPAN<I BERSINYAL
3.
PROSEDUR PERHITUNGAN
Prosedur yang diperlukan untuk perhitungan waktu sinyal, kapasitas dan ukuran kinerja diuraikan di
bawah, langkah demi langkah dalam urutan berikut (lihat juga bagan alir pada gambar 2.2:1 di atas):
lANGKAHA:
DATA MASUKAN
A-1: Geometrik, pengaturan lalu-lintas dan kondisi lingkungan.
A-2: Kondisi arus lalu-lintas
LANGKAH B:
PENGGUNAAN SINYAL
B-1: Fase sinyal
B-2: Waktu antar hijau dan waktu hilang
LANGKAH C:
LANGKAHD:
KAPASITAS
D-1: Kapasitas
D-2: Keperluan untuk perubahan
LANGKAHE:
PERILAKU LALU-LINTAS
E-1:
Persiaplln
E-2:
Panjang antrian
E-3:
Kendaraan tt::rhenti
E-4: Tundaan
Formulir-formulir kosong untuk perhitungan diherikan plldll L1mpiran 2:1, dan contoh-contoh
perhitungan dapat dilihat pada Bllgian 4. Pada dasarnya prosedur yang sama diikuti untuk seluruh
jenis penggunaan sebagaimanll diurllikan dalam Bagian 2.2, dengan perbedllan utama hanya pada
tingkat rincian dari data masukan.
2 - 38
2 - 39
hamhatan
Masukkan tingkat
st~mpin~ (Kolom 3)
ht~mbatan samping:
Tinggi:
Besar arus berangkat patla tempat masuk dan ke luar berkurang oleh karena
aktivitas disamping jalan pada pendekat seperti angkutan umum berhenti,
pejalan kaki herjalan sepanjang atau melintas pendekat, keluar-masuk halaman
disampingjalan dsh.
Rendah:
Besar arus berangkat patla tempat masuk dan keluar tidak berkurang oleh
hambatan samping dari jenis-jenis yang disebut di atas.
Median (Knlom 4)
Masukkan jika terdapat medinn pad;J hagian kanan dari garis henti dnlam pendekat (Ya!fidak)
Kelandajan (knlom 5)
Masukkan kelandaian dalam % (naik = + %; turun =-%)
Belnk kiri lan~sun:; (kolnm 6)
Masukkanjika belok kiri l;mgsung (LTOR) diijink;m (Ya!fidak) pada pendekat tsb (tambahan
untuk menunjukkan h:~l ini dal:m1 diagram fase sehagaimana diuraikan di atas) .
Jt~rak
2 - 40
Tipe kendaraan
Pendekat
terlindung
LV
HV
MC
1,0
1,3
0,2
emp
Pendekat
terlawan
1,0
1,3
0,4
(12)-(14).
Hitung untuk masing-masing pendekat rasio kendaraan belok kiri PLT dan rasio belok kanan
PRT> dan masukkan hasilnya kedalam Kolom (15) dan (16) pada baris yangsesuai untuk arus
LTdan RT:
LT (smp/jam)
PLT = - - - - - - Total (smp/jam)
RT (smp/jam)
PRr=-----Total (smp/jam)
(13)
(14)
(12):
(15)
2 - 41
PROSEDUR
Pilih fase sinyal.
Lihat saran pada Bagian 2.2.2 dan bagian 2.3 diatas. Biasanya pengaturan dua fase dicoba
sebagai kejadian dasar, karena biasanya menghasilkan kapasitas yang lebih besar dan tundaan
rata-rata lebih rendah daripada tipe fase sinyal lain dengan pengatur fase yang biasa dengan
pengatur fase konvensional. Arus berangkat belok-kanan pada fase yang berbeda dari gerakan
lurus-langsung memerlukan lajur ( -lajur RT) terpisah. Pengaturan terpisah gerakan belokkanan biasanya hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan kapasitas jika arus melebihi 200
smpljam. Walau demikian, mungkin diperlukan demi keselamatan lalu-lintas dalam keadaan
tertentu.
Gambarkan fase sinyal yang dipilih dalmn kotak yang disediakan pada Formulir SIG-IV.
Masing-masing rencana fase yang akan dicnha memerlukan formulir SIG-IV dan SIG-V
tersendiri.
2 - 42
Lebar jalan
rata-rata
Ukuran Simpang
Kecil
Sedang
Besar
6-9
4 deti k I fase
5 detik I fase
> 6 dt::tik I fase
Ill
10- 14 Ill
>15m
---~.,.,'/~
./
Keodaraan
yangdataDg
./
./
./
./
Pejalan kaki
yang berangkat
Kendaraan
yang berangkat
Gambar B-2:1 Titik kontlik kritis d<ln jarak untuk keberangkatan dan kedatang<ln
2 - 43
Titik konflik kritis pada masing-masing fase(i) adalah titik yang menghasilkan WAKTU
MERAH-SEMUA terbesar:
(16)
di mana:
~v.LAv =
Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan yang
berangkat dan yang datang (m)
Panjang kendaraan yang berangkat (m)
Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang
(m/det).
Gambar B-2:1 Menggambarkan kejadian dengan titik-titik konflik kritis yang diberi tanda bagi
kendaraan-kendaraan maupun para pejalan kaki yang memotong jalan.
Nilai-nilai yang dipilih untuk VEv VAV dan lEv tergantung dari komposisi lalu-lintas dan kondisikecepatan pada lokasi. Nilai-nilai sementara berikut dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di
Indonesia akan hal ini.
LTI
Panjang waktu kuning pada sinyallalu-lintas perkotaan di Indonesia biasanya adalah 3,0 detik.
2 - 44
(17)
LANGKAH C:
Tipe pendekat
Lebar pendekat efektif
Arus jenuh dasar
Faktor penyesuaian
Rasio arus/arus jenuh
Waktu siklus dan waktu hijau.
2 - 45
Tipe
oendekat
Terlindung
p
Keterangan
Sim_Q_an_g_ T
I~ _j
ILL
Iii li
lL
Terlawan
~~a:b~-
_j
~t, -,tlrlil
Gambar C-1:1 Penentuan tipe pendekat
2 - 46
Lebar efektif (WJ dapat dihitung untuk pendekat deng:m pulau lalu-lintas, penentuan Iebar masuk
(WMASuJ sebagaimana ditunjukkan pada Gam bar C-2: 1, atau untuk pendekat t<mpa pulau lalu-lintas
yang ditunjukkan pada bagian kanan dari Gambar. Pada keadaan terakhir w~1ASUK = WA- WLTOR
Persamaan dibawah dapat digunakan untuk kedua keadaan ttrsebut.
1.
~}..
WKELUAR
I) w~wA
!I
I
'
,I
I
i
.I
WMASUK
r
WMASlJl<
WA
WA
2 - 47
A: Jika
W LTOR
~2m:
Dalam hal ini dianggap hahwa kendaraan LTOR dapat mendahului antrian
kendaraan lurus dan belnk ktlnan dalam pendekat selama sinyal merah.
we= Min {
WA- WLTOR
(18)
WMASUK
L.an~kah
Jika WKELUAR <we X (1 - PRT), w~ sebaiknya diheri nilai baru sama dengan WKELUAR dan
analisa penentuan waktu sinyaluntuk pendekat ini dilakukan hanya untuk bagian lalu-lintas
lurus saja (yaitu Q = 0 5 ,. pada Formulir SIG-IV kolom IS).
B:Jika
WLTOR
<2m:
Dalam hal ini dianggap hahwa kendaraan LTOR tidak dapat mendahului
antrian kendaraan lainnya dalam pendekat sdama sinyal merah.
QLTOR
(19)
We= Min.
Jika
< we X (1 - PRT- Pcn>R), w. sehaiknya diheri nilai baru yang sama dengan
dan analisa penentuan waktu sinyaluntuk pendekat ini dilakukan hanya untuk bagian
lalu-lintas Jurus saja (yaitu Q OsT pada Formulir SIG-IV kolom 18).
WKELUAR
WKELUAR
2 - 48
(20)
S0 ditentukan dari Gamhar C-3:2 (untuk pendeknt tanp(l lajur belok-kanan terpis(lh) dan dari
G(lmb(lr C-3:3 (untuk pendebt den~:Jn lajur helnk kanan terpisah) sebagai fungsi dari we, QRT
d(ln QRTO
Gunak(lnlah gamhar-gambar tersebut untuk mendapCJtkan nilai arus jenuh p(lda ke(ld(l(ln di
mana Iebar pendekat lebih besar dan kbih kecil daripCJdH We sesun~TtJhnya dan hi tung hasilnya
deng(ln interpolasi.
Lihat sman dihCJwCJh sehubungan lkngan pen:mganCJn keCJdaan yang mempunyai arus belok
kanan lehih hesar daripCJda yang ttrdapat dalam diCJgram.
2 - 49
Contoh:
Tanpa lajur belok kanan terpisah :
we sesungguhnya = 5,4 m
QRT
Hitung
=(5,4-5,0)
s5,4
Jika ~erakan helok kanan lebih besar dari 250 smp/jam, fase sinyal terlindung harus dipertimbangkan,
artinya rencana fase sinyal harus diganti. Carn pemlekatan berikut dnpat digunakan untuk tujuan
analisa operasional misalnya peninjauan kemhali waktu sinynl suatu simp<fng.
Laiur belok kanan tidak terpisah.
a) Jika ORTo > 250 smp/jam:
- QRT
- QRT
QRT
QRT
= 250.
QRTo
- QRT
- QRT
QRT
2 -
50
i :
4.0 m
.::
e
"'c..E
~
=:
<
CJ)
<
<
rr.
<
0
...
::;)
:.:J
.....
:.:J
CJ)
~
=:
<
......
::;)
=:
<
50
100
100
200
150
-;-3
;;2
of 28
27
~2Gl
c.. 25
~ 24
:;2
22
Clj 21
< 2
<
<
<
CJ)
~1
5
z
.....
"" 1.
CJ)
::;)
:::::
<
50
100
1':.0
200
250
42
-41
-;-
e.
:z4
:;
.:
~36
~
E
,39
:J 38
0 37
35
340
330
320
..... 31
300
z 29
0 28
i= 27
~ 260
a: 25
~ 24
<
<
Q
:.:J
....,
50
100
150
200
""
=:
<
-;-
..e
<
:;
.:
5o
~
E
50
100
150
200
250
450
<
Ill
c<
400
45
350
:.:J
......
rr.
CJ)
::;)
=:
250
Ill
::;)
:::::
0
CJ)
:.c
<
<
o:-,o
::::
::;)
.!.
200
Ill
-;- 55
"'E
150
..e
c..
100
~4
~ ~~
50
::;)
=:
<
300
0
50
100
150
2r,o
250
50
100
150
200
Gamhar C-3:2 S" untuk pendekat-pendekat tipe 0 tanpa l<1jur hdnk kanan terpis-.h
2
51
250
-...
:::>
z
.....
:;.1
til
:::>
:"-
<
so
tOO
tSO
200
2SO
::::
:::>
z
.....
z
.....
:;.1
:;.1
<
til
:::>
:"-
so
100
tSO
200
250
<
til
<
52
50
100
ISO
20U
~50
LANGKAH C-4:
a)
FAKTOR PENYESUAIAN
Tentukan faktor penyesuaian berikut untuk nilai arus jenuh dasar untuk kedua tipe
pendekat P dan 0 sebagai berikut :
Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel C-4:3 sebagai fungsi dari ukuran kota
yang tercatat pada Formulir SIG-1. Hasilny:-~ dim:-~sukkan kedalam kolom 11.
Penduduk kota
(Juta jiwa)
> 3,0
1,0- 3,0
0,5- 1,0
0,1- 0,5
< 0,1
1,05
1,00
0,94
O,X3
0,82
Tabel C-4:3
<FcJ
Faktor penvesuaian Hamhat:m Samping ditentukan dari Tahel C-4:4 sehagai fungsi dari jenis
_Iingkungan jal<m, tingkat hamhatan samping ( tercatat dalam Formulir SIG-1), dan rasio
kendaraan tak bermotor (dari Fnrmulir SIG-11 Kolom (18)). Hasilnya dimasukkan kedalam
Kolom 12. Jika ham hat an samping tidak diket:illlli, dap:-~t dianggap sebagai tinggi agar tidak
menilai kapasitas terlalu hesar.
Lingkungan
jalan
Hamhatan !'amping
Tipe fase
Knmcrsial
(COM)
Tingg1
Tcrlawan
Terlindung
Tcrlawan
Tcrlindung
Tcrlawan
TcrJ'
"
ScJang
RenJah
Pennukiman
(RES)
Tinggi
"
Sedang
"
RenJah
Akses terbatas
Tabel C-4:4
Tinggi/ScJang/RcnJah
Tcrlawan
Tcrlindung
Tcrlawan
TcrlinJung
Tcrlmvan
O,Q6
0,96
0,97
0,97
0,98
98
O,Q1
O,Q4
0,92
0,95
0,93
0,86
0,92
0,87
0,93
0,88
94
Tnlawan
TcrlinJu
1,00
1,00
0,1)5
0,1)0
0,1)5
O,I)X
0,81
0,89
0,82
0,90
0,83
91
0,78
0,86
0,79
0,87
0,80
Faktor penyesu:-~ian kelandaian ditentukan dari Gambar C-4: 1 sebagai fungsi dari kelandaian
(GRAD) yang tercatat pada Formulir SIG-1, dan ha.;ilnya dimasukkan ke dalam Kolom 13
pada Formulir SIG-IV.
2 - 53
0,72
0,84
0,73
0,85
0,74
IL"
z
~
<
0
z
:3w
.01
t-o.
.......
"'
0
0 .17
l.::
0
0
0
a:
~ ~
it
!"'-.
: ..;..
f",
.~
'
!
!
l'-l
......
+-'
,.......
f'...:
.11
.......
10 I I 7
I 5 .. 3
DOWN-HILL(%)
10
TANJAKAN (%)
Fp = [Lp/3 - (WA - 2)
(Lpl3 -g) I
w,JIg
(21)
di mana:
.
Lp
Jarak antara garis henti dan kembraan yang diparkir pert:-tma (m) (atau panjang d;1ri
Iajur pendek).
W A= Lebar pendekat (m).
g = Waktu hijau pada pendekat (nilai normal 26 dc:t).
IVVAi= pl.
l l !
l l j L l l l
1 : l _l ..t l
0.6 -Hi-i-+H-++-1H-+-i-i-~H-i-...;-ii-++-1-T....;.......;-ii-+-T--t-;-+-t-i--t--T-+-i-i-""T"""ir-i
0
10
20
30
40
50
so
70
80
54
b)
Tentukan faktor penyesuai::m berikut untuk nibi amsjenuh dasar hanya untuk pendekat tipe P sebagai berikut :
Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok
kanan PRT(dari Kol. 6) sebagai berikut, dan hasilnya dimasukkan ke dalam kolom 15.
Perhatikan:
Hanya untuk pendekat tipe P; Tanpa median; jalan dua arah; Iebar
efektif ditentukan oleh lehm masuk:
1.30
(22)
+H-'
..
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
Gambar C-4:3 Faktor penyesuaian untuk belok kanan (FRT) (hanya berlaku untuk pendekat tipe P,jalan dua arah, Iebar efektif ditentukan oleh Iebar masuk)
Penjelasan :
Pada jalan dua arah tanpa median, kendaraan belok-kanan dari arus berangkat terlindung
(pendekat tipe P) mempunyai kecenderungan untuk memotong garis tengah jalan sebelum
meliwati garis henti ketika menyelt:saibn helokannya. H<~l ini menyebabk<Jn peningkatan rasio
belok k<Jnan y<~ng tinggi pada arus jenuh.
2 - 55
faktor penyesuaian belok kiri (FL..-) ditentukan seb:1gai fungsi uari rasio helok kiri Pu seperti
tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIG-IV. d:m hasilnya dimasukkan ke dalam kolom 16.
Perhatikan : Hanya untuk pendekat tipe P h111pa LTOR, lehm efektif ditentukan oleh
Iebar masuk:
Hitung FLT = 1,0- Pr.r x 0,16,
atau dapatkan nilainya dari Gam bar C-4:4 di hawah
(23)
!:i
u.
u;
0.92
ffia:
0.90
......;...
+- ,...,._ -+
......
: + '-t:
a: 0.88
~~
0.86
P&.T
Gambar C-4:4 Faktor penyesuai<m untuk pengamh helnk kiri (F'-T) (hanya berlaku untuk
pendekat tipe P tnnpn hclok kiri langsung, lcha1 ef'cktif ditcntukan nleh
lebm masuk:)
Penjelasan :
Pada pendekat-pendekat tt:rlindung tanpa penyedia:m helok kiri langsung, kendaraan-kendaraan belok kiri cendenmg melamhat dan mengurangi arus jenuh pendekat tersebut. Karena
arus berangkat dalam pendek<ll-pendekat terlawan (tipt:: 0) pada umumnya lebih lambat, maka
tidak diperlukan penyesuaian untuk pengaruh rasio belok kiri.
c)
(24)
Masukkan nilai ini ke dalam K(llom 17.
2 -
56
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lt:hih dari satu fase, yang arus jenuhnya telah
ditentukan secara terpisah pada haris yang berbeda dalam tabel, maka nilai arus jenuh
kombinasi harus dihitung secara proporsion:-al terhadap waktu hijau masing-masing fase.
'
Contoh jika suatu pendekat bersinyal hijau pada kedua fase 1 dan 2 dengan waktu hijau g 1 dan
g 2 dan arus jenuh S 1 dan S 2, nilai komhinasi S 1 2 dihitung sebagai berikut:
(25)
Jika salah satu dari fase tersebut ndalah f.1se pendek, misalnya "waktu hijau awal", dimana satu
pendekat menyala hijnu beberapa saat sehelum mulainya hijau pada arah yang berlawanan,
disarankan untuk men~-runt~bn hijm1 awtJI ini ant:-ara 1/4 sampai 1/3 dari total hijau pendekat
yang diberi hijau t~wal. Perkiraan yt~ng sama dapat digunakan untuk "waktu hijau akhir" A
dimana nyala hijau pada satu pendekat diperpanjang beberapa saat setelah berakhirnya nyala
hijau pada arah yang berlawanan. Lama waktu hijau awal dan akhir harus tidak lebih pendek
dari 10 det.
Contoh:
Waktu hijau awal sama dengan 1/3 dari total waktu hijau dari pendekat dengan
waktu hijau awal:
Masukkan nilai knmhinasi S 1 2 kedalam Kolom 17 pada baris terpisah untuk fase gabungan,
lihat Contoh lA.
2 -
57
Jika LTOR harus dikeluarkan dari analisa (lihat langkah C-2, perihal 1-a) hanya
gerakan-gerakan lurus dan belok-kanan saja yang dimasukkan dalam nilai Q untuk
diisikan ke dalam Kolom 18.
b)
Jika we = WKELUAR (lihat langk<lh C-2, perihal 2) hanya gerakan lurus saja yang
dimasukkan dalam nilai Q dalam Knlnm IX
c)
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau dalam dua fase, yang satu untuk arus
terlawan (0) dan yang Jainnya arus terlindung (P), gabungan arus lalu-lintas sebaiknya
dihitung sebagai smp rata-rata berhobot untuk kondisi terlawan dan terlindung dengan
cara yang sama seperti pada perhitungan arus jenuh sebagaimana diuraikan dalam
Langkah C-4 diatas. Hasilnya dimasukkan kedalam baris untuk fase gabungan
tersebut.
Hitung Rasio Arus (FR) masing-masing pendekat dan masukkan hasilnya dalam Kolom 19 :
FR
= Q!S
(26)
Beri tanda rasio arus kritis (FR0 m) (=tertinggi) pada masing-masing fase dengan melingkarinya pada Kolom 19.
Hitung rasio arus simpang (IFR) sebagai jumlah dari nilai-nilai FR yang dilingkari (=kritis)
pada Kolom 19, dan masukkan hasilnya ke dalam kotak pada bagian terbawah Kolom 19.
IFR
= E (FR.,,;J
(27)
Hitung Rasio Fase(PR) masing-masing fase sehagai rasio antara FRcRrT dan IFR, dan
masukkan hasilnya pada Kolom 20.
(28)
PR = FRc,;,l IFR
. 2 - 58
(1,5
CUD=
(29)
dim ana:
cua
LTI
IFR
Waktu siklus sebelum penyesuaian juga dapat diperoleh dari Gam bar C-6: 1 dibawah.
200~~~~~~~~~~~~~~~~~~rr~~~~~~-r~~~~
190
180
170
160
150
~
140
~
:::: 130
:::.. 120
~ 110
::2
100
fj)
;::>
<
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
Jika alternatifrencana fase sinyal dievaluasi, maka yang menghasilkan nilai terendah dari (IFR
+ LTI/c) adalah yang paling efisien.
2 -
59
Tabel dibawah memberikan waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda
Tipe pengaturan
Pengaturan dua-fase
Pengaturan tiga-fase
Pen.gaturan empat-fase
40- 80
50- 100
80- 130
Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk simpang dengan Iebar jalan <10m, nilai yang lebih
tinggi untukjalan yang lebih Iebar. Waktu sildus lebih rendah dari nilai yang disarankan, akan
menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk menyeberangjalan. Waktu siklus yang
melebihi 130 detik harus dihindari kecuali pada kasus sangat khusus (simpang sangat besar),
karena hal ini sering kali menyebabkan kerugian dalam kapasitas keseluruhan.
Jika perhitungan menghasilkan waktu siklus yang jauh lebih tinggi daripada batas yang
disarankan, maka hal ini menandakan bahwa kapasitas dari denah simpang tt!rsebut adalah
tidak mencukupi. Persoalan ini diselesaik<ln dengan langkah E di bawah.
b)
Waktu hijau
Hitung waktu hijau (g) untuk masing-masing fase:
(30)
di mana:
g; = Tampilan waktu hijau pada fase i (det)
cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian (dt!t)
LTI= Waktu hilang total per siklus (bagian terbawah Kolom 4)
PR; = Rasio fase FRcri/E(FRcnJ ( dari Kolom 20)
Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 <.ktik harus dihindari, karena dapat mengakibatkan
pelanggaran Jampu merah yang bt!rlebihan dan kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyeberang
jalan. Masukkan hasil waktu hijau yang telah dibulatkan keatlls tanpa pecahan (det) ke dalam
Kolom 21.
c)
=.Eg + LTI
(31)
2 -
60
LANGKAH D:
KAPASITAS
C:S xg/c
(32)
di mana nilai-nilai S didapat dari Kolom 17, g dan c dari Kolom II (bagian terbawah)
Hitung derajat kejenuhan masing-masing pendekat, dan masukkan hasilnya kedalam Kolom
23:
DS
=Q!C
(33)
2 - 61
Jika mungkin untuk menambah Iebar pendekat, pengaruh terbaik dari tindakan seperti ini akan
diperoleh jika pelebaran dilakukan pada penckkat-pendekat dengan nilai FR kritis tertinggi
(Kolom 19).
b)
Jika pendekat dengan arus berangkat terlawan (tipe 0) dan rasio belok kanan (PRT) tinggi
menunjukan nilai FR kritis yang tinggi (FR > O,H), suatu rencana fase alternatif dengan fase
terpisah untuk lalu-lintas belok-kanan mungkin t~kan sesuai. Lihat Bagian 1.2 di atas untuk
pemilihan f;~se sinyal. Penerapan fase terpisah untuk lalu-lintas helok kanan mungkin hams
disertai dengan tindakan pelebaran juga.
Jika simpang dioperasikan dalam empat fase dengan arus berangkat terpisah dari masingmasing pendekat, karena rencana fase yang hanya dengan dua t~1se mungkin memberikan
kapasitas lebih tinggi, asalkan gerabn-gerakan belok kanan tidak terlalu tinggi ( < 200
smp/jam)
c)
Pelarang~m
Pelarangan bagi s;~tu atau lebih gerakan belok-kanan biasanya menaikkan kapasitas, terutama
jika hal itu menyebabkan pengurangan jumlah fase yang diperlukan. Walaupun demikian
perancangan manajemen lalu-lintas yang tepat, perlu untuk memastikan agar perjalanan oleh
gerakan belok kanan yang ak<m dilarang tersehut d;1pat diselesaikan tanpa jalan pengalih yang
terlalu panjang dan mengganggu simpang yang herdekatan.
2 - 62
LANGKAH E:
PERILAKU LALU-LINTAS
Langkah E meliputi penentuan perilaku lalu-lintas pada simpang bersinyal berupa panjang antrian,
jumlah kendaraan terhenti dan tundaan. Perhitungan-perhitungan dikerjakan dengan menggunakan
Fonnulir SIG-V.
2 - 63
Untuk
OS~
0,5: NQ 1 = 0
(34.2)
dim ana
NQI jumlah smp yang tt!rsisa dari fase hijau sebelumnya
derajat kejenuhan
OS
GR rasio hijau
kapasitas (smp/jam) = arus jenuh dikalikan rasio hijau (SxGR)
c
0.0
0.5
0.6
(34.1)
0.7
0.8
0.9
DERA]AT KEJENUHAN OS
Gambar E-2:1 Jumlah kendaraan antri (smp) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ 1)
2 - 64
Hitungjumlah antrian smp yang datang selama fase merah (NO;>, dan masukkan hasilnya pada
Kolom 7.
NQ,
1- GR
1- GR DS
-----X
___g_
(35)
3600
dim ana
NQ 2 jumlah smp yang datang selama fase merah
DS
derajat kejenuhan
GR
rasio hijau
waktu siklus ( det)
c
Omasuk arus lalu-lintas pada tempat masuk diluar LTOR (smp/jam)
Catatan:
Jika Iebar keluar jalur lalu-lintas dan arus lalu-lintas telah digunakan pada
penentuan waktu sinyal (lihat Langkah C:2 dan C:5), arus yang dicatat pada A
Kolom 2 pada Formulir SIG-V adalah = QkeJuat" Nilai Omasuk yang digunakan W
pada persamaan 8.2 diatas harus diperoleh dengan bantuan Formulir SIG-II.
Lebih lanjut, agar didapat nilai arus simpang total yang benar, penyesuaian
terhadap arus tercatat pada Kolom 2 untuk seluruh pendekat semacam itu
harus dihitung dan jumlah dari penyesuaian ini dimasukkan pada baris yang
sesuai pada bagian terbawah Kolom 2:
Penyesuaian arus: Qprny
=I (Qnra.<llk- QkclriD)
(36)
digun;~kan
(37)
Gunakan Gambar E-2:2 di hawah, untuk menyesuaikan NQ dalam hal peluang yang diinginkan
untuk terjadinya pemhebanan lehih PoL(%), dan masukkan hasil nilai NQMAX pada Kolom 9.
Untuk perancangan dan perencanaan disarankan PoL~ 5 %, untuk operasi suatu nilai PoL=
5- 10% mungkin dapat diterima.
Hitung panjang antrian (QL) dengan mengalikan NQMAX dengan luas rata-rata yang
dipergunakan per smp (20 m~ kemudian bagilah dengan Iebar masuknya, dan masukkan
hasilnya pada Kolom 10.
QL
(m)
2 - 65
(38)
66
NS = 0,9
NQ
Qxc
(39)
3600
dim ana:
c
waktu siklus (det)
Q
arus lalu-lintas (smp/jam)
HitungjumJah kendaraan terhenti (Nsv) masing-masing pendekat dan masukkan hasilnya pada
Kolom (12).
(40)
Nsv = Q x NS (smp/jam)
Hitung angka henti seluruh simpang dengan cara membagi jumlah kendaraan terhenti pada
seluruh pendekat dengan arus simpang total Q dalam kend./jam, dan masukkan hasilnya pada
bagian terbawah Kolom (12) :
(41)
2 - 67
Hitung tundaan lalu-lintas rata-rata setiap pendekat (01) akibat pengaruh timbal batik dengan
gerakan-gerakan lainnya pada simpang sebagai herikut (berdasarkan pada Akcelik 1988), dan
masukkan hasilnya pada Kolom 13:
NQI
DT= cxA +
dim ana:
DT
c
=
=
=
=
=
=
=
A
GR
OS
NQI
0.5
l l : :
! ! : :
1--I- j ;
J... ..
. .
! : :
: :
0.1
(42)
~ : '
l , ,
: I
0.2
0.3
' :
' '
!j
: :
!:
! : : i
PERBANDINGAN HIJAUi-;1+++--H:-11-~--<:;-:!-tt+:++-+
f!~;-fj-1
j
:
l!!l'fJllfT
'! , , , , l
,!' : l '! "( .,..,~
.
!
!' :
: .
. . .
!
: I
, 11
i ,:
:1 , , , , 1, ,
! - I l
! j ! !
: l
! : l
: . > :
l
l
! , ,
3600
!1::
o.4
i rm-
0.4
0.5
0.6
0.7
DERAJAT KEJENUHAN OS
2 - 68
0.8
0.9
1.0
2)
Tentukan tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekat (DG) akibat perlambatan dan
percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang dan/atau ketika dihentikan oleh lampu
merah:
(43)
dim ana:
DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
Psv
= Rasio kendaraan terhenti pada pendekat =Min (NS,1)
PT
= Rasio kendaraan berbelok pada pendekat dari Formulir SIG-IV
Masukkan hasil tundaan geometri rata-rata pada Kolom (14)
3)
Hitungtundaan geometrik gerakan lalu-lintas dengan belok kiri langsung (LTOR) sebagai
berikut:
Masukkan arus total dari gerakan LTOR dalam smp/jam pada Kolom 2 (dari Formulir
SIG-11, gerakan terlindung) pada baris khusus untuk keperluan ini.
Masukkan tundaan geometrik rata-n1ta = 6 detik pada Kolom 14;
4)
Hitung tundaan rata-rata (clet/smp) sebagai jumlah dari Kolom 13 dan 14 dan masukkan
hasilnya pada Kolom 15.
5)
Hitung tundaan total dalam detik dengan mengalikan tundaan rata-rata (Kolom 15) dengan
arus lalu-Jintas (Kolom 2), dan masukkan hasilnya pada Kolom 16.
6)
Hitung tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (0 1) dengan membagi jumlah nilai tundaan
pada Kolom 16 dengan arus total (OToT) dalam smp/jam yang dicatat dibagian bawah Kolom
2 pada Formulir SIG-V:
Dr=
L (Q
D)
det/smp
( 44)
Masukkan nilai tersebut kedalam kotak paling bawah pada Kolom 16.
Tundaan rata-rata dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan dari masing-masing
pendekat demikian juga dari suatu simpang secara keseluruhan.
2 -
69
MKJI:SIMPANCi nERS!NYA!.
4.
CONTOH PERHITUNGAN
CONTOHl
Sinyallalu-Jintas yang telah ada di JJ. lskandarsyah- Jl. Wijaya, (Jakarta) bekerja dalam pengaturan
empat fase dengan hijau awal pada pendekat Barat.
Simpang:
Tugas:
a)
Hitung waktu sinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan dengan
pengaturan empat fase (dengan hijau awal pada pendekat Barat)
b)
Data masukan: Kondisi-kondisi geometrik, pengaturan lalu-lintas dan lingkungan, lihat Formulir
SIG-1
Data arus lalu-lintas lihat Formulir SIG-11.
Waktu kuning dan Waktu merah se:mua lihat Formulir SIG-111.
Hasil:
Catatan:
Formulir SIG-11 menunjukkan arus lalu-Iintas dalam smp/jam untuk semua jurusan.
Gerakan LTOR (belok kiri Iangsung) dari pendekat Timur dapat diberangkatkan
tanpa mengganggu gerakan ST dan RT sehingga LTOR tersebut tidak disertakan
pada perhitungan waktu sinyal, kapasitas, derajat kejenuhan dan panjang antrian.
Tetapi dalam perhitungan tundaan dan jumlah kendaraan terhenti, (tetapi LTOR
tersebut diikut-sertakan dalam perhitungan tundaan dan jumlah kendaraan berhenti).
Pengaturan empat fase dengan hijau awal pada pendekat Barat:
Formulir SIG-IV menunjukkan Rasio Arus Simpang (IFR) adalah 0,777.
Waktu siklus sebesar 117 detik, dan waktu hijau 24, 29 dan 50 detik.
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,896.
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum adalah 127m.
Tundaan dari simpang tersehut adalah 45,3 detik.
Pengaturan tiga-fase: (Perhatikan: >< artinya = bandingkan dengan)
Formulir SIG-IV menunjukkan Rasio Arus Simpang (IFR) adalah 0,706 (>< 0,777).
Waktu siklus sebesar 88 detik (>< 177 detik), dan waktu hijau 19 detik (>< 24
detik); 23 detik (>< 29 detik) dan 32 detik (><50 detik).
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,843 (>< 0,896).
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum adalah 93 m (><127m).
Tundaan dari simpang tersehut adalah 34,2 detik (>< 45,3 detik).
2 - 70
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LINTAS
UNGKUNGAN
FASE SINYAL YANG ADA
28 g=
g=
-+
't
.l-
IG=
+
~
Tanggal:
Kola:
Simpanq:
Ukuran kola:
Peri hal:
Periode:
17 g=
Jy
5 IG=
~
,..,......
5 lG=
10,5
OK
21 Waktu siklus:
C=
.
6 g=
t-=L
Contohtl
Formulir SJG-1
87
15
IG =
2 3 3 3 45
Jl !l
\.
!'....
./
-4
3,51
3,5
--~
,...
......._
1i i r
2333t5
KONDISI LAPANGAN
Tipe
Hambatan
Kode
lingkungan samping
Median
pendekat alan
Yamdak
Tinggi/Rendah
111
n.s
Belok-kiri Jarak ke
Kelandaian langsung kendaraan
Yamdak parkir (m)
+I%
f?l
131
141
COM
RES
RES
RES
y
y
T
T
R
R
R
R
T
T
s
8
151
161
2 - 71
171
11,5
11 0
8,5
7,0
(Cl\
11,5
11 0
6,0
7,0
1111
(10\
2,5
11,5
105
5,0
5,0
MKJI:
SIMI'A~G
RERSINYAL
Contoh 1
Formulir SIG_-11
[Tan~
Kota_:_
...
_,IIIII)C111\.I,
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
24 Januari 1996
Jakarta
,.,vd/1- Wiiava
Ditar.~a...
49
680
R
257
RT
Total
986
s LTILTOR 152
627
~
554
RT
Total 11333
T LTJLTOR 428
550
ST
21
AT
999
Ictal
8 LT1.TOR 102
321
ST
127
RT
Total
550
I.J
LT/LTOR
...
49
680
257
986
152
627
554
1}~-
428
550
21
999
102
321
127
550
Q .. _
,~
7
.i9
__0 91
257 34
986 132
152
6
627 g!
-s54 21
1333 51
428 25
550 32
21
1
999 58
102 23
321 11
127 28
550 122
9
118
44
171
8
31
27
66
33
42
1
76
30
92
36
158
IKEND.TAK
IM'/l
9 ~
118 _g:}_
44 99
171 381
8 35
_31 H!
27 127
66 306
33 224
42 288
1 11
76 523
30 62
92 194
36 76
158 332
4
53
20
77
7
29
25_
61
4~
58
2
105
12
39
.1~-
66
LRTOR
ST
RT
Total
LT/L TOR
ST
AT
Totaj
LTJLTOR
ST
RT
Total
LTIL TOR
ST
RT
Total
LTILTOR
ST
RT
Total
LT/LTOR
ST
RT
Total
2 - 72
8 75
105 11034
4_0 3_9Q
153 1499
14 193
58 795
51 702
123 1690
90 677
115 870
4 33
209 i 1580
25 187
78 586
30 231
133 1004
62
851
321
1234
167
687
606
1460
506
_Q_
24
1180
144
452
178
774
Rasio
berbelok
p
LT
RT
66 0,05
903
341
1310
174 0,11
716
632
1522
551 _Q,43
707
26
1284
157 0,19
491
193
841
OK
Peri hal:
~
oleh:
0,26
0,42
0,02
0,23
Arus
UM
Rasio
UM/MV
kend/
jam
Rms. (15)
117\
118\
0
4
0
4
2
3
2
7
10
6
1
17
2
6
0,003
0,004
0,011
0,010
Contoh 1
Formulir SJG-11
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-111:
WAKTU ANTAR HIJAU
WAKTU HILANG
,..,,...,..na
Kecepatan
Ve -~
s
T
B
"'
- Wiiava
4 - Fase hijau awal
,.,,
VA m/det
~~~
IWaktu merah
lsemua (det)
voouvna
'"
Jarak beran
24 Januari 1996
DK
Jakarta
Perihal:
LALU LINTAS DATANG
1angga1:
Ditanoani_oleh:
Kota:
10
T
10
(m)*)
~~~nq{dE!t)**
10 Wal<tu~~
Jarak berar
~ (m)
10 IWaktu ""'' <111~1\c:u-datanq_{dE!t)
IIY (m)
29+5-13
IJarak ""' '"
11\.j~t)
10 IWaktu ucrar
2,9+0,5-1,3
.. ng (m)
!Jarak uc1a1
128,8+5-11,2
~~mq (det)
I? 9+0.'i-1,1
10 iWaktU ucrar
Jarak uc1 aiiYI\c1t-udtC:u 19 (m)
,, 4 (det)
Waktu <=rar
Jarak berar ~~ ng (m)
IWaktu u~::1 a11yl\c11-datang (det)
10
15,5+5-16
1,6+0,5-1,6
B
10
0.5
16,2+5-15,5
u:.n!i.1 R
2 - 73
-_g.j_
2.3
1.0
1.0
o.o_
3.Q
9.0
14.0
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smpnam) Fase 1
Formulir SIGIV
Ditangani oleh: OK
Perihal: 4 - Fase hiku awa/
Periode: Jam puncak pagi- sore
Fase4
Fase 3
lJ
~ 51 62
~ ~
1c"'--"'
J1l
321
157_/ )
.._707
491~
19~~
r-ssr
'
Rasio
kendaraan
berbelok
p LTOA
PLT
pAT
~ ~
~
.,r-
w.
,.
11\
u
s
T
B
B
B
I?\
1~\
2 p
1 p
4 0
3 p
4 0
3/4 P/0
14\
l'i\
In\
005
0,11
026
0,42
002
0,23
023
043
0,19
019
17\
26
193
IR\
110\
11 5
11,0
193 60
7,0
26 70
ICl\
c
c
690
660
2350
4200
360G
ua
v-
Rms.(20)
Rms.!18! Gb.C-3:2
Rms. 19 Gb.C-3:3 Tb.C-4:1
.J
111\
105
1,05
105
1,05
105
(del) Rms.(29)
(det Rms.(31)
.r-
Arus
Rasio
Nilai dise lalu
arus
suaikan lintas
FA
smp{Jam smp{Jam
hijau
s
0
0/S
t
,r-
3:
v:
~
~
Tb.C-4:2
11?\
095
0,98
097
0,97
097
116 6
117
100
1,00
100
1,00
100
114\
1,00
1,00
1,00
1,00
100
11~\
100
1,00
100
1,00
100
11R\
099
0,98
100
0,97
100
Rms.(24)
Rms.(26)
,.,,,
117\
11R\
11Q\
1?0\
6814
6656
2393
4398
3667
3850
1234
1460
733
774
841
824
0,181
0,219
0306
0,071
0229
0,214
0233
0,282
0394
0,091
IFA=
I FRcrit
0,777
24
29
40
10
40
50
1221_
Rms.(33)
123i
1398
1650
818
0883
0,885
0896
1645
0,501
2
-<
>
r
Q
::l
0
:r
......
Formulir SIGV
SIMPANG BEASINYAL
Tanggal:
Formulir SIGV:
PANJANG ANTRIAN
Kola:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpang:
TUNDAAN
Waktu siklus:
Kode
Arus
Kapasitas Derajat
Rasio
Jumlah kendaraan antri (smp)
pendekat
lalu
smp{Jam kejenuhan hijau
lintas
OS
GR
N.
N2
Total
smp{Jam
N01+N02=
=
=
0
c
0/C
g/c
NO
(1\
(2\
13\
14\
1234
1460
733
824
1398
1650
818
1645
0,883
0,885
0,896
0,501
T
8
IS\
0205
0,248
0,342
0,427
Ditanoani oleh: OK
Peri hal:
4 Fase hiiau awal
Peri ode:
Jam ouncak oaai sore
24 Januari 1996
Jakarta
lskandarsyah Wijaya
117
NO MAX
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraar Tundaan lalu Tundaan geo Tundaan ratarata Tundaan
(m) stop/smp terhenti lintas ratarata metrik ratarata
total
deVsmp
smp{Jam
smp.det
deVsmp
del/smp
D=
OL
N sv
NS
DT
DG
DT +DG
DxO
Rms.(34.1)
Rms.(35)
Rms.(37)
Gb.E-2:2
Rms.(36)
Rms.(39}
16\
17\
16\
19)
110)
111\
3,2
3,2
3,5
0,0
38,9
45,7
22,6
19,5
42,1
48,9
26,1
19,5
59
68
38
29
103
124
127
83
0,945
0,928
0,986
0,655
Rms.(40)
112\
1166
1355
723
540
Rms.(42)
Rms.(43)
113\
f14\
534
49,4
519
24,4
(13)+(14)
(2)x(15)
116)
f15l
3,9
3,9
4,0
3,5
57,3
53,3
55,9
27,9
70708
77818
40975
22990
s:
Vl
"
I.
~
:1
.....
OJ
J1
LTOR (semua)
Arus kor. Okor.
Arus total Otot.
506
0,0
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
4757
6,0
6,0
Total:
Tundaan simpang ratarata (del/smp):
3784
0,80
3036
215527
45,31
'
()
0
::l
::;,-
......
e
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smpnam) Fase 1
u
~21 851 61
~7_/f) 1~ '--'''
Bi9l~
bB7
6ob
-~
,?551
,r-
s
Kode Hijau Tipe
pen dalam pende kat lase deka
no.
Ratio
kendaraan
berbelok
p LTOR
pu
pAT
w.
'
11\
u
s
T
B
1?\
2
1
3
3
/~I
p
p
0
0
/41
l'il
/Iii
0,05
0,11
026
0,42
002
0,23
043
0,19
/71
26
193
IRI
IQi
/101
115
11,0
193 60
26 7,0
690G
6600
235
360
Rms.(20}
Rms.(18) Gb.C3:2
Rms.(19) Gb.C3:3 Tb.C-4:1
/111
1,05
1,05
105
1,05
Formulir SIGIV
Ditangani oleh: OK
Perihal: 3 - Fase
Periode: Jam puncak pagi - sore
Fase4
Fase 3
~ ~
~70'1
191~ ~ ~
tb7
J.
-~
~
,r-
Arus
Nilai
lalu
disesuai lintas
smpnam smpnam
hijau
Rasio
arus
FR
Rasio
fase
PR=
FRcrit
...........
ats
IFR
?::
'.ll
...
ate
m
Tb.C-4:2
11?1
095
0,98
097
0,97
100
1,00
100
1,00
1141
1,00
1,00
100
1,00
Rms.(26)
Rms.(24)
11~1
/1fil
/17\
/1RI
/1Qi
1?01
100
1,00
1 00
1,00
099
0,98
100
1,00
6814
6656
2393
3667
1234
1460
733
841
0 181
0,219
0306
0,229
0256
0,310
0433
1?1\
19
23
32
32
Rms.(33)
I?? I
I?~\
1471
1740
870
1333
0839
0,839
0843
0,631
>
r
'
c
c
ua
(del Rms.(29l
(del Rms.(31)
8844
88
IFR=
I FRcrn
0,706
()
0
:l
:::r
......
Formulir SIGV
SIMPANG BEASINYAL
Tan~mal:
Formulir SIG-V:
PANJANG ANTRIAN
Kola:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpang:
TUNDAAN
Waktu siklus:
Kode
Arus
Kapasitas De raj at
Rasio
Jumlah kendaraan antri (smp)
pendekat
lalu
smp{Jam kejenuhan hijau
lintas
OS
GR
N1
Total
N2
smp{Jam
N01+N02=
=
=
c
g/c
0/C
NO
Rms.(34.1) Rms.(35)
11\
12\
13\
14\
T
8
1234
1460
733
841
1471
1740
870
1333
0839
0,839
0,843
0,631
u
s
15\
0,216
0,261
0364
0,364
16\
21
2,1
2,1
0,4
m
28,9
33,8
16,4
17,0
Rms.(37)
(B)
31,0
35,9
18,5
17,4
Ditanaani oleh: OK
Perihal:
3- Fase
Periode:
Jam ouncak oaai sore
24 Januari 1996
Jakarta
lskandarsyah - Wijaya
88
NO MAX
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraa Tundaan lalu Tundaan geo- Tundaan rata-rata Tundaan
(m) stop/smp terhenti lintas rata-rata metrik rata-rat<
det/smp
total
smp{Jam
det/smp
smp.det
det/smp
D=
QL
NS
N SV
DT
OG
DT +DG
DxO
Gb.E-2:2
Rms.(38)
Rms.(39)
Rms.(40)
Rms.(42)
Rms.(43)
(13)+(14)
(2)x(15)
L9l
. (10}
(11}
112\
113\
1141
1151
1161
0,925
0,905
0929
0,762
1142
1321
681
641
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
3784
0,79
44
51
27
26
77
93
90
74
382
35,1
34 4
24,2
38
3,9
3,9
3,6
420
39,0
38,3
27,8
51828
56940
28074
23380
0,0
6,0
6,0
3036
163258
34,20
I
-...I
-...I
LTOR Tsemuiil
Arus kor. Qkor.
Arus total Otot.
506
4774
Total:
Tundaan simpang rata-rata (det/smp):
()
....0
::l
::r'
......
CONTOH2
Sinyallalu-lintas yang telah ada di Jl. Martadinata- JI. A. Yani, (Bandung) bekerja dalam pengaturan
dua fase.
Simpang:
Tugas:
a)
b)
c)
Hitung waktu sinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan dengan
pengaturan dua-fase
Hitung waktu sinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan dengan
pengaturan dua fase (tidak termasuk fase RT)
Diskusikan pengaruh pengaturan dua-fase dan pengaturan empat fase.
Data masukan: Kondisi-kondisi geometrik, pengendalian lalu-Iintas dan lingkungan, lihat Formulir
SIG -1
Data arus lalu-lintas Iihat Formulir SIG-11.
Waktu kuning dan waktu merah semua lihat Formulir SIG-111.
Hasil:
Catatan:
Formulir SIG-11 menunjukkan arus lalu-lintas dalam smp/jam untuk semua jurusan.
Karena gerakan LTOR (belok kiri langsung) dapat diberangkatkan tanpa
mengganggu gerakan ST dan RT sehingga LTOR tersebut tidak disertakan pada
perhitungan waktu sinyal, kapasitas, derajat kejenuhan dan panjang antrian, (tetapi
disertakan dalam perhitungan tund:1an dan jumlah kendaraan terhenti).
Pengaturan dua-fase: (Perhatikan >< = bandingkan dengan)
Formulir SIG-IV menunjukkan bahwa rasio arus simpang (IFR) adalah 0,634 yaitu
dibawah 0,75, seperti disarankan panduan, bagian 2.3.3c.
Waktu siklus sebesar 50 detik (>< 65 detik), dan waktu hijau 22 detik (>< 23 detik)
dan 19 detjk (>< 32 detik).
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,775.
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum adalah 46 m.
Tundaan simpang tersebut adalah 17,2 detik.
Pengaturan empat-fase:
Formulir SIG-IV menunjukkan Ra.c;in Arus Simpang (IFR) adalah 0,658 (>< 0,634).
Waktu siklus sebesar 93 detik (><50 detik)
_
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,827 (>< 0,775).
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum ada)ah 100m(>< 46 m).
Tundaan dari simpang tersebut adalah 39,4 detik (>< 17,2 detik).
Perubahan dari pengaturan dua-fase menjadi pengaturan empat-fase sangat
memperburuk perilaku lalu-Iintas disimpang, tetapi mungkin
mengurangi
kecelakaaan lalu-Iintas pada simpang tersebut, seperti dibahas dalam panduan
bagian 2.3.3d.
2 - 78
MKJI:SIMPAN<i BERSINYAL
Contoh 2
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LINTAS
UNGKUNGAN
9=
_;f
23 9=
_/I
J~
1r r-
-1 ~32
g=
9=
..}S._
r~r
.
=
I
.2
Waktu siklus:
C=
65
10
=
3I
J1 J
I I
'
3, 3 ,.2,.
I I
I I
zt
3:
(
3:
3l
1I
3r
3
.J .,I '*~I
l;
----4
.3
'--
2}
I I
2 -
79
---------
--
- - - - - - - - - -
Contoh 2
Formulir SIGII
24 JaiiUarit996
SIMPANG BERSINYAL
~ormulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
Tanaaa1:
I Kota:
UltanaaniOieh:
Bandt..mq
MaHauii,ad- A. Yani
~:,
~IIII~Clll\.lo
Peritlal:
----;;;;-
"t:IIUUC
ARUS AI
111
_121
I'll
ILTILTOR 230
684
ST
154
AT
Total 11068
147
i LTA.TOR
673
ST
216
T : I 11036
7 LT/LTOA 153
SI
8
521
112
786
8I
T_!>tlll
LTA._lOR 60
509
ST
AT
109
Total 678
LTtt TOR
ST
230
684
154
1068
147
673
21_6
1036
153
521
112
!_6
__0
509
109
678
230
684
154
1068
147
673
216
1036
153
521
112
786
60
509
109
678
11\JTAC::
~t=NnAI=IAAI\I
IKENnTAK RFRMnTnR
9
26
6
41
8
35
11
54
15
51
11
77
8
64
14
86
;)Ill~
IR\
12
34
8
54
10
46
14
70
20
66
14
100
10
83
18
111
12
34
8
54
10
46
14
70
20
92
275
62
429
61
279
89
429
119
66 404
14 87
100 61()
10 47
83 398
18 85
111 530
2- Fase
Jam puncak P ,S
I IM'Il
.......I!;I .. ......
-II;\
1101
18
55
12
85
12
56
18
86-
24
81
17
12i
9
80
17
106
1111
lia~~~
37 331
110 985
25 222
172 1538
24 216
112 987
36 316
172 11519
48 287
162 976
35 210
245 11473
19 115
159 971
34 208
312 1294
DK
lUI
Arus
UM
Rasio
UM/MV
p RT
p LT
Rms. (13] Rms. (14)
kend/
jam
Rms. (15)
1171
11RI
111;\
111::1
'279 o22
'i6o
773
174
1207
82818i
1294
169
181 014
775
248
831
266
0.14
0,21
221 0.20
749
161
672
144
895
89 0.09
751
161
1001
5
46
3
0,03 '
_;
0,030
43_
0,14
To08 1131
79
4
39
4
47
8
33
1192 1278
197
668
143
Rasio
berbelok
0.16
2
48
3
39
9
51
0,033
I
0,039:
I
_Bl
Total
LT/LTOR
ST
AT
Total
.LT~~OF
J
!
AT
Total
I LT/LTOF
ST
AT
Total
LTA.TOR
SJ
'
_FIT_
Total
LT/LTOA
ST
AT
Total
2 - 80
Contoh 2
Formulir SIG-111
SIMPANG 8ERSINYAL
Formulir SIG-111:
WAKTU ANTAR HIJAU
WAKTU HILANG
Kecepatan
VE m/det
'"
10
10
10
10
OK
Kota:
~nr#ttnn
... ,,
VA m/det
"''
-A. Yani
_g_~
IWaktu merah .
lsemua (det) ;
"t:IIUt:I\C1l
Ditar.~ ..,1i_Qieh:
Perihal
LALU LINTAS DATANG
_g~
rangg~J:
10
l_
10
10
1~ t;,,t;J:_5
10
~"''1ng (m)*)
IJarak Ut:l a
1,6+0.5-0.6
IWaktu berar
"!-! (det)**
IJarak Ut:l allyl\aLdatang (m)
116,5+5-6,5
.11~ (det)
IWaktu .....lc:u
i1R05..n,6
IJarak uc1 a1
~~~ (m)
116,5+5-6_2_
[1 R05-0,_
~"''"'nr:- (det)
IWaktu Ut:oa
ng (m)
IJarak u~::a
116,5+5-6,5
l1.~n t;..n R
1!-/ (det)
Waktu "'"I a1
IJarak berar"L ~ ~"''1ng (m)
IIY (det)
IWaktu Ut:a
mg (m)
IJarak "'"'' a
ll\4 (det)
IWaktu berar
1,5
1,5
1,5
'
2,0
2.0
_FE!~ ~_Ease
6,0!
10,0:
I
2 - 81
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu linlas (smp{Jam)
Fase 1
Formulir SIG-IV
Dilangani oleh: OK
Perihal: 2 Fase
Periode: Jam ouncak P S
Fase4
Fase 3
u
187
821 2.79
~ ~.
I !C'---'b'
lbl~ J1
r:
ag_;r
~749T
B751~
r-2ll
Rasia
kendaraan
berbelok
p LTOR
PLT
pm
.7-
w.
Rms.(20)
Rms.(18) Gb.C-3:2
Rms.(19) Gb.C-3:3 Tb.C-4:1
.'V
u
s
I? I
1
1
2
2
1~1
141
0
0
0
0
0,22
0,14
020
0,09
151
lfll
0 14
0,21
0 14
0,16
.~
:0
111
171
187
266
161
161
181
191
110\
266
187
161
161
90
9,0
90
9,0
3200
3650
3450
3450
ua
1111
1 DO
1,00
1 DO
1,00
(det Rms.(29
(del Rms.(31
Rasia
Arus
Nilai dise lalu
arus
suaikan linlas
FR
smp{Jam smp{Jam
hijau
s
a 0/S
!:
7:
;-;
~
3:
;;
2
:;')
:;::
Tb.C-4:2
11?1
093
0,95
090
0,91
546
55
1,00
1,00
1,00
1,00
1141
1,00
1,00
100
1,00
11<;1
100
1,00
100
1,00
1161
100
1,00
100
1,00
Rms.(24)
Rms.(26)
1171
11111
1191
/?I'll
2976
3468
3105
3140
1015
1097
910
912
0341
0,316
0293
0,290
0,538
IFR=
I FRcril
0,634
0462
.1211
24
24
21
21
I?? I
1299
1513
1186
1199
Rms.(33)
'/l
~>
1?~1
0 781'
0,725
0767
0,761
()
0
0
0:r
N
"'
Formullr SIGV
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG.V:
PANJANG ANTRIAN
Kode
pendekat
Tanal:
Kota:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
SimpanQ:
TUNDAAN
Waktu siklus:
Arus
Kapasitas Derajat
Rasio
Jumlah kendaraan antri (smp)
lalu
smp{jam kejenuhan hijau
lintas
N,
OS
GR
N2
Total
smp{jam
N01+N02=
=
=
Q
c
NQ
Q/C
g/c
Rms.(34.1) Rms.(35)
11\
12\
13\
(4)
IS!
1015
1097
910
912
1299
1513
1186
1199
0,781
0,725
0,767
0,761
0,44
0,44
0,38
0,38
s
T
(6)
1,3
0,8
1,1
1,1
(7)
13,2
13,8
12,2
12,2
DitanQani oleh: OK
Perihal:
2 -Fase
Peri ode:
Jam puncak P - S
24 Januari 1996
Bandung
Martadinata -A. Yani
55
NO MAX
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraar Tundaan lalu Tundaan geo- Tundaan rata-rata Tundaan
(m) stop/smp terhenti lintas rata-rata metrik rata-rat<
total
detlsmp
smp{jam
deVsmp
smp.det
detlsmp
D=
QL
NS
N SV
DT
DG
DxQ
DT + DG
Rms.(37)
Gb.E-2:2
Rms.(38)
Rms.(39)
Rms.(40)
Rms.(42)
Rms.(43)
(13)+(14)
(8)
(9)
(10)
(11)
1121
1131
1141
1151
14,5
14,6
13,3
13,3
22,0
22,0
20,5
20,5
49
49
46
46
0,842
0,784
0,861
0,859
855
860
784
783
16 7
14,6
183
18,2
3,5
3,4
3,4
3,3
(2)x(15)
1161
20,2
18,0
21,7
21,5
20503
19746
19747
19608
'7'
'/l
;;
z':)
:0
:...J
:;::
'./:
LTOR(semua)
Arus kor. Qkor.
Arus total Otot.
705
0,0
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
4639
3282
0,71
6,0
6,0
Total:
Tundaan simpang rata-rata (deVsmp):
4230
83834
18,07
>
r
()
0
::J
::;-
Contoh 2
-~~~~------~~--~~~~~~~--~~~
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LINTAS
UNGKUNGAN
g=
g=
9=
g=
Waktu siklus:
C=
IG=
IG=
IG=
.2I 3 I 31.3
3.3.2.
rr
;
F
r 1
I I
I I )
2t
3:
3f
3r
H
2J
! ~I
--4
~;::=:::;:"---=======
1~.3
.....th.,..,..r-::~ __.'-)/_______ Il
"""'-.\........ . . . .
1i I I
I I
2 - 84
SIMPANG BEASINYAL
Formulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
Tanqqal:
Kota:
24 Januari 1996
Bandung
"''
ma~taifJ;,aaci
VUIIIJQII\.4,
.!
Contoh 2
Formulir lu
Ditanqani oleh: DK
A. Yani
4 - Fase RT
Jam puncak P - S
Perihal:
"t:uuc.
~1=1\lnAr::lAAI\I
IM'Il
ov,.~n-
181
IKFNDTAK
Kendaraan bermotor
total
M\1
kendl
smo. ~am
;.,,.,
11emnaung
1121
1131
,.,~~;"
LT
11!;\
I?I
131
Y.
~TJLTOA
_T
230
684
230
684
230
684
9
26
12
34
12 92
34 275
18
_5
37 331
110 985
260
773
_8T
Total
914
914
914
35
46
46 367
73
147 11316
1033
LT/I..TOA
ST
154
154
147
673
154
154
147
673
154
154
147
673
6
6
8
35
8
8
10
46
8 62
8 62
10 61
46 279
12
12
12
56
25
25
24
112
222
222
216
987
174
174
169
775
BT
Total
820
820
820
43
56
56 340
_8
136 1203
944
1012
sr
216
216
153
521
216
216
153
521
21_ 11
216 11
153 15
521 51
14
14
20
66
14 89
14 89
20 119
66 404
18
18
24
_1
36
36
48
162
316
316
287
976
248
248
197
668
266
266
221 0,23
749
AT
Total
674
674
674
66
86
86 523
105
210 1263
865
970
AT
Total
LT/I..TOA
112
112
14
14
14
14
17
17
9
80
35
35
19
159
210
210
971
143
143
79
672
161
ST
AT
_11_2_
11?
60
509
11
11
509
112
112
60
509
Total
LTII..TOA
569
569
109
109
109
109
191
1101
1111
UM
p
RT
111
161
Arus
Aasio
berbelok
111;\
kend/
jam
1171
279 0,25
828
Rasio
UM/M\
Rms. (1:
11AI
4
39
1107
43
o.~
4
4
8
U-R~ LTII..TQR
ST
_s
S-RT
AT
Total
187
187
181 0,18
831
1,00
33
41
o,ru
5
5
3
0,01
LTit,TOA
~T
AT
Total
T-R1
LTA.TOA
_1,00
43
46
0,03
LT/I..TOA
ST
B-RT
ST
AT
Total
.TII..TOA
60
10
64
83
87
87
10 47
83 398
569
72
93
93 445
89
178 11086
109
109
14
14
18
18
18
18
85
85
17
17
34_ JQ_
34_ 208
ST
AT
Total
LT/I..TOA
ST
AT
Total
2 - 85
115
1.00
~1
2
2
89 0,11
751
39
:i
751
840
42
0,03
144
144
161
161
9
9
0,04
1,00
Contoh 2
Formulir SJG-111
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-111:
WAKTU ANTAR HIJAU
WAKTU HILANG
..
Ic.
"'"""'""'
u
s
m/det
vLd~an oleh:
24 Januari 1996
OK
Kota~
I.ICliiUUII~
o.
VA m/det
ri~... ng (m)*)
IJarak uc: "'
, ~ (det)**
10 IWaktu berar
IJarak ..,..,, ..,
~~~ (m)
10 Waktu ucca
~ (det)
Jarak ..,..,, ..,
(m)
Waktu
..,..,,
..
,
10
~ (det)
Jarak ..,..,, ca11
~(m)
(det)
10 Waktu ..,..,, ca11
ri~+ IIY (m)
Jarak .,.,, ""
Waktu ..,..,, ca'
"H (det)
ri ... +.. ng (m)
IJarak ucca
(det)
IWaktJ,J be ran
-A. Yani
IWaktu merah
lsemua (det)
"'''""'""'
1/,
.J:.
4-FaseRT
10
I
10
B
10
10
1R t:;,ct:;.F; li
1,6+0,5-0,6
1,5
11_6,5+5-6,5
1,R-n.'i-DR
.1_,_
16,5+5-6,5
u.
"''
Perihal:
LALU LINTAS DATANG
OIIIIIJClll~.
,.,
1/.
Ve
Tanggal:
1 ;;.n e;.n.6
1,5
11: t;,,t;.l: t;
16-~oD.5-D,6
1,5
..
2 - 86
2,0
2,0
~g_
. gg_
12,0
20,0
Formulir SIG-IV
SIMPANG BEASINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smpnam)
Fase 1
Fase 3
Dilan!1ani oleh: OK
Perihal: 4 - Fase RT
Periode: Jam puncak P - S
Fase 4
'
.,
17f
79_Jf )
!c'-'4~
i
773
_./'
2hO
~w
o7l----J>
144~ ~ ~
lb9
175
r-197
Ratio
kendaraan
berbelok
\,)
p LTOR
PLT
PRT
_./'
~
~
t--
1[(
248
Jl\
w.
11\
131
1?\
U-R7
s
5-RJ
T
T-AT
B
., B-AT
i
2
1
2
1
4
3
4
3
p
p
p
p
p
p
p
p
141
15\
161
171
IRI
025
1,00
018
1,00
023
1,00
0 11
1,00
19i
1101
3600
1800
3600
1800
3600
1800
3600
1800
60
3,0
60
3,0
60
30
60
3,0
]f'(
Rms.(20)
Rms.!18) Gb.C-3:2
Rms. 19) Gb.C-3:3 Th.C-4:1
-..1
111\
100
1,00
100
1,00
100
100
100
1,00
Th.C-4:2
1121
095
0,95
097
0,97
091
091
093
0,93
100
1,00
100
1,00
100
100
100
1,00
114\
100
1,00
100
1,00
100
100
100
1,00
11s1
100
1,00
100
1,00
100
100
100
1,00
~I
'
'\_
.___
ll(
Aasio
Arus
arus
Nilai
lalu
disesuai lintas
FA
smp{Jam smp{Jam
hijau
0
0/S
~.)1~
)l~
___/
-:----1
li(r
IX)
)l~
Rms.(24)
1181
100
1,00
100
1,00
100
100
100
1,00
11i\
3420
1710
3492
1746
3276
1638
3348
1674
Aasio
fase
PA=
FRcrit
,r-
I
I
...................
IFA
Rms.(26)
Rms.(28)
l19i
I?Oi
773
174
775
248
668
143
672
144
0,226
0,102
0222
0,142
0204
0087
0 201
0,086
0343
IFR=
:E FRcrn
0,659
11R\
'\..__
"'--
0,215
0 310
0132
Rms.(30 Rms.(32
121i
28
18
28
18
26
11
26
11
m\
930
299
949
305
827
175
845
179
0/C
Rms.(33)
(?_3\
0831
0,582
0817
0,813
0808
0 817
0 795
0,804
()
c
c
ua
(del Rms.(29
(del) Rms.(31
102 6
103
::I
::r
N
SIMPANG BERSINYAL
TanQQal:
Formulir SIG-V:
PANJANG ANTRIAN
Kota:
Simpang:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
TUNDAAN
Waktu siklus:
Kode
Arus
Jumlah kendaraan antri (smp)
Kapasitas Derajat
Rasio
pendekat
lalu
smp~am kejenuhan hijau
lintas
OS
GR
Nt
N2
Total
smp/jam
N01+N02=
=
=
0
NO
c
0/C
g/c
Formulir SIG-V
24 Januari 1996
Bandung
Martadinata- A Yani
103
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraar Tundaan lalu
NO MAX
(m) stop/smp terhenti lintas rata -rata
smp/jam
det/smp
OL
NS
N SV
DT
Ditan_gani oleh: OK
Perihal:
4- FaseRT
Periode:
Jam puncak P- S
Rms.(34.1)
Rms.(35)
Rms.(37)
Gb.E-2:2
Rms.(38)
Rms.(39)
Rms.(40)
Rms.(42)
Rms.(43)
(13)+(14)
(2)x(15)
(6)
{7)
{ID_
{9)
110)
{111_
{12)
113)
JHl
115)
116l
(1)
u
U-RT
S-RT
T
T-RT
B
8-RT
{2)
773
174
775
248
668
143
672
144
(3)
930
299
949
305
827
175
845
179
(4)
0,831
0,582
0,817
0,813
0,808
0,817
0,795
0,804
15)
0272
0,175
0,272
0,175
0,252
0,107
0,252
0,107
19
0,2
17
1,6
1,6
1,6
14
1,4
20,8
4,6
20,8
6,8
18,0
4,0
18,0
4,0
22 7
4,8
22,5
8,4
19,6
5,6
19,4
5,4
330
9,5
32,5
14,0
29,5
10,0
29,5
10,0
110
63
108
93
98
67
98
67
0924
0,868
0913
1,065
0923
1,232
0908
1,180
714
151
708
264
617
176
610
170
424
41,4
415
59,8
43,1
77,9
420
73,1
3,5
4,4
3,4
4,4
3,4
4,4
3,3
4,4
459
45,8
449
64,2
465
82,3
45,3
77,5
35481
7969
34798
15922
31062
11769
30442
11160
:::::
-;.
'./)
;.
LTOR (semua)
Arus kor. Okor.
Arus total Otot.
0,0
705
4302
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
3410
0,79
6,0
6,0
Total:
Tundaan simpang rata-rata (deVsmp):
4230
182833
42,50
-~
::-
()
0
:l
0
::r
N
CONTOH3
Kawasan permukiman baru akan dikembangkan pada bagian utara kota Medan (penduduk > 1 juta).
Kawasan tersebut akan dihubungi olehjalan baru JI. Baru ke JI. Sudirman. Tentukan tipe dan rencana
simpang antarajalan-jalan tersebut dengan pertimbangan ruang yang tersedia terbatas oleh bangunan
disisi jalan yang sukar dibebaskan.
Simpang:
Tugas:
a)
b)
c)
Tentukan tipe simpang dengan panduan dibagian 2.3 dan perkirakan perilaku
lalu-Iintasnya pada tahun 10 dengan anggapan pertumbuhan lalu-lintas tahunan
6,5 %.
Buatlah denah sementara simpang d<m fase sinyalnya untuk simpang bersinyal
yang didapatkan dari a diatas.
Hitung waktu sinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian dan tundaan dengan
pengaturan dua-fase dari rencana b diatas.
Data masukan: Kondisi-kondisi geometrik, pengendalian lalu-lintas dan lingkungan, lihat Fonnulir
SIG-1
Data arus lalu-lintas tahun 1 (lihat Formulir SIG-11).
JI.Baru:
Pendekat Utara
Pendekat Selatan
JI.Sudirman:
Pendekat Timur
Pendekat Barat
Oo~E =
OoH,w =
7.500 x
6.500 x
11.500 x
9.500 x
0,085 =639
0,085 =553
0,085 = 978
0,085 = 639
kend/jam
kend/jam
kend/jam
kend/jam
2 - 89
Tabel 2.3.3:1 digunakan untuk memilih tipe simpang berdasarkan pertimbangan ekonomis.
Untuk ukuran kota 1- 3 juta, pemisahan 1,5 dan rasio belok kiri dan kanan 10/10; simpang tipe 422L
diperlukan untuk arus tahun-1 3.000 kend/jam (422L = simpang 4 lengan dengan 2 lajur per pendekat
+ lajur belok kiri langsung). Agaknya tipe simpang yang sama juga sesuai untuk rasio gerakan 15/15,
meskipun hal ini tidak tercakup dalam Tabel 2.3.3:1.
Arus lalu-lintas tahun 5: (1,065) 5 x 2.977 = 4.078 kend/jam
Arus jalan utama tahun 5: 4.078 x 1,5/(1 + 1,5)
=2.447
Gambar 2.3.3:2 untuk arus jalan utama = 2.447 kend/jam, ukuran kota 1 - 3 j, pemisahan 1,5/1 dan
rasio belok 10/10 memberikan tundaan sekitar 15 det/smp. Untuk rasio belok 25/25, grafik lainnya
pada gambar yang sama menunjukkan tundaan sedikit dibawah 15 det/smp.
Penyelesaian soal b dan c:
Catatan:
Formulir SIG-11 menunjukkan arus lalu-lintas dalam smp/jam untuk semua jurusan,
dengan menggunakan nilai normal faktor LHRT dan komposisi lalu-lintas.
Formulir SIG-IV menunjukkan Rasio Arus Simpang (IFR) adalah 0,361.
Waktu siklus adalah 33 detik.
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,569.
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum adalah 30.
Tundaan simpang tersebut adalah 11 detik.
2 - 90
Contoh 3
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LINTAS
UNGKUNGAN
FASE SINYAL YANG ADA
g=
9=
Formulir SJG-1
TanQqal:
Kota:
Simpang:
Ukuran kota:
Peri hal:
Peri ode:
9=
OK
Waktu siklus:
C=
9=
IG=
IG=
IG=
..
'
3 ,1I 3
~
-
I
._i 11111111
,..
;; -
!=
~
~
~
~
~
"""'
;::;:;
:;:
::::::
:::;;.":
;::
-4
IIIII III!\
:::::::
5
3
1
3
"'7"""
I
I
I
,. 5 'a
1'3
.'
KONDISI LAPANGAN
npe
lingkungan
Kode
pendekat alan
Hambatan
samping
Median
Tinggi/Rendah Ya[fidak
11)
12\
13)
14)
R
R
R
y
y
T
8
RES
RES
RES
RES
u
s
T
T
Belok-kiri Jarak ke
Kelandaian langsung kendaraan
Ya/Tidak parkir (m)
+I%
IS\
16)
y
y
y
y
2 - 91
17\
8,0
80
8,0
8,0
19)
6,0
60
6,0
6,0
1101
1111
2,0
20
20
2,0
8,0
80
8,0
8,0
Contoh 3
Formulir_SIG_-jl
I Tan~mal:
Kota:
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
24 Januari 1996
Medan
Jl. Suditmar Jl. Baru
.....
VIIIIIJCIIIH
ARLJS I AI
IN"rA!':
~FNrlARAAN
DitanQani oleh: DK
2- Fase
Jam puncak pagi sore
Perihal:
"'"'''"""''
IM''l
IKENO.TAK
Rasio
berbelok
Arus
UM
Rasio
UM/MV
kend/
jam
Ams. (15)
117\
11Rl
u .TILTOA
_T
22
29
3
14
3
20
5
24
5
4
18
307
_2
380
82
46
215
_46
lf)7
82
380
82
544
544
34
67
314
_67
448
67
314
_7
448
53
ST
248
248
148
BT
_:3
53
Total
354
46
215
46
307
354
46
215
AT
Total
I..IL1._TOA
ST
AT
Total
4
21
_4
53
ILTILTOA
ST
53
354
3
16
3
53
LTILTOA
ST
J3J
Total
380
82
544
67
314
6Z
448
46
20
-~-
28
26
7
31
7
45
5
26
_5
36
39
183
4
21
_4
29
4
18
261
34
159
34
26 227
46
12
56
_7
-~
6Q_
31 281
8
37
8
53
7
32
60
J~
45 401
5 50
26 232
_5 so_
36 332
80
10
46
10
JQS
63_1_
14
83
57
265
57
379
101
425
113 0,1
-~
5~
JPJ
82
386
82
11}
749
92 0.15
433
92
S_Q
611
64 388
14
92
24
1_12
2_4
160
20
93
20
133
83
554
147
68_
14Z_
979_
121
566
121
BOB
73 0,15
342
73
64
~J
BJ
Total
LTII..TOA
Total
.TILTOR
ST
AT
Total
2 -
92
0,15
32
0,05
28
0,05
49
0,05
_40
0,0_
0,15
64
.1Ji1-IOA
ST
ST
AT
RT
297
AT
Total
Total
LTILTOA
~8
LTILTOR
ST
ST
AT
/1;i\
65
306
65
AT
Total
LT
16 95
73 447
16 95
LTIL TOR
ST
0,15
_OJ__
0,15
Contoh 3
Formulir SIGj
SIMPANG BERSINYAL
f:ormulir SIG-111:
WAKTU ANTAR HIJAU
WAKTU HILANG
LALU UNTAS BERANGKAT
-t:IIUt:I\Ql
Tan~mar:
Gnaiii.IQIIJ
oleh:
24 Januari 1996
OK
~dan
Kota:
"''
"''"
Perihal:
LALU LINTAS DATANG
u
s
T
8
VA m/det
10
10
1D_
10
l19,t~.ci;_Q I;
IJarak berar
II!J (m)*)
!Waktu berar "~ ~~1ng (det)**
11,9+0,5-0,9
1.0 li.s.li.Q li
IJarak ""' a
~ (m)
17,
o.s.n ~;.no
1Waktu ..,,., a
~ (det)
1_Q
li.s.li.Q
.li
~~~ng
(m)
Jarak uc a
1, o.n ~;.no
uy (det)
'Waktu ""'a'
1 Q l;.ci;.Q li
Jarak ""'' a.
"l:l (m)
Waktu ..,,., a!-!1\cuuC!tdY (det) 1,9+0,5-019_
Jarak ..,,., a
11y (m)
o~g {det)
Waktu u~::~_a
IJarak be!!i!
mgJ111l
I IC' (det)
IWakt_u berar
jWaktu merah :
isem_ua (det)
ln.
Kecepatan
VE m/det
CIIU<::I\~
10
10
10
10
1,5
1,5
1,5
..
2,0
2,0
_I
I
6,0
1o.o:
I
2 -
93
'-
SIMPANG BEASINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smp{jam) Fase 1
Aasio
kendaraan
berbelok
p LTOR
PLT
p RT
w.
::.
111
u
s
T
B
I?I
2
2
1
1
111
141
0
0
0
0
0,15
0,15
015
0,15
l'il
16\
0 15
0,15
0 15
0,15
171
18\
73
64
113
92
64
73
92
113
191
110\
60
6,0
60
6,0
c
c
3200
3150
3050
3000
ua
1111
100
1,00
1,00
1,00
(det Ams.(29)
(det Ams.(31)
DitanQani oleh: OK
Perihal: 2 - Fase
Periode: Jam f)uncak f)aqi - sore
Fase 4
.
Fase 3
Rms.(20)
Rms.(1B) Gb.C-3:2
Rms.(19) Gb.C-3:3 Tb,C-4:1
e
Formulir SIG-IV
Aasio
Arus
Nilai dise lalu
arus
suaikan lintas
FA
smp{jam smp{jam
hijau
Q
s
0/S
~'./'1
7
:;
~
C)
0/C
t::l
1':1
Tb.C-4:2
11?1
093
0,93
093
0,93
31 3
33
1,00
1,00
100
1,00
1141
100
1,00
100
1,00
11'il
100
1,00
1 00
1,00
111il
100
1,00
100
1,00
Rms.(24)
1171
2976
2930
2837
2790
Rms.(26)
11RI
mi1
407
361
636
525
0137
0,123
0224
0,188
IFA=
l: FAcrit
0,361
038
0,62
l?il
10
10
13
13
I?? I
902
888
1118
1099
o;
Rms.(33)
z..<,
mi
0451
0,407
056S
0,478
>
t'"'
g
::s
0::r
VJ
Formulir SIGV
SIMPANG BERSINYAL
TanQQal:
Formulir SIG-V:
PANJANG ANTRIAN
Kota:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpanq:
TUNDAAN
Waktu siklus:
Kode
Arus
Kapasitas Derajat
Rasio
Jumlah kendaraan antri (smp)
pendekat
lalu
smpnam kejenuhan hijau
N,
lintas
OS
GR
N2
Total
smp/jam
N01+N02=
=
=
a
c
0/C
g/c
NO
12\
11\
407
361
636
525
T
8
13\
14\
902
888
1188
1099
0,451
0,407
0,569
0,478
15\
0,303
0,303
0,394
0,394
Ditanaani oleh: OK
Peri hal:
2- Fase
Periode:
Jam puncak paqi sore
24 Januari 1996
Medan
Jl. Sudirman Jl. Baru
33
NO MAX
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraar Tundaan lalu Tundaan geo- Tundaan rata-rata Tundaan
(m) stop/smp terhenti lintas rata-rata metrik rata-rat<
total
det/smp
det/smp
smp.det
det/smp
D=
smpna~
QL
NS
NSV
DT
DG
DxQ
DT + DG
Rms.{34.1)
Rms.(35)
Rms.(37)
Gb.E-2:2
Rms.{38)
Rms.(39)
Rms.(40)
Rms.(42)
Rms.(43)
{13)+(14)
(2)x(15)
16)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
112\
113\
114\
115\
(16)
0
0
0,16
0
3,01
2,63
4,55
3,59
3,01
2,63
4,71
3,59
6,5
6,0
9,0
7,5
21,7
20,0
30,0
25,0
0,726
0,715
0,727
0,671
295
258
462
352
9,28
9,14
830
7,47
3,40
3,37
3,40
3,28
12,68
12,51
11,70
10,75
5161 i
4516
7441
5644
'7
V1
?.z
C':
~
r.1
c;
305
0,0
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
2234
1367
0,612
6,0
6,0
Total:
Tundaan simpang rata-rata (det/smp):
z-<
1830
24592
11,00
::-r
(J
::l
0
:r
VJ
MKJI: SIMPANG
BE~ INY AL
CONTOH4
Sinyallalu-lintas akan dipasang pada simpang tiga lengan di Ujung Pandang.
Simpang:
Tugas:
Hitung waktu sinyal, derajat kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan dengan
pengaturan tiga fase
Data masukan: Kondisi-kondisi geometrik, pengendalian lalu-lintas dan lingkungan, lihat Formulir
SIG- I.
Data arus lalu-lintas lihat Formulir SIG-11.
Waktu kuning dan waktu merah semua lihat Formulir SIG-111.
Hasil:
Catatan:
Formulir SIG-11 menunjukkan arus lalu-lintas dalam smp/jam untuk semua jurusan.
Gerakan lurus dari pendekat Barat adalah 75% pada hijau yang pertama dan 25%
pada hijau yang kedua.
Formulir SIG-IV menunjukkan Rasin Arus Simpang (IFR) adalah 0,546
Waktu siklus adalah 57 detik
Derajat kejenuhan simpang adalah 0,72H.
Formulir SIG-V menunjukkan panjang antrian maksimum adalah 47 m.
Tundaan simpang tersebut adalah 24,50 detik.
2 -
96
Contoh 4
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LJNTAS
UNGKUNGAN
FASE SINYAL YANG ADA
g=
9=
Tanggal:
Kola:
Simpang:
Ukuran kola:
Peri hal:
Peri ode:
Formulir SIG-1
I Ditanqani oleh:
24 Januari 7996
Ujunq Pandanq
OK
0,95juta
3- Fase
Jam puncak paai - sore
9=
Waktu siklus:
C=
9=
IG=
IG=
---......
3
3
3
1
3
3
3
=:::::I=
=
=
.....
~
I=
---'!>-
IG=
;;
~
~
=
~
"""'''I:
..,
II illlll
11.11111111
I I
y--
'
I I
I I
.,,.,.
3 3 3 1 3 3 3
11\
>
3
3
,....
>
KONDISI LAPANGAN
Tipe
Kode
lingkungan
pendekat jalan
3
3
3
:::::;
i !y (
s
T
B-5T1
B-5T2
B-RT
Hambatan
samping
Tinggi/Rendah
Median
Yamdak
(2\
13\
14\
COM
COM
COM
COM
COM
T
T
T
y
y
y
y
y
Belok-kiri Jarak ke
Kelandaian langsung kendaraan
Yamdak parkir (m)
+I%
(5\
16\
T
T
T
T
i
L
--------------
2 - 97
(7\
19\
IBi
9,0
90
6,0
6,0
3,0
9,0
90
6,0
6,0
3,0
(11\
9,0
90
9,0
9,0
9,0
Contoh 4
Formulir SIGII
SIMPANG BEASINYAL
Formulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
24Januari 1996
. Ujung r GIIUGII1:J
Tanaaal:
Kota:
.... ,.
~oleh:
~1\JnA~AAN
BEI=lMOTOI=l IMI
1\eriuao aao rinaan (lV) ~couaraan be rat_ (HV) ~~Qeda Motor {MC)
Arah 1emp tertindung =1,0
emp terlindung =1,3 emp tertindung =0,2
lemp tertawan =1 0 lemp tertawan = 1 3 lemp lt::IIGYYGI : 0,4
srr" ,jar'
smp1am
kendr
lkend/
lkendr
jam ITerlinaung Tertawan lie: ITerti~ung Te~=~n liam IT...;,
Kode
:Jenjekat
;:)lll~fiGI:
.~
111
141
151
. . --":!
._,
!Terti~~
: Tt 114;-
".115i_
I
3 - Fase
Jam puncak pagi . sore
Perihal:
"t:ovu..~
.;>IIIII.JGII~.
OK
'KENO. fAK
Arus
UM
Rasia
UM/MV
Ii
kend/
jam
Ams. (15)
.1161
1171
1181
RT
1?1
('!1\
.TILTOR
300
300
300
23
30
~0
427
85
171 750
_415
AT
300
300
Total
600
600
171 750
342 11500
165
495
30
60
16
48
85
170
165
495
23
46
12
37
30 427
_60 854
I LTILTOA
300
600
165
495
!_ ~
_H.
_1}_! ~
48 706
141
282 11238
2}1
~
1!lQ2_
~
228 ..m_ _Qg_
_i _1!_?5
660
660
660
49
64
64 941
188
376 11650
912
1100
231
304
304
304
23
30
30 433
87
_1!}_ lQ_
_jg1_
_!!_7
106
304
304
304
23
30
_1Q ~
_]
17_3 760
_jgt_
_!!_7
106
101
101
101
10
10 144
29
58 ~
_]jQ
35
101
101
101
10
10 144
29
58 253
140
169
35
:
0,14i
19\
1101
1111_
501 0,50
105
ST
ST
Total
8-ST
LTILTOA
0,50
105
210
58
173
0,14'
AT
ST
0,14
AT
Total
8-ST I LTILTOA
ST
AT
Total
0,14
i
8-RT I LT/LTOA
I
ST
AT
Total
135
135
135
135
135
135
10
10
13
13
13 193
13 193
39
39
I LTILTOA
77 338
77 338
187
187
225
225
_1,QQ
47
47
0,141
:
ST
AT
Total
'
I LTJLTOR
ST
AT
'
Total
.TJLTOA
ST
AT
Total
~T/LTOA
ST
AT
Total
1
LTJLTOA
ST
AT
Total
2 - 98
4 Sl~
fonnulir
u
Contoh
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-111:
tanggat:
Dnar140111 oleh:
Kota:
Kecepatan
Ve m/det
s
T
8
..
Ujung "'"u"'"!-1
t-:.
viiii~QIIl
Perihal:
LALU LINTAS DATANG
24 Januari '996
OK
Pendekat
Jarak uc1a1
10 Waktu bera1
IJarak uc1 a11
10 IWaktu utmu1
! Jarak uc1 a1
10 Waktu berar
Jarak uc1 a1
Waktu bera1
Jar1:1_k ut:l a1
Waktu uc a
Jarak Ut:l "''
IWaktu uc1a1
VA m/det
10
~ ..,ng (m)*)
mQ (det)**
~ ... +.. ng (m)
:20+5-10
2+0,5-1
"!4 (det)
~ ..+... ng (m)
10+5-23
11y (det) 1+0,5-2,3
~~~ (m)
1IQ (det)
mQ (m)
~~~ (det)
mg (m)
111.1 (det)
3- Fase
Waktu merah
semua (det)
8
10
10
23+5-10
12.3+05-1
..
2 - 99
1,8
1,5
-0~
e
_g_o
2,0
0,0
_gQ
13,0
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL DAN
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smp{Jam) Fase 1
1'10
~684
~ 421::=::
----y
~us
187~
Formulir SIG-IV
Ditanaani oleh: OK
Perihal: 3 Fase
Periode: Jam puncak paai sore
Fase4
Fase 3
1(
415
v-
1-
--1
+15
s
N
Rasio
kendaraan
berbelok
p lTOR
plT
p RT
w.
t-'
Rms.(20)
Rms.(18) Gb.C-3:2
Rms.(19) Gb.C-3:3 Tb.C-4:1
0
0
111
s
T
B-ST
8-ST,
B-RT
I'll
/?1
3
1
1
2
2
/Ill
'"'
/~1
p
p
p
p
0 5~ 050
0,2!
1,00
/71
IRI
IQI
11nl
90
9,0
60
6,0
3,0
c
c
540
540
3600
360
180C
ua
1111
094
0,94
094
0,94
094
(det Rms.(29)
(det Rms.(31)
Arus
Rasio
Nilai disE lalu
arus
suaikan lintas
FR
smp{Jam smp{Jam
hijau
ats
s::
(/)
ate
0:
Tb.C-4:2
11?1
087
0,87
087
0,87
0,87
5396
54
100
1,00
1,00
1,00
100
1141
100
1,00
100
1,00
1 00
(lo:;l
100
1,00
100
1,00
100
/1lil
092
0,96
100
1,00
100
Rms.(24)
Rms.(26)
11'71
11AI
4063
4239
2944
2944
1472
/101
830
912
421
140
187
0204
0,215
0143
0,048
0127
IFR=
FRcrn
0,546
I?Oi
0374
0,394
0232
l?il
15
16
16
10
10
In\
1129
1256
872
545
273
~
~>
Rms.(33)
mi
0 735
0,726
0483
0,257
0685
::s
::s~
'.:.
Formulir SIG-V
SIMPANG BERSINYAL
Tanaaal:
Formulir SIG-V:
PANJANG ANTRIAN
Kota:
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpang:
TUNDAAN
i
Waktu siklus:
Kode
Arus
Kapasitas Derajat
Rasio Jumlah kendaraan antri (smp)
pendekat
lalu
smp(Jam kejenuhan hijau
lintas
OS
GR
N1
Total
N2
smp(Jam
N01+N02=
=
=
Q
c
NO
0/C
g/c
Rms.(34.1) Rms.(35)
(1)
(2)
s
T
B -ST1
B-ST2
B-RT
830
912
421
140
187
ill
1129
1256
872
545
273
_Mj
0,735
0,726
0,483
0,257
0,685
@_
0,278
0,296
0,296
0,185
0,185
(61
0,9
0,8
0,0
0,0
0,6
(7)
11,3
12,3
5,2
1,8
3,2
Ditangani oleh: OK
Peri hal:
3- Fase
Periode:
Jam puncak paqi- sore
24 Januari 1996
Uiun_g__pandang_
54
NO MAX
Panjang Rasio
Jumlah Tundaan
antrian kendaraan kendaraar Tundaan lalu Tundaan geo- Tundaan rata-rata Tundaan
(m) stop/smp terhenti lintas rata-rata metrik rata-rata
total
det/smp
smp(Jam
smp.det
det/smp
det/smp
D=
NS
N sv
DT
DG
DxO
OL
DT + DG
Rms.(37)
Gb.E-2:2
Rms.(JB)
Rms.(39)
(Bt
~~
(10l
(111
12,2
13,1
5,2
1,8
3,2
19
20
10
5
42
44
33
17
47
0,882
0,862
0 741
0,771
1027
Rms.(40)
(121_
732
786
312
108
192
Rms.(42)
Rms.(43)
(13)+(14)
t1~}
(14)
(15}
206
19,3
15 6
18,8
284
4,3
3,7
3,4
3,4
4,3
(2)x(15)
(16}
24,9
23,0
190
22,2
32 7
20667
20976
79991
3108
6115
:1.
~
'/l
?.:
:>
{J
;)
....
LTOR (semua)
Arus kor. Okor.
Arus total Otot. - 2490
-<
Total:
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp:
2130
0,86
Total:
Tundaan simpang rata-rata (det/smp):
>
58865
23,64
()
0
::s
0
::s-
+>-
KEPUSTAKAAN
Sl.
TRB
S2.
Bang, K.arl-L.
S3.
Webster, F.V.
Cobbe, B.M.
Traffic signals.
Roads Research Lahoratory, Technical Paper No. 56. Crowthorne,
Berkshire U.K. 1966.
S4.
Akcelik, R.
ss.
May, A.D.
Gedizlioglu, E.
Tai, L.
S6.
Rois, H.
S7.
Bina Marga
S8.
Directorate
General of
Highways
S9.
SlO.
Bang, K-L.
Bergh, T.
Marler, N.W.
Sll.
Bang, K-L,
Lindberg, G.
Schandersson, R.
2 - 102
S12.
Bang, K-L,
Palgunadi
S13.
Bang, K-L.
Harahap, G.
Lindberg, G.
2 - 103
Lampiran 2:1
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SJG-1:
GEOMETRI
PENGATURAN LALU LINTAS
LINGKUNGAN
FASE SINYAL YANG ADA
g=
9=
Formulir SIG I
I Ditanqani oleh:
Tanooal:
Kota:
Simpang:
Ukuran kota:
Soal:
Periode:
Waktu siklus:
C=
9=
9=
IG=
IG=
IG=
-~ -'
KONOISI LAPANGAN
Hambatan
Tipe
Belok-kiri Jarak ke
Kode
lingkungan samping
Median Kelandaian langsung kendaraan
pendekat jalan
Ya/Tidak parkir (m)
Tinggi/Rendah Ya/Tidak
+/%
{1)
{2)
{3)
{4)
(}_
(5)
2 -
104-
_(7)
Lebarpendekat{m)
Belok kiri lang- Keluar
Pendekat Masuk
WA
WMASUK sung W LTOR
WKELUAR
(8)
(9)
(10)
{11)
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-11:
ARUS LALU LINTAS
1"\:..
.: _,_ ...
Ulliifol,fallo
Ult:fl.
Tanqqal:
Kota:
"''
..,lllljJQIII,jo
n._.,.,
rinoan (LV)
Kode Arah emp terlindung =1,0
'Penemp terlawan =1,0
:dekat
ikend/
,.,,f' ,a.,
jam ITerlindung "!';...~ .. -
!
111
l2l
(3)
(4l
(5)
r\t:IIUCllelelol berat_friY}_
1emp terlindung =1,3
lemp 1cooavve~o =1,3
lkend/
smpnam
r;.,.,.
16l
ITertindung
>Af\1
BERIVIOTOA (MVJ
(9l
(10l
1111
IKEND.TAK BERMOTOf
(13l
(14l
115)
1161
Arus
UM
Rasio
UMJMV
kend/
jam
Eq.(15J
em
(18)
LT/LTOR
ST
RT
Total
ILTILTOR
Total
ILT/LTOR
ST
RT
Total
ILT/LTOA
ST
RT
Total
ILT/LTOR
ST
RT
Total
ILT/LTOR
ST
RT
~~l~L.:~.TOai~A==~==~==~~==~==~==~==~==~=+==-+=-~~~+--=~94t
~--~S~T+---+----4----~--~---+--~~~~--~---4---+----;----+--+-~-----r---
RT
Total
LT/LTOA
ST
RT
Total
ILT/LTOA
ST
AT
Total
ILTILTOA
ST
RT
Total
2 - 105
Lampiran 2:1
Formulir SJG-m
SIMPANG BERSINYAL
Tanggal:
Formulir SIG-111:
Ditangani oleh:
Kota:
WAKTU HILANG
Simpang:
Soal:
Waktumerah
semua (det)
Pendeka
Kecepatan
Pendekat
Kecepatan V A m/det
m/det
--> Fase
Fase
--> Fase
Fase
-> Fase
Fase
--> Fase
2 - 106
Formulir SJG-JV
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-IV:
PENENTUAN WAKTU SINYAL
KAPASITAS
Distribusi arus lalu lintas (smp{Jam)
Fase 1
Tanggal:
Kota:
Simpana:
Fase 2
Ditangani oleh:
Soal:
Periode:
Fase 4
Fase3
'
.....
Rasio
kendaraan
berbelok
pnoR pu
0
-....1
pm
Om
Omo
w.
Arus
Nilai dise lalu
suaikan lint as
Rasio
arus
FR
smp~am smp~am
0/S
IFR
3::
------------
hijau
Rasio
fase
PR=
FRcrit
~Vl
~
~
...,...
0/C
'/.
z
-<
>
r
Eq.(20)
Eq.(18) Gb.C-3:2
Eq.(19) Gb.C-3:3
(1)
(2)
{3)
(4}
(5)
(6)
{8)
{9)
{10)
c ,. (det)
c (detl
Tb.C-4:1
{11)
Tb.C-4:2
(12)
(14}
(15}
(16}
Eq.(24)
Eq.(26)
(17}
Eq.(29)
Ea.(31)
(18}
(19}
Eq.(2B)
Eq.(30}
Eq.(32)
Eq.(33)
(20}
(21}
(22}
(23}
~
3
"9.
..,
IFR=
FRcrit
:lJ
:::1
.....
SIMPANG BERSINYAL
Formulir SIG-V:
Kode
pendekat
Arus
lalu
lintas
smp~am
(11
.,
121
tl
Formulir SIG-V
Tanggal:
Oitangani oleh:
PANJANG ANTAIAN
Kota:
Soal:
Simpang:
Periode:
TUNDAAN
Waktu siklus:
Kapasitas Derajat
Rasio Jumlah kendaraan antri (smp)
Panjang Rasio
Jumlah
Tundaan
antrian kendaraan kendaraan Tundaan lalu
smp~am kejenuhan hijau
OS
GR NQ,
N02
Total
NOUAX
(m) stop/smp terhenti
lintas rata -rata
N01+N02
smp/jam
del/smp
=
=
c
g/c
NO
0/C
OL
NS
Nsv
DT
131
141
151
Eq.(34.1)
Eq.(35)
Eq.(37)
Gb.E-2:2
Eq.(38)
Eq.(39)
161
181
191
1101
1111
Eq.(40)
1121
Eq.(42)
Eq.(43)
(13)+(14)
(2)x(15)
1131
1141
1151
1161
~
~
.r.
>
~
......
~
;r;
J,
0
00
...7.
~
LTOR (semua)
Arus kor. Okor.
Total:
Total:
r3
L_
"2.
..,
:.:
::l
.....
BAB3
1.
PENDAHULUAN
3-3
1.1
1.2
3-3
3-4
2.
METODOLOGI
3- 10
2.1
2.2
2.3
2.4
3- 10
3 - 12
3- 13
3- 22
3.
PROSEDUR PERHITUNGAN
lANGKAHA:
lANGKAH B:
lANGKAHC:
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 - 24
3- 1
3- 24
3-24
3- 25
3- 29
3-30
3- 31
3- 33
3 - 33
3 - 34
3- 34
3 - 35
3- 36
3 - 37
3 - 38
3 - 49
3 - 40
3-40
3 - 40
3 - 43
3- 44
4.
CONTOH PERHITUNGAN
4.1
4.2
4.3
4.4
CONTOH-1
CONTOH-2
CONTOH-3
CONTOH-4
5.
KEPUSTAKAAN
....................................... 3-45
SIMPANGTAKBERSINYAL4-LENGAN ..................
SIMPANG TAK BERSINYAL 4-LENGAN ..................
SIMPANG TAK BERSINYAL 3-LENGAN ..................
PERANCANGAN TIPE SIMPANG .......................
3-45
3- 49
3- 52
3- 56
3-56
3-2
1.
PENDAHULUAN
1.1
Bab ini berhubungan dengan simpang tak bersinyal berlengan 3 dan 4 (definisi lihat Bagian 1.2), yang
secara formil dikendalikan oleh aturan dasar lalu-lintas Indonesia yaitu memberi jalan pada kendaraan
dari kiri.
Ukuran-ukuran kinerja berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan
geometri, lingkungan dan lalu-lintas dengan metoda yang diuraikan dalam bab ini :
Kapasitas
Derajat kejenuhan
Tundaan
Peluang antrian
Ukuran-ukuran ini didefinisikan pada Bab 1 Bagian 4 "Definisi umum dan istilah".
Karena metoda yang diuraikan dalam manual ini berdasarkan empiris, hasilnya sebaiknya selalu.
diperiksa dengan penilaian teknik lalu-lintas yang baik. Hal ini sangat penting khususnya apabila
metoda digunakan di luar batas nilai variasi dari variabel dalam data empiris. Batas nilai ini
ditunjukkan pada Tabel 1.1:1. Penggunaan data tersebut akan menyebabkan kesalahan perkiraan
kapasitas yang biasanya kurang dari 20%.
4-lengan
3-lengan
Variabel
Min.
Lebar masuk
Rasio belok-kiri
Rasio belok-kanan
Rasio arus jalan simpang
%-kend ringan
%-kend berat
%-sepeda motor
Rasio kend tak bermotor
Tabel 1.1:1
3,5
0,10
0,00
0,27
29
1
19
0,01
Rata-2
Maks.
Min.
9,1
0,29
0,26
0,50
75
7
67
0,22
3,5
0,06
0,09
0,15
34
1
15
0,01
5,4
0,17
0,13
0,38
56
3
33
0,08
Rata-2
4,9
0,26
0,29
0,29
56
5
32
0,07
Maks.
7,0
0,50
0,51
0,41
78
10
54
0,25
Batas nilai variasi dalam data empiris untuk variabel-variabel masukan (berdasarkan
perhitungan dalam kendaraan).
Metoda ini menganggap bahwa simpang jalan berpotongan tegak lurus dan terletak pada alinyemen
datar dan berlaku untuk derajat kejenuhan kurang dari 0,8 - 0,9. Pada kebutuhan lalu-lintas yang lebih
tinggi perilaku lalu-lintas menjadi lebih agresif dan ada risiko tinggi bahwa simpang tersebut akan
terhalang oleh para pengemudi yang berebut ruang terbatas pada daerah konflik.
Metoda ini diturunkan dari lokasi-lokasi, yang mempunyai perilaku lalu-lintas Indonesia yang diamati
pada simpang tak bersinyal. Apabila perilaku ini berubah, misalnya karena pemasangan dan pelaksanaan rambu lalu-lintas BERHENTI atau BERI JAlAN pada simpang tak bersinyal, atau melalui
penegakan aturan hakjalan lebih dulu dari kiri (undang-undang lalu-lintas yang ada), maka metoda
ini akan menjadi kurang sesuai.
3- 3
1.2
Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal dicantumkan di bawah ini. Definisi
umum, seperti untuk ukuran kinerja, diberikan pada Bab 1, Bagian 4.
Kondisi Geometrik
Notasi
Istilah
Definisi
LENGAN
SIMPANG-3 DAN
SIMPANG-4
_jL
II II
3-lengan
4-lengan
A,B,C,D
Wx
JALAN UTAMA/JAlAN
MINOR
PENDEKAT
LEBAR PENDEKAT X (m) Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur di
bagian tersempit, yang digunakan oleh Jalu-Jintas yang
bergerak.
X adalah nama pendekat. Apabila
pendekat tersebut sering digunakan untuk parkir,
Iebar yang ada harus dikurangi 2 m.
3- 4
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
LEBAR RATA-RATA
Lebar efektif rata-rata untuk semua pendekat pada
SEMUA PENDEKAT X (m) persimpangan jalan.
IT
LEBAR RATA-RATA
PENDEKAT MINOR
(UTAMA) (m)
TIPE SIMPANG
JUMlAH LAJUR
:1om
:-
~---8
b
10m
c
Gambar 1.2:2
Kondisi lingkungan
Kondisi lalu-lintas
LT
BELOK KIRI
ST
LURUS
RT
BELOKKANAN
BELOK
PLT
3-5
PRT
OroT
AR US TOTAL
OoH
OuM
PuM
RASIO KENDARAAN TAK Rasio ::~nt::~r::~ kend::~raan tak bermotor dan kendaraan
BERMOTOR
bermotor pada persimpangan.
QMA
ARUS TOTALJALAN
UTAMA
QMI
TUNDAAN
LV%
HV%
% KENDARAAN BERAT
MC%
%SEPEDA MOTOR
FAKTORSMP
FAKTOR LHRT
3- 6
Faktor-faktor perhitungan
Co
KAPASITAS DASAR
(smp/jam)
Fw
FM
Fcs
FRSU
FAKTOR PENYESUAIAN Faktor penyesuaian kapasitas dasar akibat tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
TIPE LINGKUNGAN
bermotor.
JAlAN, HAMBATAN
SAMPINGDAN
KENDARAAN TAK
BERMOTOR
FLT
FRT
F~fl
3- 7
- ___.)
~ ~t~
l.
v
,.,-::ill...
-~
~
"
Simpang tak
bersinyal dengan
empat lengan di
Palembang
Simpang tak
bersinyal dengan
empat lengan di
Ujung Pandang.
Hak jalan lebih
dulu dari kiri
biasanya tidak
dihormati pada
simpang tak
bersinyal.
3-9
2.
METODOLOGI
2.1
PRINSIP UMUM
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar empiris. Alasannya adalah
bahwa perilaku lalu-lintas pada simpang tak bersinyal dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur
dan aturan antri sangat sulit digambarkan dalam suatu model perilaku seperti model berhenti/beri jalan
yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku pengemudi berbeda sama sekali dengan yang
ditemukan di kebanyakan negara Barat, yang menjadikan penggunaan metode manual kapasitas dari
negara Barat menjadi tidak mungkin. Hasil yang paling menentukan dari perilaku lalu-lint~ts adalah
bahwa rata-rata hampir dua pertiga dari seluruh kendaraan yang datang dari jalan minor melintasi
simpang dengan perilaku "tidak menunggu celah", dan celah kritis yang kendaraan tidak memaksa
lewat adalah sangat rendah yaitu sekitar 2 detik.
Metode ini memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran-ukuran terkait lainnya akibat
kondisi geometri, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.
a)
Kapasjtas
Kapasitas total untuk seluruh lengan simpang adalt~h hasil perkalian Clntara kapasitas dasar (C0) yaitu
kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktnr penyesuaian (F). dengan memperhitungkan
pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
Bentuk model kapasitas menjadi sebagai berikut:
Variabel-variabel masukan untuk perkiraan kap~L'iitas (smp/jam) dengan menggunakan model tersebut
adalah sebagai berikut:
Ti pe Vari abel
Geometri
Lingkungan
Lalu Iintas
Tabel 2.1:1
Ringkasan
variabel-v~triahel
Faktor model
IT
w.
M
cs
Fw
FM
Fcs
RE
SF
PuM
PLT
PR"r
Q,.n/QTOT
FI{SIJ
FLT
FI{T
FMI
Dalam beberapa manual dari Barat sudut pada simpang miring mempunyai pengaruh pada kapa<;itas.
Manual Indonesia tidak berdasCirkan metode "pengamhilan celah", dCin tidak ada perhedaan yang jelas
3 - ]()
antarajalan utama danjalan minor. Karena manual juga tidak memungkinkan perhitungan kapasitas
pendekat melainkan kapasitas simpang, maka sudut belok pendekat tidak dipergunakan.
b)
Oerajat kejenuhan
Qsmp/C
di mana:
Qsmp
fsmp
c)
= Qkend X Fsmp
Tundaan
2)
TUNOAAN lALU-LINTAS (OT) akibat interaksi lalu-lintas dengan gerakan yang lain dalam
simpang.
TUNOAAN GEOMETRIK (OG) akibat perlambatan dan percepatan kendaraan yang
terganggu dan tak-terganggu.
Tundaan lalu-lintas seluruh simpang (OT), jalan minor (OT~ dan jalan utama (OTM.J, ditentukan
dari kurva tundaan empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel bebas.
Tundaan geometrik (OG) dihitung dengan rumus :
Untuk OS < 1,0 :
OG = (1-0S) x (pTx6 + (1-pT )x3) + 0Sx4 (det/smp)
Untuk
OS~
dimana:
OS
PT
=
=
=
1,0: OG = 4
Oerajat kejenuhan.
Rasio arus belok terhadap arus total.
Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang tak-terganggu (det/smp).
Tundaan geometrik normal untuk kendaraan yang terganggu (det/smp).
3 - 11
Tundaan Jalu-Jintas simpang (simpang tak-bersinyal, simpang bersinyal dan bundaran) dalam manual
adalah berdasarkan anggapan-angapan sebagai beri kut :
Kecepatan referensi 40 km/jam.
Kecepatan belok kendaraan tak-terhenti 10 km/jam.
Tingkat percepatan dan perlambatan 1.5 m I det 2
Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari tundaan perlambatan, sehingga
hanya menimbulkan tundaan percepatan.
Tundaan meningkat secara berarti dengan arus total, sesuai dengan arus jalan utama dan jalan minor
dan dengan derajat kejenuhan. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perilaku 'pengambilan-celah'
pada arus yang tinggi. Ini berarti model barat yaitu Jalu-lintas jalan utama berperilaku berhenti I
memberi jalan, tidak dapat diterapkan (di Indonesia). Arus keluar stabil maksimum pada kondisi
tertentu yang ditentukan sebelumnya, sangat sukar ditentukan, karena variasi perilaku dan arus keluar
sangat beragam. Karena itu kapasitas ditentukan sebagai arus total simpang dimana tundaan Jalulintas rata-rata melebihi 15 detik/smp, yang dipilih pada tingkat dengan probabilitas berarti untuk titik
belok berdasarkan hasil pengukuran Japangan; (nilai 15 detik/smp ditentukan sebelummya). Nilai
tundaan yang didapat dengan cara ini dapat digunakan bersama dengan nilai tundaan dan waktutempuh dengan cara dari fasilitas lalu-lintas lain dalam manual ini, untuk mendapatkan waktu tempuh
sepanjang rute jaringan jika tundaan geometrik di koreksi dengan kecepatan ruas sesungguhnya.
d)
Peluang antri;:m
Peluang antrian ditentukan dari kurva peluang antrian/derajat kejenuhan secara empiris.
2.2
BERBAGAI PENERAPAN
Manual kapasitas jalan ini dapat digunakan untuk berbagai penerapan seperti pe1encanaan,
perancangan dan analisa operasional.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapl'ltkan denah dan ukuran geometrik yang memenuhi sasaran
yang di tetl'lpkan untuk kondisi lalu-lintas rencana tersebut.
Perancangan berbeda dari perencanaan hanya pada skala waktu. Pada penerapan perencanaan,
masukan data lalu-Jintas biasanya berhubungan dengan suatu jam puncak. Pada perancangan,
informasi data Jalu-lintas biasanya dalam bentuk LHRT yang diramalkan, yang kemudian harus
dikonversikan ke dalam jam puncak rencana, biasanya dengan menggunakan suatu faktor persentase
normal.
Analisa operasional biasanya dikerjakan dengan tujuan untuk memperkirakan ukuran kinerja simpang
untuk denah, lingkungan dan situasi lalu-lintas tertentu.
3- 12
2.3
2.3.1
Tujuan
Tujuan Bagian ini adalah untuk membantu para pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang
sesuai dengan masalah umum perancangan, perencanaan, dan operasional dengan menyediakan saran
untuk tipe dan denah simpang tak-bersinyal standar yang memadai. Disarankan agar perencanaan
simpang baru didasarkan pada analisa biaya siklus hidup dari perencanaan yang paling ekonomis
pada arus lalu-lintas tahun dasar yang berbeda, lihat Bagian 2.3.3b. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pemilihan asumsi awal tentang denah dan perencanaan yang akan diterapkan jika
menggunakan inetoda perhitungan untuk simpang tak-bersinyal seperti ditunjukkan pada Bagian 3 dari
Babini.
Untuk analisa operasional dan peningkatan simpang yang sudah ada saran diberikan dalam bentuk
perilaku lalu-lintas sebagai fungsi arus lalu-lintas pada keadaan standar, lihat Bagian 2.3.3c. Rencana
dan bentuk pengaturan lalu-lintas harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi
nilai yang dapat diterima (biasanya 0,75). Saran-saran juga diberikan mengenai masalah berikut yang
berkaitan dengan rencana detil dan pengaturan lalu-Iintas:
Dampak terhadap keselamatan lalu-lintas dan emisi kendaraan akibat perubahan rencana
geometrik dan pengaturan lalu-lintas.
Perencanaan rinci yang berkaitan dengan kapasitas dan keselamatan.
3- 13
1111111
~{
---1
--
-[
~~~r
322
L
nm1~
~~~-
c-
.
I
3-
--
rmnjuu( E
I .I
Gambar 2.3.2:1
-5
344M
llllllllllll
I
3- 14
MK.JI:
SIMPA.~G
TAK BERSINY AL
SIMPANG EMPAT-LENGAN
Pendekat jalan
utama
Kode
tipe
SIMPANG TIGA-LENGAN
Pendekat
jalan minor
Kode
tipe
Jumlah
lajur
Median
Jumlah lajur
1
2
T
T
y
T
y
1
1
1
422
424
424M
444
444M
2
2
2
322
324
324M
344
344M
2
2
Pendekat jalan
utama
Pendekat
jalan minor
Jumlah
Iajur
Median
Jumlah lajur
1
2
2
2
2
T
T
1
1
1
2
2
Tabel 2.3.2:1 Definisi tipe simpang yang digunakan dalam bagian panduan
2.3.3
a)
Umum
Pada umumnya simpang tak-bersinyal dengan pengaturan hak jalan( prioritas dari sebelah kiri)
digunakan di daerah permukiman perkotaan dan daerah pedalaman untuk persimpangan antarajalan
lokal dengan arus lalu-Iintas rendah. Untuk persimpangan dengan kelas dan/atau fungsi jalan yang
berbeda, lalu-lintas pada jalan minor harus diatur dengan tanda "yield" atau "stop".
Simpang tak-bersinyal paling efektif apabila ukurannya kecil dan daerah konflik lalu-Iintasnya
ditentukan dengan baik. Karena itu simpang ini sangat sesuai untuk persimpangan antara jalan dualajur tak-terbagi. Untuk persimpangan antarajalan yang lebih besar, misalnya antara duajalan empatlajur, penutupan daerah konflik dapat terjadi dengan mudah sehingga menyebabkan gerakan lalu-Iintas
terganggu sementara. Bahkanjika perilaku lalu-Iintas simpang tak-bersinyal dalam tundaan rata-rata
selama periode waktu yang lebih lama lebih rendah dari tipe simpang yang lain, simpang ini masih
lebih disukai karena kapasitas tertentu dapat dipertahankan meskipun pada keadaan lalu-Iintas puncak.
Perubahan dari simpang tak-bersinyal menjadi bersinyal dan bundaran dapat juga karen a pertimbangan
keselamatan lalu-Iintas untuk mengurangi kecelakaan lalu-Iintas akibat tabrakan antara kendaraan yang
berlawanan arah, lihat b<lgian d) di bawah. Hal ini mungkin terjadi jika kecepatan pendekat menuju
simpang tinggi, dan/atau jarak-pandang untuk gerakan lalu-Iintas yang berpotongan tidak cukup
akibat rumah, tanaman atau halangan lainnya dekat sudut persimpangan. Simpang bersinyal mungkin
juga diperlukan untuk memudahkan melintasi jalan utama bagi lalu-lintas jalan minor dan/atau pejalan
kaki.
b)
Pertimban2an ekonomi
Tipe simpang yang paling ekonomis (simpang bersinyal, simpang tak bersinyal atau bundaran) yang
berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) ditunjukkan dalam Bab 1 Bagian 5.2.1b. Perencanaan
baru sjmpan2 tak-bersinyal yang paling ekonomis ditunjukkan pada Tabel 2.3.3:1 di bawah.
3- 15
Kondisi
Ukuran kota
(Juta)
Rasio
(Q~QMI)
Tipe simpang
422
424
424M
444
444M
2050-2400
2150-2400
2200-2450
2300-2600
2550-2850
1750-2000
2200-2450
1/1
1,5/1
2/1
3/1
4/1
10/10
< 1600
< 1600
< 1650
< 1750
< 1750
1600
1600
1650
1750
1750
1750
1750
1800
1900
2050
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
25/25
<2000
<2000
<2050
< 2150
<2200
2000
2000
2050
2150
2200
2150
2200
2200
2400
2600
0.5-1 Juta
1/1
1/1
10/10
25/25
< 1650
<2050
1650
2050
1800
2300
0.1-0.5 Juta
1/1
1/1
10/10
25/25
< 1350
< 1650
1350
1650
1500
1800
--
322
324
324M
344
344M
2150-2300
2200-2450
2400-2600
2700-2950
2950-3150
1-3 Juta
1-3 Juta
0.5-1 Juta
0.1-0.5 Juta
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
10/10
< 1600
< 1650
< 1650
< 1750
< 1750
1600
1650
1650
1750
1750
1750
1900
2000
2200
2450
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
25/25
< 1600
< 1650
< 1750
< 1750
< 1800
1600
1650
1750
1750
1800
1750
1900
2050
2300
2550
1/1
1/1
10/10
25/25
< 1650
< 1650
1650
1650
1/1
1/1
10/10
25/25
< 1350
< 1350
1350
2600-2950
2600-3000
2700-3100
2950-3250
3150-3550
2200-2450
2700-3100
2150-2300
2300-2450
2450-2600
2750-3000
3000-3250
1750-1800
1750
1800-1900
1350
1450-1500
1450-1500
Penjelasan:
Rasia:
LT/RT:
3- 16
Gambar 2.3.3:1 menunjukkan informasi yang sama sebagai fungsi dari arus lalu-lintas pada jalan yang
berpotongan ( dua arah).
Untuk daerah luar kota biaya pembebasan tanah lebih rendah sehingga memungkinkan pembuatan
simpang yang lebih besar, tetapi kecepatan rencana biasanya tinggi sehingga diperlukan ruang yang
lebih luas untuk tipe simpang yang sama sesuai dengan panduan standar Bina Marga.
c)
Perilaku lalu-lintas
Tingkat kecelakaan lalu-lintas pada simpang tak-bersinyal empat-lengan diperkirakan sebesar 0,60
kecelakaan/juta kendaraan, dibandingkan dengan 0,43 pada simpang bersinyal dan 0,30 pada
bundaran.
DAMPAK DENAH SIMPANG
Simpang tiga lengan bentuk T mempunyai tingkat kecelakaan 40% lebih rendah dari pada
simpang empat lengan.
Simpang Y mempunyai tingkat kecelakaan 15-50% lebih tinggi dari simpang T.
DAMPAK PERENCANAAN GEOMETRIK
Median padajalan utama sedikit mengurangi kecelakaan.
3- 17
Simpang 4-Lengan
E
0
'
"'0
CD
-"' 1000
....
0
.
~
0
....,
Ill
:::i
I
500
:::J
0
..J
Ill
:::J
....
<
0
1000
500
2500
2000
1500
700
------+--J---~'-\-1--~..:_------'--+-
+-.....,.--~600
c
___l__
---- I
1
!
Ill
.1'
j ....
------h!_---:;-4-~L......;"'_-4----~.e:.....;:::""'-1.-
300
i/
.1
/
:::J
0 200
<
Ill
"'
"'
" "'
.. "
..l. 322
.~
----+--\.-:
' , ;'--7---r:-
/.
..J
....:::J
<
---~--~-----//
- ___________j_
.:00
0
....,
c
:::i
---//il/ ./~-----~~-~~-~~~~~~~~~"_/
,
"
_ _..
-"'
500
"
-.--1-----------;---/----...,...-!-~----'-~"""'-1---.;-....;.. ..;~-"--------l
CD
....
0
.
__ _.;.r_ _ _
;'
i'
j"
"'"'
~~
. . r'
:~-
tOO
<, . . . . . . . . . . -:.-:.--
~-;:~0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Gambar 2.3.3:1
'
~--
.....
--~--
-+-
...::: ~
.....~
..
-- f--- --
-
....
-~y
- '
-~
!10
c:
f-....
~~
- -
frtr
~r:
--
DS
....
...
1000
1500
'
2000
1--,
'
I
I
DS=-0.75
G,2S
os.a,s
1-
.----,..4---~~~-~~~-~+-~-a.+-~-~+-~-~+-~~~~~~~
---
~vy
~~
-r:
i
I
::.. ---r'
--~OS
:r--r:r-
!J // 1/
.!!
0
I
I
I
.I
1800
3000
3500
__ i
--t
-1
....
+----4--~~~--~~~--~~~~-4--~,~~~~-4~
o
sao
1000
l500
2000
2100
3IXIO
31500
Hr--r-o~.-.-~-,--,-;--r-o----o-~-r-..-r---1
l ____L_,_-L--1--+-,-l--L..-~~~~+~1
Gambar 2.3.3:2
3- 19
-~
;w ; :
~I;
MKJI: SJMPANGTAKBERSINYAL
I
I
. I
_[
--
Q::20
',.;;
I : '
.. --t--; t
:. 10
0
.g
c
....
..
i/17J7 /;(
I
"""
--:os
I
2000
'
'
i
'
iI
'
'
1SOD
'
1.0
I'
....
OS-:0.75
11.251
DS
i'
.__,...._
~ ~--
~ ~-
.,,
,.,
;-
.. :-:+-'~
~--os,;o.s
.ll
c
I
:
_L_
-~-+-.... i .. +-+-~- ~~
.:I~
:...,
~~~
-~
i
-.-
'
'
I
2SOO
:1000
~r.t----t----4-~--~---+--2-~~~~~~~--+----1
:e
~p
!?
1,0
,, _ l l
-t----t--:..-+--.:..___w
I
~ 'T--T-~-+-~......,~~
~
c
. -: ~ j- ---=~~~+-----~
'
'
1500
2000
2500
3000
....
.... .....
.....
Ukurari Kota: 1-3 Juta, Rasio: 2/1, LT/RT: 25/25
;,~--~-----r~--~--~----.---~--,i-o--~;-or-7,-,
!.
"""
1500
tOOl)
2000
2500
3000
-+
-----
...,.
Gambar 2.3.3:3
3- 20
:::
::: I,;
;.;; ,;
e)
Pertjmban.:an Iint:kun.:an
Data empiris dari Indonesia tentang emisi kendaraan tidak ada pada saat pembuatan manual ini. Emisi
gas buang kendaraan dan atau kebisingan umumnya bertambah akibat percepatan atau perlambatan
kendaraan yang sering dilakukan, demikian juga akibat waktu berhenti. Dari pemahaman ini simpang
tak-bersinyal dengan tundaan rata-rata lebih rendah dari simpang bersinyal pada arus total yang sama
lebih disukai. Meskipun demikian untuk keadaan simpang yang mempunyai arus jalan utama lebih
tinggi dari arus jalan minor, tanda "Yield" atau "Stop" pada jalan minor (bila diterapkan) akan
mengurangi kebutuhan kendaraan dari jalan utama untuk berhenti atau mel am bat, sehingga dari aspek
lingkungan akan lebih disukai dibandingkan dengan simpang tak-bersinyal tanpa pengaturan seperti
itu.
2.3.4
Perencanaan rinci
Saran umum berikut dapat diberikan berkaitan dengan perencanaan rinci simpang tak-bersinyal:
Sudut simpang sebaiknya mendekati 90 derajat, dan sudut yang lain dihindari untuk
keselamatan lalu-lintas.
Fasilitas sebaiknya disediakan agar gerakan belok kiri dapat dilewatkan dengan konflik
minimum terhadap gerakan kendaraan yang lain.
Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya lebih Iebar dari biasanya untuk memberikan ruang bagi
kendaraan tak-bermotor, (meningkatkan kapasitas dan juga keselamatan).
Lajur belok terpisah sebaiknya direncanakan "diluar" lajur utama lalu-Iintas, dan lajur belok
sebaiknya cukup panjang untuk mencegah antrian pada arus lalu-lintas tinggi yang dapat
menghambat lajur menerus. Lajur tambahan akan memperlebar daerah persimpangan yang
berdampak negatif terhadap keselamatan.
Pulau lalu-lintas di tengah sebaiknya digunakan jika Iebar jalan lebih dari 10 m untuk
memudahkan pejalan kaki menyeberang. Lajur belok kiri tambahan sebaiknya mempunyai
pulau untuk pejalan kaki.
Lebar median di jalan utama sebaiknya paling sedikit 3-4m untuk memudahkan kendaraan
dari jalan minor melewati jalan utama dalam dua tahap, (meningkatkan kapasitas dan juga
keselamatan).
Daerah konflik simpang sebaiknya kecil dengan lintasan yang jelas untuk gerakan yang
konflik.
3- 21
2.4
Kapasitas dan ukuran perilaku lalu-lintas lainnya yaitu Derajat kejenuhan, Tundaan (det/smp) dan
Peluang antrian dihitung untuk kondisi geometrik, lingkungan dan lalu-lintas tertentu sebagai berikut,
lihat Gambar 2.4:1.
A-1:
A-2:
A-3:
I PERUBAHAN I
~I'
LANGKAH B: KAPASITAS
Lebar pendekat dan tipe simpang
Kapasitas dasar
Faktor penyesuaian Iebar pendekat
Faktor penyesuaian median jalan utama
Faktor penyesuaian ukuran kota
Faktor penyesuaian tipe lingkugan, hambatan
samping dan kend. tak bermotor
B-7: Faktor penyesuaian belok kiri
B-8: Faktor penyesuaian belok kanan
B-9: Faktor penyesuai<m rasio arus jalan minor
B-10: Kapasitas
B-1:
B-2:
B-3:
B-4:
B-5:
B-6:
1
C-1:
C-2:
C-3:
C-4:
YA
I
l TIDAK
Akhir analisa
Gambar 2.4:1 Bagan alir analisa simpang tak bersinyal
Pencatatan data masukan yang berkaitan dengan geometri dan arus lalu-lintas paling baik dilakukan
dengan bantuan Formulir USIG-1 (Lampiran 3:1). Gambar geometri simpang dibuat pada bagian
kotak termasuk seluruh ukuran yang perlu seperti Iebar pendekm dan sebagainya. Gambar yang
mencatat seluruh gerakan lalu-lintas dan arus juga dibuat pada kotak di sebelahnya. Bagian bawah
3- 22
dari Formulir USIG-1 dapat gunakan oleh pemakai untuk menghitung parameter arus lalu-lintas yang
diperlukan untuk analisa yang ditunjukkan dengan bantuan Formulir USIG-11. Pada formulir ini hasil
dari berbagai langkah perhitungan yang berbeda dicatat. Setiap kolom mempunyai nomor dan
pengenal, yang digunakan sebagai penjelasan bagaimana memasukkan data ke dalam formulir.
Formulir berikut digunakan untuk perhitungan:
USIG-1
USIG-11
Analisa:
-Lebar pend~kat dan tipe simpang
- Kapasitas
- Perilaku laJu-lintas
Formulir-formulir terdapat pada Iampi ran 3:1 di bagian akhir bab ini.
3- 23
3.
PROSEDUR PERHITUNGAN
lo.sl
------
I
I
I
1.0
bahu
jalan, tanpa kereb
jalan, dengan kereb
,6.0
~=~-1.0@
l 6.0
!
3-24
1)
Periode dan soal (alternatit), dimasukkan pada sudut kanan atas Formulir USIG-1.
2)
Sketsa arus lalu-lintas menggambarkan berbagai gerakan dan arus lalu-Iintas. Arus sebaiknya
diberikan dalam kend/jam. Jika arus diberikan dalam LHRT faktor-k untuk konversi menjadi
arus per jam harus juga dicatat dalam formulir pada Baris 1, Kolom 12.
3)
4)
Sketsa arus lalu-lintas memberikan informasi lalu-lintas lebih rinci dari yang diperlukan untuk analisa
simpang tak bersinyal. Jika alternatifpemasangan sinyal pada simpangjuga akan diuji, informasi ini
akan diperlukan. Sketsa sebaiknya menunjukan gerakan lalu-Iintas bermotor dan tak bermotor
(kend/jam) pada pendekat ALT AsT ART dan seterusnya. Satuan arus, kend/jam atau LHRT, diberi
tanda dalam formulir, seperti contoh gam bar A-2: 1 di bawah.
KONDISI LALU LINTAS
Tahun:2005
Jam: puncak sore
Pola altematif lalu lintas: A - 2005
200
/ ' 100
@~200
300,
700 ....
.-r----~-
3-25
Data arus lalu-lintas klasifikasi per jam tersedia untuk masin&-masing gerakan
Jika data arus lalu-lintas klasifikasi tersedia untuk masing-masing gerakan, data tersebut dapat
dimasukkan pada Kolom 3, 5, 7 dalam satuan kend/jam. Arus total kend/jam untuk
masing-masing gerakan lalu-lintas dimasukkan pada Kolom 9. Jika data arus kendaraan tak
bermotor tersedia, angkanya dimasukkan ke dalam Kolom 12.
Konversi ke dalam smp/jam dilakukan dengan mengalikan emp yang tercatat pada formulir
(LV:1,0; HV:1,3; MC:O,S) dan catat hasilnya pada Kolom 4, 6 dan 8. Arus total dalam
smp/jam untuk masing-masing gerakan lalu-lintas dimasukkan pada Kolom 10.
b)
Data arus lalu-lintas per jam (bukan klasifikasQ tersedia untuk masjng-masjng gerakan. beserta
jnformasi tentang komposisi lalu-lintas keseluruhan dalam %
Masukkan arus lalu-lintas untuk masing-masing gerakan dalam kend/jam pada Kolom 9.
Hitung faktor smp Fsmpdari emp yang diberikan dan data komposisi arus Jalu-lintas kendaraan
bermotor dan masukkan hasilnya pada Baris 1, Kolom 10:
Fsmp = (empLV X LV%+ empHV X HV% + empMC X MC%) I 100
Hitung arus total dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan dengan mengalikan arus dalam
kend/jam (Kolom 9) dengan Fsmp dan masukkan hasilnya pada Kolom 10.
c)
Data arus lalu-lintas hanya tersedia dalam LHRT (I..alu-lintas Harian Rata-rata Tabunan)
Konversikan nilai arus lalu-lintas yang diberikan dalam LHRT melalui perkalian dengan
faktor-k (tercatat pada Baris 1, Kolom 12) dan masukkan basilnya pada Kolom 9.
QDH = k X LHRT
Konversikan arus lalu-lintas dari kend/jam menjadi smp/jam melalui perkalian dengan
faktor-smp (Fsmp) sebagaimana diuraikan di atas dan masukkan basilnya pada Kolom 10.
3- 26
Lingkungan jalan
Tabel A-2:2
--
0,07- 0,08
0,08-0,09
0,08- 0,10
0,09-0,12
Rasio kendaraan
HV
Sepeda motor
MC
tak bermotor
(UM/MV)
4,5
3,5
3,0
2,5
2,5
35,5
41
57
34,5
34,5
0,01
0,05
0,14
0,05
0,05
Kend. ringan
Kend. berat
LV
60
55,5
40
63
63
Nilai normal komposisi Ialu-lintas (perhatikan bahwa kendaraan tak bermotor tidak
termasuk dalam arus lalu-Iintas)
Normal
Faktor
Rasio arus jalan minor PMJ
Rasio belok-kiri PLT
Rasio belok-kanan PRT
Faktor-smp, F uno
Tabel A-2:3
< 1 juta
Ukuran kota
Juta penduduk
>3J
1-3J
0,5- 1 J
0,1 - 0,5 J
< 0,1 J
> 1 juta
0,25
0,15
0,15
0,85
3- 27
BD jalan utama
PRT = ----::---------A+B+C+D
LT
ST
*-
RT
RT
ST~
L~
A+C
PMI
= A + B+
c+D
OroT = A + B + C + D
A,B,C,D menunjukkan arus lalu-lintas dalam
smp/jam
Gambar A-2:2 Variabel arus lalu-lintas
Hitung arus jalan minor total QMJ yaitu jumlah seluruh arus pada pendekat A dan C dalam
smp/jam dan masukkan hasilnya pada Baris 10, Kolom 10.
Hitung arus jalan utama total QMA yaitu jumlah seluruh arus pada pendekat B dan D dalam
smp/jam dan masukkan hasilnya pada Baris 19, Kolom 10.
Hitung arus jalan minor+ utama total untuk masing-masing gerakan (Belok kiri QL,., Lurus
OsT dan Belok-kanan QRT) demikian juga OToT secara keseluruhan dan masukkan hasilnya
pada Baris 20, 21, 22 dan 23, Kolom 10.
Hitung rasio arus jalan minor PMI yaitu arus jalan minor dibagi dengan arus total, dan
masukkan hasilnya pada Baris 24, Kolom 10.
Hitung rasio arus belok-kiri dan kanan total (pL,., PRT) dan masukkan hasilnya pada Baris 20,
Kolom 11 dan Baris 22, Kolom 11.
Hitung rasio antara arus kendaraan tak bermotor den~an kendaraan berrnotor dinyatakan
dalam kend/jam, dan masukkan hasilnya pada Baris. 24, Kolom 12.
3- 28'
Masukkan perkiraan jumlah penduduk dari seluruh daerah perkotaan dalam juta, lihat tabel A-3: 1.
Ukuran kota
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5- 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
Tabel A-3:1
'
2)
Ungkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menu rut tata guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut
dari aktivitas sekitamya. RaJ ini ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalu-lintas
dengan bantuan Tabel A-3:2 di bawah:
Komersial
Permukiman
Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi
pejalan kaki dan kendaraan.
Akses terbatas
Tabel A-3:2
3)
Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang pada arus
berangkat lalu-lintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis
berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan masuk dan keluar halaman dan
tempat parkir di luar jalur. Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan
teknik lalu-lintas sebagai Tinggi, Sedang atau Rendah.
3- 29
LANGKAH B: KAPASITAS
Kapasitas, dihitung dari rumus berikut:
(smp/jam)
Perhitungan dilakukan dalam beberapa langkah yang ditunjukkan pacta bagan alir di bawah, Gambar
B:l.
LANGKAH B-1
LANGKAH B-2
LANGKAH B-3
LANGKAH B-4
LANGKAH B-5
LANGKAH B-6
LANGKAH B-7
LANGKAH B-8
LANGKAH B-9
LANGKAH B-10
Gambar 8:1
Data masukan untuk langkah-langkah perhitungan dicatat dalam Formulir USIG-1 dan USIG-11. Hasil
dari setiap langkah dapat dimasukkan ke dalam formulir terakhir. Langkah-langkah yang berbeda
diuraikan secara rinci di bawah.
3- 30
--
Lebar rata-rata pendekat minor dan utama W Ae dan W 80 dan Lebar rata-rata pendekat W 1
Masukkan Iebar pendekat masing-masing WA, We, W8 dan W 0 pada Kolom 2, 3, 5 dan 6.
Lebar pendekat diukur pada jarak 10 m dari garis imajiner yang menghubungkan tepi
perkerasan dari jalan berpotongan, yang dianggap mewaJcili Iebar pendekat efektif untuk
masing-masing pendekat, lihat Gambar B-1:1.
Untuk pendekat yang sering digunakan parkir pada jarak kurang dari 20 m dari garis imajiner
yang menghubungkan tepi perkerasan dari jalan berpotongan, Iebar pendekat tersebut harus
dikurangi 2 m.
Hitung Iebar rata-rata pendekat padajalan minor danjalan utama dan masukkan hasilnya pada
Kolom 4 dan 7 (lihat juga Gam bar B-1 :2 di bawah).
WAe = (WA + W d/2 ; W BD = (WB + W o)/2
I.. A
l.
1~
---
W 1 = (b + c/2 + d/2)/3
c
--
3- 31
W BD =(b + d/2)/2
b)
Jumlah lajur
Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan dari Iebar rata-rata
pendekat jalan minor dan jalan utama sebagai berikut. Tentukan jumlah lajur berdasarkan
Iebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan utama dari Gambar B-1:2 di bawah, dan
masukkan hasilnya dalam Kolom 9 dan 10.
:1om
:-
-:-----8
10m:
WBD
10m
WAc=
2
4
2
4
c
Gambar B-1:2 Jumlah lajur dan Iebar rata-rata pendekat minor dan utama
c)
Tjpe Simpang
Tipe simpang menentukan jumlah lengan simpang dan jumlah lajur pada jalan utama dan jalan
minor pada simpang tersebut dengan kode tiga angka, lihat Tabel B-1:1. Jumlah lengan
adalah jumlah lengan dengan lalu-lintas masuk atau keluar atau keduanya.
Masukkan hasil kode tipe simpang (IT) ke dalam Kolom 11.
Kode
IT
Jumlah lengan
simpang
Jumlah lajur
jalan minor
Jumlah lajur
jalan utama
322
324
342
422
424
3
3
3
4
4
2
2
4
2
2
2
4
2
2
4
Tabel B-1:1
Dalam tabel di atas tidak terdapat simpang tak bersinyal yang kedua jalan utama dan jalan
minomya mempunyai empat lajur, yaitu tipe simpang 344 dan 444, karena tipe simpang ini
tidak dijumpai selama survei lapangan. Jika analisa kapasitas harus dikerjakan untuk simpang
seperti ini, simpang tersebut dianggap sebagai 324 dan 424.
3- 32
'
322
342
324 atau 344
422
424 atau 444
2700
2900
3200
2900
3400
Tabel B-2:1
ti~
simpang
0.95
3.5
4.5
5.5
3-33
W1
0.0740 W 1
W1
0.0646 W,
W1
6.5
Faktor penyesuaian
median, (FM)
Tidak ada
1,00
Sempit
1,05
Lebar
1,20
Uraian
Tabel B-4:1
cs
Sangat kecil
Kecil
Sedan.g
Besar
Sangat besar
Tabel B-5:1
Penduduk
(Juta)
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5 - 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
0,82
0,88
0,94
1,00
1,05
3- 34
Komersial
Permukiman
Akses terbatas
Tabel B-6:1
:>u~
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
>0,25
tinggi
0,93
0,88
0,84
0,79
0,74
0,70
sedang_
0,94
0,89
0,85
0,80
0,75
0,70
rendah
0,95
0,90
0,86
0,81
0,76
0,71
tinggi
0,96
0,91
0,86
0,82
0,77
0,72
sedang
0,97
0,92
0,87
0,82
0,77
0,73
rendah
0,98
0,93
0,88
0,83
0,78
0,74
tinggi/sedan_g{rendah
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
berrnotor (Fasu)
Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap kapasitas adalah sama
seperti kendaraan ringan, yaitu empuM =1,0. Persamaan berikut dapat digunakan jika pemakai
mempunyai bukti bahwa empUM .;. 1,0, yang mungkin merupakan keadaan jika kendaraan tak bermotor
tersebut terutama berupa sepeda.
3- 35
1.7
I
'
';
'
I
I
1.6
I
'
I
I
...
'
....J!
'
'
1.4
'
1.5
'
!
;
' '
:-r--r--
Jii~
i
l
l!!t
'
'
1.3
u...-'
1.2
1.1
1-!-H
!
'
I
!
'
'
./
0.05
t-l-L1
!
:i
i
.F
LT
i-1-++++-
0.15
t-++-
I
I
0.1
....J!
H
i
!
i
!-+-f-, :
:-t-
;-;-t-
--t
r-t-1--H-t- ....L..t--1
0.8
f-t-H+~-H~
'
' -!..+-'
I
!
0.2
0.25
Rasio belok-kiri
Gambar B-7:1 Faktor penyesuaian belok-kiri (FLT)
3 - 36
0.3
PLT
,-r-.. ..
0.35
0.4
0.45
U.S
-H
1.05
'_j
--l
!--+ !- .:+
'
!..
H---l-+r-++
-1
'
i -+; 1
'
'
0.95
. !:j 3-lengan
0.9
...
.....0::0.85
......
:
'
0.8
:i-f.
!
I
;
t
i--H
'0.75
0.7
..l-H-+-
!
I
'.1"!.
0.05
0.1
H-+-
'
0.65
:+
0.15
0.2
..+~
-+-+-r-
' ''
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
3- 37
- -------------------------------------------------------...........11
hm-1---- -, - -
II
., ......
09
,__
--
---:
oa
-~-
"""!""
----r--
}:~jj:l;ef-- ++
:il'l!U=~m = ~
07~~~~~~~~r+~~++~~++~~~~~~~~~~~~~~~
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
IT
FMI
422
PMl
0,1-0,9
424
0,1-0,3
444
},llxpM/-1,}1xpMI + 1,11
0,3-0,9
322
0,1-0,5
-0,595xpMI~
342
+ 0,595xpMil + 0,74
0,5-0,9
0,1 - 0,5
0,5-0,9
324
}6,6XpM14 -
344
0,3-0,5
0,5-0,9
3- 3R
0,1 - 0,3
--
3- 39
E
..!:!20
0
"0
,_-
..
..!:! 15
c
I
:I
:9
0
0
,_
: -~ ..,. t :
10
--..----~~~~~~~HH~~~-HH-H-HHHHHH~~~~~~+++++++;
0
0
"0
:I
1-
0.8
0.9
1.1
1.2
2.
a.
..E
......
~20
E
0
"0
....~15
..
T;:,
:9
10
E
0
5
c
"0
....;:,
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.1
1.2
Derajat Kejenuhan OS
3.
Variabel masukan adalah arus total OroT ( smp/jam) dari formulir USIG-1 kol.lO baris 23,
tundaan lalu-Iintas simpang DT1 dari fonnulir USIG-11 kol. 32, Arus jalan utama QMA dari
formulir USIG-1 kol. 10 baris 19, tundaan lalu-Iintas jalan utama DTMA dari formulir USIG-11
kol 33, dan arus jalan minor QMI dari formulir USIG-1 kol. 10 baris 10.
Masukkan hasilnya dalam formulir USIG-11 kolom 34.
3- 41
4.
(det/smp)
= DG+DT1
(det/smp)
dimana:
= Tundaan geometrik simpang (Form USIG-11, Kolom 35)
DG
DT 1 = Tundaan lalu-lintas simpang (Form USIG-11, Kolom 32)
Masukkan hasilnya dalam Form USIG-11 Kolom 36.
3- 42
80
70
N
D..
0
c0
;::
c
<
5:;,"'
ISO
50
40
D..
30
20
10
Gambar C-3:1 Rentang peluang antrian (QP%) terhadap derajat kejenuhan (OS)
3- 43
Manual ini terutama direncanakan untuk memperkirakan kapasitas dan perilaku lalu-lintas pada
kondisi tertentu berkaitan dengan rencana geometrikjalan, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya
biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan beberapa perbaikan dengan
pengetahuan para ahli Ialu-lintas, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh perilaku lalu-Iintas
yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas dan tundaan dan sebagainya. Sasaran yang dipilih diisikan
dalam Formulir USIG-11, Kolom 38.
Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan melihat derajat kejenuhan (DS) untuk
kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-Iintas tahunan dan "umur"
fungsional yang diingink:an dari simpang tersebut. Jika nilai DS yang diperoleh terlalu tinggi (> 0,75),
pengguna manual mungkin ingin merubah anggapan yang berkaitan dengan Iebar pendekat dan
sebagainya, dan membuat perhitungan yang baru. Hal ini akan membutuhkan forrnulir yang baru
dengan soal yang baru. Penilaian tentang perhitungan ini dimasukkan dalam Forrnulir USIG-11,
Kolom 39.
3- 44
4.
CONTOH PERHITUNGAN
4.1
a)
Tentukan kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian untuk simpang tak
bersinyal antara Jalan Martadinata dan Jalan Anggrek dengan denah dan Ialu-lintas separti
pada Gambar 4.1:1 di bawah. Situasi Ialu-lintas pada periode 7-8 pagi tanggal 7 Juni 1991.
Simpang ini terletak di kota Bandung (2 juta orang) pada daerah komersial dengan hambatan
samping tinggi. Jalan Martadinata merupakan jalan utama.
b)
Bila derajat kejenuhan lebih besar dari 0,85, usahakan untuk mengurangi nilai tersebut.
Geometli simpang
Arus lalu-Iintas
+u
JI.Anggrek
.2
-- . . >,
s.om
136
103
ll\
~ diperkeras
12 : r: . .. 17.8 m
8.0 m
..
Jl
:.. B
(~
Mattadin~
2.1m
.........
173
54
1020
12
-~
178
-+--- U78
~124
...............
\II
.c ... , / ..
13
13
108
. 0.7 m
6.0 m
.2
Pendekat
Tipe
kendaraan
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LV
73
37
705
102
80
60
78
925
111
HV
26
14
MC
32
15
289
68
53
41
45
539
65
UM
41
42
40
31
24
10
78
--
3-45
...
3860idlap:J/Iams/ex11
25 ~ 199S/IQS rev. 13 June 96/PHT
6.0m
1.2 rn
1.2 m
ll6
~. J~--~~~::
B.Om
10m
::~
: .
,
!
lOrn
,~--,-~r:&.
103
173
11\
78
. m
.-~178
--+- 1478
1020
. . . - - - 12~
12
1l
13
108
. 0.7 rn
6.0m
3.2m
3 - 46
--
Formulir USIG-11
SIMPANG TAK 8ERSINYAL
FORMULIR USIG-11:
Tanoaal:
07 Januari 1996
Kota:
J:.
Jalan utama: J/.
Q,..,,~,,.,,
-ANALISA
ioleh:
PHT
r
_2_../_Qrang
Ukuran kota:
UnkunQan ialan:
Kom.
Hambatan samoina:
Tinaai
07.00-08.00 Pagi
Periode:
1
2
3
4
5
4
4
4
4
4
(2)
(3)
300
300
300
300
350
300
300
300
300
7.00
(4)
300
300
300
300
525
wfllJ
(5)
(6)
390
390
600
6.00
600
400
400
600
600
600
395
395
600
600
600
Jumlah lajur
Lebar
Gam bar 8-1 :2
pendekat
Jalan,
Jalan
rata-rata W1
minor
utama
(9)
(10)
(81
3,48
2
348
2
450
2
450
2
563
2
Tipe
simpang
2
2
4
4
4
Tbi.B-1:1
(11)
422
422
424
424
424
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas
Dasar
Co
smp/jam
Tbl. 8-2:1
(20)
1
2
3
4
5
2900
2900
3400
3400
3400
Rasio
Kapasitas
minor/
total
(C)
F..
Gbr. B-9:1 smp{Jam
(281
c2n
1032
2602
1,032
2663
1102
3069
1102
3141
1102
3420
3. Perilaku lalu-lintas
Tundaan lalu- Tundaan lalu- Tundaan lalu- Tundaan Tundaan Peluang
Pilihan Arus lalu-lintas Derajat
kejenuhan lintas simpang lintas JI.Utama fintas Jl. Minor geometrik simpang antrian
(0)
simpang
smp{Jam
(DG)
(OP%}
USIG-1
(D)
DMI
iBS)
DNA
Gbr. C-2:1
Gbr. C-2:2
(32)+(35) Gbr. C-3:1
8rs. 23-Kol1 0 (30)/(28)
(35)
(36)
(30)
(33)
(31)
(32)
(34)
cJn
2112
13,97
59,32
4,00
49-97
1,097
2512
1
2854
1914
1289
52,53
4,00
2314
46-92
2854
1,072
2
0,930
1232
883
30,96
3,97
16,29
35-68
2854
3
8,42
0,909
1168
29,10
3,96
33-65
2854
1564
4
980
28-56
0,835
7.17
23,85
3,93
13,73
2854
5
Sasaran
or,
--
--
(38)
05>08.~
05>0,85
05>0,85
05>0,85
DS <0,85
3 - 47
Penyelesaian:
a)
b)
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut dan juga ditunjukkan pada Fonnulir USIG-1 dan
USIG-11 (altematif 1).
Kapasitas: 2602 smp/jam
Derajat kejenuhan: 1,097
Tundaan total rata-rata: 21,12 det/smp
Tundaan rata-rata jalan utama: 13,97 det/smp
Tundaan rata-ratajalan minor: 59,32 det/smp
Tundaan geometrik simpang: 4,00 det/smp
Tundaan simpang: 25,12 det/smp
Peluang antrian: 49 - 97%
Alternatif 2:
Dengan anggapan bahwa hambatan samping di simpang tersebut menjadi rendah setelah
dipasang rambu larangan berhenti, maka kapasitas simpang tersebut menjadi 2663 smp!jam W
dan derajat kejenuhan menjadi 1,072 (lihat Formulir USIG-11).
Alternatif 3:
Kapasitas simpang meningkat menjadi 3069 smp/jam, setelah pelebaran pendekat jalan utama
dari 3,9-4,0 m menjadi 6,0 m. Derajat kejenuhan (0,930) masih lebih besar dari 0,85 (Iihat
Fonnulir USIG-11).
Alternatif 4:
Penggabungan dari Pilihan 1 dan Pili han 2: menghilangkan hambatan samping dan pelebaran
pendekat jalan utama, akan mengakibatkan derajat kejenuhan menjadi 0,909 (lihat Formulir
USIG-11).
Alternatif 5:
Alternatif 5 terdiri dari:
pelebaran pendekat jalan utama menjadi 6,0 dan pendekat jalan minor menjadi sebesar
3,5 m
menghilangkan hambatan samping, dan
pengaturan jalan searah pada jalan minor (Pendekat C hanya merupakan jalan keluar,
dan dianggap bahwa arus lurus dari Pendekat A berubah belok ke kiri).
Kapasitas dan derajat kejenuhan simpang ini masing-masing menjadi 3420 smp/jam dan 0,835
(lihat Formulir USIG-11).
Catatan:
Derajat kejentJhan simpang tak bersinyal dapat dikurangi dengan menaikkan kapasitas
simpangnya.
3- 48
4.2
267
209
It\
179
300
153
7~
179
\!!
168
182
173
c
Pendekat
Tipe
Kendaraan
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LV
125
90
160
107
200
133
113
104
109
107
228
92
HV
13
16
11
20
13
11
10
11
11
23
MC
71
51
91
61
114
75
64
59
62
61
129
52
UM
17
12
21
14
27
18
15
14
14
14
30
12
Gambar 4:2
Penyelesaian:
Kapasitas: 4022 smp/jam
Tundaan total rata-rata: 9,99 det/smp
Peluang antrian: 13-28%
(Uhat Formulir USIG-1 dan USIG-11 yang telah diisi pada halaman berikut untuk perhitungan
yang lebih rinci).
3-49
MKJI:SIMPANGTAK BERSINYAL
3!16Q,1:hap31famS/eoc21
25 ~ 1995/Kl.B "" 13 Jl6le 96/PifT
150
2ST
209
A\
179
4.Sm
300
153
7~
179
\!!
188
. 173
3 -
so
182
simpang
(1)
1
(2)
4 7.00
(3)
400
Jalan utama
Wo
Wa
Lebar
pendekat
rata-rata W,
(81
WBD
(4)
(5)
(6)
550
600
7.00
650
Jumlah lajur
Gambar B-1 :2
Jalan
Jalan
minor
utama
(9)
(1 0)
600
Tipe
simpang
Tbl. B-1:1
(11)
4
444
2. Kapasitas
Pili han Kapasitas
Dasar
Co
smp{Jam
Tbl. B-2:1
(20)
1
3400
12
Hambatan
samping
100
FRSu
Tbl. 8-6:1
(24)
0856
Belok
kiri
Belok
kanan
Rasio
Kapasitas
minor/
total
(C)
F,..
FLT
FRT
Gbr. 8-7:1 Gbr. B-8:1 Gbr. 8-9:1 smp{Jam
(25)
(26)
(27)
(28)
1307
1 00
0836
4022
Sasaran
3. Perilaku lalu-lintas
3 - 51
(38)
43
a)
Hitung kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian untuk simpang tak bersinyal
antara Jalan Mastrip dan Jembatan dengan denah dan Ialu-lintas seperti pada Gambar 4.3:1
di bawah. Situasi lalu-lintas pada perinde jam 7 - R AM tanggal 11 November 1991. Simpang
ini terletak di kota SURABA YA pada daerah komersial dengan hambatan samping tinggi.
b)
Rencanakan simpang ini untuk memenuhi sasaran derajat kejenuhan kurang dari 0,8 .
.u
+
0
:.-1-0m
_ _ 6.8m
Jl. Mastrip
353
398
------r~v:.
6.7m
Tipe
kendaraan
Pendekat
c
LT
ST
D
RT
LT
ST
RT
LT
ST
63
72
61
34
79
249
HV
47
53
121
6R
27
87
MC
243
273
233
131
116
369
UM
59
51
183
81
122
80
LV
'-
3 - 52
RT
MKJI:SIMPANGTAK BERSINYAL
38liOICHAI':lEXAMI'l.EI
ll!>rl 198SII<LB rov. 13 J~~~e 96/PHT
+
0
: . 10m
Jl Mastrip
6.13m
~7-
~:
~
398'
--------Ta~L,
c
6.7111
3 - 53
(1)
1
2
WA
We
WAC
Wa
Wo
Wao
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
334
3,35
340
340
340
340
(7)
340
340
3
3
335
335
Lebar
pendekat
rata-rata W1
(8)
Jumlah lajur
Gambar 8-1 :2
Jalan
Jalan
minor
utama
(9)
(10)
038
338
2
2
Tipe
simpang
Tbl. B-1:1
(11)
2
2
322
322
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas
Dasar
Co
smp/jam
Tbl. 8-2:1
(20)
1
2
2700
2700
fw
FM
Gbr. 8-3:1
(21)
Tbl. 8-4:1
(22)
0987
0987
Hambatan
sam ping
Fcs
Tbl. 8-5:1
(23)
FRSU
Tbl. 8-6:1
(24)
8elok
kiri
Belok
kanan
Rasio
minor/
total
FLT
F..
FRT
Gbr. 8-7:1 Gbr. 8-8:1 Gbr. 8-9:1
(26)
(25)
c2n
Kapasitas
(C)
smp/jam
(28)
0942
0942
1836
2559
Sasaran
1,0
10
100
100
0702
0702
1226
1468
0850
0989
3. Perilaku lalu-lintas
Pili han Arus lalu-lintas Derajat
(Q)
kejenuhan
smp/jam
USIG-1
(DS)
8rs. 23-Kol10 (30)/(28)
(30)
(31)
1
2
1766
1766
0962
0690
..
13 43
726
954
540
3 - 54
2265
1167
402
416
1745
1142
(38)
37-73
20-40 DS<08
Penyelesaian:
a)
b)
Formulir USIG-1 and USIG-11 pada halaman sebelumnya menunjukkan hasil perhitungan.
Ringkasannya sebagai berikut:
Kapasitas: 1836 smp/jam
Derajat kejenuhan: 0,962
Tundaan lalu-Iintas simpang: 13,43 det/smp
Tundaan lalu-Iintas jalan utama: 9,54 det/smp
Tundaan lalu-lintas jalan minor: 22,65 det/smp
Tundaan geometrik simpang: 4,02 det/smp
Tundaan simpang: 17,45 dt/smp
Peluang antrian: 37-73%
Dengan anggapan bahwa pengaturan larangan belok kanan pada jalan simpang akan
menyebabkan seluruh kendaraan dari arah Tembatan akan belok ke arah kiri, maka kapasitas
simpang menjadi 2559 smp/jam, dan derajat kejenuhan menjadi = 0,690 (lihat Formulir USIG-
11).
3- 55
4.4
Tentukan tipe simpang 4-lengan yang sesuai herdasarkan analisa hiaya siklus hidup (BSH) dan
perilaku lalu-lintas untuk kondisi herikut:
Lalu-lintas:
Lingkungan: Permukiman
Hamhatan samping rendah
Ukuran kota 2 juta orang
Penyelesa ian:
Arus lalu-Iintas dalam LHRT diuhah menjadi Arus jam rencana (D 0 .J dengan faktor k pada tahel A2:1.
OoH.u = 12.940 x 0,085 = 1100 kend/jam
Q0 H.s = 10.600 x 0,085 = 901 kend/jam
Q0 H.T = 9.700 x 0,085 = 825 kend/jam
OrlH.B = 7.940 x 0,085 = 675 kend/jam
Arus jalan utama = 1100 + 901 = 2001 kend/jam
Arus jalan minor = 825 + 675 = 1500 kend/jam
Rasio helok LT/RT = 15/15 (dari Tabel A-2:3)
Pemisahan arah = 2001/1500 = 1,33
Berdasarkan tipe pilihan umum pada Gambar 5.2:2 Bab 1, simpang paling ekonomis untuk Arus 3501
kend/jam adalah bundaran atau simpang hersinyal.
Untuk memilih simpang berdasarkan perilaku lalu-lintas, umur rencana 10 tahun dan pertumhuhan
lalu-lintas 6,5% (Bagian 5.2.1, Bah 1) dapat digunakan untuk mensesuaikan arus jalan utama tahun
10.
3- 56
MKJI: SIMPANGTAKBERSINYAL
--
s.
KEPUSTAKAAN
USl.
Dewanti
US2.
Jasin, D.
The capacity of some uncontrolled T -junctions. Thesis, lnstitut Teknologi Bandung, 1985
US3. Transportation
Research Board
US4.
Transportation
Research Board
uss.
HCM Unsignalised
intersection
US6.
FGSV
US7.
National Swedish
Road Admin.
USB.
US9.
Direktorat Jenderal
Bina Marga
3- 57
US16. Bergh, T.
Dardak, H.
3- 58
Jlt.
Lampiran 3:1
3S601CHAP3/FORMS,\JSJG.I
ilpri199511<LB rev. 13 J,... 9M'HT
Formulir USIG-1
SIMPANG TAK BERSINYAL
FORMUUR USIG-1:
-GEOMETRI
ARUS LALU LINTAS
Geometri simpang
I Ditanye~ u oleh:
TanQQal:
Kota:
Jalan utama:
Jalan minor:
Soal:
I Propinsi:
I Periode:
Arus lalu lintas
ARUS LALU LINTAS Arah Keilda.raan ringan L' KEmuetteti:lt: beratHV sepeda motor MC
rt:rtut:l\etl
(1)
2 Jl. Minor: A
3
4
5
6 Jl. Minor: C
17
(2)
kP.n~a 1 1 1 ~~~A!~
.... C3l
(4)
...
(sf
emp~1,3
"
:~~.~?5
LT
""''(9t"
hbl
I:~~~
I
(111
i )
bermotor
UM kf1~~am
~ST~--~--,_--+---+----+---~--+-~~~--~1
~R~T---+---+---+--~--~~--~--~--+---~--~1
Total
t-:L:::--Tt---t---t---lf-----+--+----1---J--+----+---~1
ST
~~~~~~--+--+--+--+--+-~--+-~--~~
112
113
!14
15 Jl. Utama: D
16
1/
18
191 Jl. Utama total B+D
20 Utama+minor
121
122
1-::TI::--t'-----t---t--+---+---f----4---+--+--.J-----II
ST
~R~T----r---~--~---4----+---~----~--~--+---~1
Total
1-::L=--tT--+---+--+---+-~f----+---.J-.----1----I---~I
rST~----r---~----r--~---~---~---~---~---~---~l
~R~T----~--+---~---+--~~--+---~--~---+----~1
Total
t-:T:.::-Tt---+--+---l---+---+--~---1--:....._+---+---~1
r!S~T---+---+--~--~----~--~--4---+---~--~I
AT
3 - 59
'""u'. total
UM!MV
Formulir USIG-11
SIMPANG TAK 8ERSINYAL
FORMUUR USIG-11:
ANAUSA
_]an_g_qal:
Kota:
Jalan utama
Jalan minor:
Soal:
Dnaiii.4QIII
oleh:
~
Periode:
'="'
w,.
We
WAC
WB
Wo
WBD
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
Juta
Unkunqan ialan:
Lebar
pendekat
rata-rata W,
(8)
Jumlah lajur
Gam bar 8-1 :2
Jalan
Jalan
minor
utama
(9)
(1Ql
Hambatan
samping
Belok
kiri
Tipe
simpang
Tbl. 8-1:1
11U.
.
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas
Oasar
Co
smp{Jam
Tbl. 8-2:1
(20)
FRSU
Tbl. B-6:1
(24}
Belok
kanan
Rasio
Kapasitas
minor/
total
(C)
FRT
F,..
FLT
Gbr. B-7:1 Gbr. 8-8:1 Gbr. 8-9:1 smp{Jam
(27)
(28)
(25)
(26)
60
Sasaran
(38)
BAB4
BAGIAN JALINAN
DAFTAR lSI
1.
1.1
1.2
PENDAHULUAN
4-2
4-2
4-3
2.
2.1
2.2
2.3
2.4
PRINSIP UMUM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PEDOMAN PENGGUNAAN ........ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PANDUAN REKA YASA lALU-LINTAS ..............................
RINGKASAN PROSEDUR PERHITUNGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.
4-8
4 - 11
4- 12
4 - 20
PROSEDUR PERHITUNGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 - 22
lANGKAHA:
lANGKAHB:
I..ANGKAHC:
4-22
4- 22
4- 23
4- 28
4- 29
4-30
4- 31
4 - 34
4 - 34
4 - 35
4 - 36
4- 36
4- 37
4 - 39
4- 40
4- 42
4- 43
4.
CONTOH PERHITUNGAN
4.1
4.2
4.3
5.
4-44
4-54
4- I
1.
PENDAHULUAN
1.1
Bab ini berhubungan dengan bagianjalinan, yang secara formil dikendalikan dengan aturan lalu-Jintas
Indonesia yaitu memberi jalan kepada yang kiri. Bagian jalinan dibagi dua tipe utama yaitu bagian
jalinan tunggal dan bagian jalinan bundaran. Bundaran dianggap sebagai beberapa bagian jalinan
bundaran yang berurutan.
Ukuran kinerja yang dicatat pada Tabel1.1:1 dapat diperkirakan untuk kondisi geometrik, lingkungan
dan lalu-Iintas tertentu dengan metode yang diuraikan. Ukuran ini didefinisikan pada Bab 1 Bagian
4 "Definisi urn urn dan lstilah".
Ukuran kinerja
Tun
Kapasitas
Derajat kejenuhan
Tundaan
Peluang Antri
Kecepatan tempuh
Waktu tern uh
Tabel 1.1:1
al
Bundaran
ya
ya
tidak
tidak
ya
ya
ya
ya
ya
tidak
tidak
Ukuran kinerja
Metode pada dasamya empiris dan oleh karenanya harus digunakan dengan hati-hati dan dengan
pertimbangan teknik lalu-Jintas yang matang apabila digunakan di luar rentang variasi untuk variabel
data empiris yang ditunjukkan dalam Tabel 1.1:2. Metode ini menganggap alinyemen datar.
Lebar pendekat
Lebar jalinan
Panjang jalinan
Lebar/panjang
Rasio jalinan
%-kendaraan ringan
%-kendaraan berat
%-sepeda motor
Rasio kendaraan tak bermotor
Tabel 1.1:2
Tunggal
Bundaran
Variabel
Min.
Rata-2
Maks
Min.
Rata-2
Maks.
6
9
21
0,22
0,32
35
0
20
0,01
9
12,6
33,9
0,43
0,76
60
2
33
0,05
11
20
50
0,80
0,94
75
3
55
0,18
8
8
50
0,06
0,32
49
0
16
0
9,6
11,5
96
0,13
0,74
63
3
32
0,02
11
20
183
0,20
0,95
81
13
45
0,06
4-2
1.2
Notasi, istilah dan definisi khusus untuk bagian jalinan dicantumkan di bawah. Definisi urn urn, seperti
ukuran kinerja, diberikan pada Bab 1, Bagian 4.
Kondisi geometrik
Notasi
Definisi
lstilah
BAGIAN JALINAN
BUNDA RAN
BAGIAN JALINAN
TUNGGAL
Gambar 1.2:1
4-3
PENDEKAT
KELUAR
LEBARMASUK
Lebar jalur lalu-Iintas dari pendekat (diukur pada bagian tersempit) yang digunakan oleh lalu-Iintas yang
bergerak. X menyatakan nama pendekat.. Lebar fisik
masing-masing sisi dengan banyak parkir, sebaiknya
dikurangi 2 m.
Kondisi lingkungan
k~
Kondisi lalu-lintas
LT
BELOKKIRI
ST
LURUS
RT
BELOKKANAN
UT
BELOKU
JALINAN
NW
BUKAN JALINAN
ARUSTOTAL
4-4
ARUS LALU-LINTAS
JAMRENCANA
Pw
RASIO JALINAN
OuM
LV%
HV%
% KENDARAAN BERAT
MC%
% SEPEDA MOTOR
PUM
RAsiO KENDARAAN T.AK Rasio antara kendaraan tak bermotor dan bermotor
BERMOTOR
dari seluruh kendaraan yang masuk ke bagian jalinan.
FAKTORSMP
FAKTORLHRT
Faktor perhitungan
KAPASITAS DASAR
(smp/jam)
Fcs
4-5
4-6
MKJI: BAGIANJALINAN
Bundaran di
Ujung Pandang
2.
METODOLOGI
2.1
PRINSIP UMUM
Metode dan prosedur yang diuraikan dalam manual ini mempunyai dasar empiris. Alasannya adalah
bahwa perilaku lalu-Iintas pada bagianjalinan dalam hal aturan memberi jalan, disiplin lajur dan antri
tidak memungkinkan penggunaan suatu model yang berdasarkan pada pengambilan celah. Perilaku
pengemudi sangat berbeda dengan yang ditemukan di kebanyakan negara maju, yang menjadikan
pengambilan metode dari manual kapasitas lainnya menjadi sulit. Metode yang digunakan pada
Manual disesuaikan dari rumus konsep Wardrop, yang diturunkan pada tahun lima puluhan di lnggris
untuk prioritas lalu-lintas masuk. Alasan penyesuaian rum us Wardrop adalah bahwa bagian jalinan
di Indonesia beroperasi dengan pola yang sama dengan pengoperasian bagian jalinan di Inggris
sebelum berubah menjadi peraturan "prioritas-off side" di Inggris .
Metode memperkirakan pengaruh terhadap kapasitas dan ukuran terkait lainnya akibat kondisi
lapangan sehubungan dengan geometri, lingkungan dan kebutuhan lalu-lintas.
a)
Kapasitas
Kapasitas total bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (C0) yaitu kapasitas pada
kondisi tertentu (ideal) dan faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi
lapangan sesungguhnya terhadap kapasitas.
Model kapasitas adalah sebagai berikut:
C = 135 X Ww1'3 X (l+WJWw) 1' 5 X (lpw/3) 0'5 X (l+WwfLw)' 1'8 X Fcs x FRsu
Variabel masukan ke dalam model untuk menentukan kapasitas (smp/jam) adalah sebagai berikut:
Tipe variabel
Geometri
Ungkungan
~
Lalu-lintas
Tabel 2.1:1
Faktor model
w.,
Ww
Lw
Ww/Lw
cs
Fcs
RE
SF
PuM
FRSU
_p'W_
Kapasitas bundaran pada keadaan lalu-lintas lapangan (ditentukan oleh hubungan antara semua
gerakan) dan kondisi lapangan, didefinisikan sebagai arus lalu-lintas total pada saat bagian jalinan -yang
pertama mencapai kapasitasnya.
4-H
MKJI: BAGIANJALINAN
b)
Oerajat kejenuhan
;-
Tundaan pada
c)
ba~ian
jalinan
~undaran
1)
2)
TUNDAAN l.ALU-LINTAS (01) akibat interaksi lalu-lintas dengan gerakan yang Jain dalam
persi mpangan.
TUNDAAN GEOMETRIK (DG) akibat perlambatan dan percepatan Jalu-lintas.
0
OT
OG
=
=
=
Tundaan lalu-lintas pada bagianjalinan ditentukan berdasarkan kurva tundaan empiris dengan derajat
kejenuhan sebagai variabel masukan.
'
Tundaan Geometrik pada bagian jalinan ditentukan sebagai berikut:
OG =(l-OS )x4+0Sx4= 4
4-9
= E ( Qi X DTi )/ Qmasuk + DO
dimana:
Dr
i .
; i =1 ... n
Nilai-nilai tundaan yang didapat dengan cara ini dapat digunakan bersamil dengan nilai tundaan dan
waktu tempuh yang didapat dengan cara lain untuk menentukan waktu tempuh stpanjang rute didalam
jaringanjalan. Selanjutnya tundaan geometrik pada persimpangan harus disesuaikan bagi kecepatan
ruas jalan sesungguhnya.
Nilai normal kecepatan yang digunakan adalah 40 km/jam, tundaan geometrik kendaran yang tidak
terhambat 4 detik, dan percepatan/perlambatan 1,5 m/s 2
d)
Peluan~
Peluang antri QP% pada bagianjalinan ditentukan berdasarkan kUiva antrian empiris, dengan derajat
kejenuhan sebagai variabel masukan.
Peluang antri bundaran ditentukan sebagai berikut:
QP% = Maks.dari
dimana:
QP%
n
=
=
(QP%~
; i = 1 ... n
e)
Kecepatan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan dihitung dengan rumus empiris berikut:
V = V0 x 0,5 x (1+(1-DS) 05)
di mana:
Vo
DS
4- 10
t)
tun~~al
Lw x
3,6/ V
(det.)
di mana:
Lw
Waktu tempuh dari metode ini dapat digabung dengan nilai tundaan dan waktu tempuh dari metode
untuk fasilitas lainnya untuk mendapatkan waktu tempuh sepanjang mte pada jaringan jalan.
2.2
PEDOMAN PENGGUNAAN
Metode ini dapat digunakan untuk berbagai-pener<~pan yang berbeda seperti perencanaan,
perancangan dan analisa ope1asional.
Perencanaan adalah untuk mend(lpatkan denah dan ukuran geometrik y(lng memenuhi sasaran yang
ditetapkan bagi kondisi lalu-lintas rencana. Dalam hal pe1encumum, kondisi lalu-lintas yang
diberikan biasanya berhubungan dengan situasi jam puncak. Metode ini digunabn seb(lgai berikut,
lihat Gambar 2.2:1.
Pemncangan berbeda dari perem.:anaan hanya pada sbla waktu. Dalam hal pe.-uncungun, masukan
data lalu-lintas biasanyn diberikan dalam LHRT (LIIu-lintas Harian Rata-rata Tahunan) untuk tahun
rencana, yang harus dikonversi ke c.lalmn jam puncak rencana dengan mt:nggunakan faktor-k
sebagaimana ditetapkan pada bagian istilah c.li atas.
Analisa operasional biasanya dikerjakan dengan tujuan untuk memperkirakcln perilaku lalu-lintas
untuk denah, rencana geometrik, lingkungan dan situasi lalu-lintas tertentu.
4- 11
2.3
2.3.1
Tujuan
Tujuan Bagian ini adalah untuk membantu para pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang
sesuai dengan masalah-masalah umum perancangan, perencanaan, dan operasional dengan
menyediakan saran-saran mengenai rentang arus lalu-lintas yang layak bagi tipe dan denah standar
bundaran dan penerapannya pada berbagai kondisi arus. Disarankan untuk perencanaan simpang
baru sebaiknya didasarkan pada analisa biaya siklus hidup dari perencanaan yang paling ekonomis
pada arus lalu-lintas tahun da.~ar yang berbeda. lnt<mm1si ini dapat digunakan sebagai dasar pemilihan
asumsi awal tentang denah dan rencana yang diterapkan jika menggunakan metode perhitungan untuk
bundaran seperti diterangkan pada Bagian 3 dari Bab ini.
Untuk analisa operasional dan peningkatan simpang yang ada, saran diberikan dalam bentuk perilaku
lalu-lintas sebagai fungsi arus pada keadaan standar, lihat Bagian 2.3.3c. Rencana dan bentuk
pengaturan lalu-lintas harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi nilai yang
dapat diterima (biasanya 0,75). Saran-saran juga diberikan mengenai masalah berikut yang berkaitan
dengan rencana detail dan pengaturan lalu-lintus:
Dampak terhadap keselamatan lalu-lintas dan emisi kendaraan akibat perubahan perencanaan
geometrik dan pengaturan lalu-lintas.
Hal-hal perencanaan rinci terutama yang mengenai kapasitas dan keselamatan.
2.3.2 Definisl tipe bundaran standar
Buku "Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan" (Direktnrat Jenderal Bina Marga,
Maret 1992) mencantumkan panduan umum untuk perencanaan simpang sc:bidang. Informasi lain
yang berhubungan terutama tentang marka jalan terdapat pada buku "Produk Standar untuk Jalan
Perkotaan" (Direktorat Jenderal Bina Marga, Februari 19R7).
Dokumen ini menentukan parameter perencanaan berbagai kelas simpang jalan, tetapi tidak
menentukan tipe simpang khusus. Karena itu sejumlah jenis bundaran ditunjukkan pada Gambar
2.3.2:1 dan Tabel 2.3.2:1 di bawah untuk penggunaan khusus pada Bagian ini. Semua bundaran
dianggap mempunyai kereb dan trotoar yang cukup, dan ditempatkan di daerah perkotaan dengan
hambatan samping sedang. Semua gerakan membelok dianggap diperbolehkan.
Pengaturan "hak~alan" dianggap berlaku untuk semua pendekat yaitu tidak ada pengaturan tanda "beri
jalan" dengan maksud untuk mendapat prioritas bagi kendaraan yang telah masuk ke dalam bundaran
(prioritas dalam) seperti umumnya di Eropa. Apabila penegakan tipe pengaturan yang terakhir tidak
ada, metode perhitungan kapasitas dengan pengaturan hak jalan yang diterangkan dalam manual ini
masih dapat dipergunakan.
4- 12
RIQ-22
RIQ-11
R14-22
'
I
I
I
I
" .
,. ./ ,l
: l.
/II :i
------~
.;____
"\ 1
. s;;;a
'/.~-~},-~------.
.. -,
,.. I
Gambar 2.3.2:1
4-13
MKJI: BAGIANJALINAN
Jari-jari
bundaran
(m)
Jumlah
lajur
masuk
Lebar lajur
masuk
w_t_(m)
(m)
R10- 11
10
3,5
23
R10- 22
10
2-
7,0
27
R14- 22
14
7,0
31
R20- 22
20
7,0
43
Tipe
bundaran
Lw
Lebar jalinan
Ww
Tabel2.3.2:1 Definisi tipe bundaran yang digunakan dalam bagian panduan ini
2.3.3
a)
Umum
Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di daerah
perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan dengan arus lalu-lintas sedang. Pada arus
lalu-lintas yang tinggi dan kemacetan pada daerah keluar simpang, hundaran tersebut mudah
terhalang, yang mungkin menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.
Di daerah perkotaan dengan arus pejalan kaki yang tinggi menyeberang bundaran jalan yang tidak
sebidang Gembatan atau terowqngan), disarankan untuk memberikan kest:lamatan bagi pejalan kaki.
Bundaran paling efektif jika digunakan untuk persimpangan antara jalan dengan ukuran dan tingkat
arus yang sama. Karena itu bundaran sangat sesuai untuk persimpangan antara jalan dua-lajur atau
empat-lajur. Untuk persimpangan antara jalan yang lebih besar, pc::nutupan daerah jalinan mudah
terjadi dan keselamatan bundaran menurun. Meskipun dampak lalu-lintas bundaran berupa tundaan
selalu lebih baik dari tipe simpang yang lain misalnya simpang bersinyal, pemasangan sinyal masih
lebih disukai untuk menjamin kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan dalam keadaan arus jam
puncak.
Perubahan dari simpang bersinyal atau tak bersinyal menjadi bundaran dapat juga didasari oleh
keselamatan lalu-lintas, untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu-lintas antara kendaraan yang
berpotongan, lihat Bagian d) di bawah. Bundaran mempunyai keuntungan yaitu mengurangi
keeepatan semua: kendaraan yang berpotongan, dan membuat mereka hati-hati terhadap risiko konflik
dengan kendaran lain. Hal ini mungkin terjadi hila kecepatan pendekat ke simpang tinggi dan/atau
jarak pandang untuk gerakan lalu-lintas yang berpotongan tidak cukup akibat rumah atau pepohonan
yang dekat dengan sudut persimpangan.
4- 14
b)
Pertimbangan ekonomi
Tipe simpang yang paling ekonomis (simpang bersinyal, simpang tak bersinyal atau bundaran) yang
berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) ditunjukkan dalam Bab 1, Bagian 5.2.1b. Perencanaan
baru bundaran paling ekonomis berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) ditunjukkan pada Tabel
2.3.3:1 di bawah.
Kondisi
Ukuran
kota
(Juta)
Rasio
(Qw/QMJ)
1-3 Juta
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
0.5-lJuta
Tipe jalinan
R10-11
R10-12
R14-12
Rl0-22
10/10
< 2200
<2200
< 2150
< 2150
< 2150
2200
2200
2150
2150
2150
2700
2700
2700
2700
2700
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
.25/25
< 2400
< 2200
< 2150
< 2050
<'2050
2400
2200
2150
2050
2050
2750
2750
2850
2950
2950
2950
2850
3100
3000
3400-4450
3350-4300
3250-4100
3250-4000
3150-4000
1/1
10/10
< 2150
< 2050
< 2050
< 2000
<2000
2150
2050
2050
2000
2000
2550
2550
2550
2550
2600
2700
2700
2700
2700
2700
3150
3150
3100
3000
3000
3350-3950
3350-3950
3250-3950
3150-3800
3150-3800
25/25
<2200
< 2150
<2050
< 2000
< 1900
2200
2150
2050
2000
1900
2700
2750
2750
2600
2600
2750
2850
2950
2750
2700
3350
3150
3100
3000
2950
3500-4300
3350-3950
3250-3950
3150-3800
3100-3650
1.511
2/1
3/1
4/1
1/1
1.5/1
2/1
3/1
4/1
R14-22
R20-22
3350-4300
3250-4100
3250-4150
3150-3950
3150-3950
Penjelasan:
Rasio
LT/RT
Persen arus belok kiri dan kanan (10/10 artinya pada masing-masing
pendekat 10% belok kiri dan 10% belok kanan)
Tipe bundaran
Tabel2.3.3:1 Panduan untuk memilih tipe bundaran yang paling ekonomis di daerah perkotaan,
konstruksi baru
4- 15
Gambar 2.3.3:1-2 menunjukkan infnrmasi yang sama sehagai fungsi dari arus lalu-lintas pada jalan
yang berpotongan (dua arah).
Untuk daerah luar kota biaya pemhebasan tanah lehih rendah sehingga memungkinkan pembuatan
bundaran yang lebih besar, tetapi kecepatan rencana hiasanya tinggi sehingga diperlukan ruang yang
Jebih Juas untuk tipe bundaran yang sama.
c)
Ped!aku lalu-lintas
Untuk analisa perencanaan dan operasional bundaran yang suduh ada, tujuan analisa biasanya
untuk membuat perbaikan keci! pada geometri simpang agar dapat mempertahankan perilaku !alulintas yang diinginkan, sepanjang rute atau jaringan jalan. Gambar 2.3.3:3 mc:nunjukkan hubungan
antara tundaan rata-rata (det/smp) dan arus total tipe hundaran dan kondisi arus yang berbeda.
Karena risiko penutupan bundaran oleh kendaraan yang menjalin dari berbagai arah, perilaku lalulintas berupa derajat kejenuhan > 0,75 selama jam puncak disarankan untuk dihindari. Antrian pada
daerah keluar bundaran yang menutup daerah sirkulasi arus juga penting untuk dihindari.
d)
Pertjmhan~an
keselamatan lalu-lintas
Tingkat kecelakaan lalu-lintas pada hundaran empat lengan telah diperkirakan sebesar 0,30
kecelakaan/juta kendaran masuk, dihandingkan dengan 0,43 pada simpang bersinyal dan 0,60 pada
simpang tak-hersinyal. Karena itu bundaran lehih aman dari persimpangan sehidang yang lain.
Dampak terhadap keselamatan lalu-lintas akihat heherapa unsur perencanaan geometrik dibahas di
bawah:
4- 16
-...
E
.2.2000
.......
"'0
c:
CD
.::!
c0
1500
c
0
....0
,.. ,. , .._....
.t.--;...-,i...::..i.~
.,..---;- """';"""
.....~tt.. ...~ ....... l ...... i,.......
.
"'
2
5004-----~--~~"~~~,~,~~~--~+-~~~~-~~~~~~~---+-
l,
;;;
<
0~~~----+---------}-------~~------~~--~--~~~~--~---------;
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Gambar 2.3.3:1
2500~------~--r---~----~--------~,--,--------.---------,-r..-....~.:-_~.:~
..-...~l.._-_-:... . .---------~
. :... t-
''''/''"''
.2.2000
.......
"'0
c
CD
.X
...
0
c 1500
c
0
0
....
0
c::J"'
1000
:3
:s
500
...:3"'
<
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Gambar 2.3.3:2
4- 17
.. 6
I.!
:'"ltVT :m---v'~L
_-+-;r IJ lv :L
_______ _
---~AWY~-o.s
I
t---~--
1110.71
~c;;~~m=r-D
~---+---- ..
.:
____ ...,-:::
Ill
- - - - -
....
l!cl~ ..
...,_ ;;
I
..
--- --
----
-- ''
;;.-
....
I_
I~
.;;' ..~ l...'
....
cl
!~
::
....
Ukuran Kota: 1-3 Juta, Raslo: 2/1, LT/RT: 25/25
..r----------rr-------~--_-__-_.,...~~~[~::---Jr_-~----~r!-~---r---t::---~""1 _-_-t::--T_-_-t::-----,
..."' ~
;;
6 l
4
d
.~ ..~ !i ;;cl
.
i z-1----:----+~...;....--+--,;~:_--f-!~~+,.~---r;;__.,.'
~
!
l_f'
--}1
_
---------~-~-=ill ,~J_-__
-,'rl --- -ros.,,o ~r~~--~~~-+---+--~~+---?L-~~~~v~~--~
v
I
JV I/
os.,.o
I !/I /_ v /
I
i ~;...---J~-+----1LI/-b/~L.,.SL!L'L-I-:;;..-q--,----
A ~ &. v
-- --- --
---
Clio 11,25
--..>
Ill
f'
Ill
.:
.::;;:__t-=t:=-----j
0.75
o.s
- - - -
,.. ___
....
I
"""'
'
--
'
------
-"'
0.71
'
"
ps.1,0
.. ~-----r--,---.--r--,---r--.---r--r--;--1
'
OS
;;'
f----
os,o,s
""""
...
;;
;;
::
OS 11;0,25
20011
- -
....
-::-:--
cl
6
;;
;;
---1~ v~ ~-
---- ---....
1/ )/ ~~L
-h
~--~~--~--~--~--+---~~---+---+----~
Aru8 Lai...Unln JUn Utame (kend/)8m)
~
~
Ill G,2S
~!
~ ~+-------,_--~--~--14~-n~~--7r---+---+-------1
rt~.J 6"'
;;
a.
.ctr
cr
~ ~t-------+---~--~~~~-r~-r~-r~-r---+------_,
r------:--t~-~- ~~;~-J::--1-,~,'-I~H--
- -. - -
1!
~g
;'
'
....
10
t~~~-~--~L4~-~~~~~~~-E.-<::J.v=:o!o.:-71~
~
1..:-::::
OS_ :::0.25
.:_-1--DS-lf-O.S-+--J0
.~~--~--~~~~--4---~-+--~~~----~
a
1000
2000
3000
4QOO
5QQQ
tODO
e)
Pertimban~an linf;kun~an
Emisi gas huang kendaraan dan/atau kebisingan umumnya bertambah akibat usaha percepatan atau
perlambatan kendaraan yang sering dilakukan, demikian juga akibat waktu berhenti. Dari pemahaman
ini bundaran lebih disukai karena dapat mengurangi tundaan dan memungkinkan banyak kendaraan
memotong simpang tanpa harus berhenti total. Karena itu bundaran mempunyai tingkat emisi
kendaraan yang lebih rendah dari tipe simpang sebidang yang lain.
2.3.4
Perencanaan rinci
Sebagai prinsip umum, bundaran mempunyai kapasitas tertinggijika Iebar dan panjangjalinan sebesar
mungkin. Beberapa saran umum lainnya tentang perencanaan diberikan di bawah :
Bagianjalinan bundaran mempunyai kapasitas tertinggi jika Iebar dan panjangjalinan sebesar
mungkin.
Bundaran dengan hanya satu tempat masuk adalah lebih aman dari pada bundaran berlajur
ban yak.
Bundaran harus direncanakan. untuk memberikan kecepatan terendah pada lintasan di
pendekat, sehingga memaksa kendaraan menyelesaikan perlambatannya sebelum masuk
bundaran.
Radius pulau bundaran ditentubn oleh kendaraan rencana yang dipilih untuk membelok di
dalam jalur lalu-lintas dan jumlah lajur masuk yang diperlukan. Radius yang lebih kecil
biasanya mengurangi kecepatan pada bagian keluar yang menguntungkan bagi keselamatan
pejalan kaki yang menyeberang. Radius yang lebih kecil juga memaksa kendaraan masuk
memperlambat kecepatannya sebelum masuk daerah konflik, yang mungkin menyebabkan
tabrakan dari belakang dibandingkan dengan bundaran yang lebih besar. Radius lebih besar
dari 30-40 m sebaiknya dihindari.
Bundaran dengan satu lajur sirkulasi (direncanakan untuk semi-trailer) sebaiknya dengan
radius minimum 10m, dan untuk dua lajur sirkulasi radius minimum 14m.
Daerah masuk ke masing-masing bagian jalinan harus lebih kecil dari Iebar bagian jalinan.
Pulau lalu-lintas tengah pada bundaran sebaiknya ditanami dengan pohon atau obyek lain yang
tidak berbahaya terhadap tabrakan, yang membuat simpang mudah dilihat oleh kendaran yang
datang. Pada radius kecil mungkin dapat dilewati.
Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya lebih Iebar dari biasanya untuk memberikan ruang bagi
kendaraan tak-bermotor dan memudahkan kendaraan belok kiri lewat tanpa menjalin di dalam
bundaran.
Pulau lalu-lintas sebaiknya dipasang di masing-masing lengan untuk mengarahkan kendaraan
yang masuk sehingga sudut menjalin antara kendaraan menjadi kecil.
4- 19
{)t
2.4
Kapasitas dan ukuran kinerja Ualan) berupa Derajat kejenuhan, Tundaan dan Peluang antrian untuk
bagianjalinan bundaran; dan kecepatan tempuh dan waktu tempuh untuk bagian jalinan tunggal
dihitung untuk suatu keadaan geometrik, lingkungan dan kondisi lalu-lintas tertentu mengikuti
prosedur yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4:1. Bundaran dianggap sebngai beberapa jalinan yang
berurutan.
A-1:
A-2:
A-3:
,
B-1:
B-2:
8-3:
8-4:
B-5:
LANGKAH 8: KAPASITAS
Parameter geometrik hagian jalinan
Kapasitas dasar
Faktor penyesuaian ukuran kota
Faktor penyt!suaian tipe lingkungan, hambatan
samping dan kendaraan tak bermotor
Kapasitas
PERU BAHAN
I'
C-1:
C-2:
C-3:
C-4:
C-5:
C-6:
YA
TIDAK
/
Akhir analisa
MKJI: BAGIANJALINAN
Pencatatan data masukan yang berkaitan dengan geometri dan arus lalu-lintas paling baik dilakukan
dengan bantuan Formulir SWEAV-1 dan SWEAV-11 untuk bagian jalinan tunggal, dan Formulir
RWEAV-I dan RWEAV-11 untuk bagian jalinan bundaran (Lampi ran 4:1). Sketsa geometri bagian
jalinan digambarkan pada bagian kotak termasuk semua ukuran yang diperlukan seperti Iebar
pendekat, panjangjalinan dan sebagainya. Gambar yang mencatat semua gerakan lalu-lintas dan arus
dibuat pada kotak disebelahnya. Bagian bawah Formulir SWEAV-1 dan RWEAV-1 memungkinkan
pemakai untuk menghitung parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk analisa yang dikerjakan
dengan bantuan Formulir SWEAV-11 dan RWEAV-11. Pada formulir ini hasil dari berbagai langkah
perhitungan yang berbeda dicatat. Setiap baris dan kolom mempunyai nomor, yang digunakan sebagai
penjelasan bagaimana memasukkan data ke dalam formulir.
Bagianjalinan bundaran
RWEAV-1
RWEAV-II
Analisa:
-Parameter geometrik bagian jalinan
- Kapasitas
- Perilaku lalu-lintas
SWEAV-11
Analisa:
-Parameter geometrik bagian jalinan
- Kapasitas
- Perilaku lalu-lintas
Formulir-formulir terdapat pada Lampi ran 4:1 di bagian akhir bab ini.
4- 21
, - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3.
PROSEDUR PERHITUNGAN
Karena terdapat kemiripan antara analisa bagian jalinan tunggal (SWEAV) dan jalinan bundaran
(RWEA V), uraian prosedur perhitungan untuk kedua tipe fasilitas digabungkan di bawah. Tetapi
hasilnya dicatat pada formulir yang berbeda: SWEAV I-II dan RWEAV 1-11.
LANGKAHA:
DATA MASUKAN
MASUKAN GEOMETFII
A:,_A
D:,_D
KIM: leoMA
_;:_ __ _
@
Gambar A-1:1 Contoh sketsa data masukan geometri
4-22
MKJI: BACIAi\!.lAUi\!AN
Sketsa arus lalu-lintas menggambarkan gerakan dan arus lalu-lintas yang berbeda. Arus
sebaiknya diberikan dalam kend/jam atnu smp/jam. Jika arus diberikan dalam LHRT, faktor-k
untuk konversi menjadi arus p~rjam harus juga dicatat dalnm formulir pada Baris 1.
2)
Komposisi lalu-lintas dalam Kendaraan ringan (LV), Kendaraan berat (HV) dan Sepeda motor
(MC) (%) dicatat pada Baris 1.
3)
Sketsa arus lalu-lintas mc:mberikan informasi lalu-lintas lebih rinci dari yang diperlukan untuk analisa
bagian jalinan. Jika alternatif p~masangan sinyal pada simpang juga akan diuji, informasi ini akan
berguna. Sketsa sebaiknya menunjukan gerakan lalu-lintt~s bermotor melt~lui pendekat (Aw, ANw Dw
dan DNWjika bagianjalinan tunggal) dan ALT, AsT Au.Td<m sebagainyajika bagianjalinan bundaran,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar A-2:1 di bmvah. Satuan arus, LHRT, kend/jam atau smp/jam,
diberi tandajuga dalam formulir.
MASUKAN l.ALU-UNTAS
T-:2005
-'-'~P-1
--:~S
@
Jalint~n
Jalinan tunggal
Gambar A-2:1 Contoh sketsa
t~rus lt~lu-lintas
4-23
bundaran
a)
~erakan
Jika data arus lalu-lintas terklasifikasi tersedia untuk masing-masing gerakan, data tersebut
dapat dimasukkan pada Kolom 1, 3, 5 dalam kend/jam. Arus total kend/jam untuk
masing-masing gerakan lalu-lintas dimasukkan pada Kolom 7. Jika data arus kendaraan tak
bermotor tersedia, angkanya dimasukkan ke dalam SWEAV-1 Kolom 9 atau RWEAV-1
Kolom 17.
Konversi ke dalam smp/jam dilakukan dengan mengalikan arus dalam kend/jam dengan emp
yang tercatat pada formulir(LV:1,0; HV:1,3; MC:O,S). Hasilnya dimasukkan pada Kolom
2, 4 dan 6. Arus total dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan lalu-lintas dihitung dan
dimasukkan pada Kolom 8.
b)
Data arus lalu-lintas per jam (tidak terklasifikasi) tersedia untuk masint;-masin~
beserta jnformasj tentan~ komposjsi lalu-lintas keseluruhan clalam %
~erakan.
Masukkan arus lalu-lintas untuk masing-masing gerakan dalam kend/jam pada Kolom 7.
Hitung fuktor-smp Fsmpdari emp yang diberikan dan data komposisi arus lalu-lintas kendaraan
bermotor dan masukkan hasilnya pada Baris 1:
F_P = (empLv x LV%+ empHv x HV% + empMc x MC%)/100
Hitung arus total dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan dengan mengalikan arus dalam
kend/jam (Kolom 7) dengan Fsmr dan masukkan hasilnya pada Kolom 8.
c)
--
Data arus lalu-lintas tersedja hanya dalam LHRT (Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan)
Konversikan nilai arus lalu-lintas yang diberikan dalam LHRT menjadi arus jam rencana OoH
dengan mengalikannya dengan Faktor-k (Baris 1) dan masukkan hasilnya pada Kolom 7.
Q 0 H= k x LHRT
Konversikan arus lalu-lintas dari kend/jam menjadi smp/jam dengan mengalikannya dengan
Faktor-smp (Fsm.J sebagaimana diuraikan di atas dan masukkan hasilnya pada Kolom 8.
4-24
< 1juta
0,07-0,08
0,08-0,09
0,08- 0,10
0,09-0,12
Ukuran kota
Juta penduduk
>3J
1-31
0,5- 1 J
0,1- 0,5 J
< 0,1 J
Tabel A-2:2
> 1 juta
Rasio kendaraan
Sepeda Motor
LV
Kend. berat
HV
MC
tak bermotor
__{_UM/M_Y)_
60
55,5
40
63
63
4,5
3,5
3,0
2,5
2,5
35,5
41
57
34,5
34,5
0,01
0,05
0,14
0,05
0,05
Nilai normal komposisi lalu-lintas (perhatikan bahwa kendaraan tak bermotor tidak
termasuk dalam arus lalu-lintas)
Nilai normal rasio jalinan Pw rasio belok pada bundaran dan faktor-smp berikut dapat digunakan jika
informasi yang lebih baik tidak tersedia, lihat Tabel A-2:3.
Faktor
Normal
Rasio jalinan Pw
Rasio belok kiri PLT
Rasio belok kanan PRT
Faktor-smp, F.mn
Tabel A-2:3
0,75
0,15
0,15
0,83
4-25
MKJI: 1AGIAN.IALINAN
Data lalu-lintas berikut diperlukan untuk perhitungan dan harus diisikan ke dalam bagian lalu-Iintas
pada Formulir SWEAV-1 atau RWEAV-1, lihat juga Gambar A-3:2. Bundaran dengan 3-lengan dan
5-Jengan dapat dihitung dengan rumus yang disesuaikan, dengan menggunakan prinsip yang sama.
Arus masuk
bundaran
AB
Arus menjalin Ow
Raio menjalin Pw
A=A, T+~+A__!IT-+-&rr_
A+D-D, T+C,T+C,rr+8,rr
A-A, T+D.;r+CI!.T+8ur.
OwAJQ-.R
BC
8-81 T+A,..,.+DRT+C,rr
Ow.,./Onr
CD
C=~ T+Crr+C,T+~rr
C+8-B, T+ART+A,rr+D,rr
Owrr/Orn
DA
Ow.nJOnrt
o.......
<
D
woojalinan
nwbukanialinan
Pw=
4- 211
MKJI: BAGIANJALINAN
a)
b)
4-27
Ukuran kota
Ukuran kota dimasukkan sebagai jumlah penduduk di seluruh daerah perkotaan dalam juta.
Ukuran kota
Jumlah penduduk
(Juta)
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5- 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
Tabel A-3:1
2).
Ungkunganjalan diklasifikasikan dalam kelas menurut guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut dari
aktivitas sekitamya. Hal ini ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalu-Iintas dengan
bantuan Iabel A-3:2 di bawah:
--
Komersial
Permukiman
Akses terbatas
Tabel A-3:2
3)
Kelas hambatan sampjn~
Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang pada arus
berangkat lalu-Iintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis
berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan masuk dan keluar halaman dan
tempat parkir di luar jalur. Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan
teknik lalu-Iintas sebagai Tinggi, Sedang atau Rendah.
4-28
LANGKAHB:
KAPASITAS
05
'
Perhitungan dilakukan dalam beberapa Jangkah yang ditunjukkan pada hagan alir di bawah, gambar
B:l.
l LANGKAH B-1
LANGKAH B-2
1
Kapasitas dasar (C0)
- FaktorWw
- Faktor W E/Ww
- Faktor Pw
- Faktor Ww/Lw
1
LANGKAH B-3
l
LANGKAH B-4
ILANGKAH B-5
Gam bar B:l
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak hermotor (FRSu)
1
Kapasitas (C)
Data masukan untuk langkah-langkah perhitungan tersedia dalam Formulir SWEAV-1 dan RWEAV-1
seperti dijelaskan pada I.ANGKAH A dan B di atas. Formulir SWEAV-11 dan RWEAV-11 digunakan
untuk memasukkan hasil analisa untuk bagian Jalinan tunggal dan Bundaran. Berbagai langkah yang
berbeda diuraikan secara rinci di bawah.
4-29
Lebar pendekat (W1, W.J, Lebar masuk rata-rata (Wr), Lebar jalinan (W w) dan Panjang jalinan
(Lw)
Masukkan Iebar efektif masing-masing pendekat pada Kolom 2-3, dan Iebar jalinan pada
Kolom 5, Iihat Gambar B-1:1 di bawah. Pada pendekat dan bagian jalinan yang sisi jalannya
banyak digunakan parkir, Iebar masuk pendekat pada masing-masing sisi yang dipakai parkir
sebaiknya dikurangi 2m.
Hitung Iebar masuk rata-rata (Wr) untuk masing-masing bagian jalinan dan catat hasilnya pada
Kolom 4.
jikaW 1 > W, W 1 = w
W2 > W, W2 :W
Hitung rasio antara Iebar masuk rata-rata dan Iebar jalinan (WE/Ww) untuk masing-masing
bagian jalinan, dan masukkan hasil nya pada Kolom 6.
Masukkan panjang masing-masing bagian jalinan (Lw) pada Kolom 7, dan hitung rasio antara
Iebar jalinan dan panjangjalinan (WwfLw) pada Kolom 8.
4- 30
Ww1' 3
(l+WE/Ww) 15
(1-pw/3) 0' 5
(l+Ww/Lw)" 18
Rentang variasi untuk variabel ditetapkan secara empiris untuk pengembangan metode perhitungan
seperti diuraikan pada Tabel 1.1 :2.
Perhitungan kapasitas dasar untuk masing-masing bagian jalinan dikerjakan dengan bantuan
bagian-2. "Kapasitas" pada Fonnulir SWEAV-11 dan RWEAV-11 seperti diuraikan di bawah.
Tentukan faktor-Ww = 135 Ww1.'3 dengan bantuan Gambar B-2:1, dan masukkan hasilnya pada
Kolom 21.
Tentukan faktor-WJWw = (l+WE/Ww)'5 dengan bantuan Gambar B-2:2, dan masukkan
hasilnya pada Kolom 22.
Tentukan fuktor-pw = (1-pwf3t5 dengan bantuan Gambar B-2:3, dan masukkan hasilnya pada
Kolom 23.
Tentukan faktor-Ww/Lw = (l+Ww/Lw)"J. 8 dengan bantuan Gambar B-2:4, dan masukkan
hasilnya pada Kolom 24.
Tentukan kapasitas dasar dengan mengalikan empat
Jainnya dan masukkan hasilnya pada Kolnm 25.
4- 31
f<~ktor
7000
e5oo
6000
5500
"'!
3:~
)(
...,
5000
4500
I()
4000
3500
3000
2500
2000
10
12
11
13
14
15
16
18
17
19
= 135 Wwl..'
2.9
2.8
2.7
2.6
-= :_.
--++=t=
;:
-i:+-t- :::.t-
I+++-.
-+-
i-t-t
1::;:-t-:.::t---t:t:.-t::: -;- f :
!-'--'-i-+- --!.. .
'::;---------. .+--+--'-:::t--l=.
::.i==
+ +-
' '
r-
-r:r:+---t
'
t~
---+-+~-
1.9
1.8
0.5
0.55
0.6
0.65
0.7
0.75
WE/Ww
0.8
0.85
0.9
0.95
20
MKJI: BACIA1\JALI1\AN
-+-:
0.94
0.93
-+-+-
0.92
0.91
.,
H+-
:-::...t.~t:;~-:
+- ~~ -++-
:~:: :.:::::-i==-~
'~--~, H-+-
;-
8:; ---;
0.9
~0.88
I
0.87
H-
..
=~~=t. t:+_t:+~
'
I ; i-+- + ; -
-+-!
~-
0.3
4--!;
: ~tt:
.-+
0.86
0.81
- ;-H
-~ .
__._._ f.
..., 0.89
........
~-
........
'!-!--+
-~---+--H--+-+-H-
~-+-
--r
'---!--H-
-+
:-r.-
0.35
0.4
045
0.5
f--H
0.55
0.7
0.6
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
0.7
0.75
p.,, =(1-pw/3) 05
O.S5
0.9
085
0.8
0.7$
"!
I
3:
07
...J
........
-?
O.ii5
0.6
......
0.55
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.45
0.4
Ww/Lw
4- 33
0.5
0.$5
0.6
0.65
0.8
Penduduk
(Juta)
Snngat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5 - 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
O,R2
0,8X
0,94
Tabel B-3:1
1,00
1,05
Komersial
Permuk.iman
Akses terbatas
Tabel B-4:1
0,05
0,10
0,15
0,20
> 0,25
tinggi
0,93
0,88
0,84
0,79
0,74
0,70
sedang
0,94
0,89
0,85
0,80
0,75
0,70
rendah
0,95
0,90
0,86
0,81
0,76
0,71
tinggi
0,96
0,91
0,86
0,82
0,77
0,72
sedang
0,97
0,92
0,87
0,82
0,77
0,73
rendah
0,98
0,93
0,88
0,83
0,78
0,74
tinggi/sedang/rendah
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
'
4-34
ta~
Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak berrnotor terhadap kapasitas adalah sama
seperti kendaraan ringan, yaitu empuM = 1,0. Persamaan berikut dapat digunakan jika pemakai
mempunyai bukti bahwa empUM '*- 1,0, yang mungkin merupakan keadaanjika kendaraan tak bermotor
tersebut terutama berupa sepeda.
= C0 x Fcs x FRsu
(smp/jam)
4-35
LANGKAHC:
PERILAKU LALU-LINTAS
dim ana:
Qsmp
FSA'lp
=
=
Arus total (smp/jam) dari Formulir SWEAV-1, Baris R, Kolom 8; atau Forrnulir
RWEAV-1 Baris 22 Kolom 10, 12, 14 dan 16. Nilainya dimasukkan pada Formulir
SWEAV-11 atau RWEAV-11, Knlom 31.
Qsmp
=Qkcnd X F""'P
=
Derajat kejenuhan bagian jalinan masing-masing dicatat pada Kolom 32 pada formulir yang sesuai.
Derajat kejenuhan bundaran didefinisikan sebagai derajat kejenuhan bagian jalinan yang tertinggi dan
dicatat dalam Forrnulir RWEA V-II Baris 5 Kolom 32.
--
4-36
Tundaan lalu-lintas bagian jalinan adalah tundaan rata-rata lalu-lintas per kendaraan yang masuk ke
bagian jalinan.
Tundaan lalu-lintas ditentukan dari hubungan empiris antara tundaan Ialu-lintas dan derajat kejenuhan,
lihat gambar C-2:1.
a.
"'
.......
~
1:l
10
1:l
1-
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Derajat Kejenuhan OS
Gambar C-2:1 Tundaan lalu-Iintas bagian jalinan vs Oerajat kejenuhan (OT vs OS)
Masukan OS didapat dari formulir RWEAV-II Kolom 32, dan pembacaan OT yang didapat dari
gam bar masing-masing bagian jalinan dicatat dalmn Kolom 33 dalam formulir yang sama.
4-37
2.
Tundaan lalu-lintas bundaran adalah tundaan rata-rata per kendaraan yang masuk kedalam bundaran.
Dihitung sebagai berikut :
dimana:
n
0;
DT;
Omasuk
=
=
=
=
=
Hasil perkalian dari arus (Kolom 31) dan tundaan (Kolom 33) dimasukkan dalam Kolom 34 untuk
masing-masing bagianjalinan. Jumlah dari nilai-nilai tersebut merupakan tundaan lalu-lintas bundaran
total, dimasukkan dalam Baris 5 kolom yang sama. Dengan pembagian total ini dengan arus total
Ow.sUK (Formulir RWEAV-1 Baris 22, Kolom 8), tundaan lalu-lintas rata-rata semua lalu-lintas dalam
bundaran didapatkan dan dimasukkan dalam Baris 6, Kolom 34.
3.
Tundaan bundaran adalah tundaan lalu-lintas rata-rata per kendaraan masuk bundaran dan dihitung
sebagai berikut:
DR= DTR + 4
( det/smp)
Rumusnya adalah dengan menambahkan tundaan genmc::trik rata-rata (4 <.let/smp) pada tundaan lalulintas.
Hasilnya dimasukkan dalam Baris 7, Kolom 34.
--
4- 3H
MKJI: BAGIANJALINAN
1.
Peluang antrlan dihitung dari hubungan empiris antara peluang antrian dan derajat kejenuhan seperti
terlihat pada Gambar C-3:1 dibawah.
Variabel masukan Derajat Kejenuhan didapat dari Formulir RWEA V-II Kolom 32, dan pembacaan
nilai QP masing-masing bagian jalinan dari gambar, dicatat dalam Kolom 35.dalam formulir yang
sam a.
100
90
80
70
~
~
c
0
60
;:
c:
<(
g'
0
50
40
:I
a;
30
20
10
0
0
0.1
0.2
0.3
0.5
0.4
..
o:s
0.7
0.8
2.
Peluan~
antrian Bundaran
(OPR~
4-39
0.9
1.1
MKJI: BAGIAN.IALINAN
2.
Variabel masukan adalah rasio-jalinan (Pw), dari LANGKAH A-2 dan derajat kejenuhan dari
lANGKAH D. Hasilnya dicatat pada bagian 3. "Perilaku lalu-lintas" pada Formulir SWEAV-II.
1.
(1-pw/3),
-
~+-~~-+-+~~~r-+-~~~-+-4~--~r-+-4-~-P~~-4~~~~
l .........
I~
I.
0.7
0.75
0.85
0.8
Pw
0.9
0.95
------
------------------
Rentang variabel dasar empiris dari manual diherik<m pada Tahel G-1: 1 di bawah. Penggunaan metode
di luar rentang ini adalah tidak pasti.
Variabel
Min.
Rata-rata
8
8
50
0,07
0,69
9,7
11,6
R4
0,14
O,RO
Maks.
11
20
121
0,20
0,95
Tabel C-4:1
Catatan:
2.
vo
DS
Perhitungan kecepatan tempuh dikerjakan dengan hantuan Formulir SWEAV-11, bagian 3. "Perilaku
lalu-lintas" seperti diuraikan di hawah.
Tentukan faktor-DS = (0,5x(l+(l-DS) 05) dengan bantuan Gambar C-4:2, dan masukkan
hasilnya dalam Kolom 34. Nilai DS yang diperlukan untuk pembacaan gambar diperoleh dari
Kolom 32.
Hitung kecepatan tempuh dengan mengalikan nilai pada Kolom 33 dan 34 dan masukkan
hasilnya pada Kolom 35.
4- 41
MKJI: BAGIANJALINAN
'
0.55
r-+-r; ;-
R:--f
0.5
0.1
0.2
0.3
'
'
!-
''
'
0.4
0.5
0.6
Hw;-0.7
0.8
::\
!
W!
0.9
Oerajat Kejenuhan OS
Gambar C-4:2 Faktor OS= O,Sx(l+(l-OS) 05)
3,6/V
di mana:
Lw
v
=
=
4-42
-------------------
--
---------------
4-43
A
W
4.
CONTOH PERHITUNGAN
4.1
CONTOH
a)
Tentukan kapasitas, derajat kejenuhan dan tundaan pada bagian jalinan bundaran antara JI.
Metro Pondok Indah dan Jl. Gedung Hijau - Jl. Sekolah Duta Raya dengan denah dan lalulintas seperti tampak pada Gambar 4.1:1 di bawah. Situasi lalu-lintas diamati padajam 09-10
pagi tanggal 14 Agustus 1991. Bagian jalinan ini terletak di kota yang sangat besar, kota
Jakarta, pada daerah komersial dengan hambatan samping sedang.
b)
B
Jl. Co4u"f Hljo11
39
236
16S
-r97
203
200
Pendekat
Tipe
kendaraan
A
~
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
LT
ST
RT
MV
316
1252
405
236
165
349
269
645
405
203
97
200
UM
25
13
4-44
Penyelesaian:
a)
Formulir RWEAV-1 dan RWEAV-11 pada halaman berikut menunjukkan perhitungan dan
hasiT tersebut dirangkum di bawah:
Kapasitas:
bagian jalinan A-B: 4216 smp/jam
bagian jalinan B-C: 3897 smp/jam
bagian jalinan C-D: 4450 smp/jam
bagian jaliana A-D: 4177 smp/jam
Derajat kejenuhan:
bagian jalinan A-B: 0,583
bagian jalinan B-C: 0,615
bagian jalinan C-D: 0,462
bagian jalinan A-D: 0,418
Tundaan lalu-lintas:
bagianjalinan A-B: 2,73 det/smp
bagian jalinan B-C: 2,95 det/smp
bagian jalinan C-D: 2;11 det/smp
bagian jalinan A-D: 1,96 det/smp
b)
Tundaan lalu-lintas bundaran rata-rata ditentukan sehagai tundaan lalu-lintas setiap kendaraan
masuk.
Tundaan lalu-lintas bundaran rata-rata = 21667 det/jam: 4175 smp/jam
= 5,19 det/smp
Tundaan bundaran rata-rata= 5,19 + 4 = 9,19 det/smp.
4-45
.---------------------------------
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--
Formulir RWEAV - I
3leooOW'4iEXAMPLES/RNEAV1XI/2S/4/1811SII<UI Rw 2~HT/EN
-~~;.~~~AUNAI'I
8UNOARAN
R RWEAV-1:
........... TR1
------
----
PHT
DK/Jaya
B
Jt. G.t11"""9 H=iow
~~U~~
>:e~---~-~ ~..-~~
A
''"'
::::::1 -
11.7
,,s-
,.,..,
Z''"
...."'
~.
2J6
165
Jl&
~252
-.
. ~~-I '"
~(
12.7mr=::
J9
''"'
os
.. . 65-f-os
~tr;rY
269
97
203
-~-
200
l~_p
.,,.,u.,I\CII/
gerakan
2 A LT
3
ST
4
RT
5
UT
Total
8 LT
ST
9
RT
10
UT
11
Total
12 C LT
13
ST
14
-RT
15
UT
Total
16
17 D LT
-ST
118
-RT
119
UT
120
Total
121
122 Total
~
124
'e
IFaktor-k
~(lkt()I'SITIIJ
Total kend.
Bagian
~~~~~L.v' l;;:;~~ii~7
bermotor
AB
8C
MV
emp= 1,0 ~-=1,3
emp= 0,5
Arus Arus Arus Arus
kend/j 1smpn kend/j smpn kend/j smpn lkendn smpn men- total men total
jalin
jalin
(5)
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(6)
(8)
(9) (10) (11) (12)
LV%
79 IHV%
18
3 MC%
on
!~~:~c
316
1252
405
0
1973
236
165
349
0
750
269
645
405
0
1319
203
97
200
0
500
4542
290
1151 1151
372 372
1813
217
152
321
690
247
593
372
1151 1151
1372
Kend. tak
bermotor
(UM)
kend/jam
(17)
6
25
8
0
39
5
3
372 372
I!==
11813
152 152
321
152
32l
321 321
690
_593
593
372
372 372
1212
187
89
jalinan
CD
DA
Arus Arus Arus Arus
men- total men- total
jalin
jalin.
(13) {14}_
{15) (16)
59~
372
1212
89
184
89
184
184 184
89
'
0
15
. 5
13
8
0
26
4
2
4
0
JQ_
=-460
460
4175 1984 2458 1808 12397 1489 2057 1187 1746
90
0,724
0,807
!0,754
0,680
Rasio o:'1cilii,
~iillEitfui
0,020
UM/MV ratio
4 - 46
Formulir RWEAV-11
8AGIAN JAUNAN 8UNDARAN
Tanggal:
14 Desember 1995
Ditangani oleh:
PHT
FORMUUR RWEAV-11:
Kota:
Jakarta
8,2
ANAUSA
JalanA-C:
Ungkungan jalan:
Komersial
Jalan 8-D:
Rendah
Soal:
Contoh
Periode:
AB
BC
CD
Pendekat 1
(2)
6,80
6,50
6,60
AD
700
(1)
1
2
3
4
Lebar masuk
Pendekat 2
(3)
11,70
10,00
12,70
1040
Lebar masuk
rata-rata
We
(4)
9,25
8,25
9,65
870
Lebar
jalinan
Ww
(5)
9,10
8,90
9,20
940
WJWw
Panjang
jalinan
WwfLN
Lw
(6)
1,016
0,927
1,049
0926
(7)
50,0
500
50,0
500
(8)
0,182
0,178
0,184
0188
2. Kapasitas
Bagian
jalinan
1
2
3
4
(20)
AB
BC
CD
AD
Faktor-Ww
Gbr 8-2:1
(21)
2383
2315
2417
2485
Faktor-WJWw
Gbr. B-2:2
(22)
2,863
2,675
2,933
2672
Faktor-pw
Faktor-Ww'lw Kapasitas
dasar
Co
Gbr. B-2:3
(23)
0855
0,865
0871
0879
Gbr. B-2:4
(24)
0740
0745
0,738
0733
smp~am
(25)
4318
3989
4556
4282
0931
0,931
0931
1,05
0931
3. Perilaku lalu-lintas
Bagian
Jalinan
(32)
1
0,582
2,73
AB
2458
g
0,615
8C
2397
.219_5
3
CD
2057
0.462
2.17
_!
0,417
1.96
AD
1746
I
OS
dari
jalinan
DSA
0,615
5
_TOllil
6 Tundaan lalu-lintas bundaran rata-rata DTA det'smp
Tunaaan bundaran rtti.Cltala DR (DTR+4) det'smp
7
Peluang antrian bundaran QPR%
8
{:3()J
(31)
Tundaan
lalu-lintas
DT
Gbr. C-2:1
det'smp
(33)
(34)
(35)
6710
7071
4464
8-18
9-21
5-11
~~-
21667
5,19
4 - 47
9,19
:::':':
: : : :~,
:\
9-21
Sasaran
(36)
Kapasitas
c
smp~am
(28)
4222
3900
4455
4187
4.2
Bagian jalinan antara Jl. Pengampon dan Jl. Jagalan di Surabaya diamati pad a jam 07:00-08:00 pagi
tanggal 28 Oktober 1991. Denah geometri dan arus lalu-lintas tampak pda Gambar 4.2:1. Bagian
jalinan ini terletak pada daerah komersial dengan hambatan samping tinggi. Hitung kapasitas, derajat
kejenuhan, kecepatan tempuh dan waktu tempuh pada bagian jalinan tunggal tersebut. (Surabaya
merupakan kota besar dengan penduduk 2,5 juta).
II
!I
:G
~It~
==:;::::LU
l)
494
hagU-
Jl. Peciadilaa
======)vi
Tipe
kendaraan
Pergerakan
A-B
AC
D-B
D-C
LV
212
1005
872
225
HV
35
164
142
37
MC
247
1169
1015
262
UM
23
.20
Penyelesa ian:
Lihat Formulir SWEAV-1 dan SWEAV-11 yang tt!lah terisi pada halaman berikut.
Kapasitas: 5751 smp/jam
.
Derajat kejenuhan: 0,72
Kecepatan tempuh: 24,0 km/jam
Waktu tempuh rata-rata: 9,9 detik.
4-48
Tanggal:
17 Januari f996
Ditangani oleh:
PHT
FORMUUR SWEAV-1:
Kola:
Surabaya
Prupil.si:
Jawa Timur
-GEOMETRI
JalanA-C:
Jalan 8-D:
Jl. Jagalan
Soal:
Contoh
Peri ode:
...
I~ I
.:I
.1\..-t
i (
'---16
llL
'
!
494
ic. J1.
~ lt.c ~
LU
D
P--
rlr
<'JJ6'
'l.o'l-9
Jl. Pecindilan
~vr=
524
.....
"VIIIJ.IV;)I;)I
Tipe kendaraan
emp
Pendekat'gerakan
LV%
Kendaraan ringan L\I
emp=1,0
kend{jam smp{Jam
(1)
(2)
J I
HV%
I Faktor -;:;m
l:akf-- -k
MG~
Kendaraan berat HV Sepeda motor MC
Kendaraan tak
Kend. bermotor
emp = 1,3
emp = 0,5
bermotor (UM)
total MV
kend{Jam smp{Jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2 Aw
1005
1005
164
213
1169
585
2338
1800
23
Ow
872
872
142
185
1015
508
2029
156t
20
1877
1877
306
398
2184
1093
4367
336E.
43
5 AttN
212
212
35
46
247
124
494
382
OttN
225
225
37
48
262
131
524
404
437
437
72
94
509
255
1018
786
10
2314
2314
378
492
2693
1348
5385
3
4
Total
Rasio
me~air
0,811-!i
4154
Rasia UM/MV
[10
4 - 49
1-
53
0,01
Formulir SWEAV- II
BAGIAN JAUNAN TUNGGAL
Tanggal:
FORMULIR SWEAV-11:
Kota:
17 Januari 1996
_J~_@rl..&Q:_
ANALISA
Dnar.~"""- oleh:
PHT
Surabaya
2,5
Jf. '""'''M~-""-
Jalan 8-D:
J/. Jaga/an
Soal:
Contoh
1\VI.
Hambatan~
Tinaai
07:00 -.!2;QQpaqi
Lebarmasuk
(1\
Pendekat1
(2)
Lebar masuk
rata-rata
We
{4)
Pendekat 2
fll
16
58
10 9
Lebar
jalinan
Ww
(5)
16
W.f'Nw
Panjang
jalinan
{6)
11)
W.Jlw
Lw
0,681
(8)
66
0242
Faktor_Qenvesuaian
Faktor-W.Jlw Kapasitas
Ukuran kota Ungk. jalan
dasar
Fcs
Co
FRSU
Gbr. B-2:4
smpnam Tab. 8-3:1 Tab. 8-4:1
(24)
(25)
(26)
(27)
Kapasitas
2
3
4
2. Kapasitas
Pilihan
FaktorWw
Faktor-WJWw
Faktor-pw
Gbr. B-2:2
(20)
Gbr 8-2:1
(21)
Gbr. 8-2:3
(23)
4962
(22)
0,854
2,179
0,677
6251
1,00
c
smpnam
{28)
0,92
5751
2
3
4
3. Perilaku lalu lintas
Pilihan
e
(30)
1
2
Derajat
Arus
lalu-lintas kejenuhan
Q
DS
(31)/(28)
smpnam
(31)
(32)
4154
Kecepatan
arus bebas
V0 =faktorPw
Gbr. C-4:1
_(33)
0,72
Kecepatan tempuh V
Waktu temp
Faktor-DS
v rata-rata
n
(33)x(34)
Gbr. C-4:1
det
kmnam
(34)
(35)
(36l
31,4
0,765
24,0
Sasaran
1371
9,9
3
4
Catatan mengenai perbandingan dengan sasaran (38)
'
4 -
so
MKJI: BAGIANJALINAN
4.3
Tentukan tipe bundaran yang sesuai berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) dan perilaku Jalulintas untuk kondisi berikut:
Lalu-Iintas:
Lingkungan: Permukiman
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 0,8 juta orang
Penyelesaian:
Arus lalu-lintas dalam LHRT diu bah menjadi Arus jam rencana (Q0 .J dengan faktor k pada tabel
A-2:1.
OoH.u = 4.870 x 0,105 = 511 kend/jam
OoH.s =3.250 x 0,105 =341' kend/jam
OoH,T =7.590 x 0,105 =797 kend/jam
OoH,B = 6.210 x 0,105 =652 kend/jam
Arus jalan utama = 797 + 652 = 1449 kend/jam
Arus jalan minor = 511 + 341 = 852 kend/jam
Dianggap rasio belok LT/RT = 15/15 (dari Tabel A-2:3)
Pemisahan arah = 1449/852 = 1,70
Untuk memilih bundaran yang ekonomis, arus simpang total tallUn 1 harus disesuaikan.
Q1
kend/jam
Berdasarkan Tabel 2.3.3:1, bundaran yang diperlukan untuk arus 2411 kend/jam adalah R10-12.
Untuk memilih tipe bundaran berdasarkan analisa perilaku lalu-lintas, arus jalan utama tahun 1 dan
10 disesuaikan untuk menentukan perilaku lalu-Jintas dengan menggunakan Gambar 2.3.3:3.
Pada arus jalan utama 1104 dan 2172 kend/jam, derajat kejenuhan untuk R10- 12 masing-masing 0,3
dan 0,65.
4- 51
MKJI: BAGIANJALINAN
5.
KEPUSTAKAAN
Wl.
Budiartono, A
W2.
Roess, McShane
Crowley, Lee
W3.
Transportation
Research Board
W4.
Transportation
Research Board
W5.
Stu we
W6.
Simon
W7.
Trout beck
ws.
National Swedish
Swedish Capacity Manual -an introduction.
Road Administration Statens Vagverk (The National Swedish Road Administration) Internrapport 24, 1978.
W9.
Wardrop
WlO. Wardrop
W12. Guichet
W14. Hoff&Overgaard,
PT Multi Phi Beta
4-52
MKJI: BAGIANJALINAN
Ringkasan:
W15.
Bril~n,
W. (ed)
W18. Troutbeck
W21. Bergh, T.
Dardak, H.
4-53
Lampiran 4:1
MKJI: BAG IAN JAUNAN
Qrmulir RWEAV - I
IRIY
-~,;~"
INAN BU~nAJ:IAN .
='""'''"'' .JAI
--~
L4t !L! 0 RWEAV-1:
-..-.....
.,..... ":TRI
Tan~
D~
Kola:
Jalan A-C:
Jalan B-0:
Soal:
Periode
Denah arus lalu lintas
D~
ITipe
"'"''"a' aa
kendaraan lrinQan LV
lemp
lemp= 1,0
Pendekat/ kend~ smp~
gerakan
(1)
IHV% I
IKendaraan
lberat HV
lemp = 1,3
ken~ smp~
(2)
(3)
(4)
~QI\I\11"<11
IMC%
l!:~~~c
1Total kend.
lt:Q~
lP
Bagianjal~
_l_
_QQ_
_9_
lemp = 0,5
IArus Arus Arus Arus Arus Arus
kend~ lsmp~ kend~ lsmp~ men- total men- total men- total
jalin
jalin
jalin
(5)
(6)
bermotor
MV
(7)
(8)
(9)
(10)
(1 1)
(12)
(1 3)
(14)
Kend. tak
bermotor
(UM)
J>A
Arus Arus
men- total
jalin
(1 5) (16)
kend~am
(17)
2 A LT
3
-ST
5
RT
UT
11--
Total
B LT
-ST
- RT
10
I11
UT
Total
I12 C LT
-ST
113
-RT
114
UT
115
Total
116
117 D LT
-ST
I18
-RT
I19
120
-UT
Total
121
122 Total
23
124
1
r=
i====="=
'
1\::,:_: __ _
Rasia ,,,.,,.:di;
UM/MVratio
4 - 54
Formulir RWEAV-11
8AGIAN JALINAN 8UNDARAN
Tanqqal:
Ditan_g_ani oleh:
FORMUUR RWEAV-11:
Kota:
-ANALISA
JalanA-C:
li_llg_kuQgan jalan:
Jalan B-0:
Hambatan sam~
Soal:
Periode:
Lebarmasuk
rata-rata
Pendekat1
(2)
Pendekat2
(3)
FaktorWw
Faktor-WJNw
FaktorPw
Gbr 8-2:1
(21)
Gbr. B-2:2
Gbr. B-2:3
(23)
(1)
1
2
3
4
Lebar masuk
A8
BC
CD
AD
WE
(4)
Lebar
jalinan
Ww
WJWw
Panjang
jalinan
(5)
(6)
_m
Wwflw
Lw
(8)
2. Kapasitas
Bagian
jalinan
1
2
3
4
-(20)
AB
8C
CD
AD
(22)
Faktor-WJLw Kapasitas
Faktor~ y_esuaian
dasar
Ukuran kota Lingk. jalan
Co
Fcs
FRSU
Gbr. B-2:4
Tab.
8-3:1 Tab. B-4:1
smpnam
(241
(25)
(26)
JfZ1
3. Perilaku lalu-lintas
Bagian
Jalinan
(30)
Tundaan
lalu-lintas
DT
Gbr. C-2:1
det/smp
(33)
1
AB
8C
2
3
CD
4
AD
Total
5 OS dari jal~nan DSR
6 Tundaan lalu-lintas uu11ucucu '"'"-'""" DTR det/smp
7 Tundaan hundaran ,a.,.. aLa DR (DTR+4) det/smp
Peluang antrian bu,idaoa~ OPR%
8
Catatan ten1ang perbandingan dengan sasaran (37)
. 4- 55
Sasaran
Kapasitas
c
smp~am
(28)
e
,
__ '
Formulir SWEAV I
BAGIAN JALINAN TUNGGAL
1angga1:
Ditangani oleh:
FORMULIR SWEAV-1:
Kota:
Propinsi:
GEOMETRI
JalanA-C:
Jalan 8-0:
Soal:
Periode:
,,_
Tipe kendaraan
emp
Pendekat/gerakan
Aw
Ow
~en,alin,
AloiN
O!o#N
total
Total
Rasio menjalin
Rasio UM/MV
10
C:Cikf 1\
LV%
HV%
MC%
_Fe~ktor-:"uf..!
Kendaraan tak
Kendaraan ringan L\1 Kendaraan berat HV Sepeda motor MC
Kend. bermotor
:emp = 0,5
bermotor (UM)
:emo= 1,3
lemo=1,0
I total MV
kend{Jam smp{Jam kend{Jam smp(Jam kend{Jam smp{Jam kend(Jam smp{Jam kend(Jam
(9)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(B)
4 - 56
Tanqqal:
Dit~ani
FORMUUR SWEAV-11:
Kota:
-ANALISA
JalanA-C:
UQQ.kUQQ.anlalan:
Jalan 8-D:
Hambatan samping:
Soal:
Peri ode:
oleh:
Lebarmasuk
(1)
Pendekat1
(2)
Pendekat 2
(3)
Lebar masuk
rata-rata
WE
(4)
Lebar
jalinan
Ww
ll
WrfNw
Panjang
jalinan
(6)
Lw
Wwflw
(8)
1
2
3
4
2. Kapasitas
II
Pifihan
Faktor-Ww
Faktor-WJNw
Faktor-pw
Gbr. 8-2:2
(20)
Gbr 8-2:1
(21)
Gbr. 8-2:3
(23)
(22)
Faktor_pen'i_esuaian
Faktor-Wwflw Kapasitas
Ukuran kola Ungk. jalan
dasar
Fcs
F~u
Co
Gbr. B-2:4
smp{Jam Tab. 8-3:1 Tab. 8-4:1
(27)
(25)
(26)
(24}_
Kapasitas
c
smp{Jam
(28)
1
2
3
4
3. Perilaku lalu lintas
Pili han
Arus
lalu-lintas
0
(30)
smp{Jam
(31)
Derajat
kejenuhan
OS
(31)/(28)
(32)
Kecepatan
arus bebas
V0 faktori>w
Gbr. C-4:1
J33)
KecE!f>alan tem_EUh V
Faktor-DS
v
Gbr. C-4:1
1341
Waktu temp
rata-rata
(33)x(34)
TT
km{Jam
J~
det
(36)
Sasaran
(37)
1
2
3
4
Catalan mengenai perbandingan dengan sasaran (38)
4 - 57
BAB5
JALAN PERKOTAAN
DAFTAR lSI
1.
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
5-3
2.
METODOLOGI
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
3.
0.
5- 16
5- 16
5- 17
5- 19
5- 22
5-25
5- 31
LANGKAH B:
LANGKAHC:
LANGKAH D:
5 - 1
4.
4.1
4.2
5.
5.1
5.6
5.7
6.
KEPUSTAKAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 - 95
5.2
5.3
5.4
5.5
5 - 2
1.
PENDAHULUAN
1.1
1.1.1
Tipe Fasilitas
Bab ini memberikan prosedur perhitungan kapasitas dan ukuran perilaku lalu-lintas pada segmen jalan
di daerah perkotaan dan semi perkotaan. Segmen jalan didefinisikan sebagai perkotaan/semi
perkotaan atau luar kota sebagai berikut:
Segmen jalan perkotaan/semi perkotaan: Mempunyai perkembangan secara perm an en dan menerus
sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, -apakah berupa
perkembangan lahan atau bukan. Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih dari
100.000 selalu digolongkan dalam kelompok ini. Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang
dari 100.000 juga digolongkan dalam kelompok ini jika mempunyai perkemhangan sampingjalan yang
permanen dan menerus.
Segmen jalan luar kota: Tidak ada perkembangan yang menerus pada setiap sisi jalan, walaupun
mungkin terdapat beberapa perkembangan permanen seperti rumah makan, pabrik, atau
perkampungan. (Catatan: Kios kecil dan kedai di sisi jalan bukan merupakan perkembangan
permanen).
Indikasi penting lebih Janjut tentang daerah perkotaan atau semi perkotaan adalah karakteristik arus
lalu-lintas puncak pada pagi dan sore hari, secara umum lebih tinggi dan terdapat perubahan
komposisi Jalu-Jintas (dengan persentase kendaraan pribadi dan sepeda motor yang lebih tinggi, dan
persentase truk berat yang lebih rendah dalam arus lalu-lintas). Peningkatan arus yang berarti pada
jam puncak biasanya menunjukkan perubahan distribusi arah lalu-lintas (tidak seimbang), dan karena
itu batas segmen jalan harus dibuat antara segmen jalan luar kota dan jalan semi perkotaan (lihat
sub-bagian 1.1.3 dan 1.1.4 di bawah). Dengan cara yang sama, perubahan a111s yang berarti biasanya
juga menunjukkan batas segmen. Indikasi lain yang membantu (walaupun tidak pasti) yaitu
keberadaan kereb: jalan Juar kota jarang dilengkapi kereb.
Jika segmenjalan yang dianalisa tidak sesuai dengan uraian ten tang jalan kota di atas, maka gunakan
Bah 6 ten tang Jalan Luar kota atau, jika jalan tersebut merupakan jalan Ia yang dengan semua akses
terbatas, gunakan Bab 7 tentang Jalan Behas Harnhatan.
Tipe jalan perkotaan yang diberikan dalam Bah ini adalah sehagai herikut:
Jalan dua-lajur dua-arah (2/2 UD)
Jalan empat-lajur dua-arah
- tak-terbagi (yaitu tanpa median) ( 4/2 UD)
- terbagi (yaitu dengan median) (4/2 D)
Jalan enam-lajur dua-arah terhagi (6/2 D)
Jalan satu-arah (1-3/1)
Manual dapat juga digunakan untuk menganalisa perencanaan jalan lehih dari enam lajur.
Jalan perkotaan bebas hambatan dianalisa dengan menggunakan Bah 7.
5 -
1.1.2
Penggunaan
Karakteristik geometrik tipe jalan yang digunakan dalam Bab ini didefinisikan pada Bagian 2.4 di
bawah. Hal ini tidak harus berkaitan dengan sistem klasifikasi fungsional jalan Indonesia
(Undang-Undang tentang Jalan, No. 13, 1980; Undang-Undang tentang Lalu-lintas dan Angkutan
Jalan, No. 14, 1992), yang dikembangkan untuk tujuan yang berbeda.
Untuk masing-masing tipe jalan tersebut, prosedur perhitungan dapat digunakan untuk analisa
operasional, perencanaan dan perancangan jalan perkotaan (sering disebut jalan kota). Untuk setiap
tipe jalan yang ditentukan, prosedur perhitungan dapat digunakan hanya pada kondisi berikut:
Alinyemen datar atau hampir datar.
Alinyemen horisontal Jurus atau hampir lurus.
Pada segmen jalan yang tidak dipengaruhi antrian akibat persimpangan, atau arus iringan
kendaraan yang tinggi dari simpang bersinyal.
1.1.3
Segmen jalan
Prosedur digunakan untuk perhitungan segmen jalan tertentu. Segmen jalan didefinisikan sebagai
panjangjalan:
diantara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama, dan
mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjangjalan.
Titik dimana karakteristik jalan berubah secara berarti menjadi batas segmen walaupun tidak ada
simpang di dekatnya. Perubahan kecil dalam geometrik tidak perlu dipersoalkan (misalnya perbedaan
Iebar jalur lalu-lintas kurang dari 0,5 m), terutama jika perubahan tersebut hanya sebagian.
Karakteristik jalan yang penting dalam hal ini dikemukakan secara urn urn pada Bagian 1.2.
Dalam penentuan akses segmen jalan ke jalan perkotaan bebas hambatan, jalur penghubung dan
daerahjalinan harus dipisahkan dari segmen jalan yang umum, dan dianalisa menggunakan prosedur
yang dijelaskan pad a Bab 4 (Bagian Jalinan) dan/atau Bab 7 (Jalan Bebas Hambatan). Karena jalur A
penghubung bisa menjadi daerah kritis untuk kapasitas, analisa tambahan untuk jalinan atau jalur W
penghubung mungkin diperlukan, terutama dalam analisa operasional jalan layang yang kompleks.
Dalam hal dernikian prosedur untuk jalan bebas hambatan, jalur penghubung dan bagian jalinan yang
terdapat dalam US HCM tahun 1985 (revisi 1994) disarankan untuk digunakan.
1.1.4
Jaringan jalan
Jaringan jalan atau koridor jika sedang dianalisa, sebaiknya dibagi dalam komponen, sebagai berikut:
-
Segmen jalan
Simpang bersinyal
Simpang tak bersinyal
Bagianjalinan
5 - 4
Perhitungan kemudian dilakukan secara terpisah untuk masing-masing tipe fasilitas, kemudian
digabung untuk memperoleh kapasitas dan ukuran kinerja sistem secara menyeluruh.
Prosedur yang dijelaskan di bawah untuk jalan perkotaan dan semi perkotaan berlaku untuk segmen
tanpa pengaruh simpang, dan karena itu sebagian besar data empiris untuk manual ini dikumpulkan
dari rute utama perkotaan dan semi perkotaan dan bukan dari jalan kota. Pada jalan kota, dimana
banyak persimpangan utama, kapasitas dan kinerja sistem jalan akan tergantung terutama pada
persimpangan (dan bagian jalinan) dan bukan pada segmen jalan diantara persimpangan.
Bagaimanapun, jika analisa jaringan diperlukan, prosedur perhitungan untuk segmen jalan yang
diberikan di bawah dapat digunakan pada jaringan jalan pusat kota sebagai berikut:
Hitung waktu tempuh, dengan menggunakan prosedur segmen jalan, seolah-olah tidak ada
gangguan dari persimpangan atau daerah jalinan yaitu analisa seolah-olah tidak ada
persimpangan atau daerah jalinan ("waktu tempuh tak terganggu").
Untuk setiap simpang atau daerah jalinan utama pada jaringan jalan, hi tung tundaan, dengan
menggunakan prosedur yang sesuai pada bagian lain dari manual i ni.
Tambahkan tundaan simpang/jalinan dengan waktu tempuh tak terganggu, untuk memperoleh waktu tempuh keseluruhan.
5 -
1.2
KARAKTERISTIK JALAN
Karakteristik utamajalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerjajalanjika dibebani lalu-lintas
diperlihatkan di bawah. Setiap titik pada jalan tertentu dimana terdapat perubahan penting dalam
rencana geometrik, karakteristik arus lalu-lintas atau aktivitas sam ping jalan menjadi batas segmen
jalan seperti dijelaskan dalam Bagian 1.1.3 di atas.
Karakteristik yang digunakan pada prosedur perhitungan dalam manual ini, bisa secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagian besar diantaranya juga telah diketahui dan digunakan dalam manual
kapasitas jalan lain. Namun demikian besar pengaruhnya berbeda dengan yang terdapat di Indonesia.
1.2.1 Geometri
Tipe jalan: Berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan lalu-lintas
tertentu; misalnya jalan terbagi dan tak-terbagi; jalan satu-arah.
Lebar jalur lalu-lintas: Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan
Iebar jalur lalu-lintas.
Kereb: Kereb sebagai batas antara jalur lalu-lintas dan trotoar berpengaruh terhadap dampak
hambatan samping pad a kapasitas dan kecepatan. Kc1pasitas jalan dengan kereb lebih kecil
darijalan dengan bahu. Selanjutnya kapasitas berkurangjika terdapat penghalang tetap dekat
tepi jalur lalu-lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb atau bahu.
Bahu: Jalan perkotaan t;mpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua sisi jalur lalulintasnya. Lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa
penambahan kapasitas, dan kecepatan pada arus tertentu, akibat pertambahan Iebar bahu,
terutama karena pengurangan hambatan samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti
kendaraan angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
Median: Median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas.
Alinyemen jalan: Lengkung horisontal dengan jari-jari kecil mengurangi kecepatan arus bebas.
Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas. Karena secara umum kecepatan
arus bebas di daerah perkotaan adalah rendah maka pengaruh ini diabaikan.
1.2.2
5 - 6
1.2.3
Pengaturan lalu-lintas
Batas kecepatanjarang diberlakukan di daerah perkotaan di Indonesia, Jan karenanya hanya
sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas. Aturan lalu-lintas lainnya yang berpengaruh
pada kinerja lalu-lintas adalah: pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan;
pembatasan akses tipe kendaraan tertentu; pembatasan akses dari lahan samping jalan dan
sebagainya.
5 -
13
NOTASI
ISTILAH
DEFINISI
Ukuran kinerja
KAPASITAS
(smp/jam)
DS
DERAJAT KEJENUHAN
KECE.PATAN TEMPUH
FV
KECEPATAN AR US
BE BAS
TT
WAKTU TEMPUH
Kondisi geometrik
Wee
JALURGERAK
JALURJALAN
MEDIAN
LEBARJALUR
LALU-LINTAS (m)
Lebar rata-rata yang tersedia untuk pergerakan lalulintas setelah pengurangan akibat parkir tepi jalan,
atau penghalang sementara lain yang menutup jalur
lalu-lintas.
5 - 8
KEREB
TROTOAR
JARAK PENGHALANG
KEREB(m)
(m)
PANJANG JALAN
TIPEJALAN
JUMLAH LAJUR
Jumlah lajur
5 - 10,5
10,5 - 16
5 - 9
Kondisi lingkungan
cs
UKURAN KOTA
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5- 1,0
1,0-3,0
> 3,0
cs
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
HAMBATAN SAMPING
SFC
KELAS HAMBATAN
SAM PING
Kelas Hambatan
Samping (SFC)
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Tabel 1.3:3
VL
L
M
H
VH
< 100
100- 299
300-499
500-899
> 900
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
5 - 10
UNSUR LALU-LINTAS
kend
KENDARAAN
LV
KENDARAAN RINGAN
HV
KENDARAAN BERAT
MC
SEPEDA MOTOR
UM
KENDARAANTAK
BERMOTOR
ARUS LALU-LINTAS
SP
PEMISAHAN ARAH
Distrihusi arah lalu-lintas pada jalan dua-arah (hiasanya dinyatakan sehagai persentase dari arus total pada
masing-masing arah, misalnya 60/40).
Faktor perhitungan
p
RASIO
KAPASITAS DASAR
(smp/jam)
FCw
FC5 p
FCsF
FCcs
emp
EKIVALEN MOBIL
PENUMPANG
smp
SATUAN MOBIL
PENUMPANG
FAKTOR SMP
LHRT
(kend/hari)
FAKTOR-LHRT
ARUSJAM RENCANA
FYo
KECEPATAN AR US
BEBAS DASAR (km/jam)
FVw
PENYESUAIAN
KECE- Penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat
PATAN UNTUK LEBAR Iebar jalur lalu-lintas.
JALUR
LALU-LINTAS
(km/jam)
FFYsF
FFVcs
5 - 12
Jalan perkotaan dua-lajur dua-arah dengan bahu dan kondisi hambatan samping sedang
Jalan perkotaan dua-Jajur dua-arah dengan bahu. Kendaraan angkutan umum berhenti pada jalur jalan
menghasilkan kondisi hambatan samping sangat tinggi
5 -
13
Jalan semi perkotaan dua-lajur dua-arah dengan bahu dan kondisi hambatan samping rendah.
Kendaraan angkutan umum berhenti pada jalur jalan dan kendarflfln tak bermotor memperlambat lalulintas
Jalan perkotaan dua-lajur satu-arah dengan bahu dan kondisi hambatan samping sedang akibat
perjalanan beberapa pejalan kaki. Pepohonan mengurangi Iebar bahu efektifsampai 0 m
5 - 14
---- ----- --~ _f.M;w~~.._.- Jalan perkotaan empat-lajur dua-arah tak-terbagi dengan kereb dan kondisi hambatan samping sangat
tinggi. Parkir pada sisi jalan mengurangi Iebar jalur lalu-lintas efektif
.. 'k\
,:~
--~
-~----~~::)$
d'"~
::.:\
.:;t,
Jalan perkotaan empat-lajur dua-arah terbagi dengan kereb dan kondisi hambatan samping rendah.
Pepohonan pada tepi kereb mengurangi kecepatan dan kapasitas
5 - 15
2.
METODOLOGI
2.1
PENDEKATAN UMUM
Prosedur perhitungan yang diberikan dalam Bab ini secara umum, mirip dengan U.S. Highway
Capacity Manual 1985 (US-HCM, revisi 1994). Hal ini disengaja, karena pemakai manual ini
mungkin sudah mengenal prosedur US HCM. Secara terinci, prosedur dan variabel tersebut tidak
sama. Untuk variabel yang umum, nilai untuk kondisi Indonesia sering sangat berbeda dengan US
HCM.
2.1.1
Tipe perhitungan
Prosedur yang diberikan dalam Bab ini memungkinkan perhitungan berikut untuk tipe segmenjalan
perkotaan yang berbeda:
kecepatan arus bebas;
kapasitas;
derajat kejenuhan ( arus/kapasitas);
kecepatan pada kondisi arus sesungguhnya;
arus lalu-Jintas yang dapat dilewatkan oleh segmen jalan tertentu dengan mempertahankan
tingkat kecepatan at;m derajat kejenuhan tertentu.
2.1.2
Tingkat an:.1lisa
Prosedur diberikan dalam manual ini untuk memungkinkan analisa dilakukan pada dua tingkat yang
berbeda:
Ana lisa operasional dan perencanaan: Penentuan kinerja segmen jalan akibat arus lalulintas yang ada a tau yang diramalkan. Kapasitas dapat juga dihitung, yaitu arus maksimum
yang dapat dilewatkan dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu. Lebar jalan atau
jumlah lajur yang diperlukan untuk melewatkan arus lalu-lintas tertentu, dengan
mempertahankan tingkat kinerja tertentu dapat juga dihitung untuk tujuan perencanaan.
Pengaruh kapasitas dan kinerja dari segi perencanaan Jain, misalnya pembuatan median atau
perbaikan Iebar bahu, dapat juga diperkirakan. Ini adalah tingkat analisa yang paling rinci.
Analisa perancangan: Sebagaimana untuk perencanaan, tujuannya adalah untuk memperkirakan jumlah lajur yang diperlukan untuk jalan rencana, tetapi nilai arus diberikan hanya
berupa perkiraan LHRT. Rincian geometri serta masukan lainnya dapat diperkirakan atau
didasarkan pada nilai normal yang direkomendasikan.
Metode perhitungan yang digunakan dalam operasional, perencanaan dan perancangan pada dasarnya
sama dan hanya berbeda dalam tingkat perincian masukan dan keluaran. Metode yang digunakan
dalam analisa perancangan mempunyai Jatar belakang teoritis yang sama seperti analisa operasional
dan perencanaan, tetapi telah disederhanakan karena data masukan rinci tidak ada.
5 - 16
-~-
2.1.3
Periode analisa
Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak; arus dan kecepatan rata-rata
ditentukan untuk periode tersebut pada manual ini. Penggunaan periode analisa satu hari penuh
(LHRT) terlalu kasar untuk analisa operasional dan perencanaan. Di lain pihak, penggunaan 15 menit
puncak dari jam puncak terlalu rinci. Dalam Manual ini, arus dinyatakan dalam satuan per jam
(smp/jam), kecuali dinyatakan lain.
Untuk perancangan, dimana arus biasanya hanya diketahui dalam LHRT, tahel telah disediakan untuk
mengubah arus secara langsung dari LHRT menjadi ukuran kinerja dan sebaliknya, untuk kondisi
asumsi tertentu.
2.2
VARIABEL
2.2.1
Dalam manual, nilai arus lalu-Jintas (Q) mencerminkan komposisi lalu-lintas, dengan menyatakan arus
dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) diubah menjadi
satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp) yang
diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan berikut (lihat detinisi dal:1111 Bagian 1.3):
Kendaraan ringan (LV) (termasuk mobil penumpang, minibus, pik-up, truk kecil dan jeep).
Kendaraan berat (HV) (termasuk truk dan bus)
Sepeda motor (MC).
Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian
ham batao samping.
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan terg;mtung pada tipe jalan
dan arus lalu-lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp llntuk kendaraan yang
berbeda ditunjukkan pada Bagian 3, Langkah A-3.
2.2.2
Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan
yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan
bermotor Jain di jalan (lihat Bagian 1.3).
5 - 17
Kecepatan arus bebas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan, dimana hubungan antara
kecepatan arus bebas dengan kondisi geometrik dan lingkungan telah ditentukan dengan metode
regresi. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja
segmen jalan pada arus = 0. Kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga
diberikan sebagai referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15% lebih
tinggi dari tipe kendaraan ringan lain.
Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum berikut:
FV = (FV 0 + FV w)
dim ana:
FV
FVo
=
=
=
FVw
FFVsF
FFVcs
2.2.3
FFV sF
FFV cs
Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan
per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus
dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan ban yak lajur, arus dipisahkan per arah dan
kapasitas ditentukan per lajur.
Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan selama memungkinkan. Karena
lokasi yang mempunyai arus mendekati kapasitas segmen jalan sedikit (sebagaimana terlihat dari
kapasitas simpang sepanjangjalan), kapasitas juga telah diperkirakan dari analisa kondisi iringan lalu. lintas, dan secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan
dan arus, lihat Bagian 2.3.1 di bawah. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp),
lihat di bawah.
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = C0 x FCw x FC5 p
FCsF x FCcs
dim ana:
Co
FCw
FC5 p
FCsF
FCcs
=
=
=
=
=
=
Kapasitas (smp/jam)
Kapasitas dasar (smp/jam)
Faktor penyesuaian Iebar jalan
Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
Faktor penyesuaian ukuran kota
Jika kondisi sesungguhnya sama dengan kondisi dasar (ideal) yang ditentukan sebelumnya (lihat
Bagian 2.4), maka semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas menjadi sama dengan
kapasitas dasar.
5 - 18
2.2.4
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefioisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah
segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak.
DS
=Q/C
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. DS
digunakan untuk analisa perilaku lalu-lintas berupa kecepatan, sebagaimana dijel<lskan dalam prosedur
perhitungan Bagian 3 Langkah D-2 di bawah.
2.2.5
Kecepatan
Manual menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah
dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa
ekonomi. Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai kecepatan rata-rata ruang dari
kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan :
V=LnT
dimana:
v
L
TT
2.2.6
Perilaku lalu-lintus
Dalam US HCM 1994 perilaku lalu-lintas diwakili oleh tingkat pelavanan (LOS): yaitu ukuran
kualitatifyang mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas mengendarai kendaraan. LOS berhubungan dengan ukuran kuantitatif, seperti kerapatan atau persen waktu tundaan. Konsep tingkat
pelayanan dikembangkan untuk penggunaan di Amerika Serikat dan definisi LOS tidak berlaku secara
langsung di Indonesia. Dalam Manual ini kecepatan dan derajat kejenuhan digunakan sebagai
indikator perilaku Jalu-lintas dan parameter yang sama telah digunakan dalam pengembangan
"panduan rekayasa lalu-lintas" berdasarkan analisa ekoriomi yang diberikan dalam Bagian 2.5 di
bawah.
2.3
HUBUNGAN DASAR
2.3.1
Hubungan kecepatan-a1us-kerapatun
Prinsip dasar analisa kapasitas segmen jalan adalah kecepatan berkurang jika arus bertambah.
Pengurangan kecepatan akibat penambahan arus adalah kecil pada arus rendah tetapi Jebih besar pada
arus yang Jebih tinggi. Dekat kapasitas, pertamhahan arus yang sedikit akan menghasilkan
pengurangan kecepatan yang besar. Hal ini terlih<lt pada Gamhar 2.3.1: 1. Huhungan ioi telah
ditentukan secara kuantitatif untuk kondisi 'standar', untuk setiap tipe jalan. Setiap kondisi standar
5 - 19
mempunyai geometrik standar dan karakteristik lingkungan tertentu. Jika karakteristikjalan "lebih
baik" dari kondisi standar (misalnya lebih Iebar dari Iebar jalur Jalu-lintas normal), kapasitas menjadi
lebih tinggi dan kmva bergeser ke sebelah kanan, dengan kecepatan lebih tinggi pada arus tertentu.
Jika karakteristikjalan "lebih buruk" dari kondisi standar (misalnya hambatan samping tinggi) kurva
bergeser ke kiri, kapasitas menjadi berkurang dan kecepatan pada arus tertentu lebih rendah seperti
terlihat pada Gambar 2.3.1:2.
Untuk setiap tipe jalan, kurva standar untuk tipe jalan tersebut telah ditentukan berdasarkan data
empiris. Analisa perilaku lalu-lintas kemudian dilakllkan sebagai berikut:
1.
Penentuan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi dasar yang ditentukan
sebelumnya pada setiap tipe jalan.
2.
Perhitungan kecepatan arus bebas dan kapasitas untuk kondisi jalan sesungguhnya dengan
menggunakan tabel berisi faktor penyesuaian yang ditentukan secara empiris menurut
perbedaan antara karakteristik dasar dan sesungguhnya dari geometrik, lalu-Jintas dan
Jingkungan jalan yang diamati.
3.
Penentuan kecepatan dari kurva umum kecepatan-arus untuk kecepatan arus bebas yang
berbeda pada sumbu-y, dimana arus dinyatakan dengan derajat kejenuhan pada sumbu-x.
kapasitas
Arus (smp/jam)
Gambar 2.3.1:1
- .._ .._
.
/
Kondisi "lebih buruk"
. ...
--- .........
"' \
l
/
./
Arus (smp/jam)
Gambar 2.3.1:2
20
Model yang tepat dengan data kecepatan-arus empiris sering diperoleh dengan menggunakan model
Rejim Tunggal:
dim ana:
FV
=
Di
Do
=
=
~.m
Data kecepatan-arus jalan perkotaan yang terdapat di Indonesia ditunjukkan pada Gam bar 2.3.1:3 dan
4. Untukjalan empat lajur dan dua lajur, model Rejim Tunggal memherikan basil yang haik, walaupun
model tinier dengan dua titik belok memherikan hasil yang lebih haik seperti ditunjukkan dalam
gam bar.
Data survei lapangan telah dianalisa untuk mempernleh huhungan kurva kecepatan-arus yang khusus
untukjalan tak terhagi danjalan terhagi dengan menggunakan model ini. An1s pada sumhu horisontal telah diganti dengan derajat kejenuhan dan sejumlah kurva telah digambar untuk menunjukkan
berhagai kecepatan arus behas sehingga secara umum dapat diterapkan seperti ditunjukkan pada
Bagian 3, Langkah D-2 di hawah.
Di Indonesia kecepatan pada derajat kejenuhan tertentu hiasanya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan di negara maju.
-.
70
60
.-..
->
40
to
,.............++-..+-...........'-----..............;,........
- - ...
r.... -: --;-.
~"f""rr:
00
'
JO
t:l
0..
................ ...
~---
...J
c:
2
--~-
50
........
--r-. -1-......_.......
; ........ l
.!!_
~
I VLV=57*(1(U/14
r---1..-....-+---l-..
* ;
20
- .............................. j .............., ______ .. , ............. ;....
10
.... .
-~
0
0
200
.... ,....;............
~-~~;.
;
** f
*-y
1..1~ ~-
~~
600
Arus
......... T - '
L ...
. . . . -!:-
i
600
1000
1200
1400
1600
(smp/j<~m/l<~jur)
5 - 21
1600
2000
I ' ..................
200
An1s (smp(jam)
Gamb~r 2.3.1:4
2.4
KARAKTERISTIK GEOMETRIK
2.4.1
Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkot(J(Jfl dua-lajur dua-ar<Jh (2/2 UD) deng<~n lebm j<Jlur lalu-lintas
lebih kecil dari dan sama dengan 10,5 meter. Untuk jalan dua-arah yang lehih Iebar dari 11 meter,
jalan sesungguhnya selama beroperasi pada kondisi arus tinggi sebaiknya diamati sebagai dasar
pemilihan prosedur perhitungan jalan perkotaan dua-lajur atau empat-lajur tak- terbagi.
Kondisi dasar tipe j<Jlan ini didefinisik:Jn
sehag:~i
herikut:
5 - 22
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dengan Iebar jalur lalu-lintas lehih dari 18 meter dan
kurang dari 24 meter.
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (Iebar jalur lalu-lintas total 21,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekar pada trotoar ~ 2 m
Median
Pemisahan arah lalu-lintas 50- 50
5 -
23
2.4.4
Jalan satu-arah
Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu-arah uengan lehar jalur lalu-lintas dari 5,0 meter sampai
dengan 10,5 meter.
Kondisi dasar tipe jalan Jru dari mana kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas ditentukan
didefinisikan sebagai berikut:
Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter
Lebar bahu efektif paling sedikit 2m pada setiap sisi
Tidak ada median
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0- 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.
5 - 24
2.5
2.5.1
Tujuan
Tujuan Bagian ini adalah untuk membantu pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang tepat
masalah umum perancangan, perencanaan dan operasi dengan menyediakan saran-saran tentang
rentang arus lalu-lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan perkotaan dan penerapannya
pada berbagai kondisi arus. Disarankan agar perencanaan jalan perkotaan baru sebaiknya
didasarkan pada analisa biaya siklus hidup dari perencanaan yang paling ekonomis pada arus lalu-Iintas
tahun dasar yang berbeda, lihat bagian 2.5.3b. lnfnrmasi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pemilihan asumsi awal tentang denah dan perencanaan yang akan diterapkan jika menggunakan
metoda perhitungan untuk jalan perkotaan seperti dijelaskan pada Bagian 3 dari Bab ini.
Untuk analisa operasional dan peningkatanjalan perkotaan yang sudah ada, saran diberikan dalam
bentuk perilaku lalu-lintas sebagai fungsi arus pada keadaan standar, lihat bag. 2.5.3c. Rencana jalan
perkotaan harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi nilai yang dapat diterima
(biasanya 0,75). Saran-saran juga diberikan mengenai masalah berikut yang berkaitan dengan
rencana detail dan pengaturan lalu-lintas:
Pengaruh terhadap keselamatan lalu-lintas dan emisi kendaraan akibat perubahan perencanaan
geometrik dan pengaturan lalu-lintas.
Hal-hal rencana detail terutama yang mengenai kapasitas dan keselamatan.
2.5.2
Buku "Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan" (Direktorat Jenderal Bina Marga,
Maret 1992) mencantumkan panduan umum untuk perencanaan jalan perkotaan. Informasi lebih
lanjut terutama tentang marka jalan terdapat pada buku "Produk Standar untuk Jalan Perkotaan"
(Direktorat Jenderal Bina Marga, Februari 1987).
Dokumen ini menetapkan parameter perencanaan untuk kelas jalan yang berbeda, dan mendefinisikan
tipe penampang melintang dengan batasan Iebar jalur lalu-lintas dan Iebar bahu. Sejumlah standar tipe
penampang melintang telah dipilih untuk penggunaan khusus pada bagian panduan berdasarkan
standar yang ditunjukkan pada Tabel 2.5.2: I.
Semua penampang melintang diasumsikan mempunyai kereb atau bahu kerikil yang sesuai untuk
kendaraan parkir dan berhenti, tetapi bukan untuk dilalui arus lalu-lintas.
5 - 25
Tipe Jalan/
Kode
Lebar Jalan
(m)
Bahu/
Kereb
2/2 UD 6,0
6,0
Bahu
Dalam
7,0
Bahu
2,00
1,50
Kereb
2/2 UD 10,0
10,0
Bahu
2,00
1,50
Kereb
4/2 UD 12,0
12,0
Bahu
2,00
1,50
Kereb
4/2 UD 14,0 *)
14,0
Bahu
2,00
1,50
2,00
Kereb
4/2 D 12,0
12,0
Bahu
1,50
14,0
Bahu
2,00
1,50
18,0
Bahu
2,00
1,50
6/2 D 21,0 *)
21,0
Bahu
2,00
1,50
Kereb
2,00
2,00
0,50
Kereb
2,00
2,00
0,50
Kereb
6/2 D 18,0
2,00
0,50
Kereb
4/2 D 14,0 *)
Lebar
Median
(m)
1,50
Kereb
2/2 UD 7,0 *)
Jarak KerebPenghalang
(m)
2,00
2,00
0,50
2,00
2,00
*) Didefinisikan pada panduan perencanaan (Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan,
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992)
Tabel 2.5.2:1 Definisi tipe penampang melintang jalan yang digunakan pada bagian panduan
5 - 26
2.5.3
a)
Umum
Dokumen standar jalan Indonesia menunjuk pada tipe jalan dan penampang melintang yang ditetapkan
di atas untukjalan baru tergantung dari faktor sebagai berikut:
Fungsi jalan (arteri, kolektor)
Kelasjalan
Untuk setiap kelas jalan parameter standar jalur lalu-lintas, lehar hahu dan alinyemen jalan ditetapkan
dengan rentang tertentu.
Manual ini mempertimbangkan fungsi jalan dan perencanaan geometrik, tetapi tidak secara eksplisit
mengkaitkan tipe jalan yang berbeda dengan kode kelas jalan yang ditunjukkan di atas.
Tipe jalan dan penampang melintang tertentu dapat dipilih untuk analisa dengan alasan sebagai
berikut:
.1
.2
.3
.4
b)
Untuk memenuhi dokumen standar jalan yang ada dan/atau praktek rekayasa setempat
Untuk memperoleh penyelesaian yang paling ekonomis
Untuk memperoleh perilaku lalu-lintas yang ditentukan
Untuk memperoleh angka kecelakaan yang rendah.
Pertimban~an
ekonomi
Ambang arus lalu-lintas tahun 1 untuk perencanaan yang paling ekonomis dari jalan perkotaan yang
baru berdasarkan analisa biaya siklus hidup (BSH) diberikan pada Tabel 2.5.3:1 di bawah sebagai
fungsi dari kelas hambatan samping untuk dua kondisi yang berbeda:
1.
Konstruksi baru
Asumsi umur rencana 23 tahun
2.
Hasil rentang ambang arus lalu-lintas (tahun 1) yang mendefinisikan penampang melintang dengan
biaya siklus hidup yang paling rendah ditunjukkan pada Tabel2.5.3:1 di bawah untuk ukuran kota 1-3
Juta. Nilai ambang sedikit lebih rendah untuk kota yang lebih kecil dan lebih tinggi untuk kota yang
lebih besar.
5 - 27
------
- - - - - - - - - - - -
KONSTRUKSI BARU
Kondisi
Rent:mg
~mh~ng
Ti pe
Tipe
Ali yemen
Hambatan
samping
2/2 UD
T~hun
4/2 UD
4/2 D
6/2 D
6m
7m
10m
12m
14m
12m
14m
21m
Rendah
150-200
200-300
350-500
fi00-800
600-ROO
650-950
650-1500
> 2000
Ting_gi
150-200
200-300
300-400
400-500
500-600
550-700
550-1350
> 1600
Datar
Tipe
Ali yemen
Datar
Hambatan
sam ping
2/2 liD
4/2 UD
4/2 D
6/2 D
6 ke 7
7 ke 12
10 ke 14
I2l1Dke14D
14 UD ke 14 D
Rendah
900
I !GO
1200
1800
1950
Tinggj
800
850
950
1500
lfiOO
12 D ke 21 D
3550
Tabel 2.5.3:1 Amhang arus lalu-lintas (tallUn 1) untuk pemilihan tipe jalan. Ukuran kota 1-3 Juta
c)
Perilaku lalu-lintas
Dalam analisa perencanaan dan operasional (untuk meningkatkan) jalan perkotaan yang
sudah ada, tujuannya sering kali untuk melakukan perbaikan kecil pada geometrikjalan agar dapat
mempertahankan perilaku lalu-lintas yang diinginkan. Gamhar 2.5.3:1 menunjukkan hubungan antara
kecepatan rata-rata kendaraan ringan (km/jam) dan arus lalu-lintas total (kedua arah) pada berbagai
tipe jalan perkotaan dengan hambatan samping rendah dan tinggi. Hasilnya menunjukkan rentang
perilaku lalu-lintas masing-masing tipe jalan, dan dapat digunakan sebagai sasaran perancangan atau
alternatif anggapan, misalnya dalam analisa perencanaan dan operasional untuk meningkatkan ruas
jalan yang sudah ada. Dalam hal seperti ini, perlu diperhatikan untuk tidak melewati derajat kejenuhan
0,75 padajam puncak tahun rencana. Lihatjuga bagian 4.2 tentang analisa perilaku lalu-lintas untuk
tujuan perancangan.
5 - 28
_.
rr-
,r-.i'
I ,r' 1"==:::
,r-\"'0
~""1"'-t>-
...E
'::::',.
~'"-t--
~:"-
I'
1\
- -
- .l
:v-
.....
! ..
1-+--
t-
,_
II
I
I' - ---.-I
I
I
I
-1--
i-~
+ tOil8---...,,_','},:
,,
~ f
<II'
:;.
I.
"r:\
-~
~f-
1,. , -j
H-
1---
--
-.-~~-~UGOO,._,,_
I
~
-- -
I'
e'"
;..
~
z
c:t
Q.
..
w ..
()
w
lll::
10
r-J.
,.....
'
e-f
I
' '
It
~:-r
.I ,
, I
....
j)-
l'i
,
~
I"-
--
t"--~
r;>_
.
- "-
r:
o-
1.1'
~
~.
1"'-r--, 1:'--t...
f--
--
~+
. ..
l\.
-- - .
1\
!:.
-:.
r+-!
i
J_-
:-...
.
~ ..
c:t
~
....
I -t!
__
-~;;
----
-----
1-
I'
I'
t'!I
I><
w ..
()
w
lll::
-~
'I".
'
'
'
+-
TI
r-r- 1'-tt-o<
-t-
r>r
...
-+-I
-~
!
!- I
,.~
,--~...,
,._1
Q.
~""!-
r:::
l:t--
f.>
~T'"i"
t-r-1> ,
""'
r--
~'-t-
I"~
IS!l
"'
-"'-.
, P'-'
!:.
p.._.
"
'I
~,
Tingkat kecelakaan lalu-lintas untuk jalan perkotaan telah diestimasi dari d(lta statistik kecelaban di
Indonesia seperti ditunjukkan pada Bab 1 (Pendahuluan).
Pengaruh perencanaan !;tometrik terhad(lp tingkat kecelakaan dijelaskan seh;1gai berikut:
Pelebaran lajur mengurangi tingkat kecelakaan (lntara 2- 15% per meter pelebaran (angka
yang tinggi menunjuk pada jalan yang sempit).
Pelebaran dan perbaikan kondisi permukaan ballU meningkatkan keselamatan lalu-lintas,
walaupun dengan derajat yang lebih kecil dibandingbn pelebaran jalan.
5 - 29
I
I
1'-.
u,
Gambar 2.5.3:1
~"")'-...
I~
1---r--.,
~+- --r
. ....
,,
;..
E ,.
. . . ,. - -~'--
H-
'i-r-'
r-r--:
~'"-t!: - r::-~'
'::::'
1"'-
I'
1'\
!> -F~J-t;:
,
9'1
ARUS LALU-LINTAS(kend.l)am)
d)
r-~
J_
J-
---
-e
...
t'\
I'
,;
~'--'
l\_\
r-
t--r--t-- .....
I'
r-
rr
,
I
E
I
I
~
r>
i -~1'-- !'z
r-.. )'>.:
ri-.
~a '
l\.~ I f\_
' - rQ.
, [\. >r F;; w
1..
,
()
I
-..
w
~ 1-' ,
lll::,. '
,,,'
!
+
I
-
...
o.'J."
E.
;...
,.
e)
Pertimbangan lingkungan
Emisi gas huang kendaraan dan kebisingan berkaitan erat dengan arus lalu-lintas dan kecepatan. Pada
arus lalu-lintas yang konstan emisi ini berkurang dengan pengurangan kecepatan selama jalan tidak
mengalami kemacetan. Jika arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi
turhulen "berhenti dan berjalan" yang disehahkan kemacetan terjadi dan menyehahkan kenaikan emisi
gas huang dan kehisingan jika dibandingkan dengan kondisi Ialu-lintas yang stabil.
Alinyemen jalan yang tidak diinginkan seperti tikungan tajam dan kelandaian curam menaikkan
kehisingan dan emisi gas huang.
2.5.4
Perencan::~an
rinci
Jika standar perencanaan Indonesia diikuti jalan yang aman dan efisien biasanya diperoleh. Sebagai
rekomendasi umum kondisi berikut sebaiknya dipenuhi:
Standar jalan sebaiknya sejauh mungkin tdap sepanjang rute.
Di pusat kota selokan sepanjang jalan sebaiknya ditutup, dan trotoar dan kereb disediakan.
Bahu jalan sebaiknya rata dan sama tinggi dengan jalur lalu-lintas untuk dapat digunakan oleh
kendaraan berhenti.
Penghalang seperti tiang listrik, pohon dan sebagainya sehaiknya tidak mengganggu hahu
jalan, jarak antara bahu dan penghalang diharapkan sejauh mungkin karena pertimbangan
keselamatan lalu-lintas.
Simpang jalan minor dan jalan keluar/masuk lahan di sam ping jalan sebaiknya dibuat tegak
lurus terhadap jalan utama, d<tn lnkasinya menghindari jarak pandang yang pendek.
5 - 30
2.6
Bagan alir prosedur perhitungan untuk jalan perkotaan ditunjukkan pada Gambar 2.6:1 di bawah.
Berbagai langkah tersebut dijelaskan secara rinci pada Bagian 3 dan 4.
A-1:
A-2:
A-3:
A-4:
B-1:
B-2:
B-3:
B-4:
B-5:
C-1:
C-2:
C-3:
C-4:
C-5:
C-6:
LANGKAH C: KAPASITAS
Kapasitas dasar
Faktor penyesuaian untuk Iebar jalur lalu-lintas
Faktor penyesuaian untuk pemisahan arah
Faktor penyesuaian untuk kondisi hambatan samping
Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
Kapasitas untuk kondisi lapangan
D-1:
D-2:
D-3:
I PERUBAHAN I
YA
,.]
TIDAK
Akhir analisa
Gam bar 2.6:1 Bagan alir analisa jalan perkntaan
5 - 31
Data masukan:
- Kondisi umum
- Geometri jalan
5 - 32
3.
Tujuan analisa operasional untuk segmen jalan tt:rtentu dengan kondisi geometrik, lalu-lintas dan
lingkungan yang ada atau diramalkan, dapat berupa salah satu atau semua kondisi berikut:
untuk menentukan kapasitas;
untuk menentukan derajat kejenuhan sehubungan dengan arus lalu-Iintas sekarang atau yang
akan datang;
untuk menentukan kecepatan pada jalan tersehut;
Tujuan utama dari analisa perencanaan adalah untuk menentukan Iebar jal:m yang diperlukan untuk
mempertahankan perilaku lalu-lintas yang diinginkan pada arus lalu-lintas tahun rencana tertentu. Ini
dapat berupa Iebar jalur lalu-lintas atau jumlah lajur, tetapi dapat juga digunakan untuk
memperkirakan pengaruh dari perubahan perencanaan, seperti apakah membuat median atau
memperbaiki bahu jalan. Prosedur perhitungan yang digunakan untuk analisa operasional dan untuk
perencanaan adalah sama, dan mengikuti prinsip yang dijelaskan pada Bagian 2.2.
Bab ini memuat instruksi langkah demi langkah yang dikerjakan untuk analisa operasional atau
perencanaan, dengan menggunakan Formulir UR-1, UR-2 dan UR-3. Formulir kosong untuk
fotokopi diberikan pada Lampiran 5:1.
5 - 33
LANGKAHA:
LAt~GKAH
a)
DATA MASUKAN
Penentuansegmen
Bagi jalan menjadi segmen. Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang mempunyai
karakteristik yang hampir sama. Titik dimana karakteristik jalan berubah secara berarti menjadi batas
segmen. Setiap segmen dianalisa secara terpisah. Jika beberapa alternatif (keadaan) geometrik
sedang diamati untuk suatu segmen, masing-masing diheri kode khusus dan dicatat dalam formulir
data masukan yang terpisah (UR-1 dan UR-2). Fonnulir analisa terpisah (UR-3) juga digunakan
untuk masing-masing keadaan. Jika periode waktu terpisah akan dianalisa, maka nomor kode yang
khusus harus diberikan untuk masing-masing keadaan, dan fonnulir data masukan dan analisa yang
terpisah harus digunakan.
Segmen jalan yang diamati sebaiknya tidak dipengaruhi oleh simpang utama atau simpang susun yang
mungkin mempengaruhi kapasitas dan perilaku lalu-lintasnya.
b)
lsi data urn urn berikut pada bagian atas Formulir UR-1:
Tanggal (hari,bulan,tahun) dan 'ditangani oleh' (masukkan nama anda).
Propinsi dimana segmen tersebut berada.
Nama knta.
Ukuran kota Uumlah penduduk).
Nomor ruas (Bina Marga) dan/atau nama jalan.
Segmen antara ... dan ...
(mis. Jl Kopo dan Jl Pasir Knja; atau km 4,240- 4,765).
Kode segmen.
Tipe daerah: (mis. Komersial, Permukiman, Akses terbatas/Jalan samping).
Panjang segmen (mis. 0,525 km).
Tipe jalan : contoh:
Empat-lajur dua-arah terbagi: 4/2 D
Empat-lajur dua-arah tak-terbagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak-terbagi: 2/2 UD
Dua-lajur satu-arah: 2/1
Periode waktu analisa (mis. Tahun 2000, jam puncak pagi).
Nomor soal (mis. A2000:1).
5 - 34
Rencana situasi
Buat sketsa segmen jalan yang diamati dengan menggunakan ruang yang tersedia pada Formulir
UR-1. Pastikan untuk mencakup informasi berikut:
Arah panah yang menunjukkan Utara.
Patok kilometer atau obyek lain yang digunakan untuk mengenal lokasi segmen jalan.
Sketsa alinyemen horisontal segmen jalan.
Arah panah yang menunjukkan Arah 1 (biasanya ke Utara atau Timur) dan arah 2 (biasanya
ke Selatan atau Barat).
Nama tempat yang dilalui/dihubungkan oleh segmen jalan.
Bangunan utama atau bangunan sampingjalan yang lain dan tata guna lahan.
Persimpangan dan tempat masuk/keluar lahan di sampingjalan.
Marka jalan seperti garis sumbu, garis dilarang mendahului, marka lajur, garis tepi dan
sebagainya.
b)
Penampang melintangjalan
Buat sketsa penampang melintang segmen jalan rata-rata dan tunjukkan lt:har jalur lalu-lintas, Iebar
median, kereb, Iebar bahu dalam dan luar tak terganggu Uika jalan terbagi), jarak dari kereb ke
penghalang sampingjalan seperti pohon, selokan, dan sebagainya seperti terlihat pada Gambar A-2:1.
Perhatikan bahwa Sisi A dan Sisi B ditentukan oleh garis referensi penampang melintang pada rencana
situasi.
lsi data geometrik yang sesuai untuk segmen yang diamati ke dalam ruang yang tersedia pada tabel
di bawah sketsa
penampang .melintang.
.
Lebar jalur lalu-lintas pada kedua sisi/arah.
Jika terdapat kereb atau bahu pada masing-masing sisi.
Jarak rata-rata dari kereb ke penghalang pada trntoar seperti pepohnnan, tiang lampu dan lainlain.
Lebar bahu efektif. Jika jalan hanya mempunyai bahu pada satu sisi, Iebar bahu rata-rata
adalah sama dengan setengah Iebar ballU tersehut. Untuk jalan terhagi Iebar bahu rata-rata
dihitung per arah sebagai jumlah Iebar bahu luar dan dalam.
'
5 -
35
Ws = (WsA + WsB)/2
Arah 1: Ws 1 = WsAo + WsAJ; Arah 2: Wsao + Wsm
Ws =WsA + Wsa
Wee
_....misal: warung
L------------------------_J
WK
We
'
c)
lsi informasi tentang pengaturan lalu-lintas yang diterapkan pada segmen jalan yang diamati seperti:
Batas kecepatan (km/jam);
Pembatasan masuk dihubungkan dengan tipe kendaraan tertentu;
Pembatasan parkir (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
Pembatasan berhenti (termasuk periode waktu jika tidak sepanjang hari);
Alat/peraturan pengaturan lalu-lintas lainnya.
5 - 36
a.1)
Dua alternatif diberikan di bawah, tergantung pada data m<L<;ukan rinci yang tersedia. Alternatif B
sebaiknya diikuti jika memungkinkan.
A:
.1
Masukkan data masukan berikut pada kotak yang sesuai dalam Fnrmulir UR-2:
LHRT (kend/hari) untuk tahun/snal yang diamati.
Faktor-k (rasio antara arus jam rencana dan LHRT; nilai normal k = 0,09)
Pemisahan arah SP (Arah 1/Arah 2, Nilai normal 50/50%)
.2
Hitung arus jam rencana (OoH = k x LHRT x SP/100) untuk masing-masing arah dan total
(1+2). Masukkan hasilnya ke dalam tabel untuk data arus kendaraan/jam pada Kolom 9 Baris
3, 4 dan 5.
.3
Masukkan komposisi lalu-lintas dalam kotak, dan hitung jumlah kendaraan untuk
masing-masing tipe dan arah dengan mengalikannya dengan arus rencana pada Kolom 9.
Masukkan hasilnya pada Kolom 2, 4 dan 6 dalam Baris 3, 4 dan 5.
Juta penduduk
Juta penduduk
Juta penduduk
Juta penduquk
Juta penduduk
LV%
HV%
MC%
45
45
53
60
69
10
45
45
3S
32
24
10
8
7
B:
Data yan& tersedia adalah arus lalu-lintas per jenis per arah
.1
Masukkan nilai arus lalu-lintas jam rencana (0 1111) dalam kend/jam untuk masing-masing tipe
kendaraan dan arah ke dalam Kolom 2, 4 dan 6; Baris 3, 4 dan 5. Jib arus yang diberikan
adalah dua arah (1+2) masukkan nilai arus pada Baris 5, dan masukkan pemisahan arah yang
diberikan (%) pada Kolom 8, Baris 3 dan 4. Kemudian hitung arus masing-masing tipe
kendaraan pada masing-masing arah dengan mengalikan nilai arus pada Baris 5 dengan
pemisahan arah pada Kolom 8, dan masukkan hasilnya pada Baris 3 dan 4.
5 - 37
a.2)
Tentukan emp untuk masing-masing tipe kendaraan dari Tabel A-3:1 dan 2 di bawah, dan masukkan
hasilnya ke dalam Formulir UR-2 pada tabel untuk data arus kendaraan/jam, Baris 1.1 dan 1.2
(untuk jalan tak-terbagi emp selalu sama untuk kedua arah, untuk jalan terbagi yang arusnya tidak
sama emp mungkin berbeda).
Tipejalan:
Jalan tak terbagi
Arus lalu-lintas
total dua arah
emp
MC
HV
(kend/jam)
Dua-lajur tak-terbagi
(2/2 UD)
Empat-lajur tak-terbagi
(4/2 UO)
Tabel A-3:1
a.3)
1,3
1,2
1,3
1,2
~3700
.=;6
>6
0,5
0,35
0,40
0,25
0,40
0,25
Tipe jalan:
Jalan satu arah dan
jalan terbagi
Tabel A-3:2
0
1800
Arus lalu-lintas
per Jajur
(kend/jam)
HV
MC
1,3
0,40
1050
1,2
0,25
1,3
0,40
1,2
0,25
()
~
1100
emp
5 - 38
Hi tung faktor satuan mobil penumpang Fsnp = O.m/Okend dengan membagi jumlah arus pada
Kolom 10 Baris 5 dengan jumlah arus pada Kolom 9, Baris 5. Masukkan hasilnya ke dalam
Kolom 10 Baris 7.
sampin~
1.
Masukkan hasil pengamatan (atau perkiraan jika analisa untuk tahun yang akan datang)
mengenai frekwensi hamhatan samping per jam per 200 m pada kedua sisi segmen yang
diamati, ke dalam Kolom 23 pada Formulir UR-2:
Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan.
Jumlah kendaraan berhenti dan parkir.
Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke/dari Ia han sam ping jalan dan
jalan sisi.
Arus kendaraan yang bergerak lambat, yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda, becak,
delman, pedati, traktor dan sebagainya.
2.
Kalikan frekwensi kejadian pada Kolom 23 dengan bohot relatif dari tipe kejadian pada Kolom
22 dan masukkan frekwensi berbobot kejadian pada Kolom 24.
3.
HitungjumJah kejadian berbobot termasuk semua tipe kejadian dan masukkan hasilnya pada
haris paling hawah Kolom 24.
4.
Tentukan kelas hamhatan sampiQg dari tahel A-4:1 berdasarkan hasil dari langkah 3.
Kode
Jumlah berbobot
kejadian per
200m per jam
(dua sisi)
Knndisi khusus
Sangat rendah .
Rendah
VL
L
< 100
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
M
H
VH
Tabel A-4:1
100- 299
300- 499
500-899
> 900
5 - 39
Jika data rinci hambatan samping tidak tersedia, kelas hambatan samping dapat ditentukan sebagai
berikut:
1.
Periksa uraian tentang 'kondisi khusus' dari Tabel A-4:1 dan pilih salah satu yang paling tepat
untuk keadaan segmen jalan yang dianalisa.
2.
Amati foto pad a Gambar A-4: 1-5 yang menunjukkan kesan visual rata-rata yang khusus dari
masing-masing kelas hambatan samping, dan pilih salah satu yang paling sesuai dengan kondisi
rata-rata sesungguhnya pada lokasi untuk periode yang diamati.
3.
Pilih kelas hambatan samping berdasarkan pertimbangan dari gabungan langkah 1 dan 2 di
atas.
Gambar A-4:1 Hambatan sam ping sangat rendah pada jalan perkotaan
5 -
40
5 - 42
LANGKAHB:
Untuk jalan tak-terba~i, analisa dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan terbagi, analisa
dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu -lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan
jalan satu arah yang terpisah.
Perhatikan bahwa kecepatan arus bebas kendaraan ringan digunakan sehagai ukuran utama kinerja
dalam Manual ini. Kecepatan arus bebas tipe kendaraan yang lain juga ditunjukkan pada Tabel B-1:1,
dan dapat digunakan untuk keperluan lain seperti analisa biaya pemakai jalan. Lihat juga Langkah B-5
b) di bawah.
Gunakan Formulir UR-3 untuk analisa penentuan kecepatan arus hehas, deng:tn data masukan dari
Langkah A (Formulir UR-1 dan UR-2).
FV
dimana:
FV
FVo
FVw
FFVsF
FFVcs
=
=
=
=
=
5 -
43
Tipejalan
Kenc.laraan
be rat
Sepeda
motor
Sernua
kendaraan
(rata-rata)
LV
HV
MC
Enam-lajur terbagi
(6/2 D) atau
Tiga-lajur satu-arah
(3/1)
61
52
48
57
Empat-lajur terbagi
(4/2 D) atau
Dua-lajur satu-arah
(2/1)
57
50
47
55
Ernpat-bjur tak-terbagi
( 4/2 UD)
53
--16
43
51
Dua-lajur tak-terbagi
(2/2 UD)
44
40
40
42
Tabel B-1 :1
Kecepatan arus bebas untuk jal;:m delapan-lajur c.lapat clianggap sama seperti jalan enam-lajur dalam
Tabel B-1:1.
5 - 44
Tipejalan
Per lajur
Empat-lajur tak-terbagi
"'
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
-4
-2
0
2
4
Total
5
6
7
-9,5
3
4
6
7
9
10
11
Tabel B-2:1
-4
-2
0
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
Dua-lajur tak-terbagi
FV w (km/jam)
-...,
.)
(J
Penyesuaian untuk pengaruh Iebar jalur lalu-lintas (FYw) pada kecepatan arus bebas
kendaraan ringan, jalan perkntaan
Untuk jalan lebih dari empat-lajur (banyak lajur), nil(]i penyesu(]ian pad:t Tahel B-2:1 untuk jalan
empat-Iajur terbagi dapat digunakan.
5 - 45
Tentukan faktor penyesuaian untuk hambatan samping dari Tabel B-3:1 berdasarkan Iebar bahu efektif
sesungguhnya dari Formulir UR-1 dan tingkat hambatan samping dari Formulir UR-2. Masukkan
hasilnya ke dalam Kolom 5 Formulir UR-3.
Tipejalan
Kelas hambatan
sam ping
(SFC)
1,0 m
1,5 m
>2m
Empat-lajur terbagi
4/2 D
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1,02
0,9R
0,94
O,R9
0,84
1,03
1,00
0,97
0,93
0,88
1,03
1,02
1,00
0,96
0,92
1,04
1,03
1,02
0,99
0,96
Empat-lajur tak-terbagi
4/2 UD
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1,02
0,9R
0,93
O,R7
O,RO
1,03
1,00
0,96
0,91
0,86
1,03
1,02
0,99
0,94
0,90
1,04
1,03
1,02
0,98
0,95
Dua-lajur tak-terbagi
2/2 UD atau
Jalan satu-arah
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggj
1,00
0,96
0,90
O,R2
0,73
1,01
0,98
0,93
0,86
0,79
1,01
0,99
0,96
0,90
0,85
1,01
1,00
0,99
0,95
0,91
Tabel B-3:1
Faktor penyesuaian untuk pengaruh hamhatan samping dan Iebar bahu (FFV sF) pada
kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan perkotaan dengan bahu
5 - 46
b)
Jalan
den~an
kereb
Tentukan faktor penyesuaian untuk hambatan samping dari Tabel B-3:2 berdasarkan jarak antara
kereb dan penghalang pada trotoar sebagaimana ditentukan pada Formulir UR-1, dan tingkat
hambatan samping sesungguhnya dari Formulir UR-2. Masukkan hasilnya ke dalam Kolom 5
Formulir UR-3.
Tipejalan
Kelas hambatan
sam ping
(SFC)
Empat-lajur terbagi
4/2 D
Empat-lajur tak-terbagi
4/2 UD
Dua-lajur tak-terbagi
2/2 UD atau
Jalan satu-arah
Tabel B-3:2
c)
< 0,5 m
1,0 m
1,5 m
>2m
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1, ()()
0,97
0,93
0,87
1,01
0,98
0,95
0,90
0,85
1,01
0,99
0,97
0,93
0,88
1,02
1,00
0,99
0,96
0,92
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1, 00
0,96
0,91
0,77
1,01
0,98
0,93
0,87
0,81
1,01
0,99
0,96
0,90
0,85
1,02
1,00
0,98
0,94
0,90
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
0,98
0,93
0,87
0,78
0,68
0,99
0,95
0,89
0,81
0,72
0,99
0,96
0,92
0,84
0,77
1,00
0,98
0,95
0,88
0,82
0.~1
0,~4
Faktor penyesu'aian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur dapat ditentukan dengan
menggunakan nilai FFVsr untuk jalan empat-lajur yang diherikan dalam Tabel B-3: 1 atau B-3:2,
disesuaikan seperti di bawah ini:
dim ana:
FFV 6,sr faktor penyesuaian kecepatan arus be has untuk jalan enam-lajur
FFY 4 ,sF = faktor penyesuaian kecepatan arus behas untuk jalan empat-lajur
5 - 47
< 0,1
0,1 - 0,5
0,5- 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
0,90
0,93
0,95
1,00
1,03
Tabel B-4:1
Faktor penyesuaian untuk pengaruh ukuran kota pada kecepatan arus bebas kendaraan
ringan (FFV cs), jalan perkotaan
5 - 48
Hitung kecepatan arus bebas kendaraan ringan (LV) dengan mengalikan faktor pada Kolom ( 4), (5)
dan (6) dari Formulir UR-3 dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 7:
FV = (FV0 + FVw)
dim ana:
FV
FV0 =
FVw =
FFVsF =
FFVcs =
FFVsF x FFYcs
b)
Walaupun tidak dipakai sebagai ukuran kinerja lalu-lintas dalam Manual ini, kecepatan arus bebas
tipe kendaraan lain dapat juga ditentukan mengikuti prosedur yang dijelaskan di bawah:
1.
Hitung penyesuaian total (km/jam) kecepatan arus bebas kendaraan ringan berupa perbedaan
antara Kolom 2 dan Kolom 7:
FFV = FV 0
FV
dim ana:
FFV = Penyesuaian kecepatan arus be has LV (km/jam)
= Kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam)
FV0
FV
= Kecepatan arus behas LV (km/jam)
2.
dim ana:
FVHV.o
Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam) (dari Tabel B-1:1)
= Kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam)
FV0
FFV = Penyesuaian kecepatan arus bebas LV (km/jam) (lihat di atas)
5 - 49
LANGKAH C:
Untuk jalan tak-terbagi, analisa dilakukan pada keuua arah Jalu-lintas. Untuk jalan terhagi, analisa
dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu -lintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan
jalan satu arah yang terpisah.
Gunakan data masukan dari Formulir UR-1 dan UR-2 untuk menentukan kapasitas, dengan
menggunakan Formulir UR-3.
C = C 0 x FCw x FCsp x FCsF x FCcs (smp/jam)
dimana:
C
= Kapasitas
C0
= Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian Iebar jalur lalu-Jintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsF = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
m:-~sukkan
Kapasitas dasar
(smp/jam)
Catatan
1650
Per lajur
Empat-lajur tak-terbagi
1500
Per lajur
Dua-lajur tak-terbagi
2900
Tabel C-1:1
Kapasitas dasar jalan lebih dari empat-lajur (hanyak lajur) dapat ditentukan dengan menggunakan
kapasitas per lajur yang diherikan dalam Tahel C-1: 1, walaupun lajur tersehut mempunyai Iebar yang
tidak standar (penyesuaian untuk Iebar dilakukan dalam langkah C-2 di hawah).
5 -
50
Tipejalan
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
Empat-lajur tak-terbagi
P~r
Dua-lajur tak-terb;1gi
lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
4,00
10
11
Tabel C-2:1
FCw
'
0,92
0,96
1,00
1,04
1,08
0,91
0,95
1,00
1,05
1,09
0,56
0,87
I ,00
I, I4
1,25
1,29
1,34
Penyesuaian kapasitas untuk pengamh Iebar jalur lalu-lintas untuk jalan perkotaan
(FC,.,.)
Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan lebih dari empat lajur dapat ditentukan dengan menggunakan
nilai per lajur yang diberikan untuk jalan empat-lajur dalam Tabel C-2: I.
5 -
51
Tabel C-3:1
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
Dua-lajur 2/2
1,00
0,97
0, 94
0,91
0,88
Empat-lajur 4/2
1,00
0, 9X5
0, 97
0,955
0,94
Untuk jalan terbagi dan jalan satu-arah. faktor penyesuaian k:lpasitas untuk pemisahan arah tidak
dapat diterapkan dan nilai 1,0 sebaikliya dimasukkan ke dalam Kolom 13.
5 - 52
Tentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan sam ping dari Tabel C-4: 1 berdasarkan Iebar
bahu efektifW5 dari Formulir UR-1, dan ke!as hambatan samping (SFC) dari Formulir UR-2, dan
masukkan hasilnya ke dalam Forrnulir UR-3, Kolnm 14.
Tipejalan
4/2 D
Kelas
ham batao
sam ping
VL
L
M
H
VH
4/2 UD
VL
L
M
H
VH
2/2 UD
a tau
Ja!an satuarah
VL
L
M
H
VH
Tabel C-4:1
1,0
1,5
> 2,0
0,96
0,94
0,92
0,88
0,84
0,98
0,97
0,95
0,92
0,88
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
1,03
1,02
1,00
0,98
0,96
0,96
0,94
0,92
0,87
0,80
0,99
0,97
0,95
0,91
0,86
1,01
1,00
0,98
0,94
0,90
1,03
1,02
1,00
0,98
0,95
0,94
0,92
0,89
0,82
0,73
0,96
0,94
0,92
0,86
0,79
0,99
0,97
0,95
0,90
0,85
1,01
1,00
0,98
0,95
0,91
Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan Iebar bahu
(FCsF) pada jalan perkotaan dengan bai1U
5 - 53
b)
Tentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FC5 F) dari Tabel C-4:2 berdasarkan
jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar WK dari Fonnulir UR-1, dan kelas hambatan samping
(SFC) dari Formulir UR-2, dan masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 14.
Tipe jalan
4/2 D
Kelas
hambatan
sam ping
VL
L
M
H
VH
4/2 UD
VL
L
M
H
VH
2/2 UD
a tau
Jalan satuarah
Tabel C-4: 1
c)
VL
L
M
H
VH
1,0
1,5
~2,0
0,95
0,94
0,91
0,86
0,81
0,97
0,96
0,93
0,89
0,85
0,99
0,9R
0,95
0,92
0,88
1,01
1,00
0,98
0,95
0,92
0,95
0,93
0,90
0,84
0,77
0,97
0,95
0,92
0,87
0,81
0,99
0,97
0,95
0,90
O,X5
1,01
1,00
0,97
0,93
0,90
0,93
0,90
0,86
0,78
0,68
0,95
0,92
0,88
0,81
0, 72
0, 97
0,95
0,91
0,84
0,77
0,99
0,97
0,94
0,88
0,82
Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hamhatan sam ping dan jarak kerebpenghalang (FC5F) jalan perkntaan dengan kereb
Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 6-Jajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FCsF
untuk jalan empat-Jajur yang diherikan pada Tabel C-4:1 atau C-4:2, sebagaimana ditunjukkan di
bawah:
FC6,SF = 1 - 0,8 ( 1 - FC4,SF)
dim ana:
FC6.sF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur
FC4 .sF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-Jajur
5 -
54
< 0,1
0,1-0,5
0,5- 1,0
1,0- 3,0
> 3,0
O,S6
0,90
0,94
1,00
1,04
':I'
Tabel C-5:1
Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) pada jalan perkotaan
=
=
=
=
5 -
55
LANGKAHD:
PERILAKU LALU-LINTAS
Untuk jalan tak-terhagi, analisa dilakukan pada kedua arah lalu-Iintas. Untuk jalan terha~i, analisa
dilakukan terpisah pada masing-masing arah lalu -Iintas, seolah-olah masing-masing arah merupakan
jalan satu arah yang terpisah.
Gunakan kondisi masukan yang ditentukan dalam Langkah A-1 dan A-3 (Formulir UR-1 dan UR-2)
dan kecepatan arus bebas dan kapasitas yang ditentukan dalam Langkah B dan C (Formulir UR-3)
untuk menentukan derajat kejenuhan, kecepatan dan waktu tempuh. Gunakan Formulir UR-3 untuk
analisa perilaku lalu-Iintas.
Lihat arus total (Q) dari Formulir UR-2 Kolom 10 Baris 5 untuk jalan tak-terhagi, dan Kolom
10 Baris 3 dan 4 untuk masing-masing arah dari jalan terhagi, dan masukkan nilainya ke dalam
Formulir UR-3 Kolom 21.
2.
Dengan menggunakan kapasitis (C) dari Kolom 16 Formulir UR-3, hitung rasio antara Q dan
C yaitu derajat kejenuhan dan masukkan nilainya ke dalam Kolom 22.
OS= Q/C
5 - 56
'
2.
. 3.
Tentukan kecepatan pada kondisi lalu-lintas, hambatan samping tlan kondisi geometrik
sesungguhnya sebagai berikut dengan menggunakan Gambar D-2: 1 Galan dua-lajur takterbagi) atau Gambar D-2:2 Ualan banyak-lajur atau jalan satu-arah) sebagai berikut:
a)
Masukkan nilai derajat kejenuhan (OS dari Kolom 22) pada sumbu horisontal (X)
pada bagian bawah gambar.
b)
Buat garis sejajar dengan sumbu vertikal (Y) dari titik tersebut sampai berpotongan
dengan nilai kecepatan arus bebas sesungguhnya (FV dari Kolom 7).
c)
Buat garis horisontal sejajar dengan sumbu (X) sampai berpntnngan dengan sumbu
vertikal (Y) pada bagian sebelah kiri gambar dan lihat nilai kecepatan kendaraan ringan
sesungguhnya untuk kondisi yang tlianalisa.
d)
Hitungwaktu tempuh rata-rata untuk kendaraan ringan dalamjam untuk kondisi yang diamati,
dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 25:
Waktu tempuh rata-rata IT= LN Gam)
(Waktu tempuh rata-rata dalam detik dapat tlihitung dengan IT x 3.600).
5 - 57
,....
,....
----.
~
70
~
.._.,
>
....J
-~:--...:;;;;:~-t-, I - --~ - -
-l
... ~
-+-l-
. . :.--==~~:F~~=t==-~+===.i:~:-=1=:=~i~~--~~-~--
60
=
,....
...
........ j ...
50
+-==~------r~--+-~~r-~~~~+-~-=~=tr=~=;~~,--~r,~--1
::.:=L:
.I
40
-~
1.)
..:L.
30
-~
-=
20
-~
c..
1.)
10
:.>
1.)
---'!--
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Gambar 0-2:1
90
E'
~ 80
....
~
..._,
>
....J
70
=
,....
~
60
50
---------~
:....
~ ---:.;.--!
t---
- - T. . . . .,
"":j
,....
1.)
40
-~.....
..:L.
30
--t
..
:.... 20
-.
---r .
'i
......................--+---
C..,o
--t
1)
---4-- -- - -~---
. r;
,. -
:.>
1)
'
.~ : t~!~~fl~-;~~~~;,~~
----~---
'
... -4
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
5 - 58
5 - 59
4.
Untuk perancangan, rencana jalan dan data lalu-lintas dan lingkung<m sebaiknya diketahui secara
umum, tetapi tidak rinci, dan peramalan arus lalu-li ntas hiasanya diberikan dalam LHRT, bukan arus
jam puncak. Karena itu asumsi tertentu mengenai perem:anaan genmetrik, lalu-lintas dan lingkungan
harus dibuat. Hubungan antara arus jam puncak at;nr arus rencana (0 0 ~ dan LHRT juga harus
diasumsikan. Hubungan ini biasanya dinyatakan sehag;ri faktor LHRT, sebagai berikut:
Analisa perancangan biasanya dikerjakan untuk dua arab, walmrpun jalan tersebut diperkirakan akan
mempunyai median. (Tidak ada masalah dengan hal ini karena pemisahan arah 50/50 diasumsikan
untuk perancangan).
4.1
4.1.1
Anggapan yang digunakan untuk perancangan jal;rn dua-l;rjur du;r-arah adalah St!hag(Ji berikut:
Pen(Jmpang melint(Jng:
Lebar jaiur lalu-lintas 7 m, Iebar hallll efektif 1,5 m pada kedua sisi;
Tidak ada tnt!dian
Alinyt!men:
Datar
Hambatan samping:
Ukuran kot(J:
Komposisi lalu-lintas:
()()%
X%
32%
Faktor-k:
Pemisahan ar(Jh:
50/50
5 - 60
Penampang melintang:
AI in yemen:
Datar
Hambatan samping:
Ukuran kota:
Komposisi lalu-lintas:
Faktor-k:
Pemisahan arah:
50/50
b)
60%
8%
32%
Penampang melintang:
Datar
Hambatan samping:
Ukuran kota:
Komposisi lalu-lintas:
Faktor-k:
Pemisahan arah:
50/50
5 -
61
60%
8%
32%
=0,09 x LHRT)
----------------
- - - - - - - - - - - - - - -
-----------------------
Alinyemen:
Datar
Hambatan samping:
Ukuran kota:
Komposisi Jalu-Jintas:
Faktor-k:
Pemisahan arah:
50/50
60%
8%
32%
5 - 62
4.2
Berdasarkan anggapan yang dicatat pada Bagian 4.1 di atas, prosedur yang diusulkan untuk analisa
operasional dan perencanaan telah digunakan untuk mt:mhuat Tabel 4.2:1 di bawah, yang
menghubungkan LHRT atau Oou dengan perilaku lalu-lintas herupa:
Kecepatan arus bebas (kecepatan pmla ants= 0)
Derajat kejenuhan
Kecepatan pada berbagai macam arus dnn dt:raj:ll kt:jt:nuhan.
UI<IJR.,.
TIPEUH
YAIUIEL
I<OTA
--
....
Od>MOI2n
<0.1 J
In.,
212UO.-
OM
...
Inc
212UO.-
II
'""
.nuo.- In"
.;;,,
....., loc
00:
1
~D.Ntt
~D.
0,1-G..IJ
ln.,
~o.w..
Inc
6'20 .......
I n_c.
212UO.-
In<'
--;:
212UO,IIt'b
IK"""''"'"""'"'"
~uo.~uo,....,
~o
.......
n~
I~.,.,,....._.
'
"
.,
.."' .
"
...
"
"
'n"
~uo.~U0,'-0
...
---;;
I'"'
lnr
-tnD.kt'b
In<'
I ...,...,
In"
&'20,bah11
lnr
4'ZO.bahu
&2D.kb
"
.......
Inc
K
muo.- In"
r
muo,,,.., loc
~uo.-
In<'
~uo,....,
I OC
.......
n<'
412D,IIeb
inr
&'ZD.bahtt
loc
&'2D,IIb
>l.OJ
"'
oo
-.c"
212UO.-
~o
"
. e~~ Inc
212U0,klfM In~
I,G-l.OJ
...
... ..
. ..,.. ~ .. ""'--.lm
0,). t,OJ
"
..-.,"
&'20,b.;ftu
~no
""'
-.;;
lw.
loc
4'ZD,IIeb
..."
.....
--.;
In"
muo.- loc
muo.~uo.-
4'ZUO,Uieb
I ..,M~'"'"''""'
lw, ~_.,,,,.,2
.,... . . . . ._lao
~O.Nft11
Tabel 4-2:1
- .
In<'
loc
-,.,"
...
. ...
" .
..."'..
... ..
... ""'...
.-;;;
in<
..."
...,
""'"
,. .
"" '"" ,
--.-..
017
--.;;;;
~uo
.., ...
.
"""" '"""
""" .... '""'
,.
""
.,
"'" ,. ...
.
,
...
...
...
""
"" .. "'. --.-.... ..." ."
"
"'
.... .,. .,
...
.
.... .... .... '".. ". ....
" " ... ....
.,.
__._,"' ...
--.,. .., "" ,." ..." "".
.,.
"" ""..
.,."' ., --.-.. '".' .,"... ' . . "' ..
., ...
,. .
--..- ,
" .
"
...
.
.. ..... . ",, ." .... "" ...
. " ,,.. . .. .. --..- ... .. ,,
,,
,.
...
--.- ..
"' ' "' ,, "
.
" .. ...",
,
,
" "
--.-.
..
"
.,
.,
.,.
--.-.-." ...
" " ..
. "'."'" """' ...
..... "" --.-.... ." """
..., ... ... ..
.....", "" ..... ..... ...
..
"' ..
..,. . ,,. ..., . -..,"' ..." .,". ,__., ..
"'
.. "'' ... ..... .. .... ..
" "'
"'
. .." ...
. .. ..
" .. ..
-.- ..... .... ,, ., --..-,. .. .... ,. ' """ . .,. .
" " " " "' ' "
.... _.... ... ' "",.' ..
.
, ..
. ""'
.
. ... ... ... "
"" . -
. "'.. "
. ... "'""'"'. " ..,
..
.. .., .. ... ..
,,.
""
"
. " " . "
~TASHARIN,RATA-RATA
I;.
-,.,.. .,.,.,
""""
""
''
..
' !110
"""
=.
nMn .
to
.,
--,-,
Oil
0"
.n
0!7
"
on
04
01<
nc,
"0
30
"l
011
;-
-1<1
""
.,_,
"
.,
'"
"
01
,.,
0"
n 1
--.-
"'"
l7
.l<l
011
'
"'"
n '
"'
.,
-;;-;-;
""
.,.
'
-""
o;;
'
"
"'
".
''
29_
'
"'
'
n
_,ft
, :'1'1
"'
,.,
.
;;
,.
0'>!
~:!a
..
0"
__.
.,
""
o..
Ott
7
o"..
"
,.
JJ
"
--.-;;
" -~
010
"
"'
--"17
~If
_39
"'
"
n .
"'
.."'
'
"
;:;
..
""
0 '
0'
,-';
,.,
"
_!HI
--;;;
(),I;.,
.,.
"
nu
~.
'"
<n
11
'"
'"
_n,
"
on
'"
...
01
-.;;
rr
'
"'
:lO
"
"
'
. ..
..
__..
""
---;;.,
--,;,.
_31.
., '".. ....
"
0'
"
::::
1'~
--,-
'
~.
63
..
~"
"
"
..
'
"
n '
'
""'
000
09'l
.,
"--;;;
--;;-
""
..
170
'-!.1.
D"'
"
,,
JlJ'
;;.,
"
Qtt
'
..,
"'
036
'
"
--.-.;
"
1'1"1'
l4
DOl
OM
"
ooa
, ..
48
'
'
>IQI
~:n
i'\"1
,..,
""
"
1)'7
oo
"
OOA
OM
--;;
40
....
HO
o.
""
"'
Olt
"'
"
30
.,
;.,
0"'
--;-.
.,
'IT
..,
""
"
'
411
o
"'
""
... ....,
"
""'"
0!9
''""'
71
Ot!
0"1;,
'i
"'',,
n.
"
. .....
.,.
-,
-..:;
"
"
t:llOO
Untuk memperkirakan perilaku lalu-lintas pada berbagai tipe jalan dengan LHRT atau arus
jam rencana (Q 0 J tertentu. Interpolasi linier dapat dilakukan untuk nilai arus yang terletak
diantara nilai yang diberikan pada bagian atas t<~bel.
b)
Untuk memperkirakan arus lalu-lintas yang dapat ditampung oleh berbagai tipe jalan dalam
batas derajat kejenuhan dan kecepatan yang diijinkan .
Jika anggapan dasar mengenai faktor-k dan komposisi Jalu-lintas tidak sesuai dengan kondisi yang
diamati, Tabel4-2:1 dapat digunakan dengan memakai arus jam rencana (Q0 J sebagai berikut:
Hitung parameter berikut:
.1
.2
.3
empJJV + Mc. . . .%
.4
=k
LHRT
Gunakan nilai
OoHadj
(OoHadj)
empMC )11 00
dalam kend/jam:
P.c/Pass (kend/jam)
yang dihitung dan bukan Q 011 pada waktu menggunakan Tabel 4.2:1.
Formulir tidak diperlukan untuk melakukan evaluasi di atas. Walaupun demikian, jika kondisi
lapangan berbeda secara berarti dengan anggapan yang diberikan pada Bagian 4.1 di atas, maka nilai
yang tepat harus digunakan dan sebagai gantinya analisa operasional/perencanaan dilakukan
sebagaimana dijelaskan pada Bagian 3. Hal ini pertama memerlukan pengubahan LHRT menjadi jam
puncak, dengan menggunakan faktor LHRT (nilai normalnya: k = 0,09). Contoh soal dimana analisa
operasional diperlukan adalah:
jika lalu-lintas diperkirakan sangat berbeda dengan anggapan, misalnya dalam nilai-k,
komposisi lalu-lintas dan pemisahan arahnya, Formulir UR-2 kemudian harus digunakan
untuk menghitung arus jam rencana, dan Formulir UR-3 digunakan untuk perhitungan
berbagai ukuran kinerja;
5 -
64
)e
jika Iebar jalur lalu-lintas untuk segmen yang dianalisa sangat berheda dengan anggapan
kondisi dasar;
jika h<unhatan samping berheda lehih dari s:1tu kelas dengan angg:tp:lll yang dihu:tt.
5 -
65
----------------------------------------------
5.
CONTOH PERHITUNGAN
Lalu-lintas :
Lingkungan:
Pertanyaan :
1.
2.
Penyelesaian :
5 - 66
tt/0919S/Kt..s.Rev.t7J09,9&'El'l
Formulir UR 1
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UA-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
Tanooal:
D~anqani oleh:
OK
Propinsi:
Diperiksa oleh:
EN
Kota:
Ukuran kota:
0,7 iuta
No.ruas/Nama jalan:
Seqmen antara ............................................... dan ..............................................
Kode segmen:
Tipe daerah:
Panianq km):
Tipe jalan:
2/2UD
Periode waktu:
Nomorsoal:
Rencana situasl
rA
-+8
Penampang melintang
SisiA
Sisi B
6.0
1.0
5 - 67
1.0
SisiA
Sisi B
Total
3.0
3.0
6.0
I
I
1.0
1.0
2.0
I
I
Rata-rata
3.0
:':' ' ' :':' ':' ':'
''':':''':''''''''''':
1.0
~CtW-~t:.AAMF-Li.Jui<I:-Al.l'fU!
Formulir UR-2
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2:
DATA MASUKAN
ITanqqal:
INo.ruas/Nama ialan
IKode seqmen
DK
IDioeriksa oleh:
EN
I Periode waktu:
I Nomor soal:
Faktor-k =
IHV%
MC%
Kend. berat
Seoeda motor
MC:
HV:
HV:
MC:
kend{Jam smp{Jam kend{Jam smp/jam
(5)
(7)
(4)
(6)
Arus total 0
Arah%
(8)
kend{Jam smp{jam
(1 0)
(9)
70
1
2
1+2
30
Faktor-smp F5,.P =
70%
Simbol
(20)
(21)
PED
PSV
EEV
SMV
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Kendaraan masuk + keluar
Kendaraan lambat
Total:
Faktor bobol
(22
Kondisi khusus
(31)
Permukiman, hampir tidak ada kegiatan
Permukiman, beberapa angkutan umum, dll.
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Daerah niaqa dan aktivitas oasar sisi ialan vanq sanqat tinqqi
5 - 68
Formulir UR 3
Ditanqani oleh:
OK
Kode seqmen:
Dioeriksa oleh:
EN
Periode waktu:
Nomor soal:
JALAN PERKOTAAN
Tanqqal:
KECEPATAN, KAPASITAS
Soall
Arah
{1)
44
-3
FVo + FVw
Faktor penvesuaian
Hambatan samping Ukuran kota
(2) + (3)
(kmflam)
(4)
FFVSF
Tabel 8-3:1 atau 2
(5)
FFVCS
Tabel B-4:1
{6)
41
0,86
0,95
""-
""
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
2900
0,87
smp~am
i_20J
-"
{7)
33,5
0,86
Kapasitas
Ukuran kota
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,94
Soal/
Arah
FV
(4) X (5} X (6)
{kmflam)
Kapasltas
(10)
Derajat
kejenuhan
DS
(21)/(16)
(22)
553
0,31
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
L
kmfiam
km
(23)
(24)
30,0
---
5 - 69
Waktu tempuh
n
(24)/(23)
jam
(25)
smp/jam
11 1)x(12)x(1 3)x(1 4}x(15)
{16)
1795
Geometri:
Lalu-lintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
1.
2.
Penyelesaian :
5 - 70
Formulir UR - 1
OK
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
EN
Ukuran kota:
0,7 'uta
2/2UD
Periode waktu:
Rencana sltuasl
A
Penampang mellntang
SisiA
Sisi B
1.0
6.0
5 - 71
1.0
.tiu-(,rW-j~FWuN-N..~C.,!
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
G
Lalu lintas harian rata-rata tahunan
LHRT (kend./hari)lt----+----.---r-F...::ac:..:.kt:.:;;or'-'-k..;_=-+t----+--....:.P...::ec:..:.m:..:.;isahan arah 1/arah 2 =
Komposisi%
.LV%
IHV%
I
.MC%
I
IL----'
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Simbol
PSV
EEV
SMV
Frekwensi kejadian
Faktor bobot
0,5
1,0
0,7
{Jam, 200m
{Jam, 200m
/jam, 200m
VH
5 - 72
Formulir UR 3
JALAN PERKOTAAN
Tangga1:
KECEPATAN, KAPASITAS
Kode ""'W""'"
Periode waktu:
Arah
(1)
OK
:Oiperiksa oleh:
EN
lt-Jomor soal:
FV = (FV0 + FVw)
So all
oleh:
lQ!la114a1u
FVo
Tabel B-1:1
(km/iam)
(2)
FVw
Tabel B-2:1
(kmflam)
44
-3
(3)
FVo + FVw
FFVSF X FFVcs
Faktor penyesuaian
Hambatan samping Ukuran kola
FV
(2) + (3)
(kmflam)
(4)
41
FFVSF
Tabel 8-3:1 atau 2
(5)
0,86
FFVcs
Tabel B-4:1
(6)
0,95
33,5
Kapasltas
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
0,87
Kapasitas
Ukuran kola
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,94
c
smp{jam
(11 )x(12)x(13)x(14)x(15)
(16)
1795
Soal/
Arah
(20)
a
Formulir UR-2
smp/iam
(21)
1126
De raj at
kejenuhan
OS
(21)/(16)
(22)
0,63
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
Gbr.D-2:1 atau 2
L
km
km/iam
(24)
(23)
26,4
vlV
Waktu tempuh
n
(24)/(23)
jam
(25)
'
5 - 73
Lalu-lintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
1.
2.
3.
Penyelesaian :
5 - 74
11/0&.tSIKl.B.fWy. 17109.96/EN
Formulir UR 1
OK
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
EN
2/2UD
Rencana situasi
Penampang mellntang
SisiA
Sisi 8
1.0
6.0
5 - 75
1.0
,:.o~;:;.,.;.,;
.::.,c:.,;..;...:Mi ...i....l.iii...A:../,U!
11 Seplember 1995.'KLB. Ae.l.23.o4/199&EN-SH
Formulir UR.2
JALAN PERKOT
AAN
FORMULIR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
HAMBATAN SAMPING
ITanqqal:
I No.ruas/Nama jalan:
I Kode :.t::ulllt::ll.
I Periode waktu:
I Dlia11~a,,i oleh:
OK
I Diperik:.a oleh:
I Nomor seal
EN
Faktor-k =
IHV%
MC%
1
2
1+2
Sepeda motor
Kend. berat
HV:
120
MC:
035
HV:
120
MC:
0.35
kend{Jam smp[Jam kend{Jam smp{Jam
(5)
(6)
(7)
(4}
Arus total
Arah%
(8)
kend(Jam smp(Jam
(9)
(10)
70
30
1000
1000
100
120
1500
525
Faktor-smp FsMP =
2600
1645
70% ~~Itt~~trtmmt
0,63
Simbol
(20)
(21)
PED
PSV
EEV
SMV
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Kendaraan masuk + keluar
Kendaraan lambat
Total:
Faktor bobot
(22
Kondisi khusus
(31)
Permukiman, hampir tidak ada kegiatan
Permukiman, beberapa angkutan umum, dll.
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Daerah niaqa dqn aktivitas pasar sisi jalan vana sanaat tinaai
5 - 76
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
HAMBATAN SAMPING
Tanggal:
Ditangani oleh:
No.ruas/Nama ialan:
Kode segmen:
Periode waktu:
Diperiksa oleh:
Nomor soal:
Formulir UR-2
DK
EN
Faktor-k =
IHV%
MC%
1
2
1+2
1000
1000
Sepeda motor
Kerut. berat
H'i:_
1,20
MC:
0,25
HV:
1,20
MC:
0,25
kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam
(4)
(5)
(6)
(7)
100
Arus total
Arah%
(8)
1500
375
Pemisahan arah, SP=0,/(0,.2)
120
6
7
kend/jam smp{jam
(9)
(10)
260:
Fak~ll1P~.
J 149~
0,57_
Simbol
(20)
{21)
PED
PSV
EEV
SMV
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Kendaraan masuk + keluar
Kendaraan lambat
Total:
Faktor bobot
{22
Kondisi khusus
(31}
Permukiman, hampir tidak ada kegiatan
Permukiman, beberapa angkutan umum, dll.
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Daerah ni~a dgn aktivitas pasar sisi ialan vanq sanqat tinqqi
5 - 77
Formulir UR - 3
JALAN PERKOTAAN
Tanqqal:
KECEPATAN, KAPASITAS
Ditarh.1a" oleh:
OK
Kode seqmen:
Diperiksa oleh:
EN_
Periode waktu:
Nomorsoal:
Soal/
Arah
(1)
1
2
3
44
44
44
FVw
Tabel B-2:1
{kmflam)
(3)
-3
-3
0
Faktor penvesuaian
Hambatan sam ping Ukuran kota
FVo + FVw
FV
(2) + (3)
{kmflam)
(4)
41
41
44
FFVSF
Tabel 8-3:1 atau 2
FFVcs
Tabel 8-4:1
(5)
(6)
(7)
0,86
0,95
0,86
0,95
0,95
0,95
33,5
37,0
35,9
Kapasitas
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
0,87
0,87
1,00
Kapasitas
Ukuran kola
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,94
0,94
0,94
Soall
Arah
{20)
1
2
3
Formulir UR-2
smp/iam
(21)
1645
1645
1645
Derajat
kejenuhan
DS
(21)/(16)
(22)
0,92
0,83
0,80
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
L
km
kmflam
(23)
(24)
21,9
26,6
26,2
5 - 78
Waktu tempuh
TT
(24)/(23}
iam
{25)
c
smp{Jam
(11lx(12)x(13)x(14)x(15)
(16)
1795
1983
2063
Formulir UR 3
JALAN PERKOTAAN
Tanooa1:
KECEPATAN, KAPASITAS
Kede
:ot~Qraat:a
Periede waktu:
(1)
4
5
oleh:
OK
I 01periksa
eleh:
EN
Lti_o_mgr seal:
FV = (FV0 + FVw)
Seal/
Arah
I Ditanqani
FVo + FVw
FFVSF X FFVcs
Faktor pen}'esuaian
Hambatan samping Ukuran keta
(2) + (3)
(kmfram)
(4)
41
53
FFVsF
Tabel B-3:1 atau 2
(5)
0,98
0,95
FFVcs
Tabel B-4:1
(6)
0,95
0,95
FV
(4) X (5) X (6)
(km/iam)
(7)
38,2
47,8
Kapasltas
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
0,87
0,92
Kapasitas
Ukuran kota
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,94
0,94
smp/jam
(11 )x(12)x(13)x(14)x(15)
(16)
1962
2711
Seal/
Arah
(20)
4
5
Derajat
kejenuhan
OS
(21 )/(16)
(22)
0,84
0,55
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
L
kmfram
km
(23)
(24)
27,3
43,0
Waktu tempuh
n
(24)/(23)
jam
(25)
'
5 - 79
Lalu-lintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
Penyelesaian :
5 - 80
--
11/09195/KlB/Rev. 17/09196/EN
Formulir UR - 1
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
- DATAUMUM
- GEOMETRIK JALAN
Tanggal:
DK
Ditangani oleh:
Propinsi:
EN
Diperiksa oleh:
0.9 juta
Kota:
Ukuran kota:
No.ruas/Nama jalan:
Segmen antara.....................................................dan.......................................................
Kode segmen:
T~ daerah:
Panjang(km):
Tipe jalan:
412 UD
Periode waktu:
Nomor soal:
Rencana situasi
Penampang melintang
SisiA
SisiB
2.0
6.25
o.s
SisiA
5- 81
6.25
Sisi B
2.0
Total
Rata-rata
MKJI: JALANPERKOTAAN
Formulir UR - 2
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2: DATA MASUKAN
- ARUS LALU LINTAS
- HAMBATAN SAMPING
Tanggal:
No.ruas!Nama jalan:
Kode segmen:
Periode waktu:
Ditangani oleh:
OK
Dperiksa oleh :
Nomorsoal:
EN
Bila data rinci tersedia, gunakan tabel pertama untuk menentukan frekwensi berbobot kejadian, dan
selanjutnya QI.Blakan bi>el kedua. Bila tidak, gunakan hanya bi>el kedua.
1.
2.
(20)
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Kendaraan rnasuk + keluar
Kendaraan lambat
Total:
(21)
PED
PSV
EEV
SMV
(22)
0,5
1,0
0,7
0,4
(23)
/jam, 200m
~am, 200m
~am, 200m
/jam
(24)
Kondisi khusus
(31)
Permukiman, hampir tidak ada kegia1an
Permukiman, bebe~a angkutan umum, dll.
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Daerah niaga dan aktivitas pasar sisi jalan yang sangat tinggi
J
5-82
11/0Q.9SIKLS.fWv. 17/0Q,W.'EN
Formulir UR - 1
OK
Ditanaani oleh:
Tanaaal:
EN
Oiperiksa oleh:
Propinsi:
0,9 iuta
Ukt.;ran kota:
Kota:
No.ruas/Nama jalan:
Seq men an tara ............................................... dan ..............................................
Kode segmen:
noe daerah:
Panjana lkml:
noe ialan:
4/2 0
Periode waktu:
Nomor soal:
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
Rencana situasi
~A
Penampang melintang
S1si B
SisiA
___-f16.25
2.0
6.25
0.5
5 - 81
2.0
Sisi A
6.25
Sisi B
6.25
Total
12.5
I \.
Rata-rata
6.25
..lO'Juol..rW'~t,.N<.Mrw;,..\.h"\lA4.WU!
JALAN PERKOTAAN
FORMUUR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
HAMBATAN
Lalu lintas harian rata-rata tahunan
LHRT (kend./hari)l
Faktor-k =
Pemisahan arah 1/arah 2 =I
r---~------~-----.~~~~------r-~~1
~--~
Komposisi %
L..:L::....:V_;%;.:;____,__ ____._H:. .:. V.:. . . .:. : %_ __.__ _ _..&..;M~C.::;....:..;%'-----'------'
Data arus kendaraannam
Arus total Q
Simbol
PSV
EEV
SMV
Faktor bobot
Frekwensi kejadian
0,5
1,0
0,7
0,4
[Jam, 200m
[Jam, 200m
/jam, 200m
/iam
< 100
100-299
300-499
500-899
> 900
@
H
VH
5 - 82
.1flf<l/CHAP!>'EXAMPLEIUR'lX44WO!
11 s..,...,b.. t995/KLB, Rev.23.V4/tii9EIEN/BH
Formulir UR-2
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UA-2: DATA MASUKAN
Tar1ggal:
No.ruas/Nama jalan:
Kode seqmen:
Periode waktu:
Ditangani oleh:
DK
Diperiksa oleh:
Nomor seal:
EN
Faktor-k =
IHV%
MC%
5
6
7
1
2
1+2
Kend. rinc an
LV:
1 00
LV:
1 00
kend{Jam smp(jam
(3)
(2)
Kend. berat
Sepeda motor
HV:
MC:
120
025
HV:
120
MC:
025
kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam
(5)
(4)
(6)
(7)
Arus total9
Arah%
(8)
50
50
2600
2600
300
1300
360
325
kend/jam smp!jam
(9}
(1 0)
2100
1643
2100
1643
4200
3285
)/
50% <i
0,78
Simbol
(20)
(21)
PED
PSV
EEV
SMV
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Kendaraim masuk + keluar
Kendaraan lambat
Total:
Faktor bobot
(22
Kondisi khusus
(31)
Permukiman, hampir tidak ada kegiatan
Permukiman, beberapa angkutan umum, dll.
Oaerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Oaerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Oaerah niaqa dqn aktivitas pasar sisi jalan vanq sanqat tinqq1
5 - 83
..JOIOQo~~~Li:.J~A4.WUf
Formulir UR 3
JALAN PERKOTAAN
Tanqqal:
KECEPATAN, KAPASITAS
(1)
1
2
3
OK
I Dip~riksaole_h:
EN
Nomor soal:
FV = (FV0 + FVw) X FFVSF X FFVcs
SoaI/
Arah
I D11a"~a"' oleh:
FVo + FVw
Faktor penvesuaian
Hambatan samping Ukuran kota
FV
(2) + (3}
(km/iam)
FFVSF
Tabel B-3:1 atau 2
_(4)
54
54
54
(5)
(6)
(7)
0,94
1,02
0,94
0,95
0,95
0,95
48,2
52,3
48,2
FFVcs
Tabel B-4:1
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
0,94
0,94
0,94
Kapasitas
Ukuran kota
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,94
0,94
0,94
(20)
1
2
3
Kapasitas
Soal/
Arah
a
Formulir UR-2
smp(lam
(21)
1843
1843
1643
Derajat
kejenuhan
DS
j21}/(16}
(22)
0,69
0,63
0,61
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
VLV
L
Gbr.D-2:1 atau 2
km
kmfiam
(24}
(23)
41,0
45,7
42,4
5 - 84
Waktu tempuh
TT
(24)/(23}
jam
(25)
smp{jam
(11)x(12)x(13)x(14)x(15)
(16)
2683
2916
2683
11.995/KLB/EN RIY.1l'11,96
Formulir UR 3
JALAN PERKOTAAN
Tanqqal:
KECEPATAN, KAPASITAS
Kode st~Qrr'"''
Periode waktu:
(1}
4
5
57
57
0
0
OK
Dip~riksa oleh:
EN
Faktor penyesuaian
Hambatan samping Ukuran kola
FVo + FVw
FFVSF
Tabel B-3:1 alau 2
(5}
FFVcs
Tabel 8-4:1
161
57
57
0,94
1,02
0,95
0,95
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
{1g)
1,00
1,00
0,92
1,00
Kapasi1as
Ukuran kola
FCcs
Tabel C-5:1
J15)_
0,94
0,94
Soal/
Arah
(2) + (3)
(kmflam)
(4}
Kapasitas
4
5
Ditangani oleh:
Nomorsoal:
Soal/
Arah
(20)
Formulir UR-2
smp/iam
(21}
De raj at
kejenuhan
DS
(21 )/(16)
(22)
4
5
1843
1643
0,65
0,53
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
L
kmflam
km
(23)
12'!1_
44,1
50,0
5 - 85
Waktu lempuh
n
(24)/(23)
jam
J25)__
c
smp(Jam
J11lx_(1 ?.l_x_(1 ~x(14)x(15)
111
2854
3102
5.5 CONTOH 5:
Geometri :
Lalu-lintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
Penyelesaian :
Dengan men~TUnakan Formulir UR-1, UR-2 & UR-3, waktu tempuh rata-rata
adalah 165,6 detik atau 82,8 dttik/km.
5 - 86
I I/011/95/Kl.l!iRav. I 7/09tWIN
Formulir UR 1
Ditanqani oleh:
Di riksa oleh:
Ukuran kota:
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
OK
EN
0,3 uta
4/2UD
Rencana sltuasl
Penampang melintang
Sisi 8
SisiA
---,~----------------------~-r--2.0
7.0
7.0
5 - 87
2.0
~~,..r~~Li:JU~IJJ.VvO!
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
HAMBATAN
Lalu lintas harian rata-rata tahunan
LHRT (kend./hari)~----+---r------rF:...:a:::.;k.:::to~r-.:.:.k..:;:.=-11----1--...:P...;e:.:.:m.:::;isahan arah 1/arah 2 =I.__ __.
Komposisi %
. LV %
HV %
MC %
Data arus
kendaraan~am
Arus total Q
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Simbol
PED
PSV
EEV
Faktor bobot
Frekwensi kejadian
0,5
1,0
0, 7
{Jam, 200m
[Jam, 200m
[Jam, 200m
SMV
< 100
100-299
300-499
500-899
> 900
H
VH
5 - 88
Formulir UR - 3
Ditangani oleh:
OK
Kode seqmen:
Diperiksa oleh:
EN
Periode waktu:
Nomorsoal:
JALAN PERKOTAAN
Tanooal:
KECEPATAN, KAPASITAS
So all
Arah
(1)
FVo + FVw
Faktor penyesuaian
Hambatan sam ping Ukuran kola
(2) + (3)
(km(lam)
{4)
FFVSF
Tabel B-3:1 atau 2
(5)
1,00
53
FFVcs
Tabel B-4:1
(6)
0,93
(7)
49,3
Kapasitas
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
(12)
1,00
0,94
Derajat
kejenuhan
OS
Kecepatan
1,00
Kapasitas
Ukuran kola
FCcs
Tabel C-5:1
(1 5)
0,90
smp/jam
(11 )x(12)x(13)x(14)x(15)
(16)
5076
Soal/
Arah
(20)
Formulir UA-2
smpjjam
(21)
3000
(21)/(1~
(22)
0,59
Panjang segmen
jalan
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
L
km(lam
km
(24)
(23)
43,7
2
Waktu tempuh
n
(24)/(23)
jam
(25)
0,046
'
5 - 89
5.6 CONTOH 6:
Geometri :
Rencana standar :
- Iebar Jajur 3,5 m
- Lebar bahu 2,0 m pada kedua sisi kereb atau bahu (pili han anda)
- Dengan median atau tanpa median (pilihan anda)
Lalu-Iintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
Penyelesaian :
Untuk memilih tipe jalan yang ekonomis (hagian 2.5.3h) arus lalu-lintas tahun 1 sebaiknya disesuaikan
karena ada perbedaan pertumbuhan lalu-lintas, ukuran kota dan komposisi lalu-lintas
Q1
Q 1
Q 1
Berdasarkan Tabel 2.5.3:1 tipe jalan untuk arus 1296 kend/jam adalah 4/20 dengan Iebar jalur lalulintas 14m.
Untuk memilih tipe jalan berdasarkan perilaku lalu-lintas (Bagian 2.5.3c), arus lalu-lintas tahun 10
harus disesuaikan sebagai berikut:
Q 10 = 2500 x (0,90/1,00) x (0,6825/0,776) x (0,98/0,95) = 2041 kend/jam
Dengan menggunakan panduan rekayasa, derajat kejenuhan < 0,6 pada arus 2041 kend/jam diperoleh
untuk tipejalan 2/2 UD (We= 10m) atau lehih Iebar.
Dengan menggunakan Formulir UR-1, tiga lajur dengan Iebar masing-masing 3,5 m dicoba sebagai
masukan untuk analisa. Sesudah beberapa perhitungan pada Formulir UR-2 and UR-3 dapat
disimpulkan bahwa jalan tiga-lajur dapat melewatkan lalu-lintas pada derajat kejenuhan 0,6 atau
kurang, tetapi jalan tiga-Jajur mungkin berbahaya, sehingga jalan empat-lajur mungkin lebih baik.
5 - 90
Formulir UR 1
OK
Ditanaani oleh:
Tanaaal:
EN
Dioeriksa oleh:
Prooinsi:
0,3 iuta
Ukuran kola:
Kola:
No.ruas/Nama ialan:
Seamen an tara ............................................... dan ..............................................
Kode seqmen:
Tipe daerah:
2/2UD
Paniana km):
noe ialan:
Periode waktu:
Nomor soal:
JALAN PERKOTAAN
FORMUUR UA-1: DATA MASUKAN
DATAUMUM
GEOMETRlK JALAN
Rencana situasl
r+A
48
Penampang melintang
SisiA
Sisi B
--
2.0
2.0
3 ')(. 3.5"
SisiA
5.25
B
Sisi B
5.25
B
2.0
2.0
5 - 91
Total
10.5
57
~--
4.0
Rata-rata
5.25
?:::
2.0
--
--
------------------
:m;xc;,rw:,~Wvr1.2A6.WO!
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-2:
DATA MASUKAN
50/50
Pejalan kaki
Parkir, kendaraan berhenti
Simbol
PED
PSV
EEV
SMV
Faktor bobot
Frekwensi kejadian
0,5
1,0
0, 7
{Jam, 200m
/jam, 200m
{Jam, 200m
H
VH
5 - 92
Formulir UR 3
JALAN PERKOTAAN
TanqQal:
KECEPATAN, KAPASITAS
Kode'""l.l'''"''
Periode waktu:
(1)
,fN
Nomorsoal:
FV = (FV0 + FVw) x FFV5Fx FFVcs
Soal/
Arah
oleh:
FVo + FVw
Faktor penyesuaian
Hambatan sam ping Ukuran kota
(2) + (3)
lkmflam)
FFVsF
Tabel 8-3:1 atau 2
(}
(4)
FFVcs
Tabel 8-4:1
(6)
Kapasltas
Lebar jalur
FCw
Tabel C-2:1
{12)
1,315
Kapasitas
Ukuran ~ota
FCcs
Tabel C-5:1
(15)
0,90
smp(Jam
_L11 )_x_L1 2}x(13)x(14)x(15)
(16)
3364
Soal/
Arah
(20)
Formulir UR-2
smp/iam
(21)
1706
De raj at
kejenuhan
DS
(21)/{16)
(22)
0,51
Kecepatan
Waktu tempuh
VLV
Panjang segmen
jalan
Gbr.D-2:1 atau 2
kmflam
(23)
L
km
(24)
(24}/(23)
jam
n
(25)
'
5 - 93
5.7 CONTOH 7:
PERANCANGAN
Geometri :
Rencana standar :
- Lebar lajur 3,5 m
- Jarak kereb-penghalang pada kedua sisi 2,0 m
- Tidak ada median
Lalu-lintas :
Lingkungan :
Pertanyaan :
Penyelesaian:
5 - 94
6. KEPUSTAKAAN
URI. TRB
UR2. TRB
UR3.
May, A.D.
UR4.
Easa, S.M.
May, A.D.
UR5.
Hoban, C.J.
UR6.
OECD
UR7.
Brannolte,U.
(editor)
UR8.
McShane, W.R.
Roess, R.P.
Traffic Engineering.
Prentice- Hall, Inc; 1990.
UR9.
Black, J.A.,
Westerman, H.L.
Blinkhorn, L.
McKittri<;k, J.
UR 11. NAASRA
5 - 95
5 - 96
Lampiran 5:1
38eQdlop5Vumtll.fil ~O.WQI
II/CIWSIKllliRev.l7~
Formulir UR - 1
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-1: DATA MASUKAN
-DATAUMUM
GEOMETRIK JALAN
Ditanaani oleh:
Tanaaal:
Diperiksa oleh:
Propinsi:
Ukuran kota:
Kota:
No.ruas/Nama jalan:
Seamen antara ............................................... dan ..............................................
Kode seamen:
Tipe daerah:
Paniana (km):
noe ialan:
Periode waktu:
Nomor seal:
Rencana sltuasl
r-+A
48
Penampang mellntang
SisiA
Sisi 8
SisiA
Lebar ialur Jalu-lintas rata-rata
{K) atau Bahu 18)
Jarak kereb ~c,,~,~,,a,all'-4 (ml
Lebar efektif bahu (dalam + luar) (m)
Total
Ra1a-ra1a
~_@Q
Sisi 8
'
5 - 97
:,OOU,auop5/lorrns/\Jl_<-l0.~1
FormulirU~
1 anqqal:
JALAN PERKOTAAN
FORMUUR UR-2: DATA MASUKAN
ARUS LALU LINTAS
HAMBATAN SAMPING
I Ditanqani oleh
I No.ruas/Nama ialan:
I Kode :.t::~'''t::''
i Peri ode waktu:
I D1oeriksa oleh:
Nomor seal:
Faktor-k =
IHV%
MC%
3
4
5
Kend. rin< an
1 00
LV:
LV:
1 00
kend{jam smp{jam
(2)
(3)
Sepeda motor
Kend. berat
MC:
HV:
MC:
HV:
kend{jam smp{Jam kend{Jam smp{jam
(7)
(4)
(6)
(5)
Arus total
1
2
1+2
% ~tfi~~tf~~~l~ti~~;
6
7
Faktor-smp F5 ..,p =
Simbol
(21)
PED
PSV
EEV
SMV
Faktor bobot
(22
0,5
1,0
0,7
0,4
Kondisi khusus
(31)
Permukiman, hampir tidak ada kegiatan
Permukiman, beberapa angkutan umum, dll.
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi
Daerah niaqa don aktivitas pasar sisi jalan vano sanoat tinooi
5 - 98
Formulir UR- 3
Tanqqal:
JALAN PERKOTAAN
FORMULIR UR-3: ANALISA No. ruas/Nama jalan:
KECEPATAN, KAPASITAS Kode seqmen:
Periode waktu:
Ditangani oleh:
Diperiksa oleh:
Nomorsoal:
Soal/
Arah
(1)
FVw
Tabel B-2:1
(km/iam)
(3)
FV
FVo + FVw
=(JV
Faktor penyesuaian
Hambatan samping Ukuran kota
(2) + (3)
(km/iam)
(4)
FFVsF
Tabel B-3:1 atau 2
_ill
FFVcs
Tabel B-4:1
Jl_
ffi
-=
Kapasitas
Lebar jalur
Kapasitas
Ukuran kota
c
smpnam
J1 U&1 &!_13)x{14\x(15)
J16)
FCw
Tabel C-2:1
(12)
FCSP
Tabel C-3:1
(13)
FCSF
Tabel C-4:1 atau 2
(14)
FCcs
Tabel C-5:1
(1 ?.)_
Derajat
kejenuhan
DS
(21)/(1 6)
(22)
Kecepatan
Panjang segmen
jalan
L
km
(24)
Waktu tempuh
Soal/
Arah
(20)
Formulir UR-2
smpflam
(21)
VLV
Gbr.D-2:1 atau 2
km/iam
(23)
5 - 99
n
(24)/(23)
jam
1~
BAB6
1.
PENDAHULUAN
6- 3
1.1
1.2
1.3
1.4
6- 3
6- 5
6- 7
6-12
2.
METODOLOGI ................................................. 6- 15
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
3.
6- 15
6- 16
6 - 19
6- 23
6-25
6- 34
LANGKAH B:
LANGKAHC:
6 - 1
6-37
6- 37
6 - 39
6- 43
6- 50
6-54
6 - 55
6 -57
6 - 58
6 - 59
6- 60
6- 61
6 - 64
6- 65
6- 66
6 - 67
6 - 68
6 - 69
6- 69
LANGKAH D:
6- 71
6- 71
6 - 72
6- 74
6- 75
6- 77
4.
4.1
4.2
5.
5.1
5.2
5.3
5.4
6.
KEPUSTAKAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 - 104
6-84
6 - 85
6- 96
6- 99.
6 - 2
1.
PENDAHULUAN
1.1
6 -
1.1.2. Penggunaan
Karakteristik geometrik dari tipe jalan yang digunakan dalam Bab ini didefinisikan pada Bagian 2.4.2
di bawah. Mereka tidak perlu berkaitan dengan sistem klasifikasi fungsional jalan Indonesia
(Undang-undang tentang Jalan, No. 13, 1980, Undang-undang tentang Lalu-lintas dan Angkutan
Jalan, No. 14, 1992), yang dikembangkan untuk tujuan yang berbeda.
Untuk masing-masing tipe jalan yang ditentukan, cara perhitungan dapat digunakan untuk:
Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan pada alinyemen datar, bukit atau
gunung.
Analisa operasional perencanaan dan perancangan pada suatu kelandaian tertentu (misalnya
lajur pendakian).
Meskipun Bab ini berjudul 'Jalan luar kota', prosedur yang terdapat didalamnya dapat diterapkan
bukan hanya padajalan nasional tetapi juga padajalan propinsi dan kabupaten. Dalam kenyataannya
prosedur dapat diterapkan pada setiap jalan yang bukan perkotaan atau semi perkotaan, asalkan
karakteristik jalan berada dalam ruang lingkup yang diberikan dalam Bab ini.
1.1.3. Segmen jalan
Prosedur dalam manual dipergunakan untuk perhitungan segmen jalan tertentu. Segmen jalan
didefinisikan sebagai suatu panjangjalan:
di ant~r~ dan tak terpengaruh oleh simpang utama, dan
mempunyai rencana geometrik Jan arus serta komposisi lalu-lintas yang serupa Ji seluruh
panjangnya.
Titik di mana karakteristik jalan berubah secara berarti otomatis menjadi batas segmen sekalipun tidak
ada simpang di dekatnya. Karakteristikjalan yang penting dalam hal ini dijelaskan di bawah.
Segmenjalan luar kota secara umum diharapkan jauh lebih panjang dari segmen jalan perkotaan atau
semi perkotaan karena pada umumnya karakteristik geometrik dan karakteristik lainnya tidak sering
berubah dan simpang utamanya tidak terlalu berdekatan. Panjangnya mungkin puluhan kilometer.
Tetapi adalah perlu untuk menetapkan batas segmen dimana terdapat perubahan karakteristik yang
penting, walaupun segmen yang dihasilkan jauh lebih pendek.
Batas segmen harus ditempatkan di mana tipe medan berubah, walaupun karakteristik lainnya untuk
geometrik, lalu-lintas dan lingkungan (hambatan) tetap sama. Tetapi tidak perlu mempermasalahkan
tentang perubahan kecil pada geometriknya (misalnya perbedaan Iebar jalur lalu-lintas yang kurang
dari 0,5 m), terutama jika perubahan kecil tersebut sebentar-sebentar terjadi. Kelandaian khusus
selalu merupakan segmen tersendiri.
1.1.4. Daerah Perkotaan dan Simpang sepanjangjalan
Batas segmen harus dibuat apabila jalan luar kota dianggap telah menjadi jalan perkotaan atau semi
perkotaan (atau sebaliknya), meskipun karakteristik geometrik atau lainnya tidak berubah, dan bab
yang sesuai dari manual harus digunakan untuk masing-masing segmen.
Pedesaan tidak boleh dianggap sebagai daerah perkotaan, kecuali jalan tersebut melalui pusat kota
yang mempunyai karakteristik samping jal_an sesuai dengan jalan perkotaan/semi perkotaan yang
6 - 4
..e
diberikan pada bagian 1.1.1. di atas. Dalam hal demikian Bab 5 tentang Jalan perkotaan dan semi
perkotaan harus digunakan, jika perlu bersama dengan bab tentang prasarana lalu-lintas perkotaan
lainnya (Bab 2 - Bab 4).
Dengan cara yang sama, jika jalan luar kota bertemu dengan satu atau lebih si mpang utama, terutama
jika simpang bersinyal, baik di daerah perkotaan maupun bukan, maka pengaruh simpang( -simpang)
tersebut perlu diperhitungkan. Hal ini dapat dikerjakan sebagai berikut:
Hitung waktu tempuh, dengan menggunakan prosedur jalan luar kota, seolah-olah tidak ada
gangguan dari simpang(-simpang) yaitu kerjakan analisa seolah-olah t.idak ada simpang
(-simpang) ("waktu tempuh tak terganggu").
Untuk setiap simpang utama sepanjang jalan tersebut, hi tung tundaan, dengan menggunakan
prosedur yang sesuai dari Bab 2 sampai 4 manual ini.
Tambahkan tundaan(-tundaan) simpang pad a waktu tempuh tak terganggu, untuk mendapatkan waktu tempuh keseluruhan (dan jika diperlukan, konversikan ke kecepatan rata-rata
dengan membagi jarak keseluruhan (km) dengan waktu tempuh keseluruhan (jam).
1.2
KARAKTERISTIK JALAN
Karakteristik utama jalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerjanya apabila dibebani lalulintas ditunjukkan di bawah. Setiap titik dari jabn tertentu yang mempunyai perubahan penting dalam
rencana geometrik, karakteristik arus lalu-lintas atau kegiatan samping jalan, menjadi batas segmen
jalan seperti diuraikan di Bagian 1.1.3 di at:t:\.
1.2.1. Geometrik
Lebar jalur lalu-lintas: kapasitas meningkat dengan bertambahnya Iebar jalur lalu-lintas.
Karakteristik bahu: kapasitas, dan kecepatan pada arus tertentu, bertambah sedikit dengan
bertambahnya Iebar bahu. Kapasitas berkurangjika terdapat penghalang tetap dekat pada tepi
jalur lalu-lintas.
Ada atau tidaknva median (terbagi atau tak terbagi): median yang direncanakan dengan baik
meningkatkan kapasitas. Tetapi mungkin ada alasan lain mengapa median tidak diinginkan,
misalnya kekurangan tempat, biaya, jalan masuk ke prasarana sampingjalan dsb.
Len~kun~ vertikal: ini mempunyai dua pengaruh, makin berbukit jalannya, makin lambat
kendaraan bergerak di tanjakan (ini biasanya tidak diimbangi di turunan) dan juga pundak
bukit mengurangi jarak pandang. Kedua pengaruh ini mengurangi kapasitas dan kinerja pada
arus tertentu.
Len~kun~ HorisontCII: Jalan dengan ban yak tikungan tajam memaksa kendaraan untuk
bergerak lebih lambat dari pada di jCllan lurus, agar yakin bahwCI ban mempertahankan gesekCln
yang aman dengan permukaan jalan. Lengkung horisontal dan vertikal dapat dinyatakan
sebagai tipe alinyemen umum (datar, bukit atau gunung). Mereka seringjuga dihubungkan
dengan kelas jarak pandang. Lengkung vertikal dan horisontal adalah sangat penting pada
jalan dua-lajur dua-arah.
6 - 5
Jarak pandan~: Apabilajarak pandangnya panjang, menyalip akan lebih mudah dan kecepatan
serta kapasitas lebih tinggi. Meskipun sebagian tergantung pada lengkung vertikal dan
horisontal, jarak pandangjuga tergantung pada ada atau tidaknya penghalang pandangan dari
tumbuhan, pagar, bangunan dan lain-lain.
Pejalan kaki;
Pemberhentian angkutan umum dan kendaraan lain;
Kendaraan lambat (misal becak, kereta kuda);
Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan
6 - 6
1.3
NOTASI
ISTIIAH
DEFINISI
KAPASITAS
(smp/jam)
DS
DERAJAT KEJENUHA!\1
TT
WAKTUTEMPUH
KECEPATAN TEMPUH
FV
KECEPATAN ARUS
BE BAS
IRINGAN
(PELETON)
DB
DERAJAT IRINGAN
6 - 7
Kondisi geometrik
w~
LEBARJALUR
LEBARJALUR
EFEKTIF
LEBARBAHU
LEBAR BAHU
EFEKTIF
KEGUNAAN BAHU
MEDIAN
PANJANG JALAN
TIPEJALAN
TIPE ALINYEMEN
6 -
~-
--
Tipe
alinyemen
Keterangan
Lengkung
vertikal:
naik+
turun
(m!km)
lengkung
horisontal
(rad!km)
Datar
< 10 (5)
< 1,0
(0.25)
Bukit
10 -30
(25)
1,0-2,5
(2.00)
Gunung
> 30 (45)
> 2,5
(3,50)
Tabel 1.3:2
TIPE MEDAN
RFC
KELAS FUNGSIONAL
JALAl'l
soc
KELAS JARAK
PANDANG
A
B
>70%
30-70%
< 30%
6 - 9
LU
GUNALAHAN
SF
HAMBATAN SAMPING
SFC
Kelas hambatan
samping
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sanl!at tim:l!i
Tabel 1.3:4
KELAS HAMBATAN
SAMPING
Kode
Frekuensi berbobot
dari kejadian
(kedua sisi)
VL
< 50
50- ISO
ISO- 250
250-350
> 350
L
M
H
VH
Kondisi khas
Komposisi Ialu-Jintas
UNSUR LALU-LINTAS
kend
KENDARAAN
LV
KENDARAAN RINGAN
MHV
KENDARAAN BERAT
MENENGAH
LT
TRUK BESAR
6 - 10
--
LB
BIS BESAR
Bis dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 6,0m.
MC
SEPEDA MOTOR
UM
KENDARAAN TAK
BERMOTOR
Kondisi lalu-lintas
Q
ARUS LALU-LINTAS
SP
PEMISAHAN ARAI{
Faktor perhitungan
KAPASITAS DASAR
(smp/jam)
2.4.2)
FCw
FAKTOR PENYESUAIAN
KAPASITAS AKIBAT
LEBARJALUR
FAKTOR PENYESUAIAN
KAPASITAS AKIBAT
HAMBATAN SAMPING
emp
EKIVALEN MOBIL
PENUMPANG
6 - 11
SATUAN MOBIL
PENUMPANG
Satuan untuk arus lalu-Iintas dimana arus berbagai kendaraan yang berbeda telah diubah menjadi arus
kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan
menggunakan emp.
FAKTORSMP
LHRT (kend/hari)
FAKTORLHRT
FV
KECEPATAN ARUS
BE BAS
FVo
KECEPATAN ARUS
BEBAS DASAR
(km/jam)
FVw
PENYESUAIAN
KECEPATAN AKIBAT
LEBARJALUR
FFVsF
FFVRc
FAKTOR PENYESUAIAN
KECEPATAN AKIBAT
KELAS FUNGSIONAL
smp
Fsmp
JAlAN
1.4
PEMERIKSAAN SETEMPAT
Sejum1ah faktor yang khas untuk daerah tertentu (seperti pengemudi dan populasi kendaraan) dapat
mempengaruhi parameter yang diberikan dalam manual ini. Jika mempunyai sumber daya dan
keahlian yang sesuai, pemakai manual ini sangat disarankan untuk mengukur parameter kunci (seperti
kecepatan arus bebas dan kapasitas) pada sejumlah kecillokasi yang mewakili di dalam wilayah yang
sedang diteliti, dan untuk menerapkan faktor penyesuaian setempat pada kecepatan arus bebas dan
kapasitas jika nilai-nilai yang didapat sangat berbeda dari nilai-nilai yang didapat dengan menggunakan
manual ini.
6 -
12
13
Penampangjalan dua-lajur dua arah tak terhagi deng:rn h:rhu kerikil yang lehar
14
ce
2.
METODOLOGI
2.1
PENDEKATAN UMUM
Prosedur perhitungan yang diberikan dalam manual ini dalam beberapa hal, setidaknya secara umum,
serupa dengan yang ada dalam U.S. Highway Capacity Manual 1985 (US-HCM) dan perubahannya
tahun 1994. Ini adalah kesengajaan, karena pemakai dari manual ini mungkin sudah mengenal
prosedur US HCM. Tetapi secara rinci, prosedur-prosedur tersebut adalah tidak sama. Bab ini juga
menggunakan beberapa variabel yang berbeda. Mengenai variabel yang umum, nilai-nilainya untuk
kondisi Indonesia adalah sering sangat berbeda dari US HCM.
2.1.1. Tipe perhitungan
Prosedur yang diberikan dalam bab ini memungkinkan perhitungan karakteristik Ialu-lintas berikut,
untuk segmen jalan tertentu:
kecepatan arus bebas;
kapasitas;
derajat kejenuhan (arus/kapasitas);
kecepatan pada kondisi arus lapangan;
derajat iringan (hanya pada jalan 2/2 UD) pada kondisi arus lapangan;
arus lalu-lintas yang dapat ditampung oleh segmen jalan sambil mempertahankan kualitas lalulintas tertentu (yaitu kecepata'n atau derajat iringan yang ditentukan).
2.1.2. Tingkatun annlisa
Dalam bab ini dibc:rikan prosedur untuk memungkinkan suatu analisa dikerjakan pada salah satu dari
dua tingkatan berikut:
Analisn opernsional dan Perencanaan: Penentuan kinerja segmenjalan akibat kebutuhan
lalu-lintas yang ada atau yang diramalkan. Kapasitas dapat juga dihitung, dan juga arus
maksimum yang dapat disalurkan sambil mempertahankan kualitas lalu-lintas tertentu. Lebar
jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk menyalurkan arus lalu-lintas tertentu, sambil
mempertahankan tingkat kinerja Ualan) yang dapat diterima dapat juga dihitung untuk
keperluan perencanaan. Pengaruh pada kapasitas dan kinerja dari sejumlah segi perencanaan
lainnya, misalnya pemasangan median atau modifikasi Iebar bahu, dapat juga diperkirakan.
Ini adalah tingkat analisa yang paling rinci.
Ann lisa Pemncangan: Sebagaimana untuk perencanaan, sasarannya adalah untuk memperkirakanjumlah lajur yang diperlukan untukjalan yang direncanakan, tetapi keterangan tentang
arus diberikan hanya berupa LHRT perkiraan saja. Rincian geometrik serta masukan lainnya
dapat berupa anggapan atau dapat juga didasarkan pada nilai normal yang dianjurkan.
Metode yang digunakan dalam analisa operasional dan analisa perencanaan adalah sama, dan berbeda
terutama dalam tingkatan perincian dari masukan dan keluarannya. Metode yang digunakan dalam
analisa perancangan mempunyai Jatar belakang teoritis yang sama, tetapi telah sangat disederhanakan
karena data masukan terincinya dianggap tidak ada.
Prosedur yang diberikan dalam bab ini juga memungkinkan ana lisa operasional dikerjakan pada satu
dari dua tipe segmen jalan yang berbeda:
6 - 15
Segmen alinyemen umum: Dalam hal ini segmen digolongkan dalam tipe alinyemen yang
menggambarkan kondisi umum lengkung horisontal dan vertikal dari segmen: datar, bukit atau
gunung.
Kelandaian khusus: Suatu bagian jalan yang curam menerus dapat menjadi 'pemerkecil'
kapa5itas dalam kedua arah mendaki dan menurun dan dapat mempunyai pengaruh kinerja
yang tidak diperhitungkan secara penuh apabila menggolongkan bagian curam dalam tipe
alinyemen umum. Maka dari itu manual juga memungkinkan untuk analisa operasional dari
kelandaian khusus. Prosedur kelandaian khusus yang diberikan dalam manual pada dasamya
hanya berlaku untuk jalan dua-lajur dua-arah karena masalah kelandai;m biasanya terburuk
pada tipe jalan ini. Prosedur memungkinkan pengaruh kemiringan diperhitungkan sebagai
dasar studi tindakan perbaikan, seperti pelebaran atau penyediaan suatu lajur pendakian.
2.2
VARIABEL
6 - 16
Pengaruh kehadiran kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor
penyesuaian hambatan samping.
Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan,
tipe alinyemen dan arus lalu-lintas total yang dinyatakan dalam kendaraan/jam. Emp sepeda motor
ada juga dalam masalah jalan 2/2, tergantung pada Iebar efektif jalur lalu-lintas. Semua emp
kendaraan yang berbeda pada alinyemen datar, bukit dan gunung disajikan dalam bentuk tabel pada
Bagian 3, Langkah A-3.
FVw =
FFVsF=
FFVRc=
2.2.3. Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang dapat dipertahankan persatuan jam yang
melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas
didefinisikan untuk arus dua-arah (kedua arah kombinasi), tetapi untuk jalan dengan ban yak lajur, arus
dipisahkan per arah perjalanan dan kapasitas didefinisikan per lajur.
Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan sejauh memungkinkan. Oleh karena
kurangnya lokasi yang arusnya mendekati kapasitas segmen jalan sendiri (sebagaimana temyata dari
kapasitas simpang sepanjang jalan), kapasitas juga telah diperkirakan secara teoritis dengan
menganggap suatu hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan dan arus, lihat Bagian 2.3.1 di
bawah. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), lihat di bawah. Persamaan dasar
untuk penentuan kapasitas adalah sebagai berikut :
6 - 17
di mana:
kapasitas (smp/jam)
kapasitas dasar (smp/jam)
faktor penyesuaian Iebar jalan
faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
= Q/C;
DS
=Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan dihitung dengan men~TUnakan arus dan kapasitas yang dinyatakan dalam smp/jam.
Derajat kejenuhan digunakan untuk analisa perilaku lalu-lintas berupa kecepatan, sebagaimana
dijelaskan dalam prosedur perhitungan Bagian 3 Langkah D-2, dan untuk perhitungan Derajat Iringan,
lihat Bagian 2.2.6. dibawah.
2.2.5. Kecepatan
Manual menggunakan kecepatan tempuh sehagai ukuran utama kinerja segmen jalan, karena ini
mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting hagi hiaya pemakai jalan dalam
analisa ekonomi. Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai kecepatan rata-rata ruang
dari kendaraan ringan sepanjang segmen jalan :
V = L!IT
di mana:
V
= kecepatan ruang rata-rata kend. ringan (km/jam)
L
= panjang segmen (km)
TI = waktu tempuh rata-rata dari kend. ringan sepanjang segmen Gam)
6 - 18
2.3
HUBUNGAN DASAR
di mana:
FV = Kecepatan arus bebas (km/jam)
D
= Kerapatan (smp/km) (dihitung sehagai QN)
Di
= Kerapatan pada saat jalan macet total
D0
= Kerapatan pada saat kapasitas
~.m
= Konstanta
Untuk jalan dua-lajur tak terhagi huhungan kecepatan-arus seringkali mendekati tinier dan dapat
digambarkan dengan modellinier yang sederhana.
Data dari survei lapangan telah dianalisa untuk mendapatkan hubungan khas antara kecepatan-arus
jaJan tak terbagi dan jalan terbagi dengan menggunakan model ini. Arus pada sumbu horisontal telah
diganti dengan derajat kejenuhan, dan sejumlah Iengkung telah digambar untuk mewakili beberapa
kecepatan arus bebas agar huhungan tersehut pada umumnya dapat digunakan sebagaimana
ditunjukan pada Bagian 3, Langkah D di hawah.
Di Indonesia kecepatan hiasanya jauh lebih rendah dihanding dengan di negara maju, pada semua nilai
derajat kejenuhan lalu-lintas.
6 - 19
k~jenuhan
Derajat iringan adalah variabel yang lebih sensitifterhad<~p arus dibandingkan terhadap kecepatan, dan
dengan demikian memberikan perkiraan peril<~ku lalu-lintas (di jalan) yang masuk akal. Tipe model
matematik yang sama seperti yang diterangkan untuk kecepatan di atas telah digunakan untuk
mengembangkan hubungan umum antara deraj<1t kejenuhan dan derajat iringan, lihat Gambar 2.3.1:5
di bawah.
.;-.t!
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
Kerapatan [smp/km]
Gambar 2.3.1:1
6 - 20
150
e
so
-~
..
6
=.
rw:~~. .~
u
10
!0
'6
---rt<>-ro~
0:
so
--<;->!-'
I,
i
i_
i,;
~-t-o-+;l_ir--t--r--+-i-!--t---1--+---+---+-~-l-;
-o~~~~~+I~-+
~ 40
c:
Vbebas
0-macet
I
'E
30
fr
! -'k
01 0
-o
~ ~+--+--r-~~--,_~
...,.
20
REGIM TUNGGAL
0
~
11+-1----+-~--l--1--~-.1-.---+1-lH)-l
.' v
78 km/jam
1 150 smp/km
~ 2,1563
I 0,5565
1.855 smp/jam
Ill
Kapasitas
I.J
__,___~_;_.--4--4--+--+--+--+--~~n;~k~~-vr-~~
n-1
nl;......- Vl
!-- ~
--;:;,:;,
-v,
~ 10+--4--4-~--4-~~~--+--+'~~~--~~~~;--+--+--+-~--~--~~--~-1
o=j:;E=i'=5~t:J:~=I;~==qt=fp~===J=Jt==J====Jt=J
~
1~
1000
Arus [smp/jam/lajur]
Hubungan kc:cepatan-ams untuk jal<~n l'lllpat-lajur terhagi
.....
10
20
30
40
50
so
70
so
90
100
Kerapatan [smp/km]
Gam bar 2.3.1:3
6 - 21
Arus [smp/jam]
Gam bar 2.3.1:4
. ~~~tt~~Ji
0.8
;::
~ ~
! :
.i.
H- :;
0.7
' '''
''
.:
:! ~ ;
~
1 '
' '
J ;
;;
~+:;
H+~:r-~
;..J'
r<S
; .
"f"',
.,
'
t-.
f- :. __: ,:,:.
"
~0.6
' I f II
:I
::;
: : f+H-rtf-,f.~ ; ; ~H+ f+
1:
...
::~+H+t:: ~!+~
DB
:;
:I
;:
DS I (0 814670 * DS + 0 2H3470)
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Hubungan antara derajat kejenuhan dan uerajat iringan; (hanya) untuk jalan
du:1-lajur. t:1k terhagi
6 -
22
r
......
2.4
KARAKTERISTIK GEOMETRIK
Lengkung horisontal
(rad!km)
Alinyemen datar
< 10
<10
Alinyemen bukit
10-30
1,0- 2,5
> 30
> 2,5
Tipe alinyemen
Alinyemen gunung
Untuk studi khusus jalan 2(2 UD, manual menyajikan juga kecepatan arus bebas sebagai fungsi umum
dari alinyemen vertikal yang dinyatakan sebagai naik+turun (mlkm) dan alinyemen horisontal yang
dinyatakan sebagai tengkung (rad!km).
2.4.2. Tipejalan
a)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dc:ngan lehar jalur sampai dengan 11 meter. Untuk jalan
dua-arah yang lebih Iebar daripada 11 meter, cara beroperasi jalan sesungguhnya selama kondisi arus
tinggi harus diperhatikan sebagai dasar dalam pemilihan prosedur perhitungan untukjalan dua-lajur
atau empat-lajur tak-terbagi.
Keadaan dasar dari tipe jalan ini yang digunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas dan
kapasitas dicatat sebagai berikut:
Lebar jalur lalu-lintas efektif tujuh meter
Lebar efektif bahu 1,5 m pada masing-masing sisi (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk
lintasan kendaraan bermotor)
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu-lintas 50- 50
Tipe alinyemen: Oatar
Guna lahan: Tidak ada pengembangan sampingjalan
Kelas hambatan samping: Rendah (L)
Kelas fungsional jalan: Jalan arteri
Kelas jarak pandang: A
(Lihat definisi di Bagian 1.3)
6 - 23
b)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah tak terhagi dengan marka lajur untuk empat lajur dan
Iebar total jalur lalu-lintas tak terbagi antara 12 dan 15 meter.
Jalan standar dari tipe ini didefinisikan sehagai berikut:
Lebar jalur lalu-lintas empat belas meter
Lebar efektifbahu 1,5 m pada masing-masing sisi (hahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk
lintasan kendaraan hermotor)
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu-lintas 50- 50%
Tipe alinyemen: Datar
Guna lahan: Tidak ada pengembangan sampingjalan
Kelas hambatan samping: Rendah (L)
Kelas fungsional jalan: Jalan arteri
Kelas jarak pandang: A
c)
Tipe jalan ini meliputi semuajalan dua-arah dengan dua jalur lalu-lintas yang dipisahkan oleh median.
Setiap jalur Ialu-lintas mempunyai dua Iajur rermarka dengan Iebar ar.~ra 3,0- 3,75 m.
Jalan stamlar dari tipe ini dicletinisikan sehag;;j herikut:
Lebar jalur lalu-lintas 2 x 7,0 m (tak termasuk Iebar median)
Lebar efektifbahu 2.0 m diukur sebagai Iebar hahu dalam + hahu luar (lihat Gambar A.2:1
pada Bagian 3) untuk setiap jalur Ialu-lintas (hahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan
lalu-Iintas)
Median
Tipe alinyemen: Datar
Guna lahan: Tidak ada pengembangan sampingjalan
Kelas hambatan samping: Rendah (L)
Kelas fungsional jalan: Jalan arteri
Kelas jarak pandang: A
d)
Jalan enam-lajur dua-arah dengan karakteristik umum sama sebagaimana diuraikan untuk 4/2 D di atas
dapat juga dianalisa dengan menggunakan manual ini.
Standar tipe penampang melintang untuk semua tipe jalan dapat dilihat pada Tabel 2.5.2:1 di bawah
In!.
6 - 24
2.5
2.5.1
Tujwm
Tujuan bagian ini adalah untuk membantu para pengguna manual dalam memilih penyelesaian yang
sesuai dengan masalah-masalah umum perancangan, perencanaan, dan operasional dengan
menyediakan saran-saran mengenai tipe dan denah standar jalan luar kota pada alinyemen datar, bukit
dan gunung dan penerapannya pada berbagai kondisi arus. Disarankan untuk perencanaanjalan Juar
kota baru sebaiknya didasarkan pada analisa biaya siklus hidup dari pere~canaan yang paling
ekonomis pada arus lalu-lintas tahun dasar yang berbeda, lihat bagian 2.5.3b. Informasi ini dapat
digunakan sebagai dasar pemilihan asumsi awal tentang denah dan rencana yang diterapkan jika
menggunakan metode perhitungan untuk ruas jalan luar kota seperti diterangkan pada Bagian 3 dari
Babini.
Untuk analisa operasional dan peningkatanjalan luar kota yang sudah ada, saran diberikan dalam
bentuk perilaku lalu-lintas sebagai fungsi arus pada keadaan standar, lihat Bagian 2.5.3c. Rencana
dan bentuk pengaturan lalu-lintas harus dengan tujuan memastikan derajat kejenuhan tidak melebihi
nilai yang dapat diterima (biasanya 0,75). Saran-saran juga diberikan mengenai masalah berikut yang
berkaitan dengan rencana detail dan pengaturan lalu-lintas:
Dampak perubahan rencana ge,ometrik dan pengaturan lalu-lintas terhadap keselamatan lalulintas dan asap kendaraan.
Renc:lna detail yang berkait;m dengan kapasitas dan keselamatan.
Perlu tidaknya lajur pendakian pada kelandaian khusus.
6 - 25
Tipejalan I
kode
Kelas
Jarak
Pandang
Lebar
jalan
(m)
Dalam
Luar
Datar
Perbukitan
Pegunungan
2/2 UD-5,0 *)
5,0
1,50
1,50
1,00
2/2 UD-6
*)
6,0
1,50
1,50
1,00
2/2 UD-7
*)
7,0
1,50
1,50
1,00
2/2 UD-10
10,0
1,50
1,50
1,00
4/2 UD-12
12,0
1,50
1,50
1,00
4/2 UD-14
14,0
1,50
1,50
1,00
4/2 D-12
12,0
1,75
1,75
1,25
0,25
14,0
1,75
1,75
1,25
0,25
21,0
1,75
1,75
1,25
0,25
4/2 D-14
*)
6/2 D-21
*)
Tabel 2.5.2:1
(Spesitik<~~i
2.5.3
a)
Hal umum
Dokumen standar jalan Indonesia yang dirujuk di atas menetapkan tipe jalan dan penampang
melintang untuk jalan baru yang tergantung pada faktor-faktor berikut:
Fungsi jalan (arteri, kolektor, lokal)
Kelasjalan
Tipe medan: datar, perbukitan, pegunungan
Untuk setiap kelas, jalur lalu-lintas standar, Iebar bahu dan parameter alinyemen jalan dispesifikasikan
dalam rentang tertentu. Manual ini memperhatikan tipe jalan, rencana geometrik dan tipe alinyemen,
tetapi tidak memberi nama secara jelas tipe jalan yang berheda dengan kode kelas jalan seperti terlihat
di atas.
6 - 26
Tipe jalan dan penampang melintang tertentu dapat dipilih untuk analisa berdasarkan satu atau
beberapa alasan berikut:
.4
Untuk menyesuaikan dengan dokumen standar jalan yang sudah ada dan/atau praktek
rekayasa setempat.
Untuk memperoleh penyelesaian yang paling ekonomis .
Untuk memperoleh perilaku lalu-lintas tertentu .
Untuk memperoleh angka kecelakaan yang rendah.
b)
Pertimban~an
.1
.2
.3
ekonomi
Tipe jalan yang paling ekonomis Galan umum atau jalan bebas hambatan) berdasarkan analisa biaya
siklus hidup (BSH) ditunjukkan pada Bab 1 Bagian 5.2.1 c. Ambang arus lalu-lintas tahun ke-1 untuk
rencana yang paling ekonomis jalan luar kota yang baru diberikan pada Tabel 2.5.3:1 di bawah sebagai
fungsi dari tipe alinyemen dan kelas hambatan samping untuk dua hal yang berbeda:
1.
2.
Rentang arus lalu-lintas Gam puncak ~ahun 1) yang didapatkan, menentukan penampang melintang
dengan biaya siklus hidup total terendah untuk pembuatan jalan baru atau pelebaran (peningkatan
jalan) seperti terlihat pada Tabel 2.5.3:1-2 di bawah untuk herbagai tipe alinyemen.
Rentang ambang arus lalu-lintas dalam kend/jam Tahun ke-1 Uam puncak)
lipe jalan/lebar jalur lalu-lintas (m)
lipe
alinyemen
Hambatan
Sam ping
2/2 liD
4/2 UD
6/20
5,0m
6m
7m
10m
12m
14 m
12m
14m
21m
450550
550650
650950
8001.250
> 1.450
450500
500700
7001.250
> 1.450
500600
600650
800950
> 1.450
450500
500700
700950
> 1.350
Datar
Rendah
< 300
250300
300450
450550
Datar
linggi
< 300
200300
250350
350500
Bukit I
Gunung
Rendah
< 300
250300
300400
450500
Bukit I
Gunung
linggi
<250
200250
300350
350450
Tabel 2.5.3:1
4/2 D
450500
Rentang arus lalu-lintas Uam puncak tahun 1) untuk memilih tipe jalan
6 -
27
Pelebaran Jalan
Kondisi
lipe
alinyemen
Hambatan
Sam ping
2/2 liD
4!2 UD
4!2 D
5,0 ke 6
5,0 ke 7
6 ke 9
7 ke 10
7 ke 12
7 ke 14
Datar
Rendah
250
400
700
1.050
1.100
1.200
Datar
linggi
200
350
650
950
1.050
1.100
Bukii/Gunung
Rendah
200
350
650
950
1.050
1.100
Bukii/Gunung
linggi
ISO
300
550
850
950
1.050
Tabel2.5.3:2 Rentang arus lalu-lintas Gam puncak tahun 1) untuk memilih tipe jalan
c)
Perilaku lalu-lintas
Dalam perencanaan dan analisis op~rasional (untuk meningkatkan) ruasjalan luar kota yang
sudah ada, tujuannya sering untuk membuat perbaikan kecil terhadap geometri jalan di dalam
mempertahank:an perilaku lalu-lintas yang diinginkan. Gamhar 2.5.3:1-3 menggambarkan hubungan
antara kecepatan kendaraan ringan rata-rata (km/jam) dan arus lalu-lintas total (kedua arah) jalan Juar
kota pada alinyemen datar, bukit, dan gtmung dengan hamhatan samping rendah atau tinggi. Hasilnya
menunjukkan rentang perilaku lalu-lintas masing-masing tipe jalan, dan dapat digunakan sebagai
sasaran perancangan atau alternatif anggapan, misalnya dalam analisa perencanaan dan operasional
untuk meningkatkan ruas jalan yang sudah ada. Dalam hal seperti ini, perlu diperhatikan untuk tidak
melewati derajat kejenuhan 0,75 pada jam puncak tahun rencana. Lihat juga Bagian 4.2 tentang
analisa perilaku lalu-Iintas untuk tujuan perancangan.
6 -
28
'
80
,....._
: i : ' : i
.... ' .. 1.... J
70
....
= t'O
.=.,
->50
:::::
J2
....J
c
~
.....
~
c..
40
30
20
10
1000
2000
3000
4000
. 5000
6000
7000
9000
8000
10000
!1000
12000
; - 1 -
'
i
80 .
,....._
E
~
~ 60~----~~~~~-r-r~~-+~~-+-----+~==~-=~~~----~-----~----+---~
'-"
>
30~~~~--~~--~~~~~~~-+~~~~~~--~~--~--~~--~~--+-~~
....J
c
~
.....
~
30
~~---+-+-+.~--~~--~--=-+-==::;;..._
I
r-..
I
20 -+,-+-f.-f-+---,-/1
10+i~~~--~+-~~~~-+--~~~--+-~-4--~~~--+---~--~-+----~
0
1000
Gambar 2.5.3:1
zooo
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
!1000
12000
_.......
60
..Q
-..._./ so
>
.....l
c:
....c;:c;:
40
a.
u
0
30
lJ
20
10
:
'
J ... - . - . ;
'\
!000
2000
4000
3000
5000
6000
8000
7000
9000
10000
11000
12000
~
'
- - : - - ; - - . .
j... -: ..
.
i -_:I
................. !
.. ; .. ! .. :- -l
0~.~~~--~-+--+--+--+--+--+-~--~~--~~~~~~~~~--+--+--+-~~'
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
.. :. . . i . - . . .
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
6 - 31
10000
11000
12000
d)
Tingkat kecelakaan lalu-lintas untuk jalan luar kota telah diestimasi dari data statistik kecdakaan di
Indonesia seperti telah diterangkan pada Bab I (Pendahuluan).
Pengaruh umum dari rencana geometrik terhadap tingkat kecelakaan dijelaskan sebagai berikut :
Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2- 15% per meter pelebaran (nilai
yang besar mengacu ke jalan kecil/sempit).
Pelebaran atau peningkatan kondisi permukaan bahu meningkatan keselamatan lalu-lintas,
meskipun mempunyai tingkat yang lehih rendah dihandingkan dengan pelebaran lajur lalulintas.
Lajur pendakian pada kelandaian curam mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25 - 30%.
Lajur menyalip (lajur tambahan untuk menyalip pada daerah datar) mengurangi tingkat
kecelakaan sebesar 15-20%.
(VsesuW.bNsebctumf
e)
Pertimbangan lingkung<m
Emisi gas buangan kendaraan dan kebisingan herhubungan erat dengan arus lalu-lintas dan kecepatan.
Pada arus lalu-lintas yang tetap, emisi ini herkurang dengan berkurangnya kecepatan sepanjangjalan
tersebut tidak macet. Saat arus lalu-lintas mendekati kapasitas (derajat kejenuhan > 0,8), kondisi arus
tersendat "berhenti dan berjalan" yang disebabkan oleh kemacetan menyebabkan bertambahnya emisi
gas buangan dan juga kebisingan jika dihandingkan dengan kinerja lalu-lintas yang stabil.
Alinyemenjalan yang tidak baik, seperti tikungan tajam dan kelandaian curam, menambah emisi gas
buangan dan kebisingan.
2.5.4
Rencana detail
Lihat Bagian 2.5.2 di atas mengenai daftar referensi untuk perencanaan geometrik secara detail. Jika
standar-standar ini diikuti, jalan yang aman dan etisien hiasanya akan diperoleh. Sebagai prinsip
umum, kondisi berikut ini harus dipenuhi :
Standar jalan harus sedapat mungkin tetap sepanjang rute.
Bahu jalan harus rata dan sama tinggi dengan jalur lalu-lintas sehingga dapat digunakan oleh
kendaraan herhenti.
6 - 32
Halangan seperti tiang listrik, pohon, dll. sebaiknya tidak terletak di bahu jalan, halangan lebih
disukai jika terletak jauh di luar bahu untuk kepentingan keselamatan.
Persimpangan dengan jalan kecil (minor) dan jalan masuk/keluar ke sisi jalan harus dibuat
tegak lurus terhadap jalan utama, dan hindari terletak pada lokasi dengan jarak pandang yang
buruk.
2.5.5
Kelandaian khusus
Pada jalan dua lajur, dua arah tak-terbagi (2/2 UD) pada alinyemen bukit dan gunung dengan ruas
tanjakan yang panjang, akan menguntungkanjika menambah lajur pendakian untuk menaikkan kondisi
lalu-lintas yang aman dan efisien. Tujuan bagian ini adalah untuk menolong pengguna manual untuk
memilih penyelesaian terbaik bagi masalah perencanaan dan operasional jalan luar kota dengan
kelandaian khusus.
a)
Panduan umum untuk perencanaan jalan luar kota yang dipublikasikan oleh Bina Marga (lihat bagian
2.5.2) juga menetapkan kriteria bagi penggunaan lajur pendakian. Sejumlah penampang melintang
standar yang digunakan dalam panduan ini did<tc;arkan pada standar-standar ini dan terlihat pada Tabel
2.5.5:1.
Kelas
jarak
pandang
Turunan
Lebar bahu
(m)
2/2 UD
3,5
3,5
1,0
2/2 UD
Lajur pendakian
6,0
3,5
1,0
6 -
33
MKJI:JALANLUAR KOTA
b)
Panduan berikut untuk menentukan kapan lajur pendakian dapat dibenarkan secara ekonomis yang
dibuat berdasarkan analisa biaya sikJus hidup.
Ambang arus lalu-lintas (kend/jam) tahun 1, jam puncak
Panjang
Kelandaian
3%
5%
7%
0,5 km
500
400
300
~1
325
300
300
km
Tabel 2.5.5:2 Ambang arus lalu-lintas (tahun 1, jam puncak) untuk Jajur pendakian pada kelandaian
khusus di jalan luar kota dua lajur dua arah (umur rencana 23 tahun)
2.6
Bagan alir prosedur perhitungan untuk analisa operasional dan perencanaan diberikan pada Gambar
2.6:1 di bawah. Berbagai langkah tersehut diuraikan langkah demi Jangkah secara rinci dalam Bagian
3.
6 - 34
"
A-1:
A-2:
A-3:
A-4:
j,
8-1:
8-2:
8-3:
8-4:
8-5:
8-6:
C-1:
C-2:
C-3:
C-4:
C-5:
C-6:
LANGKAH C: KAPASITAS
Kapasitas dasar
Faktnr penyesuaian untuk untuk Iebar jalur lalu-lintas
Faktnr penyesuai:m untuk pemisahan arah
Faktor penyesuaian untuk knndisi hambatan samping
Kapasitas pada knndisi Ltpangan
Kapasitas pada kdandaian khusus
PERU8AHAN
'I'
-1
D-1:
D-2:
D-3:
D-4:
D-3:
YA
Perlu penyesuaian anggapan mengenai perencanaan dsb.
TIDAK
1/
Akhir analisa
Gambar 2.6:1 Ringkasan prosedur perhitungan untuk analisa llperasional dan perencanaan.
6 -
35
3.
Sasaran dari analisa operasional untuk segmen jalan tertentu, dengan kondisi geometrik, lalu-Iintas
dan lingkungan yang ada atau yang dituju, dapat berupa satu atau seluruh dari:
untuk menentukan kapasitas;
untuk menentukan derajat kejenuhan lalu-Iintas sekarang atau yang akan datang;
untuk menentukan kecepatan yang berlaku di jalan tersebut;
(Hanya untuk 2/2 UD: - ditambah dengan)
untuk menentukan derajat iringan yang akan berlaku di jalan tersebut.
Sasaran utama dari analisa perencanaan adalah untuk menentukan Iebar jalan yang diperlukan untuk
mempertahankan perilaku lalu-lintas yang dikehendaki. Ini dapat berarti Iebar jalur lalu-Iintas atau
jumlah lajur, tetapi dapat juga untuk memperkirakan pengaruh dari perubahan perencanaan, seperti
apakah membuat median atau meningkatkan hahu jalan. Prosedur perhitungan yang digunakan untuk
analisa operasional dan untuk perencanaan adalah sama, dan mengikuti prinsip yang dijelaskan pada
Bagian 2.2.
A
W
Bab ini memuat instruksi langkah demi langkah yang dikerjakan untuk analisa operasional atau
perencanaan, dengan menggunakan Fnrmulir IR-1, IR-2, IR-3 Jan IR-3 SPEC. Formulir kosong
untuk di-fotocopy diberikan dalam L<lmpiran 6:1.
6 - 36
--\-
LANGKAHA: DATAMASUKAN
LANGKAH A-1: DATA UMUM
a)
Penentuan segmen
Bagilah jalan dalam segmen-segmen. Segmen jalan didefinisikan sebagai suatu panjang jalan yang
mempunyai karakteristik yang serupa pada seluruh panjangnya. Titik di mana karakteristik jalan
berubah secara berarti menjadi batas segmen. Setiap segmen dianalisa secara ter'pisah. Jika beberapa
altematif(keadaan) geometrik sedang diteliti untuk suatu segmen, masing-masing diberi kode khusus
dan dicatat dalam formulir data masukan yang terpisah (IR-1 dan IR-2). Formulir analisa yang
terpisah (IR-3 danjika perlu IR-3SPEC) juga digunakan untuk masing-masing keadaan. Jika periode
waktu terpisah harus dianalisa, maka nomer terpisah harus diberikan untuk masing-masing keadaan,
dan harus digunakan formulir data masukan dan analisa yang terpisah.
Segmenjalan yang sedang dipelajari harus tidak terpengaruh oleh simpang utama atau simpang susun
yang mungkin mempengaruhi kapasitas dan kinerjanya.
Segmen dapat dibedak<ln dalam alinyemen biasa (keadaan hiasa) dan 'kelandaian khusus', lihat b) di
bawah.
b)
Kelandaian khusus
Pada tahap ini harus ditentukan apakah ada hagian jalan yang merupakan kelandaian khusus yang
memerlukan analisa operasional terpisah. Hal ini clapat terjadi apabila terdapat satu atau lebih
kelandaian menerus sepanjangjalan yang menyebabkan masalah kapasitas atau kinerja yang berat dan
di mana perbaikan untuk mengurangi masalah ini sedang dipertimbangkan (misalnya pelebaran atau
penambahan Jajur pendakian). Masing-masing kelandaian dapat dijadikan segmen terpisah dan
masing-masing dianalisa sendiri dengan prosedur untuk 'analisa kelandaian khusus', yang diberikan
di bawah. Segmen adalah dari bagian bawah kelandaian sampai pundaknya. Umumnya, kelandaian
khusus tidak kurang dari 400m tetapi tidak mempunyai hatasan panjangnya. Bagaimanapun, segmen
kelandaian khusus harus merupakan tanjakan menerus (turunan pada arah yang berlawanan) yaitu
tanpa bagian datar atau menurun, dan harus mempunyai kelandaian paling sedikit rata-rata 3 persen
untuk seluruh segmen: kelandaian tidak perlu konstan sepanjang seluruh segmennya. Kelandaian
pendek (sampai sekitar 1 km panjang) biasanya hanya akan dianalisa terpisah jika sangat curam,
sedangkan kelandaian yang lebih panjang mungkin memerlukan analisa terpisah sekalipun kurang
curam, karena efek pengurangan kecepatan yang terus menerus, khususnya pada kendaraan berat.
Meskipun suatu kelandaian curam menyehabkan masalah kapasitas dan kinerja yang penting, tidaklah
digolongkan 'kelandaian khusus' jika satu atau seluruh dari kondisi berikut berlaku:
hanya diperlukan analisa perancangan, bukan analisa operasional;
jika tidak ada niat untuk mempertimbangkan penyesuaian rencana geometrik untuk
mengurangi pengaruh kelandaian;
jika lengkung horisontal cukup besar untuk menyebabkannya, pada pendapat ahli, menjadi
penentu utama tunggal dari kapasitas dan kinerja, dan buk<ln kelandaian.
6 -
37
Dalam hal-hal tersebut diatas segmen tidak dianggap sehagai segmen 'kelandaian khusus' terpisah dan
kelandaian dimasukkan pada analisa umum segmen yang lebih panjang di mana segmen tersebut
merupakan bagiannya, dengan karakteristik kelandainn ditentukan dari tipe alinyemennya.
c)
Isikan data umum berikut pada bagian atas dari Formulir IR-1:
Tanggal (hari,bulan,tahun) dan 'dikerjakan oleh' (masukkan nama anda).
Propinsi di mana segmen tersebut terletak.
Nomer ruas (Bina Marga)
Kode segmen (mis. Km 3.250-4.750)
Segmen antara ... (mis. Lembang dan Ciater)
Kelas administratif jalan (Nasional, Propinsi atau Kabupaten)
Tipe jalan: misalnya:
Empat-lajur dua-arnh terhagi: 4/2 D
Empat-lnjur dun-ar:ll1 tak terhagi: 4/2 UD
Dua-lajur dua-arah tak terbagi: 2/2 UD
Dua-lajur satu-arah: 2/1 (dianalisa seolah-olah merupabn satu arah dari suatu jalan
terbagi)
Panjang segmen (mis. 1,5 km)
Kelas fungsional jalan (Arteri, Kolektor atau lokal)
Periode waktu yang dianalisa (mis. Tahun 2000, jam sibuk pagi)
Nomorsoal (mis. A2000:1)
6 - 38
Buatlah sketsa dari segmen jalan menggunakan ruang yang tersedia pada Formulir IR-1. Pastikan
untuk meliputi informasi berikut:
Arah panah yang menunjukkan Utara
Patok kilometer atau benda lain yang digunakan untuk mengenali lokasi segmen jalan tersebut.
Sketsa alinyemen horisontal segmen jalan tsb.
Arah panah yang menunjukkan Arah 1 (biasanya ke Utara- atau Timur) dan arah 2 (biasanya
ke Selatan atau Barat)
Nama tempat yang dilalui/dihubungkan olt!h segmen jalan
Bangunan utama atau bangunan samping jalan Jain dan tata guna Jahan.
Simpang-simpang dan tempat masuk ke/keluar dari Jahan di sampingjalan.
Marka jalan seperti garis-tengah, g(lri:-; menerus, mmb lajur, marka sisi perkerasan lbn
sebagainya.
b)
Kedalam kotak yang sesuai di bawah sketsa alinyemen horisontal, masukkan persentase panjang
segmen yang berjarak pandang minimum 300 m Uika tersedia). Dari informasi ini Kelas Jarak
Pandang (KJP) dapat ditentukan sebagaimana ditunjukan dalam Tabel A-2:1 di bawah, atau dapat
diperkirakan dengan taksiran teknis Uika ragu gunakan nilai normal (patokan) B). Masukkan hasil
KJP ke dalam kotak di bawah sketsa alinyemen horisontal pada Formulir IR-1.
6 - 39
Kelasjarak
pandang
A
B
>70%
30-70%
<30%
Tabel A-2:1
Catatan: Jarak pandang berhubungan dengan jarak pandang menyalip yang diukur dari tinggi mata
pengemudi (1,2m) ke tinggi kendaraan penumpang yang datang (1,3m).
c)
Alinyemen vertikal
Buatlah sketsa penampang vertikal jalan dengan skala memanjang yang sama dengan alinyemen
horisontal diatasnya. Tunjukkan kelandaian dalam % jika tersedia. Masukkan infonnasi tentang
naik+turun total dari segmen (m/km) jika tersedia. Jika segmen merupakan kelandaian khusus, isikan
keterangan tentang kelandaian rata-rata dan panj;mg kelandaian.
d)
Tipe alinyemen
Tentukan tipe alinyemen umum dari Tahel A-2:2 dengan rnenggunakan inforrnasi tercatat untuk
lengkung horisontal (rad/km) dan naik serta tunm ver1ikal (m/km), dan masukkan hasilnya dengan
melingkari tipe alinyemen yang sesuai (datar, hukit, atau gunung) pada formulir.
Tipe alinyemen
Datar
Bukit
Gunung
Tabel A-2:2
Naik + turun
(m/km)
Lengkung horisontal
(rml/km)
<10
10-30
> 30
< 1,0
1,00- 2,5
> 2,5
Jika lengkung horisontal dan nilai naik + turun dari ruas yang diteliti tidak sesuai dengan
penggolongan alinyemen umum pada Tabel A-2:2, maka tidak ada tipe alinyemen umum yang dipilih
(Tabel B-1:2 akan dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas). Jika data alinyemen tidak
ada, gunakan penggolongan tipe medan (Bina Marga, IRMS) atau pengamatan visual untuk memilih
tipe alinyemen umum.
6 -
40
e)
Penampang lintangjalan
Buatlah sketsa penampang Jintangjalan rata-rata dan tunjukkan Iebar jalur lalu-lintas, Iebar median,
Iebar bahu dalam dan luar tak terhalang Qikajalan terbagi), penghalang sampingjalan seperti pohon,
saluran, dan 5ebagainya. Perhatikan bahwa sisi A dan Sisi B ditentukan oleh garis referensi penampang
melintang pada sketsa alinyemen horisontal.
Sisi A
median
/
Arah 1: W51
W5 = WsA + W58
6 - 41
Bahu jalan: (Bagian dalam (median) dan luar (sisi jalan) jika jalan terbagi)
Jenis perkerasan
Beda tinggi rata-rata (perbedaan an tara permukaan) an tara jalur Ialu-Iintas dan bahu.
Penggunaan bahu digolongkan dalam: dapat digunakan lalu-lintas, parkir, atau untuk berhenti
darurat saja.
Petunjuk berikut digunakan untuk penggolongan dibawah:
l.alu-lintas:
Lebar bahu?! 2 m dan mempunyai mutu perkerasan yang sama seperti jalur
lalu-lintasnya dan tanpa beda tinggi permukaan.
Parkir:
Bahu dengan mutu perkerasan lebih rendah atau perkerasan kerikil dengan
Iebar?! 1,5 m dan sedikit beda tinggi permukaan.
Darurat:
Bahu dengan permukaan buruk, dan/atau dengan beda tinggi yang besar
terhadap jalur lalu-lintas sehingga tidak nyaman untuk masuk. (> 10 em)
Jika bahu mempunyaijenis perkerasan dan pondasi yang sa rna dengan jalur lalu-lintas, dan tanpa beda
tinggi terhadap jalur lalu-lintas (lihat pada Kondisi permukaan jalan di bawah), Iebar bahu yang
diperkeras harus ditambahkan pada Iebar jalur lalu-lintas jika menghitung Iebar efektif jalur lalu-lintas
dalam tabel penampang melintang dalam Fnrmulir IR-1. Secera konsekuen Iebar yang sama juga
harus dikurangkan dari Iebar bahu jika perhitungan Iebar bahu efektif dilakukan dalam tabel yang
sam a.
Analisa ini menganggap bahwa jalur Ialu-lintas diperkeras dan Jalam kondisi sedang sampai baik.
Oleh karena itu manual ini tidak sesuai untuk meramal kecepatan pada jalan dengan perkerasan yang
buruk (IRI >6), a tau untuk jalan kerikil.
g)
lsikan keterangan tentang tindakan pengaturan lalu-Iintas yang diterapkan pada segmen jalan yang
dipelajari seperti:
Batas kecepatan (km/jam);
l.arangan parkir dan berhenti;
Pembatasan terhadap jenis kendaraan tertentu;
Pembatasan kendaraan dengan berat dan/atau beban gandar tertentu;
Alat pengatur lalu-lintas/peraturan lainnya.
6 - 42
a.l)
Dua altematif diberikan di bawah, tergantung pada banyaknya rincian masukan yang tersedia.
Altematif B sebaiknya diikuti bila mungkin.
A:
.1
Masukkan data masukan berikut pada kotak yang sesuai dalam Formulir IR-2:
- LHRT (kend/hari) untuk tahun penelitian!kejadian
- Faktor-k (rasio antara arus jam rencana dan LHRT; nilai normal k = 0,11)
- Pemisahan arah SP (Arah.l/Arah.2, Nilai normalnya 50/50%)
.2
Hitung arus jam perencanaan (OoH = LHRT x k x SP/100) untuk masing-masing arah dan
total (1+2). Masukkan hasilnya ke dalam Tahel untuk data arus menurut jenis dan jurusan
perjam, Kolom 13 Baris 3, 4 .dan 5 .
.3
Masukkan komposisi lalu-lint:1s dalam kotak (Nilai nNrT'al LV:57%, MHV 230"), LB 7%, LT
4%, MC 9% berdasar pada kc:nd/jam) dan hitungjumlah kendaraan untuk masing-masing tipe
dan arah dengan mengalikan dengan arus rencana pada Knlom 13. Masukkan hasilnya pacla
Kolom 2,4,6,8 dan 10 dalam Baris 3,4 clan 5.
B:
.1
Masukkan nilai arus lalu-lintas jam rencana (00 u) dalam kend/jam untuk setiap tipe kendaraan
danjurusan ke dalam Kolom 2,4,6,8 dan 10; Baris 3,4 dan 5. Jika arus yang diberikan adalah
dua jurusan (1+2) masukkan nilai arus pada Baris 5, dan masukkan distribusi arah yang
diberikan (%) pada Kolom 12, Baris 3 dan 4. Kemudian hitung arus masing-masing tipe
kendaraan untuk masing-masing arah dengan mengalikan nilai arus pada Baris 5 dengan
distribusi arah pada Kolom 12, dan masukkan hasilnya pada Baris 3 dan 4.
a.2)
Ekivalensi kendaraan penumpang (emp) untuk Kendaraan Berat Menengah (MHV), Bus Besar (LB),
Truk Besar (LT) (termasuk Truk kombinasi) dan Sepeda Motor diberikan dalam Tabel A-3:1 s/d 3
dibawah, sebagai fungsi tipe jalan, tipe alinyemen (Formulir IR-1) dan arus lalu-lintas (kend/jam).
Untuk jalan 2/2 UD, emp sepeda motor tergantung juga kepada Iebar jalur lalu-lintas. Untuk
Kendaraan Ringan (LV) emp selalu 1.0. Arus kendaraan tak bermotor (UM) dicatat pada Formulir
IR-2 sebagai komponen hambatan (kendaraan lambat). Tentukan emp masing-masing tipe kendaraan
dari tabel yaitu dengan interpolasi arus lalu-lintasnya, atau menggunakan diagram pada Gambar A
3:1-2. Masukkan hasilnya ke dalam Formulir IR-2, Tabel data penggolongan arus lalu-lintas perjam,
Baris 1.1 dan 1.2 (untuk jalan tak-terbagi emp sam a pada kedua jurusan, untuk jalan terbagi dengan
arus yang tidak seimbang emp mungkin berheda).
6 -
43
emp
Arus
total
(kend./jam)
MHV
LB
LT
Datar
0
800
1350
> 1900
1,2
1,8
1,5
1,3
1,2
1,8
1,6
1,5
1,8
2,7
2,5
2,5
0,8
1,2
0,9
0,6
0,6
0,9
0,7
0,5
0,4
0,6
0,5
0,4
Bukit
0
650
1100
> 1600
1,8
2,4
2,0
1,7
1,6
2,5
2,0
1,7
5,2
5,0
4,0
3,2
0,7
1,0
0,8
0,5
0,5
0,8
0,6
0,4
0,3
0,5
0,4
0,3
Gunung
0
450
900
> 1350
3,5
3,0
2,5
1,9
2,5
3,2
2,5
2,2
6,0
5,5
5,0
4,0
0,6
0,9
0,7
0,5
0,4
0,7
0,5
0,4
0,2
0,4
0,3
0,3
Table A-3:1
MC
Lebar jalur lalu-Iintas(m)
6-8m
>8m
<6m
emp
MHV
LB
LT
MC
Datar
0
1000
1800
> 2150
0
1700
3250
> 3950
1,2
1,4
1,6
1,3
1,2
1,4
1,7
1,5
1,6
2,0
2,5
2,0
0,5
0,6
0,8
0,5
Bukit
0
750
1400
> 1750
0
1350
2500
> 3150
1,8
2,0
2,2
1,8
1,6
2,0
2,3
1,9
4,8
4,6
4,3
3,5
0,4
0,5
0,7
0,4
Gunung
0
550
1100
> 1500
0
1000
2000
> 2700
3,2
2,9
2,6
2,0
2,2
2,6
2,9
2,4
5,5
5,1
4,8
3,8
0,3
0,4
0,6
0,3
Table A:3-2
6 -
44
2CO
400
IIIlO
800
1000 12DO 1400 16CIO 1800 2000 22DO 2400 26CIO 21!00 3000
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
11000
sr--:---:-~~~~--,----,.--..,..--,
~ ::::::f::::::~::::::E:::I::::::I::::::E:I~=t:::::f::::t::::::t=:=I::::=l:::::::f::::::
0..
-....
~:::~--~--
,_
--r r-~-- r
CJ
~-------~-----1------r------r------ ~~~:.:-r------~-------r------
--t-::~+-~-~-F:.:r-:.:.t:-~-~t-+~-+~-+-~-~+-~-~-t~:t-1:1
2CO
400
>-~.L
1
:
1
1
800
I
1500
I
2000
I
2500
3000
I
3500
I
4000
I
4500
I
5000
I
5500
11000
1
~~~- ...
k.
t-'.
LT
o.,J.
(
~
6
~
;:.:::.:::;
:!.B_
:~~~~=~~~:t:~:+~:~:i:=:~~:::::t::::::::j::::::::t::::=:{::=::::t:::::::i==-~.
1_ .-- --
:
200
I
1000
~- ...
I
500
~
I
-~-------~------~---~------~---~-----~----~------~------+-----~------+-----~------~---
---~-------~---t;utr-~---i--~----t-~-t~---r
o.s-
c..
500
: ~ftlf;~~gi~~~~-t~f~r~-
6
~
1.
.00 siio
8 lo
IOOo
---T-
1200 1.00 IE oo
uioo
2000 22DO
0.
2400
~ 00
21!00
500
1000
1500
2COO
2500
3000
3500
4000
4500
45
5000
ssoo
11000
0..
E
,aJ
500
1000
1500
2000
2SOO
3000
3500
.0000
4SQ)
$000
SS<lO
BlCO
5CO
I
1000
I
1500
2IXO
2500
3000
JS,l)
6 - 46
,e
Arus lalu-lintas
(kend/jam)
per arah
kend/iam
emp
MHV
LB
LT
MC
Datar
0
1500
2750
> 3250
1,2
1,4
1,6
1,3
1,2
1,4
1,7
1,5
1,6
2,0
2,5
2,0
0,5
0,6
0,8
0,5
Bukit
0
1100
2100
> 2650
1,8
2,0
2,2
1,8
1,6
2,0
2,3
1,9
4,8
4,6
4,3
3,5
0,4
0,5
0,7
0,4
Gunung
0
800
1700
> 2300
3,2
2,9
2,6
2,0
2,2
2,6
2,9
2,4
5,5
5,1
4,8
3,8
0,3
0,4
0,6
0,3
T~hle
a.3)
A:3-3
Hitun~
Hitung nilai arus lalu-lintas perjam rencana On 11 dalam smp/jam dengan mengalikan arus dalam
kendaraan/jam pada Kolom 2,4,6,8 dan 10 dengan emp yang sesuai pada Baris 1.1 dan 1.2,
dan masukkan hasilnya pada Kolom 3,5,7,9 dan 11; Baris 3-5. Hitung arus total dalam
smp/jam dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 14.
Hitung pemisahan arah (SP) sebagai arus total (kend./jam) pada Jurusan 1 pada Kolom 13
dibagi dengan arus total pada Jurusan 1+2 (kend./jam) pada Kolom yang sama. Masukkan
hasilnya ke dalam Kolom 13 Baris 6. SP = 0 011 -/Oou I+?-
Hitung faktor satuan mobil penumpang Fsmp = O.m/Okend dengan pembagian jumlah pada
Kolom 14 baris 5 dengan jumlah pada Kolom 13, Baris 5. Masukkan hasilnya ke dalam
Kolom 14 Baris 7.
6 - 47
b)
Arus dan Komposisi lalu-lintas untuk kelandaian khusus pada jalan 2/2 U/D
dibaw:-~h.
0:-~ta
Tentukan emp untuk arah mendaki (arah.1) dan masukkan hasilnya pada Baris 1.1
Emp Kendaraan ringan (LV) selalu 1,0
Emp Bus Besar (LB) adalah 2,5 untuk an1s lehih kecil d<lri 1.000 kend/j<lm d<ln 2,0 untuk
keadaan lainnya.
Gunakan Tabel A-3:4 atau Gambar A-3:3 dihawah untuk mt:nentukan emp Kendaraan Ber<lt
Menengah (MHY) dan Truk Besar (LTI. Jika arus Ialu-lintas dua arah lebih besar dari 1.000
kend/jam nilai tersebut dikalikan 0,7.
Emp untuk Sepeda Motor (MC) adalah 0,7 untuk arus lebih kecil dari 1.000 kend/jam dan
0,4 untuk keadaan lainnya.
12.---,----,,.----,----,,.-----,---,-....,.---:---:----,
:~ ::::::::t::::::::L:::::)::::::::::!::::::::::l::::::::::!::::::::t:::::::L::::)::::::::::
~ ~~~~~~,[~:;~m~~=:t [ ~ ~~:~
: ....
0
05
1.5
2.5
J 5
05
1.5
Panjang
(km)
0,50
0,75
1,0
1,5
2,0
3,0
4,0
5,0
2.5
3.5
Panjang (km)
Panjang (km)
Men~::ngah
emp
Gradit:nt (%)
4
3
MHV LT
MHV
LT
2,00
2,50
2,80
2,80
2,80
2,80
2,80
2,80
3,00
3,30
3,50
3,60
3,60
3,60
3,60
3,60
5,00
6,00
6,20
6,20
6,20
6,20
6,20
6,20
Tabel A-3:4
4,00
4,60
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5,00
5
MHV LT
MHV
LT
MHV
LT
3,RO
4,20
4,40
4,40
4,40
4,20
4,20
4,20
4,50
4,RO
5,00
5,00
4,90
4,60
4,60
4,60
7,30
8,60
8,60
8,50
8,30
8,30
8,30
8,30
5,00
5,30
5,40
5,40
5,20
5,00
5,00
5,00
8,00
9,30
9,30
9,10
8,90
8,90
8,90
8,90
6,40
7,50
7,60
7,60
7,50
7,50
7,50
7,50
6 -
48
Keland<~ian
khusus mendaki
b.2)
Tentukan emp untuk arah menurun (arah2) dan masukkan hasilnya pada Baris 1.2.
Tentukan emp untuk arah menurun dari Tabel atau Gambar A-3:1 dengan anggapan sama
seperti untuk alinyemen datar.
b.3)
b.4)
Hitung parameter berikut dengan cara yang sama seperti untuk alinyemen umum Iangkah a 3):
Nilai arus lalu-lintas dalam smp/jam untuk arah 1 (mendaki) dan untuk arah2 (menurun)
dimasukkan pada Kolom 3, 5, 7, 9 dan 11; Baris 3 dan 4. Tambahkan Baris 3 dan 4 untuk
mendapatkan arus total pada Arah 1+2 dalam smp/jam, yang dimasukkan pada Baris 5.
Pemisahan Arah.
6 -
49
tentan~
hamhatan
sampin~.
Masukkan pengamatan (atau perkiraan jika analisa adalah untuk tahun yang akan datang)
mengenai frekwensi kejadian hambatan samping perjam per 200m pada kedua sisi segmen
yang dipelajari, ke dalam Kolom (23) Formulir IR-2:
Jumlah pejalan kaki berjalan sepanjang atau menyeberangjalan.
Jumlah penghentian kendaraan dan gerakan parkir.
Jumlah kendaraan bermotor y<mg masuk ke/keluar dari laban samping jalan dan jalan
sam ping.
Arus kendaraan lambat, yi.an1s tntCII (kend/jCim) sepedCI, becak, delmCin, pedati dsb.
2.
Kalikan frekwensi kejadian pada Knlom 23 dengan bobot relati f dari jenis kejadian tersebut
pada Kolom 22 dan masukkan frekwensi herhohnt dari kejaclian pada Kolom 24.
3.
Hitungjumlah kejadian berbol:xlt, tennasuk semua jenis kejadian dan masukkan hasilnya pada
baris terbawah Kolom (24).
4.
Tentukan kelas hamhatan samping dari t<thel A-4: I herclasarkan basil dari langkah 3.
KPndisi khas
Frebvensi her bobot dari
kejadian (ke dua sisi jalan)
<50
50- 149
150- 249
250- 350
> 350
Tabel A-4:1
Kelas hambatan
sam ping
Sangatrendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
VL
L
M
H
VH
Jika data rinci kejadian hambatan samping tidak tersedia, kelas hambatan samping dapat ditentukan
sebagai berikut:
1.
Periksa uraian tentang 'kondisi khas' dari tahel A-4:1 dan pilih salah satu yang terbaik untuk
menggambarkan keadaan dari segmen j;llan yang dianalisa.
2.
Pelajari t(1to pada Gambar A-4:1-5 yang mewakili kekhasan, kesan pandangan rata-rata dari
masing-masing kelas hamhatan samping, dan pilih salah satu yang paling sesuai dengan konclisi
sesungguhnya, kondisi r(lta-rata lnkasi untuk periode yang dipelajari.
3.
Pilih kelas hambatan samping herdas;trkan gahungan pertimbangan pada langkah 1) dan 2)
diatas.
6 -
50
Gam bar A-4:1 Hambatan samping sangat renclah pada jalan luar kota
6 - 51
6 -
52
Gambar ..-\-4:5 Hambatan samping sangat tinggi paua jalan iuar kota
6 -
53
- - - - - - - - - - - - - - - - -
di mana:
= Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FV
FV 0
= Kecepatan arus beba::> dasar kendaraan ringan (km/jam)
FVw = Penyesuaian untuk leh:1r efektif jalur l;llu-lintas (km/jam),penamhahan
FFVsF = Faktor penyesuaian untuk kondisi hamhatan s;1mping, perkalian
FFV Rc = Faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan, perbl ian
6 - 54
Kendaraan
ringan
LV
Kendaraan berat
menengah
MHV
Bus
besar
LB
Enam-lajur terbagi
- Datar
- Bukit
- Gunung
83
71
62
67
56
45
86
68
55
64
52
40
64
58
55
Empat-lajur terbagi
- Oatar
- Bukit
- Gunung
78
68
60
65
55
44
Rl
53
62
51
39
64
58
55
74
66
58
63
54
43
78
65
52
60
50
39
60
56
53
68
65
61
61
55
60
57
54
52
42
73
69
63
62
50
58
55
52
49
38
55
54
53
53
51
II
- Bukit
- Gunung
Tabel B-1 :1
o6
Truk
besar
LT
Sepeda
motor
MC
Kecepatan arus bebas dasar untuk jalan luar kota (FV 0), tipe alinyemen biasa
Kecepatan arus bebas untukjalan delapan-lajur dapat dianggap sama seperti jalan enam-lajur dalam
Tabel B-1:1.
Untukjalan dua-lajur dua-arah pengaruh alinyemen horisontal dan vertikal adalah lebih besar dari pada
terhadap tipe jalan lainnya. Jika tersedia data rinci tentang naik+turun (m/km) dan lengkung
horisontal (rad/km) untuk segmen jalan yang dipelajari, Tabel B-1 :2 dapat digunakan sebagai
alternatif dari Tabel B-1:1 untuk mendapatkan kecepatan arus bebas dasar yang lebih tepat pada
kondisi datar (gunakan naik+turun = 5 m/km) dan pada kondisi lapangan.
6 - 55
Naik+
turun
(m!krn)
0,5- 1
1-2
2-4
4-6
6-8
8-10
68
65
63
58
52
47
43
15
67
64
62
5X
52
47
43
25
66
64
62
57
51
47
43
35
65
63
61
57
50
46
42
45
64
61
60
56
49
45
42
55
61
58
57
53
48
44
41
65
58
56
55
51
46
43
40
75
56
54
53
50
45
42
39
85
54
52
51
48
43
41
38
95
52
50
49
4(,
42
40
37
Table B-1:2
Kecepatan arus bebas dasar kendara;In ringan sebag;1i fungsi dari alinyemen Jalan.
Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD)
Nilai kecepatan arus bebas sesungguhnya bagi tipe jalan yang lain sebagai fungsi dari alinyemen
horisontal dan vertikal dapat didekati deng;m mengalikan perhedaan antara kecepatan arus bebas dasar
dan sesungguhnya dari tipe jalan 2/2 UD dengan suatu kunstanta ( diberikan di bawah) dan kemudian
mengurangkan hasilnya dari kecepatan arus dasar tipe jalan tersehut. (Lih<It sub-bagian 2.4.2 untuk
masalah dasar dari setiap tipe jalan)
Nilai konstanta adalah :
- untuk 6/2 D Konstanta = 1,45;untuk 4/2 D Knnstanta = 1,3; untuk 4/2 UD Konstanta = 1,2
Contoh:
Hitung FV untuk 4/2 UD dengan naik + turun = 15 m/km dan lengkung horisontal = 1,5 rad/km.
Untuk masalah dasar 4/2 UD, FV 0 = 74 km/jam; (dari Tabel B-1 :1)
Untuk masalah dasar 2/2 UD (SOC= A), FY 0 = 68 km/jam (dari Tabel B-1:1)
Untuk alinyemen sesungguhnya 2/2 UD, FY = 62 km/jam (dari Tahel B-1 :2).
Penyesuaian untuk 4/2 UD= (68 - 62) x 1,2 = 7,2 km/j<Im
FV untuk 4/2 UD = 74- 7,2 = 66,8 km/jam
6 -
56
--
Empat-lajur
dan Enam-lajur
terbagi
Empat-lajur
tak terbagi
Dua-lajur
tak terbagi
Table B-2:1
Lebar efekti f
jalur lalu
Iintas (We)
(m)
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
Per lajur
3,00
3,25
3,50
3,75
FVw
(km/jam)
Datar: SDC=
A,B
Gunung
-3
-3
-1
0
-2
-1
0
-1
0
2
-3
-1
0
-2
-1
0
2
-1
-1
0
2
Total
5
6
7
8
9
10
11
-11
-3
0
1
2
3
3
-9
-2
0
1
2
3
3
-7
-1
0
0
1
2
2
Penyesuai~n akibat Iebar jalur lalu-lintas (FV w) pada kecepatan arus bebas kendaraan
ringan pada berbagai tipe alinyemen
Untuk jalan dengan lebih dari enam lajur, nilai- nilai pada Tabel B-2:1 untuk jalan 6- lajur terbagi
dapat digunakan.
6 - 57
Tipejalan
1,0m
1,5 m
>2m
Empat-lajur terbagi
4/2 D
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1,00
0,98
0,95
0,91
0,86
1,00
0,98
0,95
0,92
0,87
1,00
0,98
0,96
0,93
0,89
1,00
0,99
0,98
0,97
0,96
Empat-lajur tak
terbagi
4/2 UD
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1,00
0,96
0,92
0,88
0,81
1,00
0,97
0,94
0,89
0,83
1,00
0,97
0,95
0,90
0,85
1,00
0,98
0,97
0,96
0,95
Dua-lajur tak
terbagi
2/2 UD
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1,00
0,96
0,91
0,85
0,76
1,00
0,97
0,92
0,87
0,79
1,00
0,97
0,93
0,88
0,82
1,00
0,98
0,97
0,95
0,93
Tabel B-3:1
Faktor penyesuaian akibat hambatan sam ping dan Iebar bahu (FFY sF) pada kecepatan
arus bebas kendaraan ringan
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan dengan enam lajur dapat ditentukan dengan
menggunakan nilai FFYsF untuk jalan empat-lajur yang diberikan dalam Tabel B-3:1, dengan
modifikasi seperti dijelaskan dibawah:
FFY6,SF = 1 -0,8
(1-FFV4,SF)
di mana:
FFY6.sF = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam-lajur (km/jam)
FFY 4 sF= faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan empat-lajur (km/jam)
6 - 58
=pengembangan samping
25
50
75
100
Empat-lajur terbagi
Arteri
Kolektor
Lokal
1,00
0,99
0,98
0,99
0,98
0,97
0,98
0,97
0,96
0,96
0,95
0,94
0,95
0,94
0,93
Empat-lajur tak-terbagi:
Arteri
Kolektor
Lokal
1,00
0,97
0,95
0,99
0,96
0,94
0,97
0,94
0,92
0,96
0,93
0,91
0,945
0,915
0,895
Dua-lajur tak-terbagi
Arteri
Kolektor
Lokal
1,00
0,94
0,90
0,98
0,93
0,88
0,97
0,91
0,87
0,96
0,90
0,86
0,94
0,88
0,84
Table B-4:1
Faktor penyesuaian akihat kelas fungsional jalan dan guna laban (FFV Rd pada
kecepatan arus bebas kendaraan ringan
Untuk jalan dengan lebih dari empat lajur (banyak-lajur), FFV Rc dapat diambil sama seperti untuk
jalan 4-lajur dalam Tabel B-4:1.
6 - 59
Hitung kecepatan arus bebas kendaraan ringan dengan mengalikan faktor-faktor pada Kolom (4), (5)
dan (6) dari Formulir IR-3 dan masukkan hasilnya ke dalam Kolom 7:
dimana
FV
FVo
FVw
FFVsF
FFVRC
b)
van~
lain
Walaupun tidak digunakan sebagai ukuran perilaku lalu-lintas dalam Manual ini, kecepatan arus bebas
tipe kendaraan Iaino: a dapat juga ditentukan 1nengikuti prosedur yan.:; ~iuraikan dibawah:
1.
Hitung penyesuaian kecepatan arus bebas kendaraan ringan, (km/jam) yaitu perbedaan antarct
Kolom 2 dan Kolom 7:
FFV = FV0
di mana
FFV
=
FVo
FV
=
2.
FV
Hitung kecepatan arus bebas Kendaraan Berat Menengah (MHV) seperti contoh dibawah:
FV MHV = FV MHV,O - FFV
di mana
FVMHV,O
FYo
FFV
FV MHV,O /FV 0