Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SANITASI

Bahan Berbahaya yang Harus Dihindari dalam Pengiriman Hasil


Perikanan Keluar Negeri

Oleh:
NindyaNurFajriyah
Sri AmaliahMandati
AlifindaDifaFedira
RachmitaPermatasari
Moch.BagusAji
AgustranNagara R.
Ade Rizky R.
Devi Urianty M.R
QonitaRizqi D.
Indah Maharani M.
Moch. Ali Rozikin F.
Gigih P.
Erin P.
Nuril F.
Dharma S.
Ach.FirzaSyafril
NurisyaAlfiolena
Faradita Nova W.
Theresia Dian TS

105100701111036
105100702111001
105100703111001
105100703111003
105100703111004
105100704111001
105100705111001
105100707111001
105100707111005
105100707111006
115100701111012
115100701111020
115100707111004
125100300111067
125100301111007
105100301111054
105100307111006
105100300111003
105100300111005

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki kawasan
perairan yang sangat luas dan kaya dengan potensi kelautan dan perikanan.
Berdasarkan data statistik (DKP,2008a), Indonesia memiliki garis pantai
81.290 km, yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki
garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Produksi
perikanan nasional tahun 2007 mencapai 8,2 juta ton yang menempatkan
Indonesia sebagai Negara produsen ikan terbesar ke lima di dunia. Dari
total produksi tersebut, 62 persen di antaranya atau 5,04 juta ton berasal
dari kegiatan penangkapan dan 38,76 persen atau 3,2 juta ton berasal
dari usaha budidaya, dengan nilai produksi masing-masing 48,4 triliun
rupiah untuk penangkapan dan 28,6 triliun rupiah untuk budidaya. Sejak
tahun 2002, produksi perikanan nasional telah tumbuh rata-rata 8,4
persen per tahun, dimana produksi perikanan tangkap tumbuh sebesar
2,91 persen per tahun dan budidaya sebesar 23,6 persen per tahun (DKP,
2008b).
Subsektor perikanan merupakan andalan utama pangan dan gizi
bagi masyarakat Indonesia. Ikan, selain merupakan sumber protein, juga
diakui sebagai fuctional food yang mempunyai arti penting bagi
kesehatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh berantai panjang
(terutama yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin, serta makro dan
mikro mineral. Dibandingkan dengan negara lain, sumbangan perikanan
dalam penyajian protein termasuk besar. Selain sebagai

sumber

proteinhewani rakyat Indonesia tetapi juga sebagai sumberpendapatan


dan devisa negara. Sebagai sumber proteinhewani, lebih dari 60%
penduduk Indonesia mengkonsumsiikan dengan tingkat konsumsi ikan
perkapita per tahunmencapai 25 kg tahun 2006 (DKP, 2008a).

Konsumsi

ikantersebut

terus

meningkat

seiring

dengan

peningkatan jumlahpenduduk, pendapatan masyarakat dan pengetahuan


akannilai gizi ikan. Konsumsi ikan juga meningkat akibat isu-isu
keamanan pangan terhadap produk-produk pangan. Saat ini, peningkatan
pengawasan mutu dan keamanan produk sudah merupakan keharusan
tidak hanya untuk
Peningkatan

pemasaran dalam negeri tetapi

pengetahuan

dan

kesejahteraan

juga

masyarakat

tujuan.
telah

menyebabkan konsumer semakin selektif terhadap produk yang akan


dikonsumsi dan permintaan konsumer terhadap produk berkualitas
semakin tinggi.

Untuk

meningkatkan pemasaran, baik tujuan ekspor

maupun pasar dalam negeri, perbaikan mutu dan keamanan produk


perikanan, dengan demikian, perlu mendapatkan perhatian.

BAB II
PEMBAHASAN
Ekspor produk perikanan Indonesia pada kuartal pertama tahun
2013 sudah menyentuh angka 3,9 milyar dolar Amerika. Nilai ekspor ini
berjalan paralel dengan perbaikan pengendalian mutu dan keamanan
pangan atau food safety, yang terus dilakukan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP). Keamanan pangan, tidak bisa ditawar. Bahan tambahan
formalin, borak atau mercury sekecil apapun akan menggagalkan produk
perikanan masuk ke pasar.Ketentuan keamanan pangan atau food
safetymerupakan syarat mutlak bagi setiap produk perikanan yang akan
masuk pasar ekspor. Setiap negara sangat ketat pada ketentuan penerapan
keamanan pangannya. Bahkan, mereka berbeda menerapkan ketentuan
berdasarkan Risk

Assessment (RA)

Assessment merupakan

proses

masing

penilaian

masing

yang

negara. Risk

digunakan

untuk

mengidentifikasi risiko atau bahaya yang mungkin terjadi pada produk


perikanan.
2.1 Logam Berat Hg(Merkuri)
Hampir semua ikan mengandung jejak merkuri yang bisa
menimbulkan

masalah

bagi

kesehatan.

Beberapa

ikan

diketahui

mengandung kadar merkuri tinggi yang sangat berbahaya bagi ibu hamil
dan anak-anak. Untuk itu masyarakat sebaiknya mengetahui jenis ikan apa
saja yang mengandung kadar merkuri tertinggi dan juga terendah, seperti
dikutip dari NRDC.org, Selasa (8/2/2011) yaitu:
Ikan dengan kadar merkuri paling sedikit (mengandung merkuri
kurang dari 0,09 ppm) Jenis ikan ini masih bisa dinikmati kapan saja
karena mengandung merkuri dalam jumlah kecil, seperti ikan teri, ikan
lele, udang, ikan salmon baik yang kalengan maupun yang fresh, ikan nila,
ikan putih, ikan trout air tawar, ikan whiting dan ikan makerel dari atlantik
utara.

Ikan dengan kadar merkuri sedang (mengandung merkuri 0,090,29

ppm)

Jenis ikan ini masih boleh dikonsumsi 6 kali atau kurang dalam waktu 1
bulan. Jenis ikannya adalah ikan cod dari alaska, ikan halibut dari atlantik
dan pasifik, lobster, tuna kalengan, ikan cakalang dan ikan trout laut
(weakfish).
Ikan dengan kadar merkuri tinggi (mengandung merkuri 0,3-0,49
ppm)
Jenis ikan ini masih bisa dikonsumsi tapi maksimal 3 kali atau kurang
dalam waktu 1 bulan. Jenis ikannya adalah ikan kerapu, ikan makarel dari
spanyol, ikan tuna kuning, ikan sea bass dan bluefish.
Ikan dengan kadar merkuri tertinggi (mengandung merkuri lebih
dari 0,5 ppm) Masyarakat sebaiknya menghindari jenis ikan ini karena
mengandung kadar merkuri yang sangat tinggi, seperti ikan makarel raja,
ikan marlin, ikan hiu, ikan todak, tilefish, dan ikan orange roughy.
Efek dari merkuri ini bisa menyebabkan gangguan perkembangan
saraf (neurologis) pada janin, bayi dan anak-anak. Sedangkan dampak
lainnya adalah mengganggu kemampuan kognitif, memori, perhatian,
bahasa, motorik halus dan kemampuan visual spasial. Umumnya sistem
saraf janin lebih rentan terhadap paparan merkuri dibanding saraf orang
dewasa, karenanya ibu hamil sangat dianjurkan memilih konsumsi ikan
yang tepat.
Selain efek tersebut, gejala keracunan merkuri yang muncul seperti
penurunan kemampuan visual, gangguan dalam sensasi atau indera perasa
(biasanya di tangan, kaki dan sekitar mulut), berkurangnya koordinasi
gerakan, penurunan kemampuan bicara, mendengar, berjalan dan
kelemahan otot.
FDA

(Food

and

Drug

Administration)

Amerika

Serikat

memberikan 3 rekomendasi yang bisa dilakukan masyarakat agar tetap

bisa mengonsumsi ikan dan mendapatkan manfaatnya tapi mengurangi


paparan merkuri yaitu:
1. Jangan mengonsumsi ikan yang tergolong memiliki kadar merkuri
tinggi.
2. Konsumsilah dua kali dalam seminggu variasi ikan yang tergolong
mengandung merkuri rendah.
3. Ketahui laporan mengenai keselamatan dan kandungan merkuri
dalam ikan yang ditangkap dari danau, sungai atau daerah pesisir
sekitar. Jika tidak ada laporan atau saran yang diberikan, maka
konsumsilah ikan seminggu sekali
Laporan dari Atase Perdagangan Hong Kong tahun 2011 yang ditulis
KONTAN (16/1)menyebutkan, badan keamanan pangan Hong Kong
menemukan kandungan mercury sebesar 0,93 parts per million (bagian per
juta). Sementara aturan hukum yang berlaku di Hongkong yang
memperbolehkan kandungan mercury maksimal sebesar 0,5 bagian per
juta.
2.2 Formalin
Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan
desinfektan yang kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie
basah. Di dalam tubuh, formalin bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein. Hingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang
percobaan yang mengisap formalin terus menerus terserang kanker dalam
hidung dan tenggorokan.
Masyarakat yang mengkonsumsi makanan mengandung formalin,
menurut Dra. Erna Suryati, Apt., M.Kes. dari Dinas Kesehatan DIY, bisa
menyebabkan gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah
lupa, sulit berkonsentrasi. Dan pada wanita akan menyebabkan gangguan
menstruasi dan infertilitas. Ciri formalin pada ikan segar yaitu Ikan basah

yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan
merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya
terminum,

bisa

menyebabkan

kematian.

Dalam

tubuh

manusia,

formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan


keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia,
juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
2.3 Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natriurn tetraborat,
berbentuk kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai
menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam
borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi
sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat
oles mulut dan obat pencuci mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai
'bleng' (berbentuk larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan
sebagai pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso.
Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi
mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang
terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen.
Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan
disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar),
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup
tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusingpusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila
dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan
kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah
mencapai 10 - 20 g atau lebih.
Bab III

PENUTUP
Ketentuan keamanan pangan atau food safety merupakan syarat
mutlak bagi setiap produk perikanan yang akan masuk pasar ekspor.Untuk
meningkatkan pemasaran, baik tujuan ekspor maupun pasar dalam negeri,
diperlukanperbaikan mutu dan keamanan produk. Contoh penerapan
ketentuan berdasarkan Risk Assessment (RA) masing masing negara yakni
berbeda-beda. Risk

Assessment merupakan

proses

penilaian

yang

digunakan untuk mengidentifikasi risiko atau bahaya yang mungkin terjadi


pada produk perikanan.
Dampak Negatif ataupun resiko yang mungkin tejadi pada produk
perikanan disebabkan oleh Logam Berat Hg(Merkuri) yangbisa
menyebabkan gangguan perkembangan saraf (neurologis) pada janin, bayi
dan anak-anak. Formalinyangdapat meningkatkan keasaman darah,
tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau
sampai kepada kematiannya. Boraksdapat menimbulkan efek racun pada
manusia bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan
menyebabkan kematian. Maka dari itu untuk pencegahan penyakit atau
dampak tersebut perlu dilakukan sanitasi terhadap lingkungan khususnya
pengelolaan dan penggunaan bahan kimia secara baik.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah, Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai