Experiential Learning
Experiential Learning
Aktif
Bersandar pada penemuan individu
Partisipatif, berbagai arah
Dinamis dan belajar dengan melakukan
Bersifat terbuka
Pasif
Bersandar pada keahlian mengajar
Otokratis, satu arah
Terstruktur dan belajar dengan mendengar
Cakupan terbatas dengan sesuatu yang
baku
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus
Metode Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja.
Namun, juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan.
Selanjutnya, metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi
antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning
1.
2.
3.
4.
5.
activity
review
Briefing adalah tahap proses pengarahan pada individu atau kelompok sebelum melakukan
pengarahan.
Teknik-teknik yang perlu dikuasai antara lain:
1. setting dan conditioning (pengaturan dan pengkondisian)
Experiential Learning menggunakan prinsip belajar yang menekankan pada perubahan
aspek pemahaman akan hasil belajar tersebut. Salah satu cara untuk memunculkan
pemahaman adalah pengaturan situasi. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai pengaturan
situasi antara lain:
a. lokasi yang akan digunakan,
b. sarana yang akan dipakai,
c. tata letak,
d. aturan main, dan
e. kata-kata, intonasi, dan tempo yang digunakan saat penjelasan.
2. directing
Directing adalah proses pengarahan pada pembelajar tentang materi kegiatan yang akan
dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengarahan yaitu:
a. tempo berbicara harus disesuaikan dengan kondisi peserta dan juga situasi yang
akan dimunculkan,
b. gunakan alat bantu untuk memudahkan pembelajar memahami tujuan kegiatan,
c. definisikan kata-kata penting untuk menyamakan persepsi,
d. demonstrasikan kegiatan yang harus dilakukan,
e. jelaskan secara rinci prosedur kegiatan
f. metode penjelasan dapat dilakukan dengan cara dari umum ke khusus atau dari
khusus ke umum,
g. tanyakan kepada peserta apakah penjelasan dapat diterima/difahami dll.
3. Intervention (intervensi)
Intervensi adalah kondisi pengajar ikut campur dalam proses kelompok, yang disebabkan
antara lain;
a.
individu/kelompok salah mempersepsi kegiatan
yang harus
dilakukan
b.
individu/kelompok tidak menemukan alternatif pemecahan masalah
atas persoalan yang sedang dihadapi
c.
konflik yang berkepanjangan dalam kelompok
d.
adanya indikasi ancaman yang membahayakan individu/kelompok
Review adalah tahap pembelajar dibantu pengajar melihat dan memandang secara kritis (apa,
mengapa, dampak yang terjadi). Lalu menarik insight/pelajaran dari pengalaman tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupannya.
health coaching: memiliki keunggulan karena tidak hanya mementingkan aspek kognitif pasien
saja melainkan psikomotorik dan psikologis. Dalam health coaching berpusat
pada pasien dan pemilihan tujuan aktifitas juga ditentukan oleh pasien sehingga
pasien lebih terlibat dalam aktifitas. health coaching juga meneliti aspek aspek
lain dalam domain kognisi spesifik perilaku dan afektif yang meliputi benefit of
action, barrier, of action, activity related affect, interpersonal influence, dan
situational influence.
(peer education): adalah sebuah konsep populer yang mengacu pada berbagai pendekatan seperti
saluran komunikasi, metodologi, filosofi, dan strategi. Menurut kamus Merriam
Webster (1985), istilah pendidikan mengacu pada
pembangunan, pelatihan, atau bujukan dari pendidik yang diberikan pada
kelompok tertentu. Atau ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari suatu
proses pendidikan. Dalam prakteknya, pendidikan sebaya telah diambil pada
berbagai definisi dan interpretasi tentang siapa yang kelompok sebaya/peer dan
apa yang disebut sebagai pendidikannya (misalnya advokasi, konseling,
memfasilitasi diskusi, drama, ceramah, mendistribusikan bahan, membuat
rujukan ke layanan, memberikan dukungan, dan sebagainya).
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti.(1997). Menulis. Jakarta : Depdikbud.
Adams, s., Goler, n., Sanna, r., Boccio, M., Bellamy, d., & Brown, S. (2013). Patient Satisfaction
and Perceived Success with a Telephonic Health Coaching Program: The Natural Experiments for
Translation in Diabetes (NEXT-D) Study, Northern California, 2011. Preventing chronic disease ,
10, 1-12.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Deporter, dkk. (2000). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
Ghorob, A., Vivas, M., Vore, D., Ngo, V., Bodenheimer, T., Chen, E., et al. (2011). BMC Public
Health The effectiveness of peer health coaching in improving glycemic control among low-income
patients with diabetes: protocol for a randomized controlled trial , 11, 1-6.
Koermen, Imam, dkk. (1997). Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Depdikbud. Jakarta UT.
Topatimasang, Roem, dkk. (1986). Belajar dari Pengalaman. Jakarta:P3M.
Wahono, Mahruf. (2000). Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung.