Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN MATERI :

ASUHAN KLIEN
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL : MENARIK DIRI
Bambang Edi Warsito, S.Kp
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah menyelesaikan topik ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan konsep dan definisi hubungan sosial & menarik diri
2. Menganalisa faktor predisposisi dan presipitasi gangguan hubungan sosial : menarik diri
3. Mengkaji gangguan hubungan sosial : menarik diri
4. Mendiagnosa keperawatan
5. Merencanakan intervensi keperawatan
6. Melaksanakan intervensi keperawatan
7. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan.
A. PENDAHULUAN
Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai
tingkat hubungan, yaitu dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan.
Keintiman dan saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan
setiap hari. Individu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya
hubungan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan
interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat secara
aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam berhubungan disertai
respons lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerjasama, hubungan
timbal balik yang sinkron ( Stuart dan Sundeen, 1995, hal.518 ). Peran serta dalam proses
hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependen) dan mandiri
(indenpenden), artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang
lain tergantung pada individu.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses
hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respons lingkungan yang negatif.
Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar
dari orang lain ( tidak percaya pada orang lain ).
B. PERKEMBANGAN HUBUNGAN SOSIAL
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh
kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan
hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan
diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri).
Gambar 1. Rentang respons sosial

RESPONS ADAPTIF
Solitut
Otonomi
Kebersamaan
Saling
ketergantungan

RESPONS MALADAPTIF
Kesepian
Menarik diri
Ketergantungan

Manipulasi
Impulsif
Narkisisme

Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal dimulai dari :


1. Masa bayi
Pada masa bayi ini penting untuk menetapkan landasan rasa percaya diri, terlihat pada
bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan biologis dan
psikologisnya. Komunikasi sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya :
menangis. Menurut Ericson bahwa respon lingkungan (ibu atau pengasuh) terhadap
kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri bayi akan
respons/perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap orang lain. Dan menurut haber, dkk.
(1987) bahwa kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang
lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta
menarik diri.
2. Masa pra sekolah
Anak pra sekolah akan belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab dan hati
nurani. Ini terlihat dalam memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan keluarga
khususnya ibu (pengasuh). Anak akan menggunakan kemampuan berhubungan yang
telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini
anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian
pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar
rasa otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan kemampuan hubungan
interdependen.
Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan anak dalam berhubungan dengan
lingkungan disertai respons keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi
tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari
lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah.
3. Masa sekolah
Anak sekolah mulai belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi. Ini dimulai
dari mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan sekolah. Komflik sering
terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman
dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orang tua, teman) merupakan sumber
pendukung yang penting bagi anak.

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

Menurut Haber, dkk. (1987) bahwa kegagalan dalam membina hubungan dengan teman
di sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak
konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya, putus
asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan.
4. Masa remaja
Dimulai dari anak pra remaja dalam hubungannya menjadi intim dengan teman sebaya
sesama jenis kelamin, kemudian berkembang menjadi anak remaja dalam hubungannya
sudah menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orang tua.
Kegagalan dalam membina hubungan dengan teman sebaya dan lawan jenis dan
kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan akan identitas,
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri yang kurang.
5. Masa dewasa muda
Pada usia ini menjadi saling tergantung dengan orangtua & teman, menikah, dan
mempunyai anak. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran
dan pendapat orang lain, seperti : memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan
perkawinan.
Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan akan mengakibatkan
individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir.
6. Masa dewasa tengah
Pada usia dewasa tengah ini mampu belajar menerima. Umumnya sudah pisah tempat
tinggal dengan orang tua, khususnya yang telah menikah. Jika individu telah menikah
maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.
Perkembangan hubungan yang baik akan mengembangkan hubungan itu sendiri dan
mendapat dukungan yang baru.
Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan
mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya
tertuju pada diri sendiri, produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian pada orang
lain berkurang.
7. Masa dewasa lanjut
Pada usia dewasa tua atau lanjut akan mengalami perasaan berduka karena kehilangan
dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya. Pada proses kehilangan
seperti : fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan),
anggota keluarga (kematian orang tua). Usia dewasa lanjut tetap memerlukan hubungan
yang memuaskan dengan orang lain, dan mempunyai perkembangan baik dapat
menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan
orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya.
Kegagalan di usia ini untuk menerima kehilangan yang terjadi pada kehidupannya serta
menolak bantuan yang disediakan untuk membantu, dan terjadi sepanjang daur
kehidupan akan mengakibatkan perilaku menarik diri.

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

i.

GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL : MENARIK DIRI


Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins, 1993, hal.336 ). Perilaku yang teramati
pada respons sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak
aman. Seringkali respons yang terjadi seperti manipulasi, narkisisme, dan impulsif.
Tabel 1 : Perilaku yang berhubungan dengan respons sosial maladaptif
PERILAKU
Manipulasi

Narkisisme

Impulsif

ii.

KARAKTERISTIK
Orang lain diperlakukan seperti objek
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian
Individu berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Harga diri yang rapuh
Secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian
Sikap egosentris
Pencemburu
Tidak mampu merencakan sesuatu
Tidak mampu belajar dari pengalaman
Penilaian yang buruk
Tidak dapat diandalkan

FAKTOR PREDISPOSISI
Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya. Faktor
perkembangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga menjadi tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan
merasa tertekan. Keadaan ini akan dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Berbagai faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif. Walaupun banyak
penelitian telah dilakukan pada gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi
belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin
disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor seperti :
1. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan yang diuraikan diatas akan
mencetuskan sesorang sehingga mempunyai masalah respons sosial maladaptif. Sistem
keluarga yang terganggu, tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua, norma

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

keluarga tidak mendukung hubungan dengan pihak luar, peran keluarga tidak jelas,
orang tua pencandu alkohol dan penganiayaan anak.
2. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang terlibat neurotranmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun
masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma
yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti : lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda
dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
D. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri melalui observasi
(data objektif) dan komunikasi (data subjektif). Dalam keadaan klien menolak untuk
berkomunikasi, maka akan sukar didapat data subjektif. Mungkin klien akan menjawab
pertanyaan kita dengan singkat seperti : tidak, ya , tidak tahu. Pengkajian diarahkan pada
perilaku menarik diri, faktor pencetus, stresor pencetus, sumber koping, dan mekanisme
koping.
Secara objektif dapat ditemukan data seperti :
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindari dari orang lain (menyendiri). Klien tampak memisahkan diri dari orang
lain : pada saat makan.
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain
atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata. Klien lebih sering menunduk
5. Berdiam diri di kamar/tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
Masalah Keperawatan :
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan harga diri : harga diri rendah
3. Risiko perubahan sensori persepsi

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

E. POHON MASALAH

Risiko perubahan sensori persepsi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan harga diri : harga diri rendah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan
Risiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Tujuan umum :
Tidak terjadi perubahan sensori persepsi
3. Tujuan khusus :
(1) membina hubungan saling percaya
(2) menyebutkan penyebab menarik diri
(3) menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
(4) melakukan hubungan sosial secara bertahap : klien-perawat; klien-perawatklien/perawat; klien-kelompok; klien-keluarga.
(5) Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain
(6) Memberdayakan sistem pendukung
(7) Menggunakan obat dengan benar dan tepat

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

4. Tindakan keperawatan
(1.1) Bina hubungan saling percaya :
salam terapeutik
perkenalkan diri
jelaskan tujuan interaksi
ciptakan lingkungan yang tenang
buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik, tempat, waktu)
(1.2) Berikan perhatian dan perhargaan :
temani klien walau klien tidak menjawab
katakan saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan
sesuatu saya siap mendengarkan
jika klien menatap perawat katakan ada yang ingin anda katakan
(1.3) Dengarkan klien dengan empati :
berikan kesempatan bicara (jangan diburu-buru)
tunjukan perawat mengikuti pembicaraan klien
(2.1)
(2.2)

Bicarakan dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain
Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri

(3.1)
(3.2)

Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain


Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul

(4.1)

(4.4)
(4.5)
(4.6)

Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang
sama)
Motivasi/temani klien untuk berinteraksi/berkenalan dengan klien/perawat lain.
Beri contoh cara berkenalan.
Tingkatkan interaksi klien secara bertahap ( satu klien, dua klien, satu perawat,
dua perawat, dan seterusnya )
Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok : sosialisasi
Bantu klien melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari dengan interaksi
Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik

(5.1)
(5.2)

Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan


Beri pujian akan keberhasilan klien

(6.1)

Berikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


individu secara rutin dan pertemuan keluarga

(7.1)

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, dosis, cara,
waktu, klien)
Anjurkan klien membicarakan efek atau efek samping obat yang dirasakan.

(4.2)
(4.3)

(7.2)

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

H. HASIL AKHIR YANG DIHARAPKAN


Pada klien :
1. tidak terjadi perubahan sensori persepsi
2. klien mengetahui penyababnya
3. klien mengetahui keuntungan berinteraksi
4. klien mampu berinteraksi dengan orang lain
Pada keluarga :
1. keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2. keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri

DAFTAR PUSTAKA
1.

Shives, L.R. (1998). Basic Concepts of Psychiatrik-Mental Health Nursing. Fourth


Edition. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.

2.

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Fourth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

3.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (1998). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Sixth Edition. St. Louis : Mosby Year Book.

4.

Townsend, M.C. (1998). Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri : pedoman


untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC (terjemahan)

BB / Ms Word / Akad / Materi Kep.Jiwa / GHS /

Anda mungkin juga menyukai