Anda di halaman 1dari 20

MATERI PEMBELAJARAN

REFLEKSI PRAKTIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


PNC, BAYI, KB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan kesehatan perempuan, terutama membantu perempuan hamil dan
keluarganya. Pelayanan yang diberikan agar perempuan dan keluarganya
memperoleh penyesuaian emosional dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan, keterampilan
dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood)
dengan peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. &
Picombe, J., 1999). Menyikapi tujuan ini, maka bidan selain bekerja secara
mandiri juga bekerja sama/kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat dilakukan secara paripurna
dan berkesinambungan dengan berfokus pada aspek pencegahan dan promosi
yang berlandaskan pada kemitraan serta pemberdayaan masyarakat.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global
yang semakin ketat yang menurut kita semua untuk menyiapkan manusia
indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan
sebaik
mungkin
secara
terencana,terpadu
danberkesinambungan.upaya tersebut haruslah konsisten sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan,masa bayi dan balita,masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna,berfokus pada aspek pencegahan,promosi dengan berlandaskan
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga
kesehatan lainnya untuk senantiasa melayani siapa saja yang
membutuhkannya,kapan dan dimanapun dia berada.untuk menjamin kualitas
tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan
segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu,keluarga dan masyarakat baik dari aspek
input,proses dan output.begitu pula dengan standar pelayanan nifas sebagai
tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas dan berkesinambungan guna mencegah komplikasi-komplikasi yang
terjadi pada masa njfas baik itu dari ibu atau dari bayinya.
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser
kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis

yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi hingga


usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis,
kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan
suatu tantangan bagi bidan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun akan menjabarkan
pembahasan tentang Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan pada PNC,
Bayi, dan KB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dirumuskan masalah Bagaimana
Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan pada PNC, Bayi, dan KB ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan pada PNC, Bayi, dan KB.
D. Manfaat Penulisan
Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah konsep kebidanan
lanjut.
Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan untuk penyusun dan
teman kelas mengenai Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan.
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan para
pembaca.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan
a. Refleksi Praktik Kebidanan
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan
(manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan. Upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk
berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.

Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya


bidang kebidanan telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan.
Setiap peran mengemban tanggung jawab dan cukup sulit bagi bidan
memikul semua tanggung jawab itu. Pada dasarnya tanggung jawab bidan
adalah :
Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi.

Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak


bisa berdasarkan hasil penelitian ilmiah ( evidence based ).
Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan
yang mampu memberi pelayanan berkualitas.
b. Praktik dalam Asuhan Kebidanan
1. Monitoring keadaan fisik, psikologis spiritual dan sosial perempuan dan
keluarganya sepanjang siklus reproduksinya
2. Menyediakan kebutuhan perempuan seperti pendidikan, konseling dan
asuhan
keahmilan;
pendamping
asuhan
berkesinambungan
selama,kehamilan, persalinan dan periode post partum.
3. Meminimalkan intervensi
4. Mengidentifikasi dan merujuk perempuan yang memiliki tanda bahaya
Model Praktek Kebidanan di Indonesia
1. Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab sendiri dalam
memberikan asuhan yang berkesinambungan sejak hamil, melahirkan
dan post partum,sesuai kewenangan bidan.
2. Continuity of Care
a. Diselenggarakan oleh sekelompok bidan dengan standard praktik
yang sama filosofi dan proses pelayanannya adalah partneship
dengan perempuan
b. Setiap bidan mempunyai komitmen sebagai berikut :
Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak
hamil
Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan
bayi
3. Collaborative Care
Bidan perlu berkolaborasi dengan professional lain untuk menjamin
kliennya menerima pelayanan yang baik bila terjadi sesuatu dalam
asuhan. Kolaborasi dilaksanakan dengan informed choice demi
keuntungan ibu dan bayi.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi
kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu
dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan
atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga
kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.

Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam


pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa
yang cerdas.
Pelayanan yang demikian karena pelayanan kebidanan ditujukan
kepada perempuan sejak masa sebelum konsepsi, masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja pelayanan
kebidanan yang berkualitas akan member hasil yang berkualitas, yaitu
kepuasan pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu.
Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin
yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus
berorientasi pada mutu.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat
menuntut tanggung jawab. Bidan juga nantinya akan menjadi pemberi
asuhan di tengah masyarakat. Bidan adalah orang yang berperan penting
dalam terciptanya ibu dan anak yang sehat dan keluarga bahagia serta
generasi bangsa yang sehat.
c. Prinsip Bidan dalam Praktik kebidanan
Adapun tugas dan prinsip bidan dalam praktik kebidanan ketika
melakukan tugasnya yaitu:
1. Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do
your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena
dorongan orangtua, dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan
yang singkat dan dapat membuka praktek mandiri. Oleh karena itu terlepas
dari apapun motivasi seseorang menjadi bidan, setiap bidan harus mencintai
pekerjaannya.
2. Jangan membuat kesalahan (dont make mistake).
Dalam memberi asuhan, usahakan tidak ada kesalahan. Bidan harus
bertindak sesuai dengan standar profesinya. Untuk itu bidan harus terus
menerus belajar dan meningkatkan keterampilan. Kesalahan yang dilakukan
memberi dampak sangat fatal. Jangan pernah berhenti mengasah
keterampilan yang telah dimiliki saat ini, terus meningkatkan diri, dan mau
belajar kaena ilmu selalu berubah. Keinginan untuk terus belajar dan
kemauan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan akan sangat
membantu kita menghindari kesalahan.
3. Orientasi kepada pelanggan (customer oriented).
Apapun yang dilakukan harus tetap berfokus pada pelanggan. Siapa
yang anda beri pelayanan, bagaimana karakter pelanggan anda, bagaimana
pelayanan yang anda berikan dapat mereka terima dan dapat member
kepuasan sehinga anda tetap dapat member pelayanan yang sesuai engan
harapan dan keinginan pelanggan.

4. Tingkatkan mutu pelayanan (improved your service quality).


Bidan harus terus menerus meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan kepada kliennya. Dalam member pelayanan, jangan pernah
merasa puas. Oleh karena itu, bidan harus terus menerus meningkatkan diri,
mengembangkan kemampuan kognitif dengan mengikuti pelatihan,
mempelajari dan menguasai perkembangan ilmu yang ada saat ini, mau
berubah ke arah yang lebih baik, tentu saja juga mau menerima perubahan
pelayanan di bidang kebidanan yang telah dibuktikanlebih bermanfaat
secara ilmiah.
Bidan yang terus berpraktek, keterampilannya akan terus bertambah
dalam memberi asuhan dan melakukan pertolongan persalinan, KB,
maupun dalam hal memberi pelayanan kebidanan lainnya. Dengan
demikian diharapkan kualitas personal bidan meningkat sehingga akan
meningkatkan mutu pelayanan.
5. Lakukan yang terbaik (do the best).
Jangan pernah memandang klien/pelanggan sebagai individu yang
tidak penting atau mengklasifikasikan pelayanan yang anda berikan
kepada pelanggan dengan memandang status ekonomi, kondisi fisik, dan
lain-lain. Ingat! Klien berhak memdapatkan pelayanan kesehatan tanpa
diskriminasi. Bidan harus member pelayanan, pemikiran, konseling, tenaga,
dan juga fasilitas yang terbaik bagi kliennya.
6. Bekerja dengan takut akan Tuhan (work with reverence for the Lord).
Sebagai bangsa indonesia yang hidup majemuk dan beragama, bidan
harus menghormati setiap kliennya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Bidan juga harus percaya segala yang dilakukan dipertanggungjawabkan
kepada Sang pencipta. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan
kaidah/norma yang berlaku di masyarakat, menjunjung tinggi moral dan
etika, taat dan sadar hukum, menghargai pelanggan dan teman sejawat,
bekerja sesuai dengan standar profesi.
7. Berterima kasih kepada setiap masalah (say thanks to the problem).
Bidan dalam menjalankan tugas, baik secara individual (mandiri)
sebagai manajer maupun dalam kelompok (rumah sakit, puskesmas, di
desa) tentu saja menghadapi dan melihat banyak masalah pada proses
pelaksanaan pelayanan kebidanan. Setiap masalah yang dihadapi akan
menjadi pengalaman dan guru yang paling berharga. Bidan dapat juga
belajar dari pengalaman bidan lainnya dan masalah yang mereka hadapi
serta bagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah, baik masalah
manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar
lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
Selain itu masalah juga membuat seseorang mencapai kedewasaan
dan kematangan. Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan situasi dan
masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari setiap situasi dan mencari
strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi segala yang

kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang kita
alami serta berusaha menghindari kesalahan yang sama.
8. Perubahan perilaku (behavior change).
Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan. H. L. Blum mengatakan
bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu
tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan perilaku. Hal yang paling
sulit dilakukan adalah perubahan perilaku.
Akan tetapi, jika bidan sebagai tenaga kesehatan yang mengemban
tanggung jawab moral selalu meningkatkan diri, menerima perubahan yang
positif dan baik untuk pelayanan kebidanan, meninggalkan praktik yang
tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri selalu pada
pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan,
turut serta ambil bagian dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan,
mau memberi dan menerima saran/kritik dari teman sejawat dan organisasi
profesi untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang dan
tanggung jawabnya sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan
anak dapat diturunkan. Bidan juga harus terus melibatkan dirinya dalam
perbaikan mutu pelayanan sehingga bidan selalu berada dalam lingkaran
mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan kualitas pelayanan kebidanan
masa depan
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan
tidak bisa dipisahkan. Bidan adalah ujung tombak pembangunan keluarga
sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan lainnya. Bidan
menempati posisi yang strategis karena biasanya di tingkat desa
merupakan kelompok profesional yang jarang ada tandingannya.
Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam keadaan hampir tidak
siap tempur, menghadapi ledakan generasi muda yang sangat dahsyat.
Bidan dapat mengambil peran yang sangat penting dalam membantu
keluarga Indonesia mengantar anak-anak dan remaja tumbuh kembang
untuk berjuang membangun diri dan nusa bangsanya.
B. Standar pelayanan kebidanan; PNC, Bayi, dan KB
a. Standar pelayanan Post Natal Care (Asuhan Masa Nifas)
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Pernyataan ini
juga diperjelas oleh Abdul Bari (2000) yang menyatakan bahwa masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Dengan kata lain asuhan masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada
ibu beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya

untuk mempercapat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan


memenuhi kebutuhan, ibu dan bayi selama periode nifas.
Adapun Standar praktik Pelayanan Nifas antara lain ;
1. Standart 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelaianan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermi.
2. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal
hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu untuk memulai pemberian
ASI.
3. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikann penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari hari.
4. Memberikan pelayanan KB.
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I : 6 8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah melahirkan atau sampai keadaan ibu
dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
b. Menilai adanya tandatanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda tanda
penyakit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a. Menanyakan ibu tentang penyakit penyakit yang dialami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
Perawatan Pada Masa Nifas
1. Early Ambulation
a. Merupakan kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan
b. Keuntungan early ambulation :
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
3. Memungkinkan kita mengajak ibu memelihara anaknya :
memandikan, mengganti pakaian, memberi makanan, dll
2. Diet
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat
meningkatkan kesehatan dan memberikan ASI, makanan yang baik
mempercepat menyembuhan alat-alat kandungan
3. Miksi dan Defekasi
a. Miksi hendaknya dapat dilakukan secepatnya, sebaiknya penderita
disuruh kencing 4 jam post partum. Bila kandung kencing penuh dan
wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi
b. Defekasi harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terdapat
kesulitan dapat diberikan obat laksans peroral atau per rectal
4. Perawatan payudara
a. Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil. Supaya puting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya

b. Bila bayi meninggal, maka laktasi harus dihentikan dengan cara :


1. Pembalutan mammae sampai tertekan
2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral
dan periodel
Implementasi Hak hak Ibu Nifas
Beberapa hak hak pasien secara umum adalah :
1. Hak untuk memperoleh informasi
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas
3. Hak untuk mendapatkan perlindungann dalam pelayanan
4. Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
5. Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam
pelayanan
6. Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut, bidan berkewajiban
memberikan asuhan sesuai standar. Standar asuhan pada ibu nifas telah diatur
dalam KEPMENKES 369/ MenKes/ 2007.
Implementasi hak hak untuk ibu postnatal dan bayi, bisa diartikan dengan
gerakan sayang ibu. Gerakan sayang ibu merupakan suatu gerakan yang
dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk
peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang
berdampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil,
melahirkan dan nifas. Program ini bertujuan memberikan stimulant dalam
memperhatikan gizi keluarga terutama ibu hamil, dan ibu menyusui.
Metode yang digunakan pada program ini adalah meningkatkan
kepahaman pada keluarga dengan pendampingan dan penyuluhan,
pembentukan komunitas (kelompok masyarakat) yang terdiri dari masyarakat
sasaran dan stakeholders.
Selain hak untuk mendapatkan pendampingan dalam gerakan sayang
ibu, implementasi hak ibu post natal juga dapat berupa hak ibu dalam menyusui
bayi. Kita tidak dapat memaksa ibu untuk menyusui kalau tidak ingin. Karena
menyusui itu juga melibatkan keikhlasan ibu, bukan hanya sekedar
memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya, tidak ada seorangpun yang
boleh menghalangi seorang ibu memenuhi haknya untuk menyusui bayinya.
Selain ibu, bayi juga punya hak. Mendapatkan ASI ibu adalah hak bayi.
Hal ini juga diatur dalam konvensi Hk anak pasal 24 yang menyatakan bahwa
anak (atau bayi) berhak atas standar kesehatan tertinggi yang dapat diadakan.
Yang paling essensial dari hak ini adalah hak hidup si anak. Dia berhak
mendapatkan kehidupan yang layak di muka bumi ini.
b. Standar praktik pelayanan kebidanan pada Bayi
Sesuai
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
NomorHK.02.02/MENKES/149/1/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan, dinyatakan bahwa Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi: a. pelayanan kebidanan; b. pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan; dan c. pelayanan kesehatan masyarakat.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai Peraturan Menteri


Kesehatan dan menyusun Pedoman Pelayanan Kesehatan bagi Ibu dan Bayi Baru
Lahir di Puskesmas dan jaringannya. Pedoman tersebut dipergunakan sebagai
acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan, diantaranya Pedoman
Asuhan Persalinan Normal (APN), Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir, Pedoman
Asuhan Keperawatan bagi Ibu dan Bayi, dan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku
KIA), yang hanya mengatur standar pelayanan yang bersifat teknis medis, dan
belum sepenuhnya berorientasi pada perlindungan anak. Untuk mencegah
terjadinya kasus penculikan dan perdagangan bayi baru lahir dan meningkatkan
pengetahuan petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya tentang
perlindungan anak, maka perlu disusun suatu Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi
Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak.
Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi antara lain pemeriksaan bayi baru
lahir; perawatan tali pusat; perawatan bayi; resusitasi pada bayi baru lahir;
Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah; dan
pemberian penyuluhan.
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh
kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan
kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1,
2, 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 11 bulan)
d. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
Buku KIA
e. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan

bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang
sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu
kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal
di paha kiri
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika
dosis tunggal
9. Pemeriksaan bayi baru lahir
10.Pemberian ASI eksklusif
Pelayanan kesehatan pada bayi adalah:
a. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan
mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya segera setelah lahir.
Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri segera setelah lahir
dengan meletakkan bayi di dada atau perut dan kulit bayi melekat pada
kulit ibu (skin to skin contact) setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi
menyusui sendiri. (mitaya, 2010 : 23)
Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit yang
menyerang bayi, karena kandungan antibodi yang ada pada colostrom
dan ASI.Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
a. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
b. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada
ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
d. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi
sendiri mencari puting susu ibu.
e. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi
sebelum menyusu.

b.

c.

d.

e.

f. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama satu
jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di
dada ibu sampai 1 jam
g. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan
bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu selama 30 menit.
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda
identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri.
Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha
kanan.
1. Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan
imunisasi Hepatitis B (HB 0).
2. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode
setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar
bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
3. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1
mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
4. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin 1%).
5. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati.
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama
dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan
di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang
memeriksa.
Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit
setelah bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU
intramuskular kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di
bungkus tutupi dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap
terkena udara dan akan lebih mudah kering.
Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi
terpapar langsung dengan suhu lingkungan
Kunjungan Neonatal

Adalah :-pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu:


a. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah lahir
b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat
dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan
yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi
berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).
c. Standar Pelayanan Keluarga Berencana
Sesuai pada Peraturan kepala badan koordinasi keluarga berencana
nasional nomor: 55/hk-010/b5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang selanjutnya
disingkat SPM Bidang KB dan KS adalah tolak ukur kinerja pelayanan
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang diselenggarakan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Keluarga
berencana (disingkat
KB)
adalah
gerakan
untuk
membentukkeluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran
atau usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak. Untuk
menghindari
kehamilan
yang
bersifat
sementara
digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang
sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:

Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan


NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus

Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.

Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara


penjarangan kelahiran.
Jenis Pelayanan Dasar Bidang KB dan KS adalah Komunikasi, Informasi
dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE-KB dan KS),
penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi serta penyediaan Informasi Data
Mikro.
Standar pelayanan minimal bidang keluarga berencana dan keluarga
sejahtera meliputi jenis pelayanan dasar beserta indicator kinerja dan target
tahun 2010 2014 yang terdiri dari:

a. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan


Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS):
1. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah usia 20
tahun.
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia
istrinya antara 15 49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga )
kelompok yakni; di bawah usia 20 tahun, antara 20 35 tahun dan
usia diatas 35 tahun. Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental
usia terbaik melahirkan adalah antara 20 35 tahun, sehingga
sangat dianjurkan bagi setiap wanita dapat menikah diatas 20 tahun.
Dengan demikian yang dimaksud Pasangan Usia Subur (PUS) yang
istrinya di bawah usia 20 tahun adalah suatu keadaan pasangan
suami istri yang istrinya masih di bawah usia 20 tahun yang dapat
menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan
anak yang dilahirkan.
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui:
Peningkatan akses informasi,
Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja,
Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta
keterpaduan program PIK Remaja.Sehingga remaja dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja
tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak
reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.
Langkah-langkah kegiatan.
Advokasi dan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
:
o Perencanaan :
Menyusun rencana kegiatan Pendewasaan Usia
Perkawinan yang dituangkan dalam RPJMD;
Melakukan analisis remaja, kemampuan, kondisi dan
potensi wilayah;
Pengembangan dan produksi materi dan media KIE
KRR (media elektronik, media cetak dan media luar
ruang)
Orientasi pengelola KIE KRR
Latihan petugas KIE KRR
o Pelaksanaan :
KIE KRR melalui media elektronik (Radio )
KIE KRR melalui media cetak (surat kabar, booklet,
poster,
lembar balik, dll)
KIE KRR melalui media luar ruang (pamflet, spanduk,
umbulumbul, selebaran, dll).

Membentuk Pusat Informasi dan Konseling Remaja


KRR;
Melatih kader dalam pengelolaan PIK Remaja KRR;
Melakukan kegiatan PIK Remaja KRR;
Membina kader pengelola PIK Remaja KRR.

Hasil perhitungan makin kecil makin baik.

Target

2. Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif.


PUS menjadi peserta KB aktif adalah pasangan suami istri yang
sah yang istrinya atau suaminya masih menggunakan alat, obat atau
cara kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dalam kurun waktu
tertentu. Cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif (PA) adalah
jumlah peserta KB aktif (PA) dibandingkan dengan seluruh PUS
dalam suatu di wilayah pada kurun waktu tertentu. Peserta KB Aktif
adalah merupakan jumlah kumulatif dari peserta KB yang terus
menerus menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi
ditambah dengan jumlah peserta KB baru pada tahun berjalan. Hal
ini dilakukan dengan mengajak PUS untuk menjadi peserta KB baru
(PB yakni PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat,
obat dan cara kontrasepsi, atau yang menjadi peserta KB setelah
melahirkan atau keguguran) dan membina peserta KB aktif.
Langkah-Langkah Kegiatan
Melakukan analisis kemampuan, kondisi dan potensi wilayah;
Melakukan pertemuan persiapan pelayanan KB;
Menyusun rencana kegiatan PPMpeserta KB Aktif yang
dituangkan dalam RPJMD;
Menyusun rencana kerja SKPD-KB yang meliputi :
o Melakukan analisa sasaran (PUS), data pencapaian KB baru
dan aktif setiap bulan;
o Melakukan orientasi/pelatihan KB;
o Menyediakan kebutuhan alat, obat, dan cara kontrasepsi
sesuai target yang ditetapkan;
o Melakukan penerimaan, penyimpanan serta penyaluran alat
dan obat kontrasepsi;
o Memberikan pelayanan KIE dan KIP/konseling KB;
o Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan KB;
o Menyediakan tenaga pelayanan KB terstandarisasi;
o Melakukan pengayoman KB dan pelayanan rujukan;
o Monitoring dan evaluasi.
3. Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need).
PUS yang ingin anak ditunda dan tidak ingin anak lagi, ingin ber
KB tetapi belum terlayani disebut unmet need.

Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin anak ditunda dan


tidak ingin anak lagi, ingin ber KB tetapi belum terlayani yang besar
kemungkinan akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi
ini dipengaruhi oleh komitmen daerah dalam pemenuhan akses
informasi, jangkauan, dukungan dana, dan kualitas (tenaga, sarana
dan prasarana) pelayanan KB.
Langkah-langkah kegiatan
Melakukan analisis data hasil pendataan keluarga,
kemampuan, kondisi dan potensi wilayah;
Menyusun rencana kegiatan pelayanan Pasangan Usia Subur
yang ingin ber-KB tidak terpenuhi.
Menyusun rencana kerja SKPD-KB yang meliputi :
Operasional pelayanan KB di daerah kumuh, Daerah Aliran
Sungai (DAS), transmigrasi, pantai/nelayan dan daerah
tertinggal, terpencil dan perbatasan (galciltas).
Operasional pelyanan KB dengan mitra kerja;
Operasional tim penjaga mutu;
Menyediakan pelayanan KIE dan kontrasepsi yang mudah
diakses;
Monitoring dan evaluasi.
4. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB.
Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kelompok kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan sikap ibu
serta anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang
anak usia di bawah lima tahun (Balita), melalui optimalisasi
rangsangan emosional, moral dan sosial. Sedangkan Keluarga Balita
adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak Balita, atau ayah
yang mempunyai anak Balita, atau ibu yang mempunyai anak Balita.
Cakupan anggota kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB
adalah upaya pembinaan oleh para kader BKB terhadap anggotanya,
khususnya yang masih PUS untuk menjaga kelangsungan ber-KB
melalui pembinaan kelompok. Kelompok BKB pada hakekatnya
merupakan wadah pembinaan kelangsungan ber-KB bagi para
keluarga Balita anggota BKB, khususnya yang masih PUS, baik
untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah
anak yang sudah dimilikinya.
Langkah-langkah Kegiatan :
Melakukan analisis kemampuan, kondisi dan potensi wilayah;
Menyusun rencana kegiatan kelompok Bina Keluarga Balita berKB yang dituangkan dalam RPJMD;
Menyusun rencana kerja SKPD-KB yang meliputi :
Melakukan analisa data keluarga Balita setiap tahun;
Melatih kader BKB;
Membentuk dan mengembangkan kelompok BKB;

Menyediakan sarana, prasarana dan materi pembinaan


kegiatan kelompok BKB;
Operasional Kelompok Kegiatan (POKTAN) BKB;
Membina kader BKB;
Temu kreativitas kader BKB;
Monitoring dan evaluasi.
5. Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB.
UPPKS adalah kegiatan ekonomi produktif yang beranggotakan
Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Sejahtera I sampai Sejahtera III
plus, baik yang belum maupun yang sudah menjadi peserta KB.
Dalam menjaga kelangsungan kesertaan ber-KB dilakukan upaya
peningkatan pendapatan keluarga dalam rangka peningkatan
tahapan keluarga sejahtera ber-KB.
Langkah-langkah Kegiatan
Melakukan analisis kemampuan, kondisi dan potensi wilayah;
Menyusun rencana kegiatan keluarga KPS dan KS I mendapat
pembinaan bidang UPPKS yang dituangkan dalam RPJMD;
Membentuk kelompok UPPKS;
Orientasi/pelatihan pemberdayaan ekonomi keluarga bagi
pengurus kelompok UPPKS;
Memberikan fasilitasi akses informasi dan pembinaan usaha
ekonomi produktif;
Memberikan bantuan akses permodalan, produksi, dan
pemasaran;
Memberikan pelayanan KIE KB;
Memberikan bantuan pendampingan;
Membina kesertaan KB dan meningkatkan kemandirian ber-KB;
Melakukan Monitoring dan evaluasi.
b. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi:
Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi
permintaan masyarakat.
Penyediaan (pengadaan, penyimpanan dan penyaluran) alat dan obat
kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat adalah merupakan
upaya penyediaan oleh Pemerintah Pusat (BKKBN) untuk Keluarga Pra
Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, kekurangannya dipenuhi oleh
pelayanan swasta dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Provinsi.
Cakupan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan
masyarakat adalah upaya penyediaan kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi meliputi:
a. Pengadaan,
b. Penyimpanannya harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan,

c. Penyaluran ke tempat-tempat pelayanan menggunakan mekanisme


yang telah ditetapkan di masingmasing Kabupaten/Kota, serta
d. Pencatatan dan Pelaporan alat dan obat kontrasepsi dilaksanakan di
setiap tingkatan.
Upaya tersebut untuk mewujudkan Jaminan Ketersedian Kontrasepsi
(JKK); tepat waktu, tepat produk, tepat jumlah, tepat sasaran, tepat
harga, dan tepat tempat.
c. Penyediaan Informasi Data Mikro.
Cakupan penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa.
Penyediaan data mikro keluarga di setiap Desa/Kelurahan adalah
ketersediaan data mikro keluarga dan pemanfaatannya dalam
pelayanan KB dan KS serta pembinaan keluarga di masing-masing
Desa/Kelurahan. Data mikro keluarga memuat informasi individu dan
anggota keluarga yang mencakup aspek data demografi, data KB dan
data tahapan KS untuk menunjang kegiatan operasional program KB di
Desa/Kelurahan. Penyediaan data mikro keluarga di Desa/Kelurahan
dilakukan dengan metoda pendataan keluarga yang dilakukan setiap
tahun dalam waktu bersamaan melalui:
1. kunjungan dari rumah ke rumah dengan cara observasi langsung dan
wawancara,
2. dilakukan oleh kader pendata dengan bimbingan dan pembinaan
PLKB/PKB,
3. dilaksanakan dengan instrumen yang sudah tersedia (formulir
pendataan).
Hasil pendataan keluarga yang dilaksanakan setiap tahun,
dilakukan analisis demografi, KB dan tahapan KS sebagai bahan
penyusunan kegiatan intervensi pelayanan KB dan KS. Untuk
mendapatkan data mikro keluarga yang dinamis di Desa/Kelurahan
setiap bulan dilakukan pemutakhiran yang bersumber dari hasil
pencatatan pelaporan dan pengendalian lapangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dar makalah ini antara lain :
1. Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut
bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat
dalam paradigma kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan & pelayanan
kesehatan).
2. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Adapun Standar praktik Pelayanan Nifas antara lain ;
1. Standart 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelaianan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermi.
2. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu
untuk memulai pemberian ASI.
3. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah
persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan, atau
perujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikann penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.
3. Pelayanan kebidanan kepada bayi meliputi antara lain pemeriksaan bayi
baru lahir; perawatan tali pusat; perawatan bayi; resusitasi pada bayi baru
lahir; Pemberian imunisasi bayi dalam rangka menjalankan tugas
pemerintah; dan pemberian penyuluhan.
4. Jenis Pelayanan Dasar Bidang KB dan KS adalah Komunikasi, Informasi
dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE-KB dan

KS), penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi serta penyediaan Informasi


Data Mikro.
B. SARAN
Bidan dalam melaksanakan praktik pelayanan kebidanan harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan secara professional sesuai dengan
pedoman ataupun acuan yang berlaku, seiring dengan kemajuan teknologi dan
komunikasi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Atik Purwandari, 2006, Konsep Kebidanan, Jakarta, EGC.
Maryunani, A.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).Jakarta: Trans
Info Media
Nanny, Vivian.2011.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba
Medika
Project, HAPEQ. 2011. Draft Standar kompetensi bidan Indonesia.
Jakarta: KEMENDIKBUD.
Subijakto. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan Standart Pelayanan Nifas. Avaible from
: http://subijakto.blogspot.com/2010/11/contoh-surat-pertanggungjawaban.html. diakses tanggal 20 September 2013.pkl 22.30. WTA.
Midyuin.2012. Etika dalam pelayanan kebidanan kususnya dalam masa
nifas.Avaiblefrom: http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2012/12/etikadalam-pelayanan-kebidanan.html. diakses tanggal 20 September 2013.pkl
21.45. WTA.

Anda mungkin juga menyukai