1.
Pengertian Filsafat
Filsafat atau falsaah berasal dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Arab, kata ini merupakan kata
benda- kerja yang diturunkan dari kata philosophia, yang merupakan gabungan dari philos, yang
artinya cinta dan Sophia, yang artinya kebijaksanaan. Oleh karena itu philosophia artinya cinta
kebijaksanaan. Plato menyebut Socrates sebagai seorang Philosophos dalam pengertian seorang
pecinta kebijaksanaan.
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada [agama] lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual
orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta,
sekarang dipesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah
murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah
Komentar-komentar karya Plato belaka. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat
besar pada sejarah filsafat. Buku karangan plato yg terkenal adalah berjudul etika, republik,
apologi, phaedo, dan krito.
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan
nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia
sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat
dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan
hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang
studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat
dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan.
Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia.
Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.
2.
Karena sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula orang mempelajarinya,
dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara membahasnya agar orang yang mempelajarinya
segera dapat mengetahuinya. Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk
mempelajari ilmu filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan mempelajari sejarah perkembangan
sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau
lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis). Dalam
metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dahulu kala
sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa,
bagaimana timbulnya aliran filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan
tentang keagamaan. Seperti juga pembicaraan tentang zaman purba dilakukan secara berurutan
(kronologis) menurut waktu masing masing. Dalam metode sistematis orang membahas langsung
isi persoalan ilmu filsafat itu dengan tidak mementingkan urutan zaman perjuangannya masingmasing. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam bidang-bidang yang tertentu.
Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut
pertimbangan akal, bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam
bidang etika dipersoalkan tentang manakah yang baik dan manakah yang baik dan manakah yang
buruk dalam pembuatan manusia. Di sini tidak dibicarakan persoalan-persoalan logika atau
metafisika. Dalam metode sistematis ini para filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam
bidang-bidang tertentu. Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat pendapat
filsuf zaman klasik (plato dan aristoteles) dengan pendapat filsuf zaman pertengahan (al-farabi
atau thomas aquinas), dan pendapat filsuf zaman aufklarung (kant dan lain-lain) dengan
pendapat-pendapat filsuf dewasa ini (jaspers dan marcel) dengan tidak usah mempersoalkan
tertib periodasi masing-masing. Begitu juga dalam soal-soal logika, metafisika, dan lain-lain.
3.
Cabang-cabang filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu khusus. Akan
tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri
dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh
ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan
di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan filsafat. Setelah filsafat ditinggalkan oleh
ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru sebagai ilmu istimewa
yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi
pertanyaan ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang
baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat. Ahi
filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Cuba perhatikan sarjana-sarjana
filsafat di bawah ini:
1. H. De vos menggolongkan filsafat sebagai berikut: metafisika, logika, ajaran tentang
ilmu pengetahuan filsafat alam filsafat sejarah etika, estetika, dan antropologi.
2. Prof. Albuerey castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu:
masalah teologis masalah metafisika masalah epistomologi masalah etika masalah politik,
dan masalah sejarah
3 dr. Richard h. Popkin dan dr avrum astroll dalam buku mereka, philosophy made simple,
membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu: section i ethics section ii political
philosophy section iii metaphysics section iv philosophy of religion section v theory of
knowledge section vi logics secton vii contemporary philosophy,
4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: filsafat adalah ilmu kesatuan yang terdiri atas tiga
lingkungan masalah: lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika) lingkungan
masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang bernilai berdasarkan religi)
5. Aristoteles, murid plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis menjadi
empat cabang, yaitu:
segala sesuatu, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam
mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu
hakiki (asli) atau palsu (maya). Dari tinjauan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
dalam tiap-tiap pembagian sejak zaman aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang
paling utama dalam ilmu filsafat selalu berputar di sekitar logika,metafisika,danetika.
I.
Socrates adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam
tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates lahir dari pasangan
Sophroniskos- Phainarete. Paqda masa Socrates, ada satu kelompok yang menyebut dirinya
shopist (kaum sophist) yang berarti para cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia
sebagai ukuran realitas dan hal ini lama kelaman berubah menjadi cara berpikir yang
menyesatkan. Socrates kemudian melarang orang menyebut dirinya seorang sophis, untuk
menghindarkan pengidentifikasian dengan kaum sophis. Ia menyebut dirinya seorang filosof
(philosophos), pecinta kebijaksanaan. [1]
Kaum Sofis inilah yang membawa perubahan terhadap corak pemikiran filsafati yang semula
terarah pada kosmos (alam semesta), menjadi cora berpikir filsafati yang terarah pada teori
pengetahuan dan etika.[2]
Kekacauan filsafat mulai timbul pada saat kaum Sofis memberikan criteria berbeda tentang
dasar- dasar teori pengetahuan dan etika. Mereka tidak memiliki kesepakatan tentang dasar-dasar
umum yang berlaku bagi kedua teori tersebut. Mereka hanya mencapai kata sepakat mengenai
satu hal, kebenaraan yang sesungguhnya tidak mungkin dapat tercapai, segala sesuatu hanya
bersifat nisbi, oleh karena itu harus diragukan kebenarrannya (skeptisisme).
Dalam situasi yang kacau itulah Socrates tampil ke arena filsafat untuk menghadapi pengaruh
kaum Sofis. Metode yang dipakai Socrates untuk menghadapi kelihaian silat lidah kaum Sofis itu
dikenal dengan metode Dialektik Kritis. Proses dialektik mengandung arti dialog antara dua
pendirian yang bertentangan ataupun merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai
pertemuan (interplay) antar ide[3] . Sedangkan sikap kritis itu berarti Socrates tidak mau
menerima begitu saja sesuatu pengertian sebelum dilakukan pengujian untuk membuktikan benar
atau salahnya. Oleh karena itu dalam melaksanakan metode Dialektik- Kritis ini, Socrates selalu
meminta penjelasan tentang sesuatu pengertian dari orang yang dianggapnya ahli dalam bidang
tersebut. [4]
Setelah diperoleh penjelasan tentang pengertian tersebut dari ahlinya, Socrates kemudian
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai dasar- dasar pemikiran para ahli itu, apa alasan
mereka sehingga berpandangan demikian. Jadi Socrates selalu menuntut kemampuan para ahli
untuk mempertanggungjawabkan pengetahuannya dengan alasan yang benar. Apabila diperoleh
jawaban yang memang didukung alasan yang benar, maka ide yang telah teruji tadi akan
diterimanya sebagai pengetahuan yang benaruntuk sementara sebelum dilakukan pengujian lebih
lanjut melalui cara perbandingan (komparasi). Akan tetapi apabila orang yang diajak berdialog
itu tidak sanggup mengajukan alas an yang benar mengenai pengertian yang diungkapkannya,
maka ide yang dilontarkannya akan disisihkan oleh Socrates, karena dianggapnya tidak
mencerminkan realitas yang sesungguhnya.
Dengan memakai metode Dialektik Kritis ini Socrates berhasil mengalahkan kaum Sofis dalam
banyak perdebatan yang mereka lakukan. Di sini kita melihat, tujuan utama Socrates adalah
menjernihkan perbagai pengertian yang selama ini dikacaukan oleh kaum Sofis. Atau dengan
kata lain, metode yang dipakai Socrates itu dimaksudkan untuk menyembuhkan kekacauan yang
terjadi dalam arena filsafat pada masa itu, yang ditimbulkan oleh kaum Sofis.
Socrates juga berpendapat bahwa kehidupan tanpa ujian itu sama saja tidak hidup. Ujian untuk
pikiran kita, ujian untuk tingkah laku kita. Ujian disini bisa berarti suatu keadaan tanpa
pertanyaan. Socrates menghabiskan hari- harinya dengan berbicara pada orang- orang. Dia tidak
melakukan itu untuk uang, tidak seperti yang kaum Sopis lakukan. Dia melakukan itu sebagai
suatu sarana untuk mengajar, tetapi bukan untuk mendoktrin . Dia membuat orang berpikir.[5]
Secara historis, Socrates tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal
sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan
oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya
adalah Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai
tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang
sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato
sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan
sekali dalam Phaedrus.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah
penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata
tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah
yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi
merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui
pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat
pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang
diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220
menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan
para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu kontrak yang telah dia
jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan
dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan
menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping
peradilan Yesus Kristus.
Bagi Socrates dalam kematian jiwa dan tubuh terpisah, tubuh menjadi hancur dan jiwa
meneruskan perjalanannya, karena jiwa bersifat langgeng. Seperti dikenal dalam legenda kuno
Yunani, bahwa jiwa-jiwa orang mati akan kembali ke rumah Hades, dan kelak di kemudian hari
akan dihidupkan lagi dari kematian. Menurutnya hal tersebut berarti orang-orang yang hidup
adalah mereka yang dibangunkan kembali dari kematiannya. Ini membuktikan bahwa jiwa
memang benar-benar ada di sana, dan tak mungkin dihidupkan lagi apabila jiwa tersebut tidak
ada. Hal ini sudah merupakan bukti bahwa orang-orang yang kini hidup datang dari mereka yang
sebelumnya telah mati dan dibangunkan kembali. Dengan demikian jika jiwa itu telah ada
sebelumnya, dan jika pada waktu kita lahir jiwa datang dari orang yang mati maka jiwa tersebut
tetap ada ketika seseorang meninggal sebab nantinya dia akan dilahirkan kembali. Jadi untuk apa
manusia harus takut pada kematian? Bukankah pada akhirnya akan lahir kembali? Demikian
dalihnya.
Menurut Socrates tubuh merupakan hal yang tampak dan selalu berubah-ubah, sedangkan jiwa
sebagai hal yang tak tampak yang selalu sama tak berubah-ubah. Ada kemungkinan jiwa kita
akan selalu dibawa tubuh ke arah sesuatu yang berubah dan terbawa ke keadaan kacau tersesat
kehilangan arah. Namun apabila jiwa mampu mempelajari segala sesuatunya sendiri, maka ia
akan menuju ke sesuatu yang murni dan abadi tak dapat mati serta tak akan berubah.
Dalam hubungan dengan hal ini maka jiwa tinggal bersama kebaikan setiap kali jiwa terpisah
dari tubuh. Dapat dikatakan bahwa jika jiwa yang murni lepas dari tubuh maka tidak akan
membawa-bawa tubuh lagi karena memang tidak perlu lagi bersatu dalam hidup, melainkan
menjauhi keinginan badani. Jiwa dalam kondisi ini melatih diri bebas dari keinginan badani,
kejahatan, keburukan, dan penyakit duniawi lainnya. Dengan demikian jiwa terkondisi dalam
keadaan mencinta kebijaksanaan sejati.
Socrates menganggap jiwa yang langgeng dan terlatih ini berperan penting dalam menghadapi
kematian, maka jiwa membutuhkan perawatan sepanjang waktu. Jika kematian terbebas dari
segala sesuatu, maka akan merupakan suatu keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang
jahat untuk terbebas dari tubuhnya dan kejahatan mereka bersama-sama dengan jiwanya. Lebihlebih ternyata jiwa itu tidak dapat mati, maka tak ada jalan baginya untuk terlepas dari kejahatan
dan tak dapat menyelamatkannya kecuali ia bisa menjadi sebaik dan sebijaksana mungkin. Sebab
ketika jiwa datang ke rumah Hades, sebuah tempat persemayaman kebijaksanaan bagi jiwa, dia
tidak akan membawa apa-apa kecuali latihan yang diterimanya.
Jalan menuju Hades tidaklah mudah tetapi memiliki banyak cabang dan pemberhentian yang
akan berakibat pada keadaan jalan yang salah. Jiwa yang bijaksana dan mulia dapat mengikuti
dan mengerti keadaan yang demikian, namun jiwa yang masih memiliki nafsu badani akan terus
menginginkan pemuasan nafsu dan bergentayangan di dunia yang tampak dalam wujud roh
hantu, setan dan semacamnya. Ketika jiwa yang tidak murni ini datang ke tempat berkumpul
lainnya, maka ia tidak akan bisa diterima dan dijauhi oleh jiwa lainnya.
Jiwa-jiwa yang menjalani kehidupan di dunia dengan kemurnian dan kemuliaan akan
mendapatkan dewa-dewa sebagai kawan seperjalanan dan masing-masing mendapat tempat yang
pantas. Suatu tempat yang tidak pernah dapat disamai keindahannya kala hidup di dunia.
Keindahan tempat yang hanya dapat ditinggali oleh jiwa-jiwa yang bersih dan murni.
Apa yang dikatakan oleh Socrates tentang perjalanan dan persemayaman jiwa adalah sebuah
pandangan spiritual. Pemikirannya tentang jiwa tak pernah mati, tak jauh berbeda dengan konsep
reinkarnasi yang diyakini oleh penganut agama-agama ortodoks seperti Buddha dan Tao.
Demikian juga konsepsinya tentang akhir dari persemayaman jiwa. Jiwa yang bersih bisa
kembali ke asalnya, sebaliknya jiwa yang kotor penuh dosa akan merana. Wajar saja jika
Socrates oleh para pengikutnya dianggap sebagai semacam nabi atau orang suci.
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan
mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran
pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf
selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan
sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya
dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi
landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya,
yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral
yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan
juga filsafat secara umum.
II.
Plato adalah seorangfilsuf Yunani. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal
ialah Republik (dalam bahasa Yunani Politeia (negeri) yang di dalamnya berisi uraian garis besar
pandangannya pada keadaan ideal. Dia juga menulis Hukum dan banyak dialog di
mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah
perumpaan tentang orang digua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal
ketika sedang menulis).
1.
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya.
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa
pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.Oleh
karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah
tulisan yang berbentuk dialog.
Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi
Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang
sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan
berbentuk dialog.
2.
a.
Ide-ide
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah ilmunya mengenai ide. Pandangan Plato terhadap ideide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Ide yang dimaksud oleh Plato
bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato ide tidak diciptakan
oleh pemikiran manusia. Idetidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran
manusia yang tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial,
abadi, dan tidak berubah.Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini
saling berkaitan satu dengan yang lainnya.Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat
terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap.Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide tersebut.Puncak inilah
yang disebut ide yang indah.Ide ini melampaui segala ide yang ada.
b.
Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat
dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan
daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang
terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
c.
Dunia Ide
Dunia ide adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan,
semua ide bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu ide yang bagus, yang
indah. Di dunia ide semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barangbarang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil
buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai kebajikan dan kebenaran.
3.
a.
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya
terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif
karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah
tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu
adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang
nyata ini.
b.
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi,
yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak
pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam
alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam
semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih
rendah.
Karya- karya Plato :
Dialog awal : Apologi, Kharmides, Krito, Euthyphro, Alcibiades Pertama, Hippias Mayor,
Hippias Minor, Ion, Lakhes, Lysis
Dialog awal/pertengahan : Euthydemus, Gorgias, Menexenus, Meno, Protagoras
Dialog pertengahan : Kratylus, Phaedo, Phaedrus, Republik, Simposium
Dialog pertengahan-akhir:Parmenides, Theaetetus
Dialog akhir : Sang Sofis, Sang Negarawan, Timaeus, Kritias, Philebus, Hukum
Yang diragukan otentisitasnya: Klitophon, Epinomis, Surat-surat, Hipparkhus, Minos, Para
Kekasih yang Bersaing, Alcibiades Kedua, Theages
III.
Aristoteles, Bahasa Yunani Aristotls, (384 SM 322 SM) adalah seorangfilsuf Yunani, murid
dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda
termasuk fisika,
metafisika, puisi, logika, retorika, politik,pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama
dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling
berpengaruh di pemikiran Barat.
a.
Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk
wilayah Macedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari
Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat
menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi
tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.Saat
Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena.Dengan dukungan dan bantuan dari
Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan
dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami
Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
b.
Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan
karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan
pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya
adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah
pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan
sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya
hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos,
yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan
sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif(inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme
yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang
telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor)
Sokrates adalah manusa (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi
dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat
beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan
bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan
bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah
karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil (chatarsis) disertai dengan
estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan
perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan
yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada
di dalam kenyataan.
c.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan
penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya
yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori
tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya,
meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada
asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi
Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi
oleh Maimonides (1135 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 1198). Bagi
manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif
terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau the master of those who know, sebagaimana yang kemudian dikatakan
oleh Dante Alighieri.