Anda di halaman 1dari 28

KONTRASEPSI

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha usaha


itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen
pada wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi.2
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan
efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4)
tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan
motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7)murah harganya sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh
pasangan yang bersangkutan.
Akseptabilitas2
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1)
dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada efek sampingan ringan,
3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah penggunaannya, 5) harga obat/alat
kontrasepsi

terjangkau.

Akseptabilitas

ini

terbukti

apabila

pasangan

tetap

mempergunakan cara kontrasepsi yang bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan
ingin mendapat anak lagi, atau jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur
wanita sudah lanjut atau oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.
Metode kontrasepsi3
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5. Kontrasepsi dengan AKDR
6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)
7.

1. KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT/ OBAT-OBATAN


1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)
Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia,
dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang.
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh
sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum
ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis
dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun
persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian

diri

yang

besar

dari

pihak

pria

dan

bisa

mengurangi

kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini


dapat menimbulkan neurasteni.
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100
perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka
atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk
tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari
vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga
asiditas vagina.
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas
tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar
telah memasuki servik uteri.

1.3 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil
lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui
secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif,
selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.
Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih
dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat
haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya
ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid
pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi
lain.
Metode Amenorea
Laktasi (MAL)
AKDR
Sterilisasi
Kondom/spermasida
Kontrasepsi
Progestin
KB Alamiah
Kontrasepsi
kombinasi

Persalinan

3 minggu

6 minggu

6 bulan

Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui 1

1.4 Pantang berkala (rhythm method)


Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus
dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering
juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa
seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya.
Masa subur yang disebut Fase Ovulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir
24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam
masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan

datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak jauh
berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :
Daur haid terpendek dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari.
Masa aman ialah sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.
2. KONTRASEPSI SECARA MEKANIS
2.1 PRIA
2.1.1 Kondom
Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit
kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah
kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom telah
dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga berencana.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu
berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm
dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai
sifat spermatisid.
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi
perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan
yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam
kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom
ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak
dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak
ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet.
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam
penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.
2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang
tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.
Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara
terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.

4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk


mencegah terjadinya robekan.
5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya
sperma tidak tumpah.
2.2 WANITA
2.2.1 Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara
umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan
(2) cervical cap.
2.2.1.1 Diafragma vaginal
Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan.
Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk
dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang
tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan
mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan
sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat
spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :
1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus.
3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.
Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang
tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan,
misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4)
hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus.

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek


sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida
yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang
berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.
Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang cukup
kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi
yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai
sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh
mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.
2.2.1.2 Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk
yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari
diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini
dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang
dipakai untuk kontrasepsi.
3. KONTRASEPSI DENGAN OBAT-OBAT SPERMATISIDA
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,
yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang
nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat
hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu,
obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam
vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium
uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi
terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :

1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium


dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru
mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1
jam.
2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan
ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih
20 menit sampai 1 jam.
3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet
terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.
C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam
vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada
porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 21 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)1.
4. KONTRASEPSI HORMONAL
Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan
drastis dari metode-metode tradisional sebelumnya. Kontrasepsi ini tersedia dalam
berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi
estrogen dan progestin atau hanya progestin mini pil. Kontrasepsi injeksi atau
implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Pada
tahun 1995, 10,4 juta wanita di AS menggunakan kontrasepsi oral untuk
mengendalikan kesuburannya.

4.1 Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)


Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM,
atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri
dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari
selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with
drawal bleeding) dari uterus.

Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan


setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)1.
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek
yang terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin
releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi
follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis.
Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan
menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi
dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi
ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya
dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas.
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang
memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat
menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh
mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua mekanisme
pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin, apabila diminum
setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi terhadap kehamilan
yang hampir absolute.
Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 2-1 dan 1-2).
Sebaliknya, sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara
lain : barbiturat, karbamazepin, felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol,
fenitoin, primidon, rifampisin, topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi
tambahan atau dosisnya lebih ditingkatkan.

Obat yang berinteraksi

Efek merugikan

Asetaminofen dan aspirin


Obat penenang golongan benzodiazepin
Metildopa
Antikoagulan oral
Hipoglikemik oral

Mungkin mengurangi efek analgetik


Mungkin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi
psikomotor
Menurunkan efek hipotensif
Menurunkan efek antikoagulan
Mungkin mengurangi efek hipoglikemik

Tabel 2-1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi 3

Obat yang berinteraksi


Alkohol
Aminlfilin
Antidepresan
Benzodiazepine
Beta bloker
Kafein
Kortikosteroid
Teofilin

Efek yang merugikan


Efek mungkin meningkat
Efek meningkat
Efek mungkin meningkat
Efektifitas zat penenang dan fungsi
psikomotor mungkin meningkat atau
menurun
Efek penghambat mungkin meningkat
Efek meningkat
Toksisitas mungkin meningkat
Efek meningkat

Tabel 2-2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3

Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar terbukti
relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil KB yang
selama ini terlalu banyak dan terlalu lama mendapat perhatian efek merugikan pada
para pemakai mungkin hanya terjadi akibat rasa cemas karena publisitas yang terus
menerus.Sayangnya, dokter serta masyarakat awam sering kebingungan karena
laporan yang banyak dan sering bertentangan tersebut.
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel paling
efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-tahun atau
kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah kepadatan tulang
meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia berkurang; angka kehamilan
ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang berkaitan dengan endometriosis
berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80% dan salpingitis berkurang; keluhan
premenstruasi berkurang; angka kanker endometrium dan ovarium berkurang sampai
40%; berbagai penyakit payudara jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme;
perbaikan akne; pencegahan aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang
panggul berkurang; dan perbaikan rematoid artritis.3,5

Kemungkinan efek yang merugikan


Efek metabolik

Lipoprotein dan lemak


Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal
ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh
arteri.

Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai
dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat
langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan
sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid
kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin
ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu memicu munculnya diabetes
secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi efek ini seperti pada kehamilan,
efek diabetogeniknya sering reversibel apabila kontrasepsi oralnya dihentikan.

Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII,
XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden kedua bentuk
trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.

Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada
pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan.
Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada
wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka
panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang
telah pulih dari hepatitis virus.
Neoplasia

Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya kecil.


Sebenarnya, pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek protektif
terhadap kanker ovarium dan endometrium.

Hiperplasia dan kanker hati


Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak
langsung dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika dan
pembentukan tumor yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai
pada wanita yang menggunakan formulasi berisi estrogen dosis tinggi
(biasanya mestranol) untuk jangka panjang. Pemakaian kontrasepsi oral
kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat mengurangi insiden
terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.

Adenoma hipofisis

Serviks
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan pemakaian
kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah pemakaian 5
tahun. Tapi masih belum jelas apakah keterkaitan ini memiliki hubungan sebab
akibat.

Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam ternbentuknya
kanker payudara. Pada sebuah studi terbesar, tidak terbukti adanya
peningkatan resiko kanker payudara diantara pemakai kontrasepsi oral (Cancer
and

Steroid

Hormone

Study,1986).

Gabrick

dkk.(2000) melaporkan

peningkatan resiko pada wanita dengan riwayat keluaga yang kuat, tetapi
resiko ini berkaitan dengan preparat-preparat yang lama yang dosis
estrogennya tinggi.
Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai pada
kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral.

Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6
(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan

meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya


defisiensi piridoksin.
Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad pemakaian
kontrasepsi hormonal.

Tromboembolisme
Mishell

(2000)

menganalisis

bahwa

resiko

tromboembolisme

vena

diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan


kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun
adalah kecil.
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak
banyak aktivitas fisik (Hatche dkk.,1998).

Stroke dan Trombosis arteri


Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral
tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000; Pettiti
dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996). Yang utama,
wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri kepala migren
mengalami

peningkatan

resiko

stroke

hemorhagik

atau

trombotik

(Mishell,2000; Schwartz dkk.,1998).

Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya
hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pemakaian
kontrasepsi oral setelahnya.

Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ad 2
patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral adalah

lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang berusia lebih dari 35 tahun yang
sedang atau pernah merokok.

Nyeri kepala migren

Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang


atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada
wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah atau
merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.

Efek pada reproduksi

Amenorea pasca pil


Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.

Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena
hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan kontrasepsi yang
baik.

Efek lain

Mukorea

Kloasma

Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian


kontrasepsi oral

Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya retensi
cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu merasa
tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi5 .

Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 g atau lebih

4.2 Kontrasepsi progestasional


4.2.1 Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 g atau
kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden
perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi

ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan 1,5. Pil ini
mengganggu

kesuburan

tapi

tidak

selalu

menghambat

penetrasi

ovulasi.

Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks yang menghambat


penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak
implantasi blastokista.

Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti,
lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau
nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan
lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.

Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila
kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional
menjadi sering, dan pil ini harus diminum paa waktu yang sama atau hampir
sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari
berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan.

Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.

4.2.2 Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest)
telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat
tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus
serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya
mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah
pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan
kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang
trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat,

hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi
menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata.
Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan
penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas
bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan.
Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari3 .
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.
4.2.3 Implan progestin (sistem Norplant)
Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang
diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis
tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi sebesar 216
mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 g/hari untuk 6 sampai 8
hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Inin merupakan salah satu
metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah
penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan segera.
Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali
efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan,
kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiebetik.
Pada

wanita

normal

perubahan

ini

tidak

bermakna,

tetapi

akan

sangat

mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.


Pada pemakaian sistem norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan
tulang.
Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang berkaitan
dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka
pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.
4.2.4 Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat
Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera.

Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi
endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi
dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi
ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-14 hari, dan
penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari pasca penyuntikan.
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan
yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan
tampaknya

menjadi

lebih

depomedroksiprogesteron

jarang

asetat.

terjadi

Pulihnya

dibandingkan
kesuburan

dengan

setelah

injeksi

penghentian

berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah
penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian
dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah
ini :
Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen
estrogen
Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil
Adenoma atau karsinoma hati
Diketahi atau dicurigai hamil
Peringatan :
Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian
kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau
lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.
Tabel 3. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora kombinasi3
Dari Physicians Desk Reference (2000)

5. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah
kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembalapenggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini
dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta mereka,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh2 .
Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya pada
manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena

dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis,


dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan
sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering
timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.
Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan).
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling
banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan
spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf
T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang
(Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel

6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI


Efek samping AKDR

Perdarahan

Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulanbulan pertama pemakaian

Rasa nyeri dan kejang di perut

Gangguan pada suami

Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Komplikasi AKDR

Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan.
Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi
yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan
AKDR.

Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR

walaupun bisa

terjadi pula kemudian.


Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan
segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang
mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika
dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang
menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung
logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan
dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya
dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan
lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan,
sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

Kontraindikasi pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang
relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

Sewaktu haid sedang berlangsung


Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang
terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada
uterus yang sedang hamil tidak ada.

Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga
bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah


bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 68 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara
minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau
ekspulsi lebih besar.

Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion
merupakan kontraindikasi

Beberapa hari setelah haid terakhir


Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum
AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang


dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek
samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

gambar 1.1. Tehnik pemasangan AKDR

Tehnik pemasangan AKDR


Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi
disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling
banyak digunakan di Indonesia.
Tehniknya berupa (gambar 1.1):

Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja


ginekologi dalam posisi litotomi.

Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine

Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar


uterus

Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan


larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan

dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya


kanalis servikalis serta kavum uteri.

AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong
ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.

Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga


AKDR bebas.

Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan


tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.

Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;


pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan
lebih awal apabila diinginkan.
Cara mengeluarkan AKDR2
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan
cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :

Akseptor menjadi hamil

Perforasi usus

Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor

Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,


seperti adanya mioma uterus.

6. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI dan VASEKTOMI)


Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. 1 Metoda
dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates
menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu
vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan
perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela
dalam rangka keluarga berencana.

6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah
persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari
pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko
infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap
memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.
Keuntungan tubektomi ialah :

Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang

Efektivitas hampir 100%

Tidak mempengaruhi libido seksualis

Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan
anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.
Indikasi dilakukannya tubektomi :

Penghentian fertilitas atas indikasi medik

Kontrasepsi permanen

Syarat-syarat tubektomi :

Syarat sukarela

Syarat bahagia

Syarat medik

Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii
terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi (gambar
2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi;
dan

pembedahan

histeroskopik.

transservikal

(transuterin) seperti

penutupan

lumen

tuba

gambar 2.1. Minilaparotomi

Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida,
cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping
cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba,
penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.
Cara penutupan tuba :

Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam
kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap.
Tidak dilakukan pemotongan tuba.

gambar 2.2a. cara Madlener

Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya
terpisah satu dengan yang lain.

gambar 2.2b. cara Pomeroy

Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan
ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.

gambar 2.2c. cara Irving

Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di
atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan
dengan larutan Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya,
mesosalping di daerah tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di
daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kirakira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting.
Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,
sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka
sayatan dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.

gambar 2.2d. cara Uchida

Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria.

Jahitan ini diikat 2x, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.
Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain sangat
kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka
kegagalan 0,19%.

gambar 2.2e. cara Kroener

6.2 Vasektomi
Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa negara
seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di
Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional2 .
Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan
dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi5. Vasektomi, selain aman dari kegagalan
dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan
libido seks5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau
ketidak jantanan5.
Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu.
Keuntungan vasektomi5 :

Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental

Tidak mengganggu libido seksualitas

Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit

Tehnik vasektomi
Adapun tehniknya berupa:

Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik,


kemudian dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di

kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan
disekitar vas deferens.

Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin


dibawah kulit skrotum.

Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas
deferens. Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu
benar vas deferens), vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat

Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.

Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan
pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12
kali hubungan demi pengamanan5.
Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom
oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan
sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan


usaha usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan
memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk
mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus
dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan,
kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat
tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan
Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan keluarga yang sehat,
sejahtera dan harmonis pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama


cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2003
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta,
Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006
4. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama
cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2001
5. www.pikas.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=498
6. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1007347677,29897

Anda mungkin juga menyukai