Anda di halaman 1dari 5

Experiential Learning: Untuk menggerakkan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi

ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan


ajar yang akan dipelajari (Deporter, 2000: 25). Dengan kata lain, untuk
pembelajaran harus mendatangkan pengalaman umum yang dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran. Metode Experiential Learning adalah
suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga
sikap melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini,
Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator
untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan
kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Perbedaan mendasar antara Experiential Learning dengan cara tradisional adalah
Experiential Learning

Tradisional Content-based Learning.

Aktif
Bersandar pada penemuan individu
Partisipatif, berbagai arah
Dinamis dan belajar dengan melakukan
Bersifat terbuka

Pasif
Bersandar pada keahlian mengajar
Otokratis, satu arah
Terstruktur dan belajar dengan mendengar
Cakupan terbatas dengan sesuatu yang
baku
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus

Mendorong untuk menemukan sesuatu

Metode Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja.
Namun, juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan.
Selanjutnya, metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi
antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning
1.
2.
3.
4.
5.

Metode Experiential Learning didasarkan pada beberapa pendapat sebagai berikut:


pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara langsung dalam
pengalaman belajar,
adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai,
ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam
pemerolehan bahan ajar,
komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab
dalam proses belajar mereka sendiri, dan
belajar pada hakekatnya melalui suatu proses.

Keuntungan Experiential Learning


Apabila metode Experiential Learning dilakukan dengan baik dan benar, maka ada beberapa
keuntungan yang akan didapat, antara lain:
1. meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,
2. membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,
3. memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
4. mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,
5. menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,
6. memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan
7. memperkuat kesadaran diri.
Kerangka Kerja Experiential Learning
Briefing

activity

review

Briefing adalah tahap proses pengarahan pada individu atau kelompok sebelum melakukan
pengarahan.
Teknik-teknik yang perlu dikuasai antara lain:
1. setting dan conditioning (pengaturan dan pengkondisian)
Experiential Learning menggunakan prinsip belajar yang menekankan pada perubahan
aspek pemahaman akan hasil belajar tersebut. Salah satu cara untuk memunculkan
pemahaman adalah pengaturan situasi. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai pengaturan
situasi antara lain:
a. lokasi yang akan digunakan,
b. sarana yang akan dipakai,
c. tata letak,
d. aturan main, dan
e. kata-kata, intonasi, dan tempo yang digunakan saat penjelasan.
2. directing
Directing adalah proses pengarahan pada pembelajar tentang materi kegiatan yang akan
dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengarahan yaitu:
a. tempo berbicara harus disesuaikan dengan kondisi peserta dan juga situasi yang
akan dimunculkan,
b. gunakan alat bantu untuk memudahkan pembelajar memahami tujuan kegiatan,
c. definisikan kata-kata penting untuk menyamakan persepsi,
d. demonstrasikan kegiatan yang harus dilakukan,
e. jelaskan secara rinci prosedur kegiatan
f. metode penjelasan dapat dilakukan dengan cara dari umum ke khusus atau dari
khusus ke umum,
g. tanyakan kepada peserta apakah penjelasan dapat diterima/difahami dll.

Seperti: apakah penjelasan saya tadi dapat dipahami ?


3. motivating
Pemberian motivasi dilakukan ketika pembelajar mengalami penurunan semangat. Untuk
mengatasi hal tersebut, pengajar dapat melakukan beberapa cara berikut ini:
a. jelaskan tujuan yang akan dijalankan,
b. ungkapkan keuntungan yang akan diperoleh apabila melakukan kegiatan tersebut,
c. tunjukkan hubungan antara yang akan dijalankan dengan aktivitas sebelumnya,
d. tunjukkan kepercayaan kita bahwa mereka sanggup dan mampu melakukan kegiatan
e. tunjukkan antusiasme kita, baik dengan gerakan, lisan, bahasa tubuh, dll.
f. bila dianggap perlu ungkapkan pengalaman kita,
g. beri tantangan yang realistik sesuai dengan kemampuan mereka.
Activity adalah tahap individu/kelompok melaksanakan kegiatan sesuai dengan briefing yang telah
diberikan.
Teknik-teknik yang perlu dikuasai pengajar yaitu:
1. observation
Observasi atau pengamatan yang dimaksud di sini adalah tahap memberikan perhatian yang
intensif kepada kelompok untuk mengamati proses kelompok selama melaksanakan
kegiatan. Tahap ini menjadi sangat penting sebagai bahan untuk review. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
1) mengamati segala perilaku individu yang muncul selama kegiatan berlangsung
Apa yang dilakukan individu dan apa reaksi individu lainnya atas reaksi tersebut
Sebab-akibat/aksi-reaksi yang positif maupun negatif
2) mengamati dinamika kelompok dalam menyelesaikan tugas, masalah, dll.
pola interaksi antarindividu
proses penyelesaian tugas (pemanfaatan waktu, sumber daya, dll.)
3) mencatat hasil pengamatan tersebut sebagai bahan untuk review
2. Safety Control (Pengamatan keamanan)
Fasilitator wajib memperhatikan dan menjaga keamanan pembelajar dari hal-hal yang
sekiranya akan membahayakan mereka, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, dan
rohani.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan antara lain:
a. Perhatikan lingkungan fisik dari lokasi yang akan digunakan;
b. Perhatikan kondisi peserta dari:
kata-katanya
intonasinya
bahasa tubuhnya
raut mukanya
tatapan matanya

3. Intervention (intervensi)
Intervensi adalah kondisi pengajar ikut campur dalam proses kelompok, yang disebabkan
antara lain;
a.
individu/kelompok salah mempersepsi kegiatan
yang harus
dilakukan
b.
individu/kelompok tidak menemukan alternatif pemecahan masalah
atas persoalan yang sedang dihadapi
c.
konflik yang berkepanjangan dalam kelompok
d.
adanya indikasi ancaman yang membahayakan individu/kelompok
Review adalah tahap pembelajar dibantu pengajar melihat dan memandang secara kritis (apa,
mengapa, dampak yang terjadi). Lalu menarik insight/pelajaran dari pengalaman tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupannya.
health coaching: memiliki keunggulan karena tidak hanya mementingkan aspek kognitif pasien
saja melainkan psikomotorik dan psikologis. Dalam health coaching berpusat
pada pasien dan pemilihan tujuan aktifitas juga ditentukan oleh pasien sehingga
pasien lebih terlibat dalam aktifitas. health coaching juga meneliti aspek aspek
lain dalam domain kognisi spesifik perilaku dan afektif yang meliputi benefit of
action, barrier, of action, activity related affect, interpersonal influence, dan
situational influence.
(peer education): adalah sebuah konsep populer yang mengacu pada berbagai pendekatan seperti
saluran komunikasi, metodologi, filosofi, dan strategi. Menurut kamus Merriam
Webster (1985), istilah pendidikan mengacu pada
pembangunan, pelatihan, atau bujukan dari pendidik yang diberikan pada
kelompok tertentu. Atau ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari suatu
proses pendidikan. Dalam prakteknya, pendidikan sebaya telah diambil pada
berbagai definisi dan interpretasi tentang siapa yang kelompok sebaya/peer dan
apa yang disebut sebagai pendidikannya (misalnya advokasi, konseling,
memfasilitasi diskusi, drama, ceramah, mendistribusikan bahan, membuat
rujukan ke layanan, memberikan dukungan, dan sebagainya).

Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti.(1997). Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Adams, s., Goler, n., Sanna, r., Boccio, M., Bellamy, d., & Brown, S. (2013). Patient Satisfaction
and Perceived Success with a Telephonic Health Coaching Program: The Natural Experiments for
Translation in Diabetes (NEXT-D) Study, Northern California, 2011. Preventing chronic disease ,
10, 1-12.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Deporter, dkk. (2000). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
Ghorob, A., Vivas, M., Vore, D., Ngo, V., Bodenheimer, T., Chen, E., et al. (2011). BMC Public
Health The effectiveness of peer health coaching in improving glycemic control among low-income
patients with diabetes: protocol for a randomized controlled trial , 11, 1-6.
Koermen, Imam, dkk. (1997). Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Depdikbud. Jakarta UT.
Topatimasang, Roem, dkk. (1986). Belajar dari Pengalaman. Jakarta:P3M.
Wahono, Mahruf. (2000). Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai