2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana perbedaan sistem pengadaan Just In Time (JIT) dan Spekulatif? Sebutkan
kelebihan dan kekurangan masing-masing!
7.
8.
9.
12.
Laporan apotek apa saja yang harus dilaporkan tiap bulan dan tiap 3 bulan?
13.
Berdasarkan PP 51/2009:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
16.
17. Apa yang dimaksud dengan pajak PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29?
18. Pembagian keuntungan meliputi premi, deviden, frenchise, dan royalty. Atas dasar
apakah pembagian keuntungan dari masing-masing tersebut?
19. Bagaimana syarat penyimpanan narkotik sesuai dengan UU No. 35/2009?
20. Bagaimana rumus pemberian harga untuk Resep, OB/OBT dan OWA?
21.
22. Untuk Ilmu Resep, singkatan latin, penulisan etiket, copi resep, dan Rumus perhitungan
dosis dipelajari yah
Selamat mengerjakan
Bersungguh-sungguhlah. Jangan sia-siakan waktu dan biaya mahal yang telah orang tua
habiskan untuk pendidikan kita.
Belajar=Ibadah !!!
Jawaban:
1.
DMC (Drug Management Cycle) adalah suatu siklus yang didalamnya terdapat masingmasing unsur pokok yaitu (selection, procurement, distribution dan use), dimana unsureunsur tersebut mempunyai fungsi pokok / sebagai pengarah dalam menentukan kebijakan
kedepan.
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan suatu siklus
yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan,
pengadaan, distribusi serta penggunaan. Pada dasarnya, manajemen obat di apotek adalah
bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik
dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien
agar obat yang diperlukan oleh dokter dan pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam
jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.
a.
Seleksi
Proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
sediaan, kriteria pemilihan, standarisasi/penyusunan formularium.
b.
Procurement
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan disetujui, dapat
melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan. Diharapkan memperoleh
pembekalan yg efisien (tak terjadi stock out).
c.
Distribution
Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan obat bagi
pasien dan mutu obat yang terjagaProses penyaluran obat dari IFRS/ apotek ke pasien untuk
menjamin ketersediaan obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga.
d.
Use
Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan pengguanaan yang tepat
untuk pasien.
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen (management
support) yang meliputi organisasi, keuangan atau finansial, sumber daya manusia (SDM), dan
sistem informasi manajemen (SIM). Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus
didukung oleh keempat faktor tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat dinaungi/dibatasi oleh bingkai kebijakan dan
peraturan perundang-undangan. Siklus pengelolaan obat tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
2.
Metode Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Ada beberapa macam metode
perencanaan, metode konsumsi, metode epidemiologi, serta kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi. Pemilihan metode disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
a.
Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada jumlah kebutuhan
riil obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan
obat tahun sebelumnya. direncanakan berdasarkan pengeluaran barang pada periode
sebelumnya. Jadi, kita harus memantau obat apa yang paling banyak dikeluarkan pada priode
sebelumnya. Sehingga kita perlu mengelompokkan barang menjadi 2 yaitu barang yang fast
moving dan slow moving. Metode ini banyak digunakan di Apotek.
Metode konsumsi digunakan untuk: Obat atau alkes yang sudah mempunyai data konsumsi
yang mantap, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per kasus penyakit.
Misal: 1). Infus cairan dasar (RL, D5%, NACL dll).
2). Injeksi antibiotika generik, inj generik.
3). Alat kesehatan habis pakai spuit, infuset, IV Cateter dll.
Kelebihan:
1)
2)
Bila data konsumsi lengkap dan pola preskripsi tak berubah, pola perskripsi relatif
konstan maka kelebihan stock sangat kecil.
3)
Mudah.
4)
Sederhana.
5)
Kekurangan:
1)
Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan preskripsi.
2)
Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stock obat lebih dari 3 bulan, obat
berlebih, atau adanya kehilangan.
3)
4)
5)
6)
Obat macet.
b.
Metode morbiditas yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. perencanaan didasarkan pada
penyebaran penyakit, wabah, atau penyakit yang paling banyak di daerah itu. Bisa juga kita
mencari informasi di daerah tersebut mengenai 10 jenis penyakit tertinggi yang sering
diderita masyarakat sekitar. Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk
beban kesakitan (morbidity load), yaitu didasarkan pada penyakit yang ada atau yang paling
sering muncul dimasyarakat. Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit.
Metode epidemiologi bertujuan untuk:
1)
Mengetahui kebutuhan perbekalan kesehatan suatu populasi masyarakat tertentu (obat
program KB, obat program imunisasi).
2)
c.
Direncanakan berdasarkan barang yang banyak dikeluarkan dan epidemiologi penyakit pada
periode saat itu. Misalnya pada bulan puasa banyak yang mencari/menggunakan obat maagh,
maka kita sediakan obat maagh yang banyak untuk saat itu. Metode ini untuk menutupi
kelemahan kedua metode diatas. Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau
alkes yang mana telah mempunyai data konsumsi yang mantap namun kasus penyakit
cenderung berubah (naik atau turun). Metode kombinasi digunakan untuk mengikuti
perkembangan perubahan pola penyakit dan perubahan-perubahan terkait dan secara terus
menerus melakukan analisis data. Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi
epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus
atau analisa trend). Koreksi tersebut dapat berupa penambahan bila kasus epidemiologi naik,
berupa pengurangan bila kasus epidemiologi turun.
Metode kombinasi digunakan untuk:
a.
Untuk obat dan alkes yang terkadang fluktuatif maka dapat menggunakan metode
konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan, perubahan
pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan kesehatan.
b.
Farmasis harus mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit, dan perubahanperubahan terkait dan secara terus menerus melakukan analisa data.
c. Harus disertai kesepakatan penatalaksanaan terapi/tindakan antara pihak SMF, Farmasi,
pihak manajemen RS.
d.
Farmasi perlu sering berkomunikasi dengan pihak terkait dan memonitor jumlah
tindakan/kunjungan dan persediaan obat.
Cara pembelian ini erat hubungan dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok
obat/barang sangat penting untuk mengetahui obat/barang mana yang laku keras dan mana
yang kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kartu stok. Selanjutnya
dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item.
Pengadaan secara intuisi, dilakukan pada sediaan farmasi yangdiperkirakan akan mengalami
peningkatan permintaan dalam kurun waktutertentu, misalnya karena adanya pengaruh wabah
suatu penyakit.
3)
Spekulasi, dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan untuk
mengantisipasi akan adanya kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau
bonus untuk pembelian jumlah besar. Pembelian/pemesanan dilakukan dengan pertimbangan
diskon, adanya penawaran bonus barang dan ada kemungkinan kenaikan harga. Metode
spekulasi harus dipertimbangkan kecepatan aliran barang karena bisa jadi apotek rugi karena
harus membeli dalam jumlah besar akibat mengejar diskon, bonus atau ada kemungkinan
kenaikan harga sehingga barang menumpuk. Apotek bisa untung jika barang tersebut fast
moving cepat laku atau solusi lain beli dalam jumlah besar namun bonusnya bagi dengan
apotek lain jadi kerja sama dengan apotek lain. (Kekurangan: obat menumpuk. Jadi,
solusinya Spekulasi terencana yiatu boleh spekulasi tapi untuk obat fast moving). Cara
pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan ada
kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau bonus. Meskipun
pembelian secara spekulasi memungkinkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar tetapi
cara ini mengandung resiko yang besar untuk obat-obat dengan waktu kadaluarsa yang
relative pendek dan yang bersifat slow moving.
4)
Konsinyasi, pemilik barang menitipkan barang kepada apotek.Apotek hanya membayar
barang yang terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti
ini biasanya dilakukan pada produk baru. Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF
menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian
dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka
barang dapat dikembalikan.
5)
JIT (just in time), pembelian dalam jumlah kecil/terbatas, jika sedang butuh, baru
memesan atau membeli, biasanya meode ini dipilih untuk barang yang mahal, lama laku, dan
keluarnya sedikit.
(Kekurangan: barang kosong).
Tender
Pembelian dg nilai lebih dari 100 juta dilakukan dengan pengumuman terbuka di media
massa, dan diikuti oleh rekanan-rekanan yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan.
1)
Tender terbuka/lelang
a)
b)
2)
a)
b)
Harga dapat dikendalikan, beban kerja lebih ringan daripada lelang terbuka.
b.
1)
Dilakukan pendekatan langsung dengan rekanan terpilih untuk tawar-menawar untuk
mencapai persyaratan spesifik, harga, penetapan jumlah service delivery,dibuat suatu
perjanjian
c.
Pembelian/pemilihan langsung ke distribusi untuk persediaan yang perlu segera
tersedia. Pembelian dengan sistem membandingkan harga antara 2 atau lebih rekanan, untuk
kemudian dipilih yang terendah harganya. Nilai pengadaan antara 50-100 juta.
d.
Penunjukan langsung
JIT
Ket: RS Negeri: a, c, dan d (metode pembelian di RS Negeri (Per Pres No 54 th 2010 ttg
pengadaan barang/jasa pemerintah).
RS Swasta: b, c, e
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi.
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan steril atau
non steril untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Donasi/hibah, Pemberian/sumbangan.
4. Procurement terdiri dari 2 proses yaitu :
a. Perencanaan
b. Pengadaan
5.
Sistem pengadaan yang tepat di daerah yang terpencil adalah terencana. Pengadaan
dengan metode terancana yaitu:
a. PBF berada di luar kota. PBF berkunjung tidak tiap hari, dan pengiriman tidak setiap hari.
b. Barang laku/fast moving.
c.
6.
7.
a. Kredit, yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh tempo/tenggang waktu (21-45 hari)
yang biasanya dilakukan 21 hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk PBF dari luar
kota) setelah barang dating, biasanya tidak ada diskon, mungkin ada diskon pada pabrik
tertentu tergantung kebijakan pabrik.
b.
COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsung cash ketika barang
dating/diterima. Biasanya dilakukan pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia
Farma/psikotropik ataupun pembelian obat-obatan dengan tunai/yang memberikan bonus
(spekulasi). Biasanya ada diskon 1-1,5% disamping diskon cash 5%.
c. Cash/tunai, pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo maksimal 2 minggu, biasanya
ada diskon (missal 5%).
d. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan setelah
barang sudah laku di jual di apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF
menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian
dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka
barang dapat dikembalikan.
8.
COD ( Cash On Delivery) harus dilakukan yaitu untuk barang barang narkotik dari PBF
kimia farma. Ketika barang datang, pembabayaran tunai langsung dilakukan.
a.
Pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma (wajib/mutlak COD), psikotropika
(terkait peraturan perundang-undangan).
b. Jika metode pembeliannya dengan pembayaran tunai misalnya spekulasi untuk mengejar
bonus atau diskon.
9.
profil
3. Efektif (efficacy) dan aman (safety) berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat.
4. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk manfaat
secara financial (memenuhi kriteria cost-benefit ratio terhadap biaya pengobatan total).
5. Jaminan kualitas/mutu termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.
6. Sedapat mungkin sediaan tunggal (single compound).
7. Terbukti performance dari berbagai setting (efikasi sama ditempat berbeda).
11. Jika ada barang datang beserta fakturnya maka yang dilakukan adalah:
Mengecek kesesuaian barang yang datang dengan yang tertera difaktur serta sesuaikan juga
dengan SP (Surat Pesanan) yaitu jumlah dan jenis barang, Expired Date/waktu kadaluarsa dan
No. Batch. Jika sesuai maka faktur dicap dan ditandatangani kemudian 1 lembar untuk apotek
diambil lembar selebihnya diserahkan kembali kepada yang mengantarkan barang pesanan
tersebut. Selanjutnya barang yang baru dating harus ditulis dibuku barang dating (manual)
dan/atau diinput dikomputer (komputerisasi) dengan keterangan: Nomor urut barang, tanggal
SP, nomor faktur, nama PBF, nama obat, nomor batch, jumlah barang, harga satuan, diskon,
total harga, ED. Barang ini disimpan digudang (jika ada) atau ditata dietalase obat, dan
dicatat dikartu stok dan buku ED.
Atau
1. Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan jumlah barang),
kemudian dicocokkan/pengecekkan (ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis
dan jumlah obat).
2. Jika sesuai maka faktur ditanda tangani oleh Apoteker / AA ( nama terang, SK dan cap
Apotek).
3. Faktur asli akan diperoleh jika sudah melunasi pembayaran obat.
4. Obat yang diperoleh dicatat di buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang
mengirim barang, harga barang dan No. Batch. No. batch penting karena sewaktu waktu
BPOM dapat menarik obat-obat tertentu dengan no. batch tertentu.
b.
Neraca.
b.
Laporan Laba/Rugi.
b.
c.
b.
apotek,
b.
c.
puskesmas,
d.
klinik,
e.
f.
praktek bersama.
c.
1)
Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
2)
STRA Khusus adalah surat tanda registrasi bagi Apoteker lulusan luar negeri yang akan
menjalankan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia harus memiliki STRA setelah melakukan
adaptasi pendidikan.
3)
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah
diregistrasi.
d.
1)
Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek, Puskesmas
atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit. (Apoteker bekerja dipelayanan).
Dan pada pasal 52:
SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping.
2)
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada
fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran. (Apoteker bekerja di PBF dan
industri).
Dan pada pasal 52:
SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas
Kefarmasian.
e.
f.
Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masingmasing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi
Sediaan Farmasi.
g.
h.
1)
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a hanya dapat melaksanakan
praktik di 1 (satu) Apotik, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.
2)
Apoteker pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b hanya dapat
melaksanakan praktik paling banyak di 3 (tiga) Apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit.
i.
c.
Communicator : Farmasis harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup
baik dengan pasien, teman sejawat maupun profesi kesehatan yang lain.
d.
e.
Manager : Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya manusia (manusia,
fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam
tim kesehatan.
f.
Life Long Learner : Farmasis harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat
belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan
keterampilan selalu baru (Up-date) dalam melakukan praktik profesi.
g.
Teacher : Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih farmasis
generasi mendatang..
h.
17. Pajak penghasilan PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29 adalah:
a.
Rp. 13.200.000,00
Rp. 1.100.000,00
Tambahan untuk pegawai yang kawin
Rp. 1.200.000,00
Rp. 100.000,00
Tambahan untuk setiap anggota keluarga yang sedarah, paling banyak 3 orang
Rp. 1.200.000,00
Rp. 100.000,00
Langkah perhitungan:
1)
NETTO
Pajak Terhutang
c.
PPH pasal 23 adalah pajak yang dibayar oleh wajib pajak yang memiliki
usaha/pemegang saham suatu usaha, pengenaan pajak atas deviden. Mengatur pajak bagi
apotek yang berbentuk badan usaha. PPh pasal 23 mengatur pajak bagi apotek yang
berbentuk badan usaha. PPh 23 adalah pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan
berupa deviden, bunga royalti, sewa, hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa tertentu.
Besarnya PPh pasal 23 adalah deviden dikenai 15% dari keuntungan yang dibagikan.
PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden,
bunga royalty, sewa, hadiah, penghargaan dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh pasal 23
adalah deviden dikenai 15% dari keuntungan yang dibagikan, juga konsultan hokum,
konsultan pajak dan jasa lainnya dikenai pajak 15% x 50%.
PPH 23 = dividen x 15%
d.
PPH pasal 25 adalah angsuran pajak yang dibayarkan tiap bulan. Mengatur pajak
pribadi maupun badan usaha. PPh pasal 25 mengatur pajak bagi pribadi maupun badan usaha.
PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan sebesar 1/12 dari pajak
keuntungan bersih tahun sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat
diketahui sisa hasil usaha/SHU atau keuntungan). PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak
yang berupa cicilan tiap bulan sebesar 1/12 dari pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya,
angsuran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dari pajak keuntungan bersih tahun
sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat diketahui sisa hasil
usaha/SHU atau keuntungan). PPh pasal 25 ini dibayarkan dalam bentuk SPT Masa dan SSP
setiap bulan.
PPH 25 =
e.
PPH Pasal 28 adalah pajak terhutang < angsuran kredit pajak (lebih bayar). Apabila
jumlah pajak terhutang lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan
pemeriksaan kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan PPh pasal 28. Apabila
jumlah pajak terutang lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan
pemeriksaan kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan PPh pasal 28.
PPH 28 = Pajak terhutang angsuran 1 tahun
= - (artinya lebih bayar)
f.
PPH Pasal 29 adalah pajak terhutang > angsuran kredit pajak (kurang bayar). Apabila
jumlah pajak terhutang untuk 1 tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak maka harus
dilunasi dengan PPh pasal 29. Apabila jumlah pajak terutang untuk satu tahun pajak lebih
besar dari jumlah kredit maka harus dilunasi sesuai dengan PPh pasal 29.
PPH 28 = Pajak terhutang angsuran 1 tahun
= + (artinya kurang bayar).
18. Pembagian keuntungan premi, deviden, frenchise, dan royaltay atas dasar:
a.
b.
c.
d.
19. Syarat penyimpanan narkotik sesuai dengan UU No. 35/2009 Pasal 14 ayat 1:
Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
Tata
cara
penyimpanan
narkotika
diatur
dalam
Peraturan
Menkes
RI
No.28/Menkes/Per/VI/1978. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus
mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik.
Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b.
c.
Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan
untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian
kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
d.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm,
maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai.
e.
Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika,
kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
f.
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
g.
Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.