Anda di halaman 1dari 8

Kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, dan

kecerdasan professional
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Disusun oleh:
KELOMPOK IV
1. Wildan firdaus b (120110120081)
2. DOLIE M. S. S. (120110120083)
3. Haidar b. Ismail (120110120084)
4. arie saputra w. (120110120085)
5. pandu bagaskara (120110120086)
6. alvin moiz (120110120088)
7. agnes esa antarini (120110120089)
8. fransiskus william s. (120110120090)
9. Harry dewantara (120210110021)
10. Muhammad agung (120210110028)

Fakultas ekonomi dan bisnis


Universitas padjajaran
TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi,

kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan


kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan
berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk
menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai
dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan
pengendalian moral.
Kemudian pada tahun 1997, Daniel Goleman menemukan istilah kecerdasan
emosional, yaitu suatu kecerdasan yang digunakan untuk menghadapi kesedihan dan
kegembiraan secara tepat yang memberi kita rasa empati, cinta dan motivasi. Dan
bukunya Daniel Goleman Emotional Intelligence diungkapkan ciri-ciri orang yang
mempunyai sifat atau kualitas pribadi, diantaranya:
a. Dapat memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi
b. Dapat mengendalikan impuls diri dan menunda pemuasan
c. Dapat mengatur dan memantau suasana hati serta menjaga agar kesulitan tidak
melemahkan kemampuan berfikir.
d. Memiliki ketrampilan empati dan mengharapkan kemampuan hal-hal yang lebih baik.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional (EQ) merupakan prasyarat dasar untuk
menggunakan kecerdasan intelektual (IQ) secara efektif.
Goleman juga mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan
sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati
individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat
emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan
sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997) mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah
kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada

diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi
emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan
emosional

merupakan

komponen

yang

membuat

seseorang

menjadi

pintar

menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah
dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila
diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih
mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk
mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.
Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih
bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai
kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara
tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi
atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali
individu tidak mampu menangani masalahmasalah emosional di tempat kerja secara
memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga
perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi
kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.
Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih
mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan
emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif. Didukung pendapat yang
dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu
untuk dapat merasakan dan memahami dengan benar, selanjutnya mampu
menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi dan pengaruh
yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tidak memiliki kematangan emosi maka akan
sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan
menjadi pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu
bersikap terbuka dalam menerima perbedaan pendapat, kurang gigih dan sulit
berkembang.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional
menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan

emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial
(menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah
tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

KECERDASAN SOSIAL
Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang mencakup interaksi kelompok dan
erat kaitannya sosialisasi. Kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan untuk
mengetahui orang lain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kondisi manusia.
Menurut Buzan, kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam
pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di
sekeliling atau sekitarnya.
Suean Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar
yang membimbing seseorang ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
Stephen Jay Could, On Intelligence, Monash University: 1994, menjelaskan
bahwa kecerdasan sosial merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan
mengelola hubungan manusia. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat
fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan
dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Menurut Amstrong (1994), Komponen penting membangun kecerdasan sosial
(social intelegence) adalah komunikasi dan pendidikan. Kecerdasan sosial adalah
kematangan kesadaran pikiran dan budi pekerti untuk berperan secara sosial dalam
kelompok atau masyarakat.
Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu
sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah
satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan
kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.
Menurut definisi asli Edward Thorndike, kecerdasan sosial adalah kemampuan
untuk memahami dan mengelola pria dan wanita, anak laki-laki dan perempuan, untuk
bertindak bijaksana dalam hubungan manusia. Hal ini setara dengan kecerdasan
interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam Howard Gardner s
Teori kecerdasan ganda, dan erat terkait dengan teori pikiran.
Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya atau lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk
melakukan sosial sukses.

Definisi Teoritis
Kecerdasan sosial adalah kemampuan yang mencapai kematangan pada kesadaran
berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di
dalam menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kecerdasan sosial sangatlah
penting dalam menunjang kehidupan bermasyarakat, sukses tidak identik dengan
kemampuan IQ, karena sesungguhnya kecerdasan sosial-lah yang sangat berperan besar
dalam kehidupan. Banyak orang yang IQ nya diatas rata-rata mampu menggapai
kesuksesan dengan meningkatkan kemampuan social intelligence ini.
Komponen dan Indikator Social Intelligence
a. SI (Social Intelligence) internal

Keinginan untuk bersosial dari dalam diri

Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain

Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain

b. SI (Social Intelligence) eksternal

Adanya pengaruh untuk bersosialisasi

Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial

Bersosial karena adanya faktor yang lain (supaya mendapat sanjungan dan pujian

dari orang lain)


Model Social Intelligence Menurut Para Ahli
Pada tahun 2005, Karl Albrecht mengusulkan sebuah model social intelligence
yang terdiri dari lima poin dalam bukunya Social Intelligence: Ilmu Baru Sukses, yaitu
SPACE
1) Situational awareness (kesadaran Situasional)
2) Presence (Kehadiran)
3) Authenticity (Keaslian)
4) Clarity (Kejelasan)
5) Empathy (Empati)

Penulis sains populer Daniel Goleman mengusulkan bahwa kecerdasan sosial


terdiri dari:

kesadaran sosial (termasuk empati dan kognisi sosial )

fasilitas sosial (termasuk sinkroni, presentasi-diri , pengaruh , dan kepedulian)

Pengaruh Social Intelligence terhadap Kesuksesan


Sosial IQ adalah ukuran kecerdasan sosial. IQ Sosial didasarkan pada 100 titik
skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140) dianggap sangat tinggi.
Sosial IQ diukur dengan teknik tanya jawab. Orang dengan IQ sosial yang rendah akan
dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan jika orang yang berusia dewasa. Cara
yang baik untuk mengukur IQ Sosial adalah dengan menggunakan sistem IQ dasar,
disesuaikan dengan keterampilan sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial 85-115.
Orang dengan IQ sosial di bawah 80 mungkin memiliki gangguan spektrum
autisme, seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini mungkin
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan keterampilan
sosial atau dukungan tambahan dari spesialis jiwa. Orang-orang ini sulit mendapatkan
pekerjaan karena mereka tidak memiliki komunikasi interpersonal yang diperlukan dan
keterampilan sosial untuk sukses dalam angkatan kerja. Orang-orang ini dapat bekerja
dengan baik dalam pekerjaan meja kantor, pekerjaan rumah atau pekerjaan yang tidak
memerlukan banyak interaksi, seperti konstruksi.
Orang dengan IQ sosial atas 120 dianggap sangat sosial terampil dan menyesuaikan
diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan yang melibatkan
kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.
Lihat tabel berikut
Tingkat Sosial Intelligence
120 (diatas rata-rata sosial dewasa untuk usia)
110
100 (rata-rata)
90
80
70 (dibawah rata-rata)
60
50
40
30
20
Meningkatkan Kecerdasan Sosial

Umur
20.4
18.7
17
15,3
13,6
11,9
10,2
8,5
6,8
5,1
3,4

Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk meningkatkan kecerdasan sosial,
diantaranya:

Tubuh bicara lebih banyak

Tubuh dapat lebih banyak bicara dari kata-kata.

Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain.

55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik.

Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih,

senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup,antusias, percaya diri,
minder, cemas dsb.

Sadarilah hal tersebut.

Mendengarkan aktif

KECERDASAN PROFESIONAL
Untuk memahami kecerdasan profesional, kita harus memahami apa itu profesional.
Profesional adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi
atau ciri orang yang profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain
memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni bidang
keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan
inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing untuk
tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.
Kecerdasan profesional dapat diukur dengan bagaimana seseorang bersikap,
bertingkah laku dan berbuat dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan seharihari. Kecerdasan professional adalah kecerdasan seorang manusia untuk melakukan
tugasnya dengan disertai sikap dan etika yang baik.
Mereka yang baru mulai belajar dan mempunyai pola pikir instan tidak akan pernah
menjadi seorang yang memiliki kecerdasan profesional. Sikap dari seseorang yang
memiliki kecerdasaan professional antara lain:
1. Seorang profesional yang berpikir instan akan menghasilkan karya yang bagus
karena didukung oleh pengetahuan dan pengalamannya.
2. Seseorang yang memiliki kecerdasan profesional mengerjakan hal-hal detail yang
orang lain menyepelekannya.
3. Seseorang yang memiliki kecerdasan professional pasti mau bekerja keras, tidak
cepat puas, dan ingin terus menjadi baik.
4. Orang yang memiliki kecerdasan profesional membuat sesuatu yang rumit menjadi
lebih sederhana, bukan sebaliknya.

5. Orang yang memiliki kecerdasan profesional fokus dan ahli pada satu bidang, bukan
mengerjakan banyak bidang setengah-setengah.
6. Seorang yang memiliki kecerdasan professional mau bekerja dalam segala kondisi,
baik dalam kondisi yang ia suka maupun tidak suka.
Karakteristik Seseorang yang Memiliki Kecerdasan profesional

Tanggung jawab
o

Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya

Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau

masyarakat pada umumnya.

Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang

menjadi haknya.

Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri

kebebasan dalam menjalankan profesinya.


Kalau begitu kecerdasaan profesional sangat mencakup dalam semua aspek yang
mempengaruhi kehidupan dengan segala hal dalam lingkungan kita. Agar memiliki
kecerdasaan profesional, kita harus memahami Pancasila, karena kecerdasan
profesional terkandung dalam Pancasila dan Pancasila mencakup semua aspek yang
berhubungan dengan ruang lingkup kecerdasaan professional itu.

Anda mungkin juga menyukai