Nutrisi Parenteral
Nutrisi Parenteral
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penderita dengan trauma yang besar, sakit berat atau sepsis mengalami
peningkatan kebutuhan energi, peningkatan katabolisme disertai kehilangan
massa tubuh yang cepat. Meskipun pemberian nutrisi konvensional mampu
dengan baik mengatasi malnutrisi biasa, bahkan hiperalimentasi ternyata gagal
mengatasi
perubahan
metabolik
terhadap
pasien-pasien
seperti
diatas.
tindakan
operasi
dan
sepsis
sangat
berbeda
dengan
dengan
usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi
normal kembali.
Tehnik nutrisi parenteral memang tidak mudah dan penuh liku-liku
masaalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi jika digunakan
dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat dihemat
lebih banyak biaya yang semestinya keluar untuk antibiotik dan waktu tinggal
dirumah sakit .Contoh kesalahan yang masih banyak ditemukan di rumah sakit
yaitu Pemberian protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup dan Pemberian
cairan melalui vena perifer dimana osmolaritas cairan tersebut lebih dari 900 m
Osmol yang seharusnya melalui vena sentral.1,2 Jika krisis katabolisme kecil
sedang tubuh mempunyai cukup cadangan tidak timbul masalah apapun.
Penderita dewasa mudah sehat dengan status gisi yang baik, dapat menjalani
pembedahan, puasa 5 7 hari setelah operasi sembuh dan pulang dengan selamat
hanya dengan kerugian penurunana berat badan. Tetapi pada kenyataannya
lebih banyak penderita yang kondisi awalnya sudah jelek ( berat badan kurang,
kadar albumin < 3,5 gr/dl), untuk penderita ini puasa pasca bedah / pasca
trauma 5 7 hari hanya mendapat infus elektrolit sudah cukup untuk
mencetuskan hipoalbuminemia, hambatan penyenbuhan luka , penurunan daya
tahan tubuh sehingga infeksi mudah menyebar. Sehingga banyak diantara
penderita pasca bedah laparotomi karena perforasi ileum ( typhus abdominalis ) ,
invaginasi , volvulus, atau hernia inkarserata kemudian mengalami kebocoran
jahitan usus yang menyebabkan peritonitis atau enterofistula ke kulit . Dengan
bantuan nutrisi yang baik penyulit-penyulit fatal ini dapat dihindari.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu nutrisi parenteral?
Apa sajakah hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral?
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Umum
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para
peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti
pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang
lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum
dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian
makanan melalui pembuluh darah.
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas (ASPEN,
1995) :
Nutrisi Parenteral Sentral.
Nutrisi Parenteral Perifer
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan
pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
1.
kemoterapi.
2.
3.
4.
Kolitis akuta.
5.
AIDS.
6.
7.
Luka bakar.
8.
Parenteral
pada
pasien
anak-anak
diberikan
lebih
awal
4.
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Keunggulan:
1.
5.
1.
misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai,
demam)
2.
3.
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih
3.
4.
KA-EN MG3
Indikasi :
1.
3.
4.
kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
1.
2.
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
1.
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang
3 tahun
2.
risiko hipokalemia
3.
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Otsu-NS
Indikasi:
1.
Untuk resusitasi
2.
3.
1.
Resusitasi
2.
3.
Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
1.
2.
4.
AMIPAREN
Indikasi:
1.
2.
Luka bakar
3.
Infeksi berat
4.
Kwasiokor
5.
Pasca operasi
6.
7.
AMINOVEL-600
Indikasi:
1.
2.
3.
pasca operasi)
4.
5.
PAN-AMIN G
Indikasi:
1.
2.
3.
Tifoid
20% = lemak
KEBUTUHAN ENERGI
Energi expanditure harus dihitung agar keseimbangan nitrogen yang lebih baik
dapat dicapai dan dipertahankan. Metode yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan energi ada dua cara yaitu dengan rumus Harris-Benedict dan indirectcalorimetry
dengan
expired
gas
analysis.
dikalikan
stress
faktor.
= 4,1 kcal
= 9,3 kcal
Jika karbohidrat hanya berasal dari cairan dektrose 5% atau 10% maka dalam :
1000 cc D5
= 50 gram
= 205 kcal
= 410 kcal
Dapat dilihat bahwa pemenuhan kalori hanya dari larutan dextrose dengan
isoosmolaritas saja tidak cukup, dengan demikian perlu tambahan kalori dari
sumber lain misalnya emulsi lemak atau dengan karbohidrat jenis lain atau
dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Kebutuhan kalori ini perlu juga
disesuaikan dengan:
Jumlah kebutuhan cairan harian (maintenance)
Kebutuhan elektrolit terutama Na+ dan K+
Protein dan lemak
Osmolaritas yang dapat ditoleransi vena perifer yaitu < 800 mOsm.
Suatu hal yang sangat penting dalam pemberian dekstrose/glukose adalah
karbohidrat jenis ini bersifat insulin dependent. Dengen demikian pemberiannya
harus dimulai dengan konsentrasi yang rendah dan ditingkatkan secara perlahan
dan harus merata dalam 24 jam. Penghentian pemberian dextrose secara
mendadak atau tidak teratur dapat menyebabkan kadar gula darah yang turun
tiba-tiba. Penjelasan hal ini adalah sebagai berikut; saat pemberian dekstrose
konsentrasi tinggi kadar insulin juga tinggi dan saat konsentrasi pemberian
diturunkan,
insulin
yang
tinggi (overshoot
insulin) dapat
menyebabkan
diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka
defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh
dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan
ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu. Asam
lemak esensial berperan dalam fungsi platelet , penyembuhan luka, sintesa
prostaglandin dan immunocompetence. Oleh karena ada keuntungan bila
diberikan bersama-sama dengan glikosa sebagai sumber energi dianjurkan 30
-40 % dari total kalori diberikan dari lemak. Ada bukti infus lemak merata 24 jam
lebih baik dan lebih dipilih dibanding pemberian intermitten. Direkomendasikan
untuk tidak memberikan > 60% kalori total diambil dari subtrat lemak. Sebagai
pegangan jangan berikan porsi lemak > 2 gr / kg BB /hari. Sebaiknya lakukan
pemeriksaan kadar triglised plasma sebelum pemberian emulsi lemak intravena
sebagai data dasar .
Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsetrasi 10% ( 1 k cal /ml )
dan 20 % ( 2 k cal / ml ) dengan osmolalityas 270 - 340 m Osmol /L sehingga
dapat
diberikan
melalui
perifer.
Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mr/l ,Kolesterol
400 mg/l . kontraindikasi rtelatis : Trigeliderit 300 - 500 mg/l. Kolesterol 300 400 mg/l ganggguan berat faal ginjal dan hepar .
Contoh larutan lemak Misalnya R/Ivelip. Larutan ini tersedia dalam beberapa
kemasan dengan konsentrasi 10% dan 20%. Satu liter larutan 20% mengandung
2000 kcal dengan osmolaritas yang rendah yaitu 270 mOsm. Pada botol 250 cc
yang mengandung 50 gram lemak mengandung 500 kcal dengan osmolaritas
yang sama. Larutan 20% dengan kemasan 250 cc atau 100 cc lebih disukai oleh
karena mudah dalam pengaturannya.
Jika
asam
amino
bertujuan
sebagai
nitrogen
sparing
effect dimana menjaga agar protein viscera atau otot tidak dirobah menjadi
kalori, jadi balance nitrogen sama dengan nol, maka tidak perlu diberikan kalori.
Larutan asam amino pada umumnya bersifat hiperosmotik, oleh karena
itu pada pemberian melalui vena perifer perlu dilakukan pengenceran misalnya
dengan dekstrose, atau dipilih asam amino dengan konsentrasi rendah. Contoh
yang ada dipasaran R/ Aminofusin L-600 dimana kandungan tiap 1000 cc
sebagai berikut:
Asam amino = 50 gram
Karbohidrat
= 100 gram
Na+
= 40 mmol
K+
= 30 mmol
Osmolaritas
= 1.100 mOsm
R/ Pan Amin G:
Asam amino = 27,2 gram
Karbohidrat
+
Na dan K
Osmolaritas
= 50 gram
= tidak ada
= 507 mOsm
600 kcal
= fat 70 gram
: 2000 cc
: 870 kcal
Na+
K+
: 30,8 mEq
: 15 mEq
Osmolaritas
: 745 mOsm
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan
demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan
selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan
komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.
KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN PADA PARENTERAL NUTRISI
1.Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka
makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900 1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis)
dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE
yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia
kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat
vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus
memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan )
Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan
resiko teromboemboli yang tinggi.
2. Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup.
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg.
Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein.
Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut
tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus
dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram
protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300
gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam
perhitungan kebutuhan kalori .
Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi
3.Tidak melakukan perawatan aseptik.
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi.
Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora
kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infus
2.6 Komplikasi dan Monitoring / Pemantauan penderita
Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap
harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila fasilitas
ada). Pemberian terapi intravena menghadapkan pasien dengan berbagai risiko
komplikasi lokal atau sistemik. Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan
penyumbatan kanula terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang
mencakup hiperglikemia, septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh
karena itu, pemantauan dan perawatan kateter merupakan komponen penting
dalam pemberian cairan intravena.
1. PEMANTAUAN LOKASI PERIFER
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus, laju
pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat insersi.
Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang diresepkan,
kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau setiap 1
sampai 2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih
sering. (1)
Wadah Larutan Infus
Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang infus
sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis larutan dan obat
yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter dan informasi yang
tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label tanggal dan jam infus
dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi label jam infus digantung
dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak
pada wadah. Wadah tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau
spidol, karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena.
Selanjutnya perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan berapa
banyak cairan seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang
diinstruksikan dan waktu yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus
set dari berbagai pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau
20 tetes per ml). Jika anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit
menggunakan infus set 15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam.
Tampilan juga diperhatikan; harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel.
Larutan dalam botol kaca membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu
jarum udara.
Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus. Bila
digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai 36
inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan
bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika
tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan
atau pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan hantaran
cairan dan obat tidak tepat. Beberapa faktor lain bisa mengubah laju aliran,
sebagai berikut:
Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin
dan dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil (misal
vena punggung tangan)
memperlambat aliran
Dressing infus
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh. Dressing
yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing lembab atau
integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa ini ada dressing
transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan
infiltrasi.
Tempat insersi
Blanching
Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini merupakan
petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan. Jika ada kebocoran
pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang. Pembahasan terpisah
mengenai infiltrasi danflebitis telah diunggah pada situs ini dan bisa diakses.
2. PEMANTAUAN KOMPLIKASI METABOLIK
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius, tetapi bisa
diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut
mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan
kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai namun bisa dicegah dengan
pemantauan adekuat terhadap kadar plasma. Begitupula halnya dengan
defisiensi trace element dan vitamin, khususnya tiamin. Kelebihan glukosa bisa
memperburuk hiperglikemia, yang diikuti dengan prognosis buruk setelah
operasi jantung, infark miokard dan stroke. Hiperglikemia juga bisa mengganggu
fungsi
leukosit
sehingga
meningkatkan
angka
infeksi
nosokomial.
Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil.
diikuti oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi
steatohepatitis non-alkoholik(Grade C). (8)
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia
belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia
merupakan faktor risiko untuk berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut
dari emulsi lemak yang berisi trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride
(LCT)) mengurangi kemampuan relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama
bahwa infus lemak bisa mengganggu respons imun tidak didukung oleh metaanalisis terbaru. Namun, banyak ahli menganjurkan menghindari kadar
trigliserida lebih dari 5 mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila
kadar ini dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi
kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk
sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi tidak dianjurkan
menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui kapasitas oksidasi
pasien.
2.7 Penghentian Nutrisi Parental
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk
mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah
melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral
dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat
(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan
praktik. Volume 2. Jakarta : EGC
http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=28&lang=id diakses pada
tanggal 23 April 2011 pukul 13.32
http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/konsep-dasar-nutrisiparenteral.html diakses pada tanggal 23 April 2011 pukul 15.33
https://www.scribd.com/doc/219287341/Nutrisi-Parenteral