Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

D I AR E

Masalah

Kurangnya

pengetahuan

tentang

pencegahan

dan

penanganan diare berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.
Pokok Bahasan

: Diare

Sub Pokok Bahasan

: Pencegahan dan Pertolongan Pertama Diare

Sasaran

: An. M dan Ny. P

Pertemuan ke

: Pertama (I)

Hari/Tanggal

: Selasa, 7 Oktober 2014

Waktu / Jam

: 30 Menit / 08.00 08.30 WIB

Tempat

: Kp. Bojong RT 02 RW 03 Desa Cikuya Kecamatan


Cicalengka Kabupaten Bandung 40395

Pelaksana

I.

: Iqbal Sapta Nugraha

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan An. M
dan Ny. P mampu mengerti dan memahami tentang penyakit cacingan
serta cara cara pencegahan dan penanganan diare.

II.

TUJUAN KHUSUS
1. Kognitif
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit An. M dan Ny. P dapat :
a. Menjelaskan pengertian diare dengan benar tanpa bantuan

b. Menjelaskan tentang penyebab diare dengan benar tanpa melihat


catatan
c. Menjelaskan tentang bahaya diare dengan benar dan rinci
d. Menjelaskan cara menangani diare dengan benar dan rinci
e. Menyebutkan nutrisi bagi penderita diare dengan benar tanpa bantuan
catatan
f. Menjelaskan cara pencegahan diare dengan benar dan rinci
2. Psikomotor
Ny. P dan An. M dapat mendemonstrasikan pembuatan larutan gula dan
garam (LGG) sebagai penanganan diare tanpa bimbingan dengan benar.
3. Afektif
Ny. P dan An. M dapat merubah sikap kearah lebih baik, dari tahu menjadi
mau, dari mau menjadi mampu dan melakukannya dengan baik dan benar.
III.

MATERI PENYULUHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian Diare
Penyebab Diare
Tanda dan gejala Diare
Cara Penanganan diare
Nutrisi bagi penderita diare
Pencegahan diare

IV. METODA
Diskusi dan Tanya Jawab

V.
NO

LANGKAH KEGIATAN PENYULUHAN


WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN

KEGIATAN PESERTA

5
Menit

1. Pembukaan :
a. Membuka/memulai
a.
ke-giatan dengan
mengucapkan

Menjawab salam

b.

Mendengarkan

c.
diri
c. Menjelaskan tujuan

Mendengarkan

dari penyuluhan d.
d. Menyebutkan

Mendengarkan &

salam
b. Memperkenalkan

materi penyuluhan
e. Bertanya kepada
e.
peserta
apakah

memperhatikan
Menjawab pertanyaan

sudah mengetahui
tentang
Pencegahan

dan

Pertolongan
Pertama
2

20
Menit

Diare.

(Apersepsi)
1. Kegiatan inti :
Penyampaian materi :
a. Menjelaskan
tentang
Pengertian

b.

Diare
b. Memberikan c.

Mendengarkan
Menjawab pertanyaan

kesem patan
kepada peserta
untuk bertanyad.
c. Menjelaskan
tentang

Mendengarkan

e.

Menjawab pertanyaan

f.

Mendengarkan

Penyebab
Diare.
d. Memberikan
kesem patan

kepada peserta
untuk bertanya
e. Menjelaskan

g.

Menjawab pertanyaan

tentang Cara
Penanganan
diare.
h.
f. Memberikan

Mendengarkan

kesempatan
kepada peserta

i.

Menjawab pertanyaan

untuk bertanya
g. Menjelaskan
tentang Nutrisi
bagi penderita
diare.
h. Memberikan
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
i. Menjelaskan
tentang
Pencegahan
diare

5
Menit

Penutup :
a. Melakukan post test
b. Menyimpulkan materi
c. Mengucapkan
salam
penutup

Mendengarkan
Menjawab salam

VI. MEDIA DAN SUMBER


1. Media
4

Menggunakan media booklet. Untuk LGG gelas, sendok pengaduk, gula,


garam, dan air.
2. Sumber
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP
FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI,


Jakarta

VII. EVALUASI
1) Prosedur : Post Test
2) Jenis Tes : Pertanyaan secara lisan
3) Butir-butir soal :
a. Jelaskan pengertian Diare
b. Jelaskan penyebab Diare
c. Sebutkan Tanda dan Gejala Diare
d. Bagaimana cara pengobatannya
e. Bagaimana cara pencegahannya
4) Format evaluasi: Demonstrasi pembuatan LGG

NO

Aspek penilaian

YA

TIDAK

.
1

Alat

gelas

alat pengaduk ( sendok )

Bahan :
2

air putih matang


5

gula

garam

Cara

: - cuci tangan
- larutkan gula dan garam

Penilaian

5) Butir Soal, Kunci Jawaban terlampir dalam materi

VIII.
1.

MATERI PENYULUHAN DIARE


PENGERTIAN DIARE
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai

bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali
sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
darah.Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut,
disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare
akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc
terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu
minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka
dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

Jadi, Diare adalah berak cair yang melebihi dari kebiasaan sehari hari.
Diare sangat bebahaya karena terjadi kehilangan cairan. Keadaan ini
diumpamakan seperti tanaman yang kekurangan cairan, sehingga lama

kelamaan akan layu dan mati. Begitu juga dengan manusia, bila terjadi diare
maka tubuh akan kehilangan cairan dan apabila keadaan ini tidak ditangani maka
dapat menyebabkan kematian.
2.

PENYEBAB DIARE
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,

terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc.Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum
elektrolit.Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari
merupakan hilangnya air dari tubuh.Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan
apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi
diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli,

Trichuris

trichiura,

Cryptosporidium

parvum,

Strongyloides

stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
(Simadibrata, 2006).
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella,
ocialc, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan
bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan
7

yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),


gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan
jamur terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa ocial yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral
2. Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
a. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti

otitis

media

akut

(OMA)

ocialcs/tonsilofaringits,

bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini


terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2)
tahun.
3. Faktor malaborsi
a. Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
b. Faktor makanan
c. Faktor psikologis.
3. TANDA DAN GEJALA DIARE
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini
bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal
ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
8

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan


tepat.Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
ocialc, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut
derajat dehidrasinya oci tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.Akibat paling fatal
dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian
akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan
biokimiawi berupa asidosis ocialc yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan
cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang
pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang
mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur.Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis.Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul
penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
Keadaan umum
Mata

Ringan
baik, sadar

Sedang
gelisah, rewel

Normal

cekung

ada
Basah

tidak ada
Kering

lesu,

Berat
lunglai

atau

tidak sadar
sangat
cekung

Air mata
Mulut dan lidah

tidak

kering
ada, sangat

Rasa haus

minum biasa, tidak haus,


haus

Turgor

Kembali

kulit
Hasil pemeriksaan

tanpa dehidrasi

ingin

kering
minum malas/tidak

banyak
kembali lambat
Dehidrasi

minum
kembali

oci
sangat

lambat
ringan, Bila ada satu tanda

sedang, bila ada tanda ditambah satu atau


ditambah

satu

atau lebih tanda lain.

lebih tanda lain.


4. CARA PENANGANAN DIARE
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita
harus diberi

cairan sebanyak mungkin untuk mengganti cairan yang hilang.

Sebagai pertolongan pertama, diberi cairan rumah tangga seperti air tajin, air
sayur, air matang, teh. Disamping itu, harus diberi cairan elektrolit berupa oralit.
Jika tidak ada oralit, bisa menggunakan larutan gula garam. Cara pembuatannya
sebagai berikut : satu sendok teh munjung gula pasir, seperempat sendok teh
mujung garam, dilarutkan dalam satu gelas air matang ( 200 cc). Selanjutnya
penderita diberi minum.
5. NUTRISI BAGI PENDERITA DIARE
Kondisi peristaltik usus yang tidak memungkinkan, maka perlu diberi
makanan yang lunak untuk membantu peristaltic usus. Bagi bayi yang masih
menyusui, ASI tetap diberikan dan Pasi di encerkan.
6.

PENCEGAHAN DIARE

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

10

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada social penyebab,
lingkungan dan social pejamu.Untuk social penyebab dilakukan berbagai
upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan.Peningkatan air
bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan
untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi
a. Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui

jalur

fecal-oral

mereka

dapat

ditularkan

dengan

memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar


dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar (Depkes
RI, 2006). Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang
benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih (Depkes RI, 2006).
b. Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada
anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang
mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Wibowo, 2003).
c. Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan
mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap
kelompok ocialc berkurang (Suharyono, 1986)
d. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

11

Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan


risiko tinggi terkena diare sehingga oci mengakibatkan terjadinya
gizi buruk (Depkes RI, 2006
e. Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan

dengan

kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah


mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes
f.

RI, 2006).
Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri
anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes
RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 mingggu terakhir.Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio
(Depkes RI, 2006).
2. Pencegahan Skunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan
ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya
akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah
dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.Diare
dapat disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang.Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.Obat
12

diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab


diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare
dan spasmolitik yang membantu menghi langkan kejang perut yang tidak
menyenangkan.Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa
resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab
diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping
dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi.Jadi pada tahap ini penderita
diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.Pada
tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare.Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.Rehabilitasi
juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan
dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak.Anak yang menderita
diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus
dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan
dengan teman sepermainan.

13

Anda mungkin juga menyukai