Ref Ocd
Ref Ocd
42)
I.
PENDAHULUAN
Gangguan Obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder OCD) adalah
gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan
disertai tindakan kompulsif.1 Kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari
pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan
mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya
tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya.2Gangguan Obsesif-kompulsif
membutuhkan adanya obsesi atau kompulsi yang merupakan sumber gangguan atau
kerusakan yang signifikan dan bukan karena gangguan mental lainnya.3 Gannguan
obsesif kompulsif diklasifikasikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) sebagai gangguan
kecemasan.4
Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan,
pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun mengganggu alam sadar
mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat
diamati ataupun secara mental, yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang
ditimbulkan oleh obsesi. Beberapa penelitian besar menemukan bahwa obsesi yang
tersering adalah pikirang tentang kontaminasi, dan kompulsi tersering adalah tindakan
memeriksa sesuatu. Namun, sebagian besar individu dengan gangguan ini memiliki
multipel obsesi dan kompulsi dari waktu ke waktu.5
Penderita mengetahui bahwa perbuatan dan pikirannya itu tidak masuk akak,
tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak apat
menghilangkannya dan juga ia juga tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan
yang begitu kuat untuk berbuat dan berpikir demikian.2
1
II.
EPIDEMIOLOGI
Setelah diyakini langka, gangguan obsesif kompulsif memiliki prevalensi
seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA (Epidemiological Catchment Area).
Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran 1,74%.4 Penelitian ECA menemukan bahwa gangguan Obsesif Kompulsif adalah
gangguan kejiwaan yang tersering keempat (setelah fobia, gangguan penggunaan
narkoba dan gangguan depresif mayor).5
Diperkirakan bahwa sekitar 1 dari 100 orang dewasa atau antara 2 hingga 3
juta orang dewasa di Amerika Serikat saat ini menderita gangguan Obsesif Kompulsif.
Ini kira-kira adalah jumlah yang sama orang yang tinggal di kota Houston, Texas.Ada
juga setidaknya 1 dari 200.000 atau 500.000 - anak-anak dan remaja yang menderita
gangguan Obsesif Kompulsif. Ini adalah
menderita diabetes. Itu berarti ada empat atau lima anak dengan gangguan Obsesif
Kompulsif kemungkinan terdaftar di setiap sekolah dasar. Mulai dari sekolah
menengah sedang sampai besar, mungkin ada 20 siswa yang sedang berjuang dengan
tantangan yang disebabkan oleh Gangguan Obsesif Kompulsif. Gangguan Obsesif
kompulsif menyerang laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua ras dan latar
belakang yang sama.6umur rata-rata onset dari gangguan obsesif kompulsif berkisar
22 sampai 36 tahun, dengan hanya sekitar 15% dari pasien yang menderita berumur
lebih dari 35 tahun.8Dalam studi ECA, tingkat prevalensi gangguan obsesif-kompulsif
menunjukkan angka kejadian lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria.3
Pada beberapa pasien, gangguan ini dimulai pada masa pubertas atau
sebelumnya, timbulnya gangguan obsesif-kompulsif saat remaja umumnya terjadi
pada laki-laki.Pasien lain dapat memiliki onset dikemudian hari, misalnya, setelah
III.
ETIOLOGI
1. Aspek Biologis
Neurotransmitter
Sistem serotoninergik
Banyak percobaan yang dilakukan untuk mendukung hipotesis tentang
terlibatnya disregulasi serotonin terhadap munculnya gejala obsesi dan kompulsif
pada penyakit ini. Banyak data yang menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih
efektif
dibandingkan
dengan
obat
lain
yang
juga
mempengaruhi
sistem
Sistem Noradrenergik
3
Bukti saat ini masih kurang tentang adanya disfungsi sistem noradrenergik
dalam terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun, ada laporan dari peningkatan
dalam OCD gejala dengan clonidine oral.3,9
Sistem Neuroimunologi
Beberapa pakar berpendapat bahwa ada hubungan positif antara infeksi
streptokokus dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus -Hemolitikus
grup Adapat menyebabkan demam rematik, dan sekitar 10-30% pasien juga
mengalami Syndenhams chorea dan Gangguan Obsesif Kompulsif.9
Genetik juga diduga berpengaruh untuk terjadinya gangguan obsesif kompulsif
dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara kembar monozigot dan dizigot.11
2. Psikologis
Gangguan obsesif kompulsif menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas
tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut thought-action
fusion (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat
disebabkan
oleh
sikap-sikap
tanggung
jawab
yang
berlebih-lebihan
yang
menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanakkanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat.10
3. Faktor Psikososial
Gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena regresi dari fase anal dalam
perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan
pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah
terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk
4
IV.
DIAGNOSIS
Diagnosis gangguan kobsesif kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya.
Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan Gangguan obsesif kompulsif biasanya
menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak
logis.8
Sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Gangguan Obsesif Kompulsif,
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision
(DSM-IV-TR) memberikan kemudahan bagi para klinisi untuk mendiagnosis
gangguan obsesif kompulsif pada pasien yang umumnya tidak sadar akan obsesi
berlebihan dan kompulsinya.9
Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu atau
untuk menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan.
Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui bahwa obsesi atau
kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk akal (walaupun ini tidak berlaku untuk
anak-anak).
seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau kegiatan sosial biasanya atau
hubungan dengan orang lain.
Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau kompulsi tersebut
tidak terbatas pada itu saja.
Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik atau kondisi
medis tertentu.
V.
GEJALA KLINIS
Gejala dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan tindakan
sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1 sampai
2 minggu selanjutnya. Gejala utama obsesi-kompulsif harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:9,10
1
Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari sepenuhnya oleh individu
atau didasarkan pada impuls dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari
bahwa perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk
mengurangi kecemasan.12
4. Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh oleh individu dan berusaha
melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa cemas tersebut sekuat tenaga,
namun tidak berhasil
5. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau
kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan
mengurangi stres yang dirasakannya.
6. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terusmenerus dalam beberapa kali setiap harinya.
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah; 12
VI.
PENANGANAN
A. Psikoterapi
Penanganan psikoterapi untuk gangguan obsesifkompulsif umumnya diberikan
hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi suportif jelas memiliki
bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan bosesif kompulsif yang, walaupun
gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan
membuat penysuaian sosial.9,10
Tujuan Psikoterapi Suportif adalah:2
1 Menguatkan daya than mental yang ada
7. Mengembangkan mekanisme yang baru
mempertahankan kontrol diri
10
dan
yang
lebih
baik
untuk
dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alas an utama pemilihan
obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan terapi.
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi
seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan
oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor
neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial
terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif,
dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan paling
nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan gejal cemas.13,14
Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan
obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs.
Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah.Beberapa efek pemberian jenis obat
ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.13
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).Jenis obat ini adalah phenelzine
(Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan isocarboxazid (Marplan).Pemberian MAOIs
harus diikuti pantangan makanan yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil
KB, obat penghilang rasa sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis
suplemen.Kontradiksi dengan MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.13
VII.
PROGNOSIS
Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengolah (bukannya menahan) pada
kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh perlu perawatan di rumah
sakit, gangguan depresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan
yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi dan adanya
12
gangguan keperibadian. Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuian sosial dan
pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik.9
VIII.
KESIMPULAN
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang
dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa
untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan
mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi penderita gangguan
ini adalah sekitar 2-3% dari populasi, dengan jumlah penderita perempuan lebih
banyak daripada laki-laki. Penyebab gangguan obsesif kompulsif antara lain
dipengaruhi oleh aspek biologis, psikologis, dan aspek sosial.2
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut.Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila
tidak ada gangguan depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.Bila
dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.9
Gejala dari Obsesif Kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan
tindakan sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama 1
sampai 2 minggu selanjutnya. Penanganan pasien dengan gangguan obsesif kompulsif
dapat berupa psikoterapi dan psikofarmakologi. Prognosis pasien gangguan obsesif
kompulsif dapat baik dan buruk. Prognosis buruk bila terjadi pada usia anak-anak,
terdapat depresi berat serta adanya kepercayaan waham. Sedangkan baik bila
penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat
gejala yang episodik. 10
13
14