2007
The Variation Of Microsatellite DNA Among Fat, Medium And Thin Tail Local
Sheeps
C. Sumantri* U.Fauzi** dan A. Farajallah**
Departemen Biologi, Bagian Zoologi FMIPA dan Bagian Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, IPB
Email:
ABSTRACT
Background: The application of genetics molecular marker for selection and breeding dramatically has changed the
animal genetic quality. The objectives of this study were to evaluate a genetic variation and to examine a genetic
distance from fat, medium and thin tail local sheeps through CSSM018, ILST054 and IDVGA30 micro satellite loci.
Methods: A total 96 head of the local sheeps namely 48 fat, 24 medium and 24 thin tails respectively were used in this
study. The genetic variation for each population was calculated into allelic forms involving total number of alleles,
mean number of alleles per locus, frequency of each allele for each population; whereas heterozygosis and the genetic
distance were calculated according to Nei (1987).
Result: The result showed that the allelic distribution at each locus of CSSM018, IDVGA30 and ILSTS054 had the
allelic polymorphism of 5,4 and 4 respectively. CSSM018 locus had the highest variation compared to ILST054 and
IDVGA30 loci. The frequency of D allele of CSSM018 was 0,7927 and an allele of the IDVGA30 was 0,7917. These
two alleles were identified only for the fat tail sheep. The B allele of ILSTS054 was 0,7708 and found only for the
medium tail sheep. The heterozygous value () of CSSM 018 locus was the highest (0,5607) in the fat tail, moderate in
the medium tail (0,5523) and the lowest in the thin tail (0,4885). The heterozygous value () of ILSTS054 was 0,3375
for the fat tail, 0,3511 for medium tail and 0,3768 for thin tail respectively. The genetic distance of thin tail sheep to
medium tail was shorter (0,7558) compared to the fat tail (0,8011).
Key words: Local sheeps, microsatellite DNA and genetic distance
Keragaman DNA Mikrosatelit Pada Domba Lokal Ekor Gemuk, Sedang Dan Tipis
ABSTRAK
Latar Belakang : Aplikasi penanda genetik molekuler untuk seleksi dan pemuliaan secara dramatis telah meningkatkan
mutu genetik ternak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman DNA mikrosatelit dan jarak genetik dari
lokus SSM018, IDVGA30 dan ILSTS054 antara domba Ekor Gemuk (DEG), Sedang (DES) dan Tipis (DET).
Metode: Sejumlah 96 ekor domba lokal meliputi 48 ekor gemuk, 24 ekor sedang dan 24 ekor tipis digunakan dalam
penelitian. Keragaman genetik untuk setiap populasi domba dihitung dalam bentuk alel meliputi total jumlah alel,
jumlah alel per lokus, frekuensi alel dari setiap populasi; sedangkan keragaman () dan jarak genetik (D) dianilisis
berdasarkan Nei (1987).
Hasil: Hasil distribusi alel dari setiap lokus CSSM018, IDVGA30 dan ILSTS054 menunjukkan adanya polimorfisme
dengan masing-masing jumlah alel adalah 5,4 dan 4. Alel D pada lokus CSSM 018 dan alel A pada lokus IDVGA hanya
ditemukan pada ekor Gemuk, sedangkan alel B pada lokus ILSTS 054 hanya ditemukan pada ekor sedang. Nilai
heterozigositas berkisar antara 0,3375-0,5607. Lokus CSSM 018 pada ekor gemuk memiliki keragaman yang paling
tinggi ( = 0,5607), dengan nilai rataan heterozigositas () berkisar antara 0,4645 - 0,4694. DET mempunyai jarak
genetik yang lebih dekat dengan DES (D=0,7558), Jarak genetik antara ekor sedang dengan ekor gemuk lebih dekat
(0,7804), bila dibandingkan dengan DEG (D =0,8011).
Kata kunci: Domba lokal, DNA mikrosatelite dan jarak genetik.
* Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
** Departemen Biologi, FMIPA IPB Bogor.
PENDAHULUAN
Penanda genetik dapat diidentifikasi dengan
berbagai teknik meliputi: teknik Restriction
Length
polymorphisms
(RFLP),
Random
Amplyfied Polymorphism DNA (RAPD), DNA
minisatelit dan DNA mikrosatelit. Marka
Pembantu Seleksi (Marker Assisted Selectian
/MAS) terbukti mampu meningkatkan nilai
genetik ternak dalam program pemuliaan.
Identifikasi marka genetik yang bermanfaat
merupakan langkah awal dan kritis untuk
mendapatkan Marka Pembantu Seleksi (MAS).
Aplikasi penanda genetik molekuler untuk
seleksi dan pemuliaan secara dramatis telah
meningkatkan mutu genetik ternak (Bawden dan
Nicholas, 1999). Mikrosatelit yang paling banyak
dijumpai pada mamalia adalah (dC-dA)n dan (dTdG)n (Moore et al.,1991). Mikrosatelit merupakan
penanda genetik yang sering digunakan untuk
mempelajari sistem perkawinan dan struktur
populasi (Steffen et al. 1993), pautan (linkage),
pemetaan kromoson, dan analisa populasi (Silva
et al., 1999). Mikrosatelit adalah runutan DNA
pendek yang berulang (1-5bp) dan total
panjangnya 10-100bp, mikrosatelit juga disebut
sebagai STRs (Short Tandem Repeats).
Runutan DNA yang berulang (DNA satelit,
DNA mini satelit dan DNA mikrosatelit) dalam
genom total berjumlah 15%. DNA mikrosatelit
ditemukan pada prokariot dan eukariot termasuk
pada mamalia (Bennett, 2000). Mikrosatelit
banyak digunakan oleh peneliti sebagai marka
karena
keberadaanya
melimpah,
bersifat
kodominan dan sangat polimorfik (Bennett,
2000). Penelitian tentang DNA mikrosatelit
CSSM 018, ILSTS 054, dan IDVGA 30 untuk
populasi terbatas pada domba Garut sudah
dilakukan dan menunjukkan adanya hubungan
positif dengan bobot badan (Hidayat, 2005), tetapi
distribusi penyebaran alel-alel tersebut pada
populasi domba ekor gemuk, sedang dan tipis
masih kurang. Penelitian bertujuan untuk
mendapatkan data dasar tentang keragaman
karakteristik genotipik dan alel-alel spesifik untuk
pertumbuhan yang dapat digunakan untuk
kebijakan pengembangan dan perbaikan mutu
genetik domba lokal.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan dari bulan
Februari sampai dengan bulan April 2006 di
Jurnal Protein
2.
Ekstraksi DNA
Ekstrasi DNA dilakukan dengan sedikit
memodifikasi metode Sambrook et al (1989)
dengan menggunakan buffer lisis sel (350 l
1xSTE, dan 40 l 10% SDS) dan 20 l
proteinase-K. DNA dimurnikan dengan
metode fenol-kloroform, yaitu dengan
menambahkan 40 l 5 M NaCl dan 400 l
fenol dan kloroform iso amil alkohol (CIAA).
DNA diendapkan dengan 40 l 5 M NaCl dan
800 l etanol absolut, dan endapan dicuci
dengan menambahkan 400 l, 70% etanol
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
12000 rpm selama 5 menit, kemudian etanol
dibuang dan diuapkan dengan menggunakan
pompa vakum. DNA kemudian dilarutkan
dengan 80 l 80% buffer TE.
Vol.14.No.1.Th.2007
3.
4.
6.
Analisis Data
Frekuensi masing-masing alel setiap lokus
mikrosatelit dihitung berdasarkan rumus Nei
(1987) :
Xi = (2nii + nij) / (2N)
Keterangan : j 1
Xi = frekuensi alel ke-i
nij = jumlah individu untuk genotip AiAj
nii = jumlah individu untuk genotip AiAi
N = jumlah sampel
Derajat heterozigositas () dihitung
berdasarkan frekuensi alela pada tiap lokus
DNA mikrosatelit dengan rumus Nei (1987)
sebagai berikut:
= 2n (1-xi2) / (2n-1)
Keterangan : xi = frekuensi alel Lokus ke-i
n = jumlah sampel
= heterozigositas lokus
Ragam heterozigositas (Vsl()) diantara
individu dalam satu kesatuan frekuensi alela
populasi pada tiap lokus DNA mikrosatelit
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2
Vsl() =
2n(2n-1)
dan standar error (SE) diperoleh dari akar
ragam heterozigositas.
Rerata heterozigositas () dari semua
lokus DNA mikrosatelit yang diuji (r)
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= j / r
Keterangan : j =
5.
Penentuan
Posisi
Pita
DNA
Mikrosatelit
Jika terdapat dua pita maka sampel
tersebut bersifat heterozigot dan jika terdapat
satu pita maka bersifat homozigot. Untuk
memudahkan skoring pita yang paling bawah
diberi sandi A dan selanjutnya B, C, dan
seterusnya sampai pita paling atas. Asumsi
yang mendukung yaitu semua pita yang
memiliki laju sama merupakan alel yang
homolog (Nei, 1987).
derajat heterozigositas
untuk lokus ke-j
r = jumlah lokus yang diuji
= rataan heterozigositas
Jurnal Protein
1.
Variasi Alel
Sekuen DNA yang berbeda pada lokus
yang sama disebut sebagai alel (Nei dan
Kumar, 2000). Alel ditentukan oleh variasi
pita DNA yang muncul pada PAGE
(Polyacrylamide
Gel).
Keragaman
mikrosatelit disebabkan karena adanya variasi
dalam jumlah pengulangan runutan basa.
Perbedaan yang muncul dianggap sebagai alel
yang berbeda. Perbedaan alel yang dihasilkan
disebabkan perbedaan jumlah pengulangan
basa (Bennet, 2000). Gambar 1, 2 dan 3
memperlihatkan pola elektroforesis lokus
CSSM018, ILST054 dan IDVGA30.
Vol.14.No.1.Th.2007
Frekuensi Alel
Berdasarkan
jumlah
alel,
lokus
CSSM018 juga memiliki jumlah alel yang
lebih bervariasi dibandingkan dengan jumlah
alel pada Lokus ILSTS054 dan Lokus
IDVGA-30 (Tabel 2.). Domba Ekor Gemuk
memiliki variasi alel yang lebih tinggi pada
masing-masing lokus, yaitu 5 macam alel
pada lokus CSSM018 dan 4 macam alel pada
lokus IDVGA-30 dan tiga macam pada lokus
ILSTS054. Alel D pada lokus CSSM018, dan
alel A pada lokus IDVGA30 hanya ditemukan
pada Domba Ekor gemuk (DEG), sedangkan
Keragaman Genotipe
Nei dan Kumar (2000) menyatakan
bahwa variasi genetik terjadi jika terdapat dua
alel atau lebih dalam suatu populasi (biasanya
lebih dari 1%). Berdasarkan jenis genotipe,
lokus CSSM018 memiliki genotipe yang lebih
bervariasi yaitu terdiri atas 9 genotipe
dibandingkan dengan lokus ILSTS054 dan
Jurnal Protein
Nilai Heterozigositas
Nilai heterozigositas () merupakan
cara yang paling akurat untuk mengukur
variasi genetik, heterozigositas disebut juga
sebagai keragaman gen (Nei, 1987). Tabel 4
memperlihatkan lokus CSSM018 mempunyai
nilai heterozigositas (0,4885 sampai 0,5607)
hampir sama dengan lokus IDVGA30
(0,4901=0,5405)
tetapi
lebih
tinggi
dibandingkan dengan lokus ILSTS054
(0,3511=0,3768). Keragaman genetik dalam
populasi
diukur
dengan
rata-rata
Tabel 4. Nilai Hetrozigositas () dan
30 dan ILSTS 054
Bangsa
Domba
CSSM 018
DEG
0,56070,0018
DES
0,55230,0018
DET
0,48850,0053
ILST 054
DES
(24)
0,6250
0,3333
DET
(24)
0,6250
0,2083
0,0833
0,0417
0,0833
ILSTS 054
0,33750,0030
0,35110,0059
0,37680,0056
() SE
0,46940,0022
0,46450,0039
0,46860,0040
Vol.14.No.1.Th.2007
5.
Tabel 7. Nilai Diferensiasi Genetik Domba Ekor Tipis (DET), Domba Ekor Sedang
(DES) dan Ekor Gemuk (DEG)
Bangsa Domba
HT
HS
DST
GST
DEG
0,4649
0,3953
0,0696
0,1497
DES
0,4623
0,4052
0,0571
0,1235
DET
0,4615
0,2834
0,1781
0,3858
Jarak genetik adalah perbedaan antara
populasi atau spesies pada tingkat gen yang
diukur berdasarkan nilai numerik. Jarak
genetik dihitung berdasarkan frekuensi
genetik pada subpopulasi. Cara pengukuran
Tabel 8. Jarak Genetik Domba Ekor Tipis (DET), Sedang (DES) dan Gemuk (DEG)
Bangsa
Bangsa
DET
DES
DEG
DET
0,0000
0,7558
0,8011
DES
0,0000
0,7804
DEG
0,0000
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Lokus CSSM018 memiliki variasi genotipe
dan alel yang tinggi. Alel D pada lokus CSSM
018 dan Alel A pada lokus IDVGA 30 dapat
dijadikan sebagai alel spesifik untuk domba ekor
gemuk (DEG), sedangkan alel B pada lokus
ILSTS054 untuk domba ekor sedang (DES).
Lokus CSSM018 mempunyai nilai heterozigositas
paling tinggi ( = 0,5607) pada ekor gemuk. Ekor
tipis memiliki jarak genetik dengan ekor sedang
(D=0,7558) dan dengan ekor gemuk (D=0,8011),
sedangkan ekor sedang dengan ekor gemuk
(D=0,7804).
1.
2.
Bennet,
P.
2000.
Microsatellites.
J.Clin.Pathol:Mol.Pathol ;53:177-183
3.
bovine
DNA
markers.
Natl.Acad.Sci.91:3019-3023.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jurnal Protein
Proc.
12.
13.
14.
15.
16.
17.